• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penulis dilahirkan di Bumiayu Kabupaten Brebes, Jawa Tengah tanggal 4 Januari 1961, anak kedua dari pasangan H. Moeksin dengan Hj Daripah. Penulis menikah dengan Tri Rejeki pada tahun 1988, dikaruniai tiga orang anak yaitu Unggul HWT (17 tahun), Sari ZT (14 tahun), dan Utami ZT (11 tahun). Kini tinggal di Jl. Aria Natamanggala Km 14 Bobojong Mande Cianjur.

Penulis lulus dari: SD Negeri di Kalibakung Kabupaten Tegal tahun 1972; SMP Negeri di Bumiayu Kabupaten Brebes tahun 1976; STM Negeri Jurusan Produksi Pertanian di Slawi Kabupaten Tegal tahun 1980; Akademi Farming Semarang tahun 1983. Fakultas Ilmu Pendidikan Program AKTA III IKIP Jakarta tahun 1988, Universitas Bandung Raya Fakultas Pertanian jurusan Sosial Ekonomi Pertanian tahun 1998, dan mulai September 2004 sebagai mahasiswa Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Berbekal ijazah Akademi penulis bekerja pada Unit Pelaksana Proyek Tebu Rakyat Intensifikasi Dinas Perkebunan Kabupaten Klaten, kemudian dimutasikan ke Unit Pelaksana Proyek Intensifikasi Cengkeh Tengaran Salatiga sebagai Pembantu Kepala UPP wilayah Brebes. Tahun 1987 sampai saat ini bekerja pada Pusat Pengembangan Penataran Guru (PPPG) Pertanian Cianjur

Kesenangan dan tantangan menulisnya tersalurkan pada beberapa media lokal hingga menduduki Wakil Pemimpin Redaksi Tabloid Paradigma dan pada Divisi Litbang Tabloid Lentera di Cianjur Jawa Barat. Tercatat secara resmi sebagai anggota Persatuan Wartawan Indonesia (PWI Jawa Barat) mulai tahun 2000.

i

KATA PENGANTAR

Penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena rakhmat dan hidayahnya penyusunan tesis ini terselesaikan. Tesis ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan program Magister Sains pada Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Bapak DR. drh. Syahrun Hamdani Nasution dan Bapak Ir. Sutisna Riyanto, MS yang masing- masing sebagai ketua komisi pembimbing dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing penulis dalam rangka penyelesaian program Magister Sains.

2. Bapak dan ibuku, serta istri dan anak-anakku yang memberikan dorongan moril maupun materiil dengan tulus ikhlas hingga penulis dapat menyelesaikan program Magister Sains pada Sekolah Pascasarjana di Institut Pertanian Bogor.

3. Masyarakat petani ikan jaring apung yang telah membantu memberikan data. 4. Kawan-kawan seangkatan khususnya: Tengku Jufri Alkatiri (SCTV), Pak

Narso (Pusdiklat Departemen Informasi dan Komunikasi), Tuan Bagio (Perpustakaan IPB), Tuan Nasir Benunur (Universitas Darussalam Ambon), yang saling memberikan semangat.

Besar harapan penulis semoga tesis ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukannya. Terima kasih.

Bogor, Oktober 2006 Penulis,

ii

DAFTAR ISI

Halaman KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii DAFTAR TABEL iv DAFTAR GAMBAR v DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN………..…….1 Latar Belakang……….…...1 Perumusan Masalah………...3 Tujuan Penelitian………4 Kegunaan Penelitian………...5 TINJAUAN PUSTAKA……….6 Komunikasi………...6 Karakteristik Individu……….7 Perilaku Komunikasi………..9 Kebutuhan Informasi………. …11 Keterdedahan Terhadap Media………. …12 Adopsi Inovasi……….………...13 Teknik Pencegahan Kematian Ikan karena Booming Plankton,…. …14 Arus Balik, dan Penyakit Herpes

KERANGKA PEMIKIRAN dan HIPOTESIS………..18 Kerangka Pemikiran………...19 Hipotesis...20 METODE PENELITIAN...21 Populasi dan Sampel...21 Desain Penelitian...21 Data dan Instrumentasi...21 A. Definisi Operasional...22 B. Validitas dan Reliabilitas...26 Pengumpulan Data...29 Analisis Data...29

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...31 Luas Lahan Waduk dan Jumlah Petak Jaring Apung………31 Tanggung Jawab Pembinaan Petani Ikan Jaring Apung………....32 Waduk Cirata

Kelembagaan Petani Ikan Jaring Apung...33 Karakteristik Individu Petani Ikan Jaring Apung Waduk Cirata... ...35 Perilaku Komunikasi...37

iii Halaman Keterdedahan terhadap media...43 Tingkat Adopsi Teknik Pencegahan Kematian Ikan...46 Hubungan Karakteristik Individu/Petani Ikan dengan...51 Perilaku Komunikasi

Hubungan Karakteristik Petani Ikan dengan Tingkat...53 Adopsi Teknik Pencegahan Kematian Ikan

Hubungan Perilaku Komunikasi dengan Tingkat...57 Adopsi Teknik Pencegahan Kematian Ikan

SIMPULAN DAN SARAN...61 Simpulan...61 Saran...62 DAFTAR PUSTAKA ………..63 LAMPIRAN

iv

DAFTAR TABEL

Teks Halaman

Tabel 1. Nama Kelompok Petani Ikan Jaring Apung di Blok Jangari ...34 Waduk Cirata Cianjur

Tabel 2. Nama Pedagang/Perusahaan Pemilik Gudang Pakan Ikan ...34 di Blok Jangari Waduk Cirata Cianjur

Tabel 3. Persentase Karakteristik Idividu Petani Ikan Jaring Apung ...35 di Blok Jangari Waduk Cirata Cianjur

Tabel 4. Persentase Kategori Perilaku Komunikasi Individu Petani ...38 Ikan Jaring Apung di Blok Jangari Waduk Cirata Cianjur

Tabel 5. Persentase Keterdedahan Terhadap Media Petani Ikan Jaring ...44 Apung di Blok Jangari Waduk Cirata Cianjur

Tabel 6. Persentase Hasil Tingkat Pemahaman Tingkat Adopsi Teknik ...46 pencegahan kematian ikan karena booming plankton, arus balik,

dan penyakit herpes

Tabel 7. Persentase Hasil Tingkat Penerapan Dalam Mencegah Kematian ... 49 Ikan Jaring Apung Karena Kasus Booming Plankton, Arus Balik,

dan Penyakit Herpes di Blok Jangari Waduk Cirata Cianjur

Tabel 8. Nilai Hubungan Karakteristik Petani Ikan Dengan Perilaku ... 51 Komunikasi

Tabel 9. Nilai Hubungan Karakteristik Individu/Petani Ikan Jaring Apung ... 54 Dengan Tingkat Adopsi Teknik Pencegahan Kematian Ikan

Tabel 10. Nilai Hubungan Perilaku Komunikasi Dengan Tingkat... 58 Adopsi Teknik Pencegahan Kematian Ikan

v DAFTAR GAMBAR

Teks Halaman

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Hubungan Karakteristik Individu,………. 19 Dan Perilaku Komunikasi Dengan Tingkat Adopsi

vi

LAMPIRAN

Teks Halaman

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian...66 Lampiran 2. Reliability Karakteristik Individu...76

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tujuan pembangunan waduk di beberapa daerah terutama di Pulau Jawa adalah untuk pembangkit tenaga listrik dan irigasi persawahan. Dari pembangunan waduk ini tercipta lapangan pekerjaan baru seperti pariwisata dan usaha perikanan. Kegiatan usaha perikanan yang sangat menonjol adalah pembesaran ikan dalam jaring apung.

Kegiatan usaha ini pada awalnya diperuntukkan bagi masyarakat yang terkena perendaman yaitu sebagai pengganti pekerjaan bertani yang hilang. Usaha ini dilakukan dengan intensif dan padat modal, sehingga hanya sedikit petani yang mampu berusaha. Namun karena usaha ini memberikan margin keuntungan yang relatif besar, maka tidak sedikit para pemilik uang dari luar daerah menanamkannya untuk usaha ini. Para petani yang diharapkan menjadi tuan di wilayahnya sendiri kandas hanya sebagai pekerja pada usaha ini.

Data perkembangan usaha pembesaran ikan dalam jaring apung di Waduk Cirata menunjukkan perkembangan yang sangat pesat, dimana pada tahun 1989 berjumlah 6.488 petak, tahun 1993 berjumlah 14.060 petak, tahun 1997 berjumlah 25.860 petak, tahun 2001 berjumlah 28.993 petak, dan kini diperkirakan telah mencapai 40.000 petak. Sementara jumlah petak yang diizinkan dari luas genangan waduk 66.031.466 m2 adalah 12.000 petak dengan ukuran tiap petaknya adalah 49 m2 (Balai Pengelola Waduk Cirata, Perusahaan Listrik Negara Unit Pelaksana Cirata, 2001).

Laju pertumbuhan jaring apung disatu sisi menciptakan lapangan kerja baru yang cukup berarti. Di sisi lain, efek negatif dari laju pertumbuhan ini

2 mengakibatkan banyak hal seperti percepatan pendangkalan waduk, kasus kematian ikan karena booming plankton, kematian ikan karena terjadinya arus balik, dan sering munculnya penyakit yang disebabkan oleh virus yang dikenal dengan penyakit herpes.

Kemunculan kasus booming plankton, dan arus balik menyebabkan petani ikan jaring apung mengalami kerugian yang sangat besar. Ikan- ikan yang mati karena kasus booming plankton dan arus balik meskipun tidak berbahaya apabila dikonsumsi, namun ikan- ikan ini tidak laku dijual ke pasaran. Kematian ikan karena penyakit herpes menurut pengalaman beberapa petani tidak lebih dari 50%, dengan penanganan yang baik ikan- ikan selebihnya akan menjadi kebal dan dapat dipanen. Kerugian relatif besar pada seranga n herpes ini umumnya terjadi karena kepanikan petani melihat ikan- ikan peliharaannya mulai terlihat gejala terserang herpes, sehingga ikan- ikan yang sehat segera mereka jual pada waktu yang kurang tepat, sedang ikan yang sakit dibiarkan sampai mati.

Untuk menghindari terjadinya kematian ikan peliharaan pada jaring apung karena booming plankton, arus balik, dan penyakit herpes. Beberapa pengalaman petani dan instansi terkait telah mampu mengidentifikasi dan memprediksi kapan bakal terjadi kasus booming plankton, arus balik, serta penyakit herpes. Sehingga bagaimana cara mengatasi, serta jenis ikan apa yang harus diusahakan telah dapat diaplikasikan oleh para petani ikan. Ikan- ikan yang diusahakan pun dapat dipanen sesuai harapan.

Kasus-kasus kematian ikan seperti tersebut di atas, dalam setiap tahunnya masih selalu dijumpai dalam jumlah ratusan ton. Kerugian yang tidak kecil bagi para petani ikan jaring apung. Ini berarti masih ada petani yang belum memahami

3 atau mereka telah memahami namun tidak mampu menerapkan karena keterbatasan-keterbatasan yang ia miliki.

Perumusan Masalah

Pengalaman penanganan kasus kematian ikan di Blok Jangari Waduk Cirata Cianjur dapat dijelaskan sebagai berikut: 1). Kematian ikan karena booming plankton, diantisipasi dengan memelihara jenis ikan tertentu pemakan plankton

pada lapis kedua dan lapis ketiga dari jaring apungnya. 2). Kematian ikan karena arus balik, diantisipasi dengan memindahkan jaring apung pada lokasi yang bukan alur sungai, dan atau menyiapkan blower serta peralatan distribusi oksigen untuk menambah oksigen terlarut pada tiap petak pada saat gejala arus balik mulai nampak. 3). Kematian ikan karena penyakit herpes, diantisipasi dengan penggunaan bibit dari induk yang kebal penyakit herpes, peningkatan daya tahan ikan terhadap serangan penyakit, serta mengurangi penyebab stress.

Pemahaman dan penerapan teknik pencegahan kematian ikan karena

booming plankton, arus balik dan penyakit herpes diduga belum sepenuhnya diterapkan oleh para petani ikan jaring apung. Bisa jadi sebagian petani telah memahami dan telah menerapkan, sebagian petani memahami tetapi tidak mampu menerapkan, dan sebagian lagi tidak memahami bagaimana cara mengatasi, serta jenis ikan apa yang harus diusahakan agar tidak terserang kasus-kasus di atas.

Memperhatikan uraian di atas, terlihat dengan jelas bahwa peran komunikasi antara petani dengan petani, petani dengan instansi terkait, ataupun instansi terkait dengan para petani dalam kasus pencegahan kematian ikan masih lemah atau belum terjalin dengan baik. Kasus-kasus kematian ikan masih menimpa petani lain yang kurang mampu memanfaatkan peran strategis dari komunikasi. Untuk

4 itu, penelitian tentang tingkat adopsi teknik pencegahan kematian ikan tidak cukup hanya mengkaji teknik-teknik yang perlu difahami dan bisa diterapkan, tetapi juga harus mengkaji faktor individu dan perilaku komunikasi yang terjadi selama ini.

Permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Apa yang menyebabkan tingkat adopsi teknik pencegahan kematia n ikan jaring apung di Blok Jangari Waduk Cirata Cianjur masih rendah.

2. Apakah ada hubungan antara karakteristik individu dan perilaku komunikasi dengan tingkat adopsi teknik pencegahan kematian ikan jaring apung di Blok Jangari Waduk Cirata Cianjur.

Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui tingkat adopsi teknik pencegahan kematian ikan jaring apung di Blok Jangari Waduk Cirata Cianjur.

2. Menganalisis hubungan karakteristik individu dan perilaku komunikasi dengan tingkat adopsi teknik pencegahan kematian ikan.

5 Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini diharapkan mampu memberi manfaat pada pengembangan ilmu pengetahuan dalam membantu menyelesaikan masalah kematian ikan pada jaring apung karena blooming plankton, arus balik, dan penyakit herpes khususnya ditujukan kepada:

1. Pemerintah sebagai bahan informasi dan kajian, dalam membuat suatu kebijaksanaan pembinaan kepada petani ikan jaring apung.

2. Petugas pembina sebagai bahan masukan untuk mengenali karakteristik dan perilaku komunikasi petani ikan jaring apung.

3. Petani ikan jaring apung agar dapat merubah persepsinya dan saling berbagi pengetahuan kepada petani lainnya agar kasus-kasus kematian ikan tidak menimpa petani yang lain.

6 TINJAUAN PUSTAKA

Komunikasi

Berdasarkan hasil penelitian, 83% manusia menggunakan waktunya untuk berkomunikasi (Tubbs dan Moss, 2001). Tindakan komunikasi dapat terjadi dalam berbagai konteks kehidupan manusia, mulai dari kegiatan yang individual, di antara dua orang atau lebih, kelompok, keluarga, organisasi (dalam konteks publik secara lokal, regional, dan global), atau melalui media massa. Tindakan komunikasi dapat dilakukan secara verbal dan non verbal, langsung atau tidak langsung (Djuarsa, 1993).

Komunikasi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam aktivitas kehidupan manusia. Menurut Susanto (1980) komunikasi berasal dari perkataan “communicare” dalam bahasa Latin mempunyai arti “berpartisipasi” atau “memberitahukan”. Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi merupakan proses dari aktivitas manusia untuk bekerjasama. Ruben dalam Muhammad (1995) mendefinisikan komunikasi adalah suatu proses melalui mana individu dalam hubungannya, dalam kelompok, dalam organisasi dan dalam masyarakat menciptakan, mengirimkan dan menggunakan informasi untuk mengkoordinasikan lingkungannya dan orang lain. Pengertian komunikasi sebagai sebuah proses untuk merubah perilaku orang lain dinyatakan oleh Hovland dalam

Effendy (1999), dimana seseorang akan dapat merubah sikap, pendapat, atau perilaku orang lain, apabila komunikasi tersebut terjalin dengan efektif.

Schramm dalam Abdurrachman (1982) mengemukakan bahwa bila seseorang mengadakan komunikasi berarti seseorang tersebut berusaha untuk mengadakan communess (persamaan) dengan orang lain. Komunikasi dapat

7 diartikan sebagai kegiatan yang hendak mempersamakan pendapat, gagasan, pikiran atau keyakinan yang ada pada seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan).

Pendapat di atas didukung oleh Hovland (1982) yang mengemukakan bahwa komunikasi itu adalah proses dimana seorang individu (komunikator) menyampaikan stimulasi (biasanya lambang- lambang bahasa). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tujuan komunikasi adalah untuk mengubah tingkah laku orang lain sesuai dengan tingkah laku yang dikehendaki oleh komunikator. Komunikator maupun komunikan tidak selalu individu tetapi juga bisa sekelompok orang, lembaga atau organisasi. Sementara itu penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan pada umumnya dilakukan melalui simbol verbal maupun non verbal.

Menurut Effendy (1981), komunikasi adalah penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain dimana proses penyampaiannya berlangsung dengan menggunakan bahasa. Dalam menjelaskan proses komunikasi, Susanto (1980) mengemukakan proses komunikasi adalah proses pengoperan (dan penerimaan) dari lambang- lambang yang mengandung makna atau arti. Berbagai definisi komunikasi yang telah diketengahkan oleh para ahli tersebut menunjukan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian lambang dengan makna tertentu, berarti oleh seseorang kepada orang lain, baik dengan maksud agar orang lain mengerti dan berubah perilakunya.

Karakteristik Individu

Karakteristik individu adalah suatu ciri-ciri atau sifat-sifat yang melekat pada diri seseorang yang berhubungan dengan semua aspek kehidupan lingkungan

8 sosial. Menurut Newcomb, et al dalam Halim (1992), karakteristik individu dapat meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status sosial ekonomi, bangsa, agama dan lain- lain. Seiring dengan pendapat tersebut di atas maka Lewin dalam

Azwar (1997), menyatakan bahwa karakteristik individu yang menentukan perilakunya meliputi berbagai variabel seperti motif, nilai, sikap kepribadian dan sikap berinteraksi satu sama lain.

Menurut Havelock (1971), variabel- variabel individu pada dasarnya dapat mempengaruhi penerapan informasi antara lain adalah: kompetensi dan penghargaan, pemenuhan harapan, distorsi informasi baru, proses perubahan sikap, pola perilaku perolehan informasi dan efek komunikasi. Selanjutnya menurut Lionberger (1960), faktor- faktor individu dapat mempengaruhi proses difusi dan adopsi inovasi seperti umur, tingkat pendidikan dan karakteristik psikologisnya. Dalam kehidupan sosial dimana heterogenitas khalayak dapat menjadi kesulitan komunikator menyampaikan pesan-pesannya. Menurut Effendy

dalam Halim (1992) menyatakan bahwa hal ini disebabkan adanya perbedaan karakteristik individu khalayak yang meliputi: jenis kelamin, usia, agama, idiologi, pekerjaan, pengalaman, kebudayaan, pandangan hidup, keinginan, cita-cita dan sebagainya.

Pengaruh cepat lambatnya dalam mengadopsi inovasi, menurut Rogers

dalam Soekartawi (1988) karena adanya perbedaan individu seperti: (1) umur, (2) pendidikan, (3) status sosial ekonomi, (4) pola hubungan (lokalit atau kosmopolit), (5) keberanian mengambil resiko, (6) sikap terhadap perubahan sosial, (7) motivasi berkarya, (8) aspirasi, (9) fatalisme (tidak adanya kemampuan mengontrol masa depan sendiri), (10) dogmatisme (sistem kepercayaan tertutup).

9 Komunikasi akan berhasil apabila dapat memahami dan memperhatikan kondisi setiap unsur-unsur dalam proses komunikasi. Hal ini dapat dimengerti karena unsur yang satu dengan unsur yang lain saling mempengaruhi berlangsungnya proses komunikasi.

Perilaku Komunikasi

Perilaku adalah segala tindakan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan. Dalam ilmu psikologi, perilaku merupakan hasil interaksi antara faktor personal berupa instink individu dengan lingkungan psikologisnya (Rakhmat, 2001). Berlo (1960) menyatakan bahwa perilaku komunikasi seseorang akan menjadi kebiasaan perilaku seseorang dalam mencari informasi. Perilaku seseorang terbentuk karena adanya stimulus yang sering menimpanya. Respon terhadap stimulus biasa secara verbal maup un nonverbal. Sementara itu menurut (Effendy 1989) istilah perilaku komunikasi (communication behavior) berarti tindakan atau aktivitas seseorang, kelompok atau khalayak, ketika terlibat dalam proses komunikasi.

Pada kebanyakan orang, perilaku komunikasinya dapat diamati melalui kebiasaan mereka berkomunikasi. Mengamati perilaku komunikasi, seyogyanya dipertimbangkan bahwa pada dasarnya seseorang akan melakukan penalaran sendiri. Menurut De Vito (1997), tujuan dasar komunikasi antar manusia ialah mengenal diri sendiri dan orang lain serta membina hubungan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Memperkuat pendapat ini, Schramm (1982) menyatakan bahwa setiap komunikator maupun penerima mempunyai seperangkat tujuan dan penalaran sendiri-sendiri dan perlu mendapatkan penjelasan yang lebih sistematis dari apa yang dilakukan.

10 Perilaku komunikasi dapat berarti tindakan atau respon seseorang terhadap sumber dan pesan bila ditinjau dari pengertian model komunikasi linier. Pendekatan komunikasi interpersonal, dimana komunikasi ditekankan pada konsep saling berbagi pengalaman (the sharing of experience) maka tindakan atau respon seseorang terjadi dalam kapasitasnya sebagai pelaku komunikasi (Tubbs dan Moss, 2001). Perilaku merupakan suatu tindakan nyata (action) yang dapat di lihat atau diamati (Rogers dan Shoemaker 1971). Perilaku tersebut terjadi akibat adanya proses penyampaian pengetahuan suatu stimulus sampai pada penentuan sikap untuk bertindak, dan hal ini dapat dilihat dengan menggunakan panca indera. Pola perilaku seseorang bisa saja berbeda satu sama lain, tetapi proses terjadinya adalah mendasar bagi semua individu, yakni dapat terjadi karena digerakkan, disebabkan dan ditunjukkan pada sasaran. Hal ini berarti bahwa perilaku ini tidak bisa secara spontan dan tanpa tujuan, melainkan harus ada sasaran baik eksplisit maupun implisit.

Menurut Lewin dalam Rakhmat (2001) menyatakan bahwa perilaku adalah hasil dari interaksi antara orang (dari orang tersebut) dengan lingkungan psikologisnya. Dengan demikian maka perilaku merupakan perubahan yang terjadi dari hasil interaksi antara individu dan lingkungan psikologisnya. Berdasarkan uraian tersebut maka tujuan akhir komunikasi adalah untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara langsung atau lisan maupun tak langsung. Komunikasi tatap muka (komunikasi interpersonal), komunikasi kelompok, dan komunikasi media massa masing- masing mempunyai pengaruh tersendiri dalam perubahan perilaku masyarakat di pedesaan.

11 Menurut Rakhmat (2001), faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku adalah faktor personal dan situasional. Terdapat tiga komponen dari faktor sosio psikologis yang mempengaruhi perilaku manusia yaitu: (1) afektif merupakan aspek emosional, (2) kognitif merupakan aspek intelektual yang berkaitan dengan apa yang diketahui manusia, dan (3) konatif yang merupakan aspek volisional yang berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan bertindak.

Kebutuhan Informasi

Kebutuhan adalah sesuatu yang diharapkan ada oleh seseorang agar tercapai kepuasannya disuatu saat yang selanj utnya mengakibatkan keseimbangan jiwanya (Goodwin dan Klausmeier dalam Iskandar 1999). Cronin (1981), menyatakan bahwa kebutuhan informasi mewakili kesenjangan pengetahuan seseorang pada saat tertentu. Kesenjangan dirasakan oleh seseorang pengguna untuk dimintakan informasinya merupakan kebutuhan yang dirasakan. Kebutuhan akan bermanfaat bagi seseorang di dalam meningkatkan kemampuan serta tingkat hidupnya guna memecahkan masalah- masalah yang dihadapinya. Rogers dan Shoemaker (1971), mengemukakan bahwa jika seseorang sadar dan merasakan adanya kebutuhan atau masalah maka ia akan berusaha mencari keterangan mengenai hal-hal baru/ inovasi untuk memenuhi kebutuhannya.

Menurut Schramm dalam Jahi (1988), media informasi khususnya radio dan televisi dibutuhkan masyarakat untuk : mereformasi pendidikan nasional, mensuplemen pengajaran di sekolah, memperluas jangkauan pendidikan formal dan non formal. Abbas dalam Nursalam (2000), berpendapat bahwa radio sanggup menumbuhkan kesadaran, perhatian dan minat pendengarnya tetapi tidak langsung mengajarkan keterampilan dan kegiatan usaha. Dibandingkan dengan

12 televisi yang sudah menampilkan cara-cara teknis melalui pengamatan langsung sehingga dirasa pesan yang disampaikan akan lebih cepat diterima dan dimengerti oleh khalayak. Lebih khusus lagi apabila pesan informasi tersebut lebih berperan sebagai media penyuluhan, maka media film layar tancap dan VCD akan lebih memfokuskan pada kekhususan informasi.

Berlo (1960), berpendapat bahwa sebagai seorang pengguna informasi maka kebutuhan informasi pengguna dipengaruhi oleh: (1) subyek bidang keahliannya, dan (2) fungsi pengguna. Dimaksudkan bahwa informasi digunakan sebagai penambah pengetahuan, melengkapi informasi yang diperoleh atau untuk menerapkan informasi tersebut.

Keterde dahan Terhadap Media

Keterdedahan pada media massa adalah aktifitas komunikasi seseorang dalam memperoleh informasi melalui media massa, baik media cetak (surat kabar, buku, brosur) maupun media elektronik (televisi, radio, internet) Berbeda dari komunikasi interpersonal, komunikasi massa kurang memanfaatkan tanggapan dari komunikan. Komunikasi ini memanfaatkan kekuatan media massa dalam hal cakupan khalayak yang luas, serentak, dan pesan yang relatif seragam. (Rogers dan Shoemaker, 1971).

Soekartawi (1988) menyebutkan bahwa sumber informasi sangat berpengaruh terhadap proses adopsi inovasi, sumber yang dimaksud dapat berasal dari media massa maupun media interpersonal, petugas penyuluh, aparat desa dan sebagainya. Masing masing media mempunyai kelebihan dan kelemahan. Media komunikasi massa dapat menyampaikan informasi dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang singkat serta memberikan efek kognitif yang meliputi

13 peningkatan kesadaran untuk belajar dan menambah pengetahuan. Media komunikasi personal dapat menimbulkan efek perubahan perilaku.

Media massa memiliki peranan memberikan informasi untuk memperluas cakrawala, memusatkan perhatian, menimbulkan aspirasi dan sebagainya, tetapi tergantung pada keterdedahan khalayaknya di media massa. Menurut Jahi (1988) keterdedahan pada media massa akan memberikan kontribusi terhadap perbedaan perilaku. Sejalan dengan hal tersebut, perubahan perilaku khalayak tidak saja dipengaruhi oleh keterdedahannya pada satu saluran media massa, tetapi juga memerlukan lebih dari satu saluran komunikasi massa lainnya seperti televisi, radio, film dan bahkan bahan cetakan (Kincaid dan Schramm, 1984).

Adopsi Inovasi

Rogers dan Shoemaker (1981), menyatakan adopsi merupakan suatu keputusan untuk menggunakan sepenuhnya ide baru atau inovasi sebagai cara bertindak yang paling baik. Pada tahap keputusan seseorang dihadapkan pada

Dokumen terkait