• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Validitas dan Realibilitas Instrumen Validitas Instrumen

5. Komunikasi interpersonal petani ikan jaring apung dengan petani ikan jaring apung berpengalaman

Melihat data lama usaha di mana sembilan puluh persen responden adalah amat berpengalaman, dua persen responden berpengalaman, enam

43 persen responden cukup berpengalaman, dan dua persen responden kurang berpengalaman. Ini menunjukan hampir semua responden adalah pelaku lama di usaha ikan jaring apung. Namun apabila melihat data hanya empat puluh dua persen responden melakukan komunikasi interpersonal dengan petani berpengalaman dan selebihnya tidak melakukan komunikasi. Maka keadaan hubungan antar individu petani ikan dijaring apung berarti jarang terjadi. Terlebih apabila dikaitkan dengan data kegiatan partisipasi sosial yang dilakukan di jaring apung hanya sebatas arisan dan data enam belas persen responden tidak pernah melakukan partisipasi sosial, delapan belas persen responden responden partisipasi sosialnya rendah, enam puluh dua persen partisipasi sosialnya sedang, empat persen responden partisipasi sosialnya sering, dan tidak ditemukan petani partisipasi sosial amat sering, ini berarti kehidupan bermasyarakat di jaring apung adalah sangat individual dan pertukaran pengalaman kurang terjadi.

Keterdedahan media

Kini, hampir semua informasi dapat diakses melalui media. Keterdedahan media adalah seberapa jauh responden memanfaatkan media cetak (majalah/koran) dan elektronik (radio dan televisi) yang isinya berkaitan dengan kasus kematia n ikan karena booming plankton, arus balik, dan penyakit herpes.

44 Tabel 5. Persentase keterdedahan terhadap media petani ikan jaring apung Blok

Jangari waduk Cirata Cianjur.

No. Keterdedahan

media

Katagori Jumlah

(orang)

Persentase

Tidak terdedah (0 jam/bulan) 33 66

Rendah (1-15 jam/bulan) 1 2

Sedang (16-30 jam/bulan) 11 22

1. Media cetak

Tinggi (31-45 jam/bulan) 5 10

Tidak terdedah (0 jam/bulan) 19 38

Sedang (16-30 jam/bulan) 3 6

Tinggi (31-45 jam/bulan) 25 50

2. Media elektronik (radio)

Amat tinggi (>46 jam/bulan) 3 6

Tidak terdedah (0 jam/bulan) 34 68

Rendah (1-15 jam/bulan) 1 2

Sedang (16-30 jam/bulan) 6 12

Tinggi (31-45 jam/bulan) 7 14

3. Media elektronik (televisi)

Amat tinggi (>46 jam/bulan) 2 4

Keterdedahan media cetak

Besarnya persentase tidak terdedah media cetak dapat dipahami karena para responden dalam usahanya berada ditengah perairan waduk, akses untuk mendapatkan media cetak sangat sulit, sementara untuk mendapatkan media cetak harus pergi ke kota yang jaraknya 17 km. Apabila melihat data pendukung bagaimana untuk mendapatkan media cetak, dapat dijelaskan sebagai berikut : tujuh puluh persen responden tidak pernah memanfaatkan media cetak, delapan persen responden dengan cara mendapatkan gratis, dua persen responden dengan cara pinjam, dan dua puluh persen responden dengan cara berlangganan. Sehingga wajar apabila persentase keterdedahan media cetak adalah rendah. Mereka yang terdedah media cetak umumnya adalah mereka- mereka yang berpendidikan tinggi. Dimana mereka umumnya haus akan informasi, serta sering bepergian ke kota.

Keterdedahan media elektronik (radio)

Media elektronik radio menunjukan keterdedahan yang cukup baik dibandingkan dengan keterdedahan media cetak. Pemanfaatan radio sebagai

45 sarana hiburan dan informasi merupakan persentase yang cukup tinggi apabila dibandingkan dengan media cetak maupun media televisi. Ini dapat dipahami karena media radio bentuknya kecil dan dapat dibawa kemanapun responden pergi, sementara sumber tenaga yang digunakan dapat menggunakan sumber tenaga dari baterai. Baterai dapat diperoleh pada toko atau warung-warung kecil disekitar waduk Cirata.

Besarnya tingkat keterdedahan media radio bagi petani ikan jaring apung ini dapat dijelaskan karena 1). program siaran radio selalu mengikuti perkembangan wilayah jangkauan dari radio. 2). wilayah jangkauan penyiaran radio lokal Cianjur masih dapat diterima di wilayah Jangari Waduk Cirata Cianjur.

Keterdedahan media elektronik (televisi)

Besarnya responden tidak terdedah media televisi ini dapat dipahami karena televisi masih sangat jarang ditemukan di jaring apung. Responden yang mampu menikmati televisi diatas jaring apung adalah responden yang berskala besar. Jaring apung berskala besar umumnya menyediakan televisi sebagai sumber hiburan bagi para pekerjanya yang ada di atas jaring apung. Program televisi yang memuat dunia agribisnispun masih belum menarik para produser televis i. Kasus kematian ikan karena booming plankton, arus balik dan penyakit herpes hanya ditayangkan sebagai berita sekilas yang tidak menceritakan isi (bagaimana proses kematian karena kasus, jenis ikan apa yang harus diusahakan, dan bagaimana pengendalian dan pencegahannya).

46 Tingkat Adopsi Teknik Pencegahan Kematian Ikan

Tingkat Pemahaman

Variabel tingkat pemahaman adalah seberapa besar responden memahami teknik pencegahan kasus kematian ikan karena booming plankton, arus balik, dan penyakit herpes. Tingkat pemahaman teknik pencegahan kematian ikan yang diteliti antara lain adalah: apakah responden memahami atau mampu menjelaskan proses penyebab terjadinya kematian ikan, bagaimana cara mengatasinya, dan jenis ikan apa yang diusahakan untuk mengatasi kasus kematian ikan. Dengan katagori jawaban adalah: tidak memahami, dan memahami. Persentase hasil penelitian tingkat pemahaman teknik pencegahan kematian ikan karena kasus-kasus diatas, lihat Tabel 6.

Tabel 6. Persentase hasil tingkat pemahaman tingkat adopsi teknik pencegahan kematian ikan karena booming plankton, arus balik, dan penyakit herpes.

Sub variabel Jenis kasus Katagori Persentase

Tidak memahami 34 Booming Plankton Memahami 66 Tidak memahami 6 Arus Balik Memahami 94 Tidak memahami 18

Pemahaman proses terjadinya kematian ikan Penyakit Herpes Memahami 82 Tidak memahami 20 Booming Plankton Memahami 80 Tidak memahami 2 Arus Balik Memahami 98 Tidak memahami 6

Cara mengatasi kematian ikan

Penyakit Herpes Memahami 94 Tidak memahami 14 Booming Plankton Memahami 86 Tidak memahami 2 Arus Balik Memahami 98 Tidak memahami 2

Jenis Ikan yang harus diusahakan untuk mengatasi kematian ikan

Penyakit

47 1. Pemahaman proses penyebab terjadinya kematian ikan

Persentase hasil penelitian menunjukan bahwa masih cukup besarnya responden yang tidak memahami atau menjawab salah atas pertanyaan proses penyebab terjadinya kematian ikan karena booming plankton dan ikan mati karena arus balik. Masih adanya kesalahan dalam menjawab pertanyaan ini karena ciri ikan mati pada booming plankton dan arus balik adalah hampir sama. Keduanya sama-sama kekurangan oksigen, kondisi ikan menjadi lemas, berenang pasif, dan akhirnya mengapung dipermukaan air. Sehingga kematian ikan karena booming plankton pun dianggapnya mati karena arus balik. Responden yang tidak memahami proses penyebab terjadinya kematian

ikan karena arus balik, dimungkinkan karena ada responden yang memang merupakan pendatang baru, sehingga mereka belum mengenal kendala-kendala dan menjelaskan bagaimana proses terjadinya kematian ikan yang bakal dijumpai dalam usaha ikan di jaring apung.

Responden yang tidak memahami proses penyebab terjadinya kematian ikan karena penyakit herpes, ini dimungkinkan karena ada responden yang memang merupakan pendatang baru yang belum mengenal macam- macam jenis kematian ikan. Sedang bagi responden yang telah lama mengusahakan namun tidak mampu menjelaskan bagaimana proses penyebab terjadinya kematian ikan karena penyakit herpes, dimungkinkan karena ada beberapa responden yang enggan untuk melakukan kegiatan partisipasi sosial ataupun mencari tahu penyebab terjadinya kematian ikan karena beberapa kasus.

48 2. Cara mengatasi kasus kematian ikan

Persentase hasil penelitian menunjukan bahwa masih adanya responden yang tidak memahami bagaimana cara mengatasi terjadinya kematian ikan karena booming plankton. Ini dimungkinkan karena responden ini tidak memahami proses terjadinya penyebab kematian ikan karena booming plankton. Sehingga adanya booming plankton kurang dapat disiati dengan memelihara ikan tertentu agar biaya produksi dapat membantu menekan biaya produksi dari ikan peliharaannya ataupun cara lainnya yang menguntungkan petani. Responden yang tidak memahami bagaimana cata mengatasi kasus kematian ikan karena arus balik. Ini dimungkinkan karena ada responden yang memang merupakan pendatang baru, sehingga mereka belum mengenal bagaimana mengatasi kasus kematian ikan karena arus balik. Sedang responden yang tidak memahami bagaimana cara mengatasi kematian ikan karena penyakit herpes, ini dimungkinkan karena ada responden yang memang merupakan pendatang baru yang belum mengenal macam- macam jenis kematian ikan.

Dokumen terkait