• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

3.6. Definisi Operasional

Definisi operasional diperlukan untuk menjelaskan variabel-variabel yang akan diukur. Definisi operasional ini juga berperan sebagai penghubung dari teori hipotesis sampai dengan observasi dari masing-masing variabel.

1. Penderita malaria berdasarkan data sekunder adalah sampel yang memenuhi kriteria penyakit malaria, yaitu ditemukan plasmodium pada pemeriksaan mikroskopik dan atau positif pada pemeriksaan RDT.

a. Cara ukur : Melihat Data Sekunder b. Alat ukur : Medical Record

c. Hasil ukur : Positif : plasmodium (+) dan atau RDT (+) Negatif : plasmodium (-) dan atau RDT (-) d. Skala ukur : Nominal

2. Pemeriksaan mikroskopik adalah teknik pemeriksaan apusan darah tepi standar untuk menegakkan diagnosis malaria, yaitu dengan menemukan plasmodium dalam apusan darah penderita malaria tersebut. Pemeriksaan mikroskopik serial adalah pemeriksaan mikroskopik yang dilakukan beberapa kali setelah hasil negatif pada pemeriksaan mikroskopik pertama dan berhenti apabila telah ditemukan plasmodium atau telah sampai pada pemeriksaan serial ketiga.

Pemeriksaan mikroskopik dilakukan pada apusan darah tebal untuk memastikan ada tidaknya plasmodium, sedangkan apusan darah tipis diperiksa untuk mendeteksi spesies plasmodium. Apusan darah tebal dibuat sebanyak dua buah blood spot pada sebuah object glass. Pemeriksaan mikroskopik pada apusan darah tebal dikatakan negatif apabila telah melakukan pemeriksaan mikroskopik sampai dengan 500 lapangan pandang pada tiap blood spot.

a. Cara ukur : Pemeriksaan darah dengan mikroskop b. Alat ukur : Mikroskop Olympus CX21

c. Hasil ukur : Positif : plasmodium (+) Negatif : plasmodium (-) d. Skala ukur : Nominal

3. Kepadatan parasit adalah jumlah plasmodium sp. di dalam darah yang diperiksa. Adapun stadium yang ikut dihitung adalah stadium aseksual.

a. Cara ukur : Kepadatan parasit (n) dihitung pd apusan tebal per 500 Lekosit, kemudian dikalikan dengan bilangan (8000/500), sehingga menjadi : n x 8000/500 b. Alat ukur : Mikroskop Olympus CX21

c. Hasil ukur : Jumlah parasit / µl d. Skala ukur : Numerik

4. Pemeriksaan RDT adalah pemeriksaan imunokromatografi dalam bentuk dipstik atau strip. Pemeriksaan RDT dilakukan sejak hari pertama pemeriksaan (RDT 1) dan akan dilanjutkan dengan pemeriksaan RDT Serial apabila hasil pemeriksaan mikroskopik negatif. Pemeriksaan serial dihentikan apabila telah ditemukan plasmodium pada pemeriksaan mikroskopik atau telah sampai pada pemeriksaan serial ketiga. Pemeriksaan serial RDT dilakukan pada hari kedua (RDT Serial 1), hari kedelapan (RDT Serial 2) dan hari kelima belas (RDT Serial 3). Test ini memerlukan waktu sekitar 15-30 menit.

a. Cara ukur : Pemeriksaan darah

b. Alat ukur : Monotes Test Device, Sensitivitas 100% dan Spesifisitas 98,7%, Lot 1412040; ISO 13485:2003, Expiry dates :

Desember 2016.

c. Hasil ukur : Positif dan Negatif d. Skala ukur : Nominal

5. Akurasi diagnosis RDT diperoleh dari perbandingan hasil pemeriksaan RDT dengan Pemeriksaan Mikroskopik.

a. Cara ukur : Perbandingan pemeriksaan RDT dan mikroskopik b. Alat ukur : Rumus nilai akurasi diagnosis

c. Hasil ukur : Sensitifitas, Spesifisitas, Nilai Duga Positif (NDP) dan Nilai Duga Negatif (NDN).

d. Skala ukur : Numerik

6. Asymptomatic malaria adalah penderita malaria yang tidak menunjukkan gejala klinis demam pada saat pemeriksaan pertama tetapi pada pemeriksaan pertama mikroskopik atau pemeriksaan mikroskopik serial dijumpai adanya plasmodium.

a. Cara ukur : Pemeriksaan mikroskopik dan Gejala klinis b. Alat Ukur : Mikroskop Olympus CX21 dan Daftar Tilik c. Hasil ukur : Positif : plasmodium (+) dan demam (-)

Negatif : plasmodium (-) dan demam (-) d. Skala ukur : Nominal

7. Karakteristik sampel yang diukur adalah Umur, Jenis Kelamin dan Tempat Tinggal

a. Cara ukur : Wawancara dan Observasi b. Alat ukur : Kuesioner dan Daftar Tilik

c. Hasil ukur : Umur : usia dalam tahun

Jenis kelamin : Laki / Perempuan

Tempat tinggal : Kedai Sianam , Ujung Kubu, Tanjung Tiram, Labuhan Ruku d. Skala ukur : Umur (Numerik), Jenis kelamin (Nominal),

Tempat tinggal (Nominal)

8. Status gizi adalah tingkat kecukupan dan keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan zat gizi yang digunakan untuk aktivitas sehari-hari. Status gizi diukur dengan cara menghitung Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT).

a. Cara ukur : BMI = Berat Badan (m) / (Tinggi Badan - kg)2 b. Alat ukur : Timbangan pijak, meteran dan tabel BMI / IMT c. Hasil ukur : Klassifikasi Nilai BMI (Depkes, 2003)

Obese : > 27 Gemuk : 25,1 - 27

Normal : 18,5 - 25

Kurus : 17 – 18,4 Sangat Kurus : < 17 d. Skala ukur : Ordinal

9. Kecacingan adalah variabel yang memiliki dimensi infeksi cacing Soil Transmitted Helminths (STH), yang meliputi infeksi Ascaris lumbricoides, Trichuris trichuira, dan cacing tambang. Infeksi ini ditentukan dengan melakukan pemeriksaan sediaan langsung tinja metode Kato.

a. Cara ukur : Pemeriksaan sediaan tinja langsung b. Alat ukur : Mikroskop Olympus CX21

c. Hasil ukur : Positif : Telur STH (+) dan atau larva STH (+) Negatif : Telur STH (-) dan atau larva STH (-) d. Skala ukur : Nominal

10. Golongan darah ABO adalah pemeriksaan golongan darah dengan mendeteksi keberadaan antigen A, B dan AB. Pemeriksaan dilakukan dengan metode aglutinasi antigen dan antibodi pada slide.

a. Cara ukur : Pemeriksaan golongan darah metode slide b. Alat ukur : Anti-A, Anti-B dan Anti-AB untuk Slide

CellLine/Clone: 11H5(A), BRIC250(B), BRIC186(AB) c. Hasil ukur : Golongan darah A, B, AB dan O

d. Skala ukur : Nominal

11. Profil hematologi adalah kadar Hb dan Proporsi Hitung Jenis Lekosit pada penderita malaria dengan pemeriksaan apusan darah

a. Cara ukur : Pemeriksaan kadar Hb dan Apusan darah

b. Alat Ukur : Kadar Hb : Easy Touch GHb meter, Lot : HB15414B4T ; Control : (N) 12-15 g/ml, Expiry dates : September 2019 c. Hasil ukur : Kadar Hb dan Proporsi Hitung Jenis Lekosit

(Basofil, Eosinodil, Netrofil, Limfosit dan Monosit) d. Skala ukur : Numerik

12. Kualitas Tenaga Kesehatan diukur dari Komunikasi, Empati, Penjelasan Tentang Penyakit, Biaya Pengobatan dan Keberadaan Tenaga Kesehatan.

a. Cara ukur : Wawancara dan Observasi b. Alat ukur : Kuesioner dan Daftar Tilik

c. Hasil ukur : Kategorisasi berdasarkan proporsi nilai.

Nilai maksimal kuesioner adalah 8 Baik : > 6 (X> 75%Nilai Maks)

Cukup : 4 – 6 (50%Nilai Maks <X< 75% Nilai Maks) Kurang: < 4 (X<50%Nilai Maks)

d. Skala ukur : Ordinal

13. Ketersediaan Alat Diagnosis Malaria diukur dari keberadaan mikroskop, RDT dan alat pemeriksaan fisik.

a. Cara ukur : Wawancara dan Observasi b. Alat ukur : Kuesioner dan Daftar Tilik

c. Hasil ukur : Lengkap : Mikroskop(+/-), RDT(+), Fisik (+) Kurang Lengkap : Mikroskop (-), RDT (+), Fisik (+) Tidak Lengkap : Mikroskop (-), RDT (-), Fisik (+/-) d. Skala ukur : Ordinal

14. Ketersediaan Obat Malaria diukur dari keberadaan obat artemisinin, primakuin dan antimalaria lainnya.

a. Cara ukur : Wawancara dan Observasi b. Alat ukur : Kuesioner dan Daftar Tilik

c. Hasil ukur : Lengkap : Artemisinin (+), Primakuin (+), Antimalaria lain (+/-)

Kurang Lengkap : Artemisinin (+), Primakuin (+/-), Antimalaria lain (+/-)

Tidak Lengkap : Artemisinin (-), Primakuin (-), Antimalaria lain (+/-)

d. Skala ukur : Ordinal

15. Pengetahuan tentang penyakit malaria diukur dari pengetahuan tentang penyebab, sifat, cara penularan, tanda dan gejala penyakit serta upaya pencegahan dan pengobatan malaria.

a. Cara Ukur : Wawancara b. Alat Ukur : Kuesioner

c. Hasil Ukur : Kategorisasi berdasarkan proporsi nilai.

Nilai maksimal kuesioner adalah 30 Baik : > 23 (X> 75%Nilai Maks)

Cukup: 15 – 23 (50%Nilai Maks < X< 75%Nilai Maks) Kurang: < 15 (X< 50%Nilai Maks)

d. Skala Ukur : Ordinal

16. Sikap tentang penyakit malaria diukur dari sikap tentang sifat penyakit malaria, serta upaya pencegahan dan pengobatan malaria.

a. Cara Ukur : Wawancara b. Alat Ukur : Kuesioner

c. Hasil Ukur : Kategorisasi berdasarkan proporsi nilai.

Nilai maksimal kuesioner adalah 24 Baik : > 18 (X> 75%Nilai Maks)

Cukup: 12 – 18 (50%Nilai Maks <X< 75% Nilai Maks) Kurang: < 12 (X<50%Nilai Maks)

d. Skala Ukur : Ordinal

17. Tindakan tentang penyakit malaria diukur dari tindakan tentang upaya pencegahan dan pengobatan malaria.

a. Cara Ukur : Wawancara

b. Alat Ukur : Kuesioner

c. Hasil Ukur : Kategorisasi berdasarkan proporsi nilai.

Nilai maksimal kuesioner adalah 18 Baik : > 13 (X> 75%Nilai Maks)

Cukup: 9 – 13 (50%Nilai Maks <X< 75% Nilai Maks) Kurang: < 9 (X<50%Nilai Maks)

d. Skala Ukur : Ordinal

18. Akses ke Tenaga Kesehatan diukur dari jarak tempuh, waktu tempuh dan transportasi yang digunakan pada saat mengunjungi tenaga kesehatan.

a. Cara Ukur : Wawancara dan Observasi b. Alat Ukur : Kuesioner dan Daftar Tilik

c. Hasil Ukur : Baik : Jarak tempuh< 1km, waktu tempuh < 1 jam dan memiliki transportasi pribadi

Cukup : Jarak tempuh 1-5 km, waktu tempuh < 1 jam/> 1 jam dan memiliki / tidak memiliki transportasi pribadi

Kurang : Jarak tempuh > 5 km, waktu tempuh >1 jam dan tidak memiliki transportasi pribadi d. Skala Ukur : Ordinal

19. Pemakaian Kelambu diukur dengan melihat keberadaan kelambu celup.

a. Cara ukur : Wawancara dan Observasi b. Alat Ukur : Kuesioner dan Daftar Tilik

c. Hasil ukur : Tidak Pakai Kelambu, Pakai Kelambu Biasa, Pakai Kelambu Celup

d. Skala ukur : Ordinal

20. Kualitas Pemakaian Kelambu diukur dari cara penggunaan kelambu dan perawatan kelambu

a. Cara ukur : Wawancara dan Observasi b. Alat Ukur : Kuesioner dan Daftar Tilik

c. Hasil ukur : Kategorisasi berdasarkan proporsi nilai.

Nilai maksimal kuesioner adalah 20 Baik : > 16 (X> 75% Nilai Maks)

Cukup: 10–16 (50% Nilai Maks <X< 75% Nilai Maks) Kurang: < 10 (X<50% Nilai Maks)

d. Skala ukur : Ordinal

21. Pemakaian Antinyamuk Bakar diukur dari pemakaian antinyamuk bakar pada malam hari.

a. Cara ukur : Wawancara dan Observasi b. Alat Ukur : Kuesioner dan Daftar Tilik

c. Hasil ukur : Pakai Setiap Malam/ Pakai Tetapi Tidak Setiap Malam/Tidak Pakai

d. Skala ukur : Nominal

22. Pemakaian Antinyamuk Oles (repellent), diukur dari pemakaian antinyamuk oles pada malam hari.

a. Cara ukur : Wawancara dan Observasi b. Alat Ukur : Kuesioner dan Daftar Tilik

c. Hasil ukur : Pakai Setiap Malam/ Pakai Tetapi Tidak Setiap Malam/Tidak Pakai

d. Skala ukur : Nominal

23. Kondisi Tempat Tinggal diukur dari kondisi perumahan, sistem pembuangan air limbah dan jarak rumah dari tempat perindukan nyamuk.

a. Cara ukur : Wawancara dan Observasi b. Alat Ukur : Kuesioner dan Daftar Tilik

c. Hasil ukur : Baik : Rumah terbuat dari beton dan atap bukan tepas, selokan mengalir, jarak tempat perindukan nyamuk > 500m

Cukup : Rumah terbuat dari beton/papan dan atap seng / tepas, selokan tidak / mengalir, jarak tempat perindukan nyamuk < 500m

Kurang : Rumah terbuat dari bahan kayu dan tepas, selokan tidak mengalir, Jarak tempat perindukan nyamuk < 500m,

d. Skala ukur : Ordinal

Dokumen terkait