• Tidak ada hasil yang ditemukan

Definisi operasional peubah penelitian adalah sebagai berikut: Karakteristik Individu

Individu dimaksudkan adalah petani pemilik usaha jaring apung yang mengelola sendiri tanpa bantuan pekerja ataupun dengan mempekerjakan orang lain sebagai pekerjanya, dan atau manager yang bertugas mengelola jaring apung milik orang lain atau perusahaan dengan mendapatkan gaji setiap bulan sebagai imbalannya. Karakteristik individu petani ataupun manajer ini dilihat dari:

1. Umur, adalah usia responden yang dinyatakan dalam satuan tahun, dihitung dari tanggal kelahiran hingga penelitian ini dilaksanakan, dan dibulatkan ke ulang tahun terdekat dan diukur dengan skala ordinal. Umur dikatagorikan menjadi: muda (17–30 tahun), dewasa (31–40 tahun), tua (41–60 tahun), dan lanjut usia (61 tahun keatas). Menurut Undang Undang Nomor 14 tahun

1969 tentang Ketenagakerjaan. 2. Pendidikan formal, adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang

yang terdiri atas: pendidikan dasar, menengah, dan tinggi yang telah ditamatkan oleh responden pada saat penelitian. Pendidikan formal diukur dengan skala ordinal dan dikatagorikan menjadi: dasar/rendah (tamat SD - tamat SLTP), menengah/sedang (tamat SLTA), tinggi (tamat Diploma, Sarjana, Magister, Spesialis, dan Doctor). Menurut Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

23 3. Skala usaha adalah banyaknya petak jaring apung yang dikelola/dimiliki. Skala usaha/pemilikan jaring apung diukur dengan skala ordinal dan dikatagorikan menjadi: pemilikan skala kecil (= 12 petak), sedang (13-40 petak), besar (41-100 petak), dan sangat besar (=101 petak). Menurut Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Cianjur. (2003).

4. Lama usaha adalah pengalaman waktu pengusahaan ikan pada jaring apung secara terus menerus. Lama usaha diukur dengan skala ordinal dan dikatagorikan menjadi: pemula/belum berpengalaman (=12 bulan), cukup berpengalaman (13-36 bulan), berpengalaman (37-60 bulan), berpengalaman sekali (> 61 bulan). Menurut Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Cianjur. (2003).

Perilaku Komunikasi

Adalah aktivitas responden dalam melakukan partisipasi sosial, kontak/ komunikasi interpersonal dengan petani dan agen pembaharu, serta mencari atau menerima informasi melalui media cetak dan media elektronik. Dalam penelitian ini, perilaku komunikasi meliputi:

1. Partisipasi sosial adalah aktivitas responden berhubungan dengan masyarakat petani ikan jaring apung di tempat mereka berusaha, maupun di tempat tinggal mereka bersama keluarganya. Aktivitas ini dimaksudkan adalah kegiatan perkumpulan di dalam masyarakat seperti arisan, pengajian, dan gotong royong yang dalam perbincangan menyinggung masalah kasus kematian ikan karena booming plankton, arus balik, dan penyakit herpes. Partisipasi sosial diukur dengan skala ordinal dan dikatagorikan menjadi: tidak pernah melakukan (0 kali dalam sebulan), rendah (1-2 kali dalam sebulan),

24 sedang (3-4 kali dalam sebulan), sering (5-6 kali dalam sebulan), amat sering

(> 6 kali dalam sebulan).

2. Komunikasi interpersonal dengan agen pembaharu adalah perbincangan tatap muka langsung responden dengan seseorang yang memberikan masukan pemahaman yang pembicaraannya berkaitan dengan kasus kematian ikan. Dalam penelitian ini yang dimaksud agen pembaharu adalah: petugas penyuluh, petugas dinas dan instansi terkait, pedagang bibit/pakan, pembeli ikan hasil panenan dari jaring apung, dan petani ikan jaring apung yang berpengalaman.

2.1. Penyuluh adalah seseorang pegawai pemerintah yang profesinya memberikan masukan dan pembinaan kepada para petani binaan di wilayah kerjanya.

2.2. Petugas dinas adalah seseorang pegawai pemerintah yang diberi beban pekerjaan oleh instansinya dan bertanggung jawab atas pekerjaannya. 2.3. Pedagang bibit/pakan ikan adalah seseorang atau badan usaha yang

menjual bibit atau pakan ikan untuk keperluan jaring apung.

2.4. Pembeli ikan hasil panenan dari jaring apung adalah seseorang atau badan usaha yang me nerima produk ikan hasil panenan dari jaring apung dan membayarnya dengan uang yang nilainya telah disepakati bersama.

2.5. Petani ikan jaring apung yang berpengalaman adalah seseorang yang mengusahakan ikan dengan alat jaring apung yang diusahakan di dalam waduk secara terus menerus dalam waktu paling sedikit 61 bulan dan selama mengusahakan banyak menemui kasus kematian ikan, namun

25 tetap berhasil dalam mengendalikan kasus kematian ikan yang menyerangnya.

Katagori komunikasi interpersonal dengan agen pembaharu diukur dengan skala ordinal dan dikatagorikan menjadi: tidak pernah (0 kali dalam sebulan), rendah (1-2 kali dalam sebulan), sedang (3-4 kali dalam sebulan), sering (5-6 kali dalam sebulan), dan amat sering (> 6 kali dalam sebulan).

3. Keterdedahan terhadap media adalah seberapa jauh responden memanfaatkan media cetak (koran, majalah) dan elektronik (radio, dan televisi) yang isinya berkaitan dengan kasus kematian ikan karena booming plankton, arus balik, dan penyakit herpes.

3.1. Keterdedahan terhadap media cetak adalah seberapa jauh responden memanfaatkan koran, majalah, folder yang isinya memuat kasus kematian ikan karena: booming plankton, arus balik, dan penyakit herpes. 3.2. Keterdedahan media elektronik radio adalah seberapa jauh responden memanfaatkan radio yang isinya memuat kasus kematian ikan karena:

booming plankton, arus balik, dan penyakit herpes.

3.3. Keterdedahan media elektronik televisi adalah seberapa jauh responden memanfaatkan televisi yang isinya memuat kasus kematian ikan karena:

booming plankton, arus balik, dan penyakit herpes.

Katagori keterdedahan terhadap media cetak dan elektronik, diukur dengan skala ordinal dan dikatagorikan menjadi: tidak pernah (0 jam/bulan), rendah (1-15 jam/bulan), sedang (16-30 jam/bulan), tinggi (31-45 jam/bulan), dan amat tinggi (>46 jam/bulan).

26 Tingkat Adopsi Teknik Pencegahan Kematian Ikan

Peubah pada tingkat adopsi yang akan diteliti adalah tingkat pemahaman dan tingkat penerapan responden dalam mengadopsi suatu inovasi.

1. Tingkat pemahaman adalah kemamp uan responden untuk menjelaskan:

1.1. Penyebab terjadinya kasus-kasus kematian ikan di jaring apung karena

booming plankton, arus balik, dan penyakit herpes.

1.2. Bagaimana cara mengatasi kasus-kasus kematian ikan di jaring apung karena booming plankton, arus balik, dan penyakit herpes.

1.3. Jenis ikan apa yang harus diusahakan agar tidak terserang kasus kematian ikan karena booming plankton, arus balik, dan penyakit herpes.

Pengukuran dengan skala nominal, dengan katagori jawaban adalah: tidak memahami atau jawaban salah, dan memahami atau jawaban benar.

2. Tingkat penerapan adalah kemampuan responden menggunakan teknologi dari pengalaman orang lain atau hasil penelitian/uji coba instansi terkait sehingga dalam pengusahaan ikan pada jaring apung tidak terkena kasus kematian ikan karena kasus booming plankton, arus balik, dan penyakit herpes.

Pengukuran dengan skala nominal, dengan katagori jawaban adalah: belum menerapkan, dan telah menerapkan.

B. Validitas dan Realibilitas Instrumen

Dokumen terkait