• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. PENDEKATAN TEORITIS

2.4. Definisi Operasional

1. Sikap adalah kecenderungan individu dalam menanggapi makanan pokok non beras (singkong, jagung, dan ubi). Pada penelitian ini sikap dilihat dari 3 komponen sikap yaitu kognisi, afeksi, dan konasi. Pernyataan yang diajukan memiliki 3 pilihan jawaban dengan skor : tidak setuju (skor 1), ragu-ragu (skor 2), dan setuju (skor 3) yang akan dijawab oleh 50 orang responden.

a. Komponen Kognitif adalah aspek sikap mengenai sesuatu hal yang menyangkut pengetahuan dan keyakinan terhadap bahan makanan pokok non beras (singkong, jagung, dan ubi). Komponen kognitif ini dilihat berdasarkan 11 pernyataan yang terdiri dari 3 dimensi yaitu harga, keunggulan, dan budaya. Komponen kognitif dibagi menjadi tiga kategori :

1) Pengetahuan Rendah (11 - 18) = skor 1 2) Pengetahuan Sedang (19 - 25) = skor 2 3) Pengetahuan Tinggi ( > 25) = skor 3

b. Komponen Afektif adalah aspek sikap yang menyangkut perasaan terhadap tingkat konsumsi bahan makanan pokok non beras (singkong, jagung, dan ubi). Komponen afektif ini dilihat berdasarkan 3 pernyataan yang terdiri dari 2 dimensi yaitu rasa dan perasaan.

1) Negatif (3 - 4) = skor 1 2) Netral (5 - 7) = skor 2 3) Positif ( > 7) = skor 3

c. Komponen Konatif adalah aspek sikap yang menyangkut kecenderungan untuk berperilaku dalam hal mengkonsumsi makanan pokok non beras. Komponen konatif ini dilihat berdasarkan 4 pertanyaan. Pertanyaan yang diajukan berupa pertanyaan tertutup, pertanyaan terbuka, dan kombinasi. Pertanyaan tertutup memiliki 2 alternatif jawaban yaitu :

1) Tidak = skor 1 2) Ya = skor 2

Sedangkan untuk pertanyaan terbuka akan dibuat kode-kode jawaban begitu pula dengan pertanyaan kombinasi.

a) Alasan membedakan dalam menyajikan makanan pokok non beras pada keluarga dan tamu

1) Malu = skor 1

2) Menghormati / mengistimewakan tamu = skor 2 3) Tidak menjawab = skor 3

b) Pilihan makanan pokok sebagai pengganti beras 1) Singkong = skor 1

2) Jagung = skor 2 3) Ubi = skor 3

4) Tidak ada yang dipilih = skor 4 c) Alasan mengkonsumsi singkong

1) Rasanya enak = skor 1 2) Mengenyangkan = skor 2 3) Kadar gizi tinggi = skor 3 4) Mudah diolah = skor 4 5) Mudah didapat = skor 5 6) Harganya murah = skor 6 7) Tidak menjawab = skor 7

d) Alasan mengkonsumsi jagung 1) Rasanya enak = skor 1 2) Mengenyangkan = skor 2 3) Kadar gizi tinggi = skor 3 4) Panen cepat – skor 4 5) Tidak menjawab = skor 5 e) Alasan mengkonsumsi ubi

1) Rasanya enak = skor 1 2) Tahan lama = skor 2 3) Tidak menjawab = skor 3 f) Alasan tidak ada yang dipilih

1) Bukan makanan pokok = skor 1 2) Tidak menjawab = skor 2

d. Pengukuran sikap merupakan penjumlahan dari total nilai komponen kognisi dan afeksi, yang terbagi dalam 3 kategori sikap yaitu sikap positif, netral, dan negatif.

1) Sikap negatif (14 - 23) = skor 1 2) Sikap netral (24 - 32) = skor 2 3) Sikap positif ( > 32) = skor 3

2. Karakteristik individu adalah keadaan individu yang berkaitan dengan dirinya yang terdiri atas usia, pendidikan, luas lahan pertanian yang dikuasai, dan pendapatan.

a. Usia adalah selisih antara tahun responden dilahirkan dengan tahun saat penelitian dilakukan. Menurut Havighurst (1950), usia dibagi menjadi 3 kategori yaitu :

1) Usia muda ( < 30 Tahun) = skor 1 2) Usia madya (30 - 55 Tahun) = skor 2

3) Usia tua ( > 55 Tahun) = skor 3

b. Pendidikan adalah jenjang terakhir sekolah formal yang pernah diikuti oleh responden. Tingkat pendidikan dibagi menjadi 3 kategori yaitu : 1) Pendidikan rendah (tidak sekolah atau tidak tamat SD dan Tamat SD)

= skor 1

2) Pendidikan sedang (tamat SMP atau tamat SMA) = skor 2 3) Pendidikan tinggi (tamat Perguruan Tinggi) = skor 3

c. Luas lahan pertanian yang dikuasai adalah luasnya sawah yang digarap oleh responden. Menurut Sajogyo (1978), luas lahan terbagi menjadi 3 kategori, yaitu:

1) Lahan sempit (kurang dari 0,25 ha) = skor 1 2) Lahan sedang (0,25 ha – 0,5 ha) = skor 2 3) Lahan luas (lebih dari 0,5 ha) = skor 3

d. Tingkat pengeluaran adalah biaya yang dihabiskan atau dikeluarkan oleh individu dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pengeluaran dibagi menjadi 3 kategori, yaitu:

1) Tingkat pengeluaran rendah (kurang dari Rp1.000.000,-) = skor 1 2) Tingkat pengeluaran sedang (Rp1.000.000,- sampai Rp2.000.000,-)

= skor 2

3) Tingkat pengeluaran tinggi (lebih dari Rp2.000.000,-) = skor 3

Tingkat pengeluaran diambil berdasarkan rata-rata minimum UMR Kabupaten Bogor pada Tahun 2011 yaitu sebesar Rp1.172.060,- dengan asumsi pengeluaran dapat mencerminkan pendapatan responden. Penghitungan tingkat pengeluaran sehari-hari responden akan diakumulasikan menjadi tingakat pengeluaran bulanan, sehingga akan didapatkan tingkat pengeluaran responden perbulan.

3. Perilaku konsumsi makanan non beras adalah tingkah laku seseorang dalam mengkonsumsi bahan makanan non beras yaitu singkong, jagung, dan ubi. Pengukuran terhadap variabel perilaku dilihat dari 3 aspek yaitu :

a. Tingkat konsumsi terhadap bahan makanan adalah banyaknya jumlah makanan yang dikonsumsi. Cara mengukur variabel ini adalah dengan mengurutkan bahan makanan yang paling banyak dikonsumsi dengan skor 1 sampai skor 4 dari yang paling negatif ke paling positif.

b. Frekuensi konsumsi 1) Tidak pernah = skor 1 2) Jarang = skor 2 3) Sering = skor 3 4) Setiap hari = skor 4 c. Cara konsumsi

1) Dikonsumsi tanpa lauk = skor 1

2) Dikonsumsi dengan lauk yang tertentu = skor 2

3) Dikonsumsi dengan lauk apapun yang tersedia = skor 3 d. Cara penyajian

1) Sebagai makanan cemilan = skor 1

2) Hanya disajikan untuk keluarga saja = skor 2 3) Hanya disajikan untuk tamu saja = skor 3 4) Disajikan untuk keluarga dan tamu = skor 4

e. Pengukuran perilaku konsumsi merupakan penjumlahan total nilai variabel tingkat konsumsi dengan frekuensi konsumsi yang terbagi menjadi 3 kategori yaitu perilaku konsumsi rendah, perilaku konsumsi sedang, dan perilaku konsumsi tinggi.

1) Perilaku konsumsi rendah (5 - 6 ) = skor 1 2) Perilaku konsumsi sedang (7 - 8) = skor 2 3) Perilaku konsumsi tinggi ( > 8) = skor 3

4. Faktor budaya adalah kepercayaan dan kebiasaan yang ada pada suatu masyarakat terhadap bahan makanan pokok non beras, yaitu singkong, jagung, dan ubi. Untuk mengukur variabel ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif yaitu dengan wawancara mendalam dan observasi, namun tidak terlalu dibahas dalam skripsi ini, karena hanya dilihat sejauh mana faktor budaya mempengaruhi perilaku konsumsi makanan pokok non beras.

5. Faktor ketersediaan bahan pangan adalah tersedianya bahan makanan pokok beras pada suatu masyarakat. Cara mengukur variabel ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif yaitu dengan cara observasi, namun tidak terlalu dibahas dalam skripsi ini, karena hanya dilihat sejauh mana faktor ini mempengaruhi perilaku konsumsi makanan pokok non beras.

6. Kelembagaan adalah sesuatu yang kompleks yang didalamnya berisi mengenai peraturan-peraturan yang mengikat masyarakatnya. Dalam kelembagaan terdapat empat tingkatan norma yaitu:

a. Cara adalah hubungan antara individu dan masyarakat yang menunjuk pada suatu perbuatan. Sanksi moral yang dikenakan pada norma ini adalah sesuatu yang tidak pantas, sedangkan sanksi yang dikenakan oleh masyarakat adalah dianggap janggal. Untuk mengukur variabel ini dilakukan dengan kualitatif yaitu dengan wawancara mendalam. Kelembagaan makanan pokok mencapai tingkat cara jika belum ada aturan-aturan yang baku dalam hal makanan pokok non beras.

b. Kebiasaan adalah perbuatan yang diulang-ulang dalam bentuk yang sama. Sanksi moral yang dikenakan jika melanggar norma ini adalah perasaan malu, sedangkan sanksi yang dikenakan masyarakat adalah dicela atas perbuatannya. Untuk mengukur variabel ini dilakukan dengan kualitatif yaitu dengan wawancara mendalam. Kelembagaan makanan pokok telah mencapai tingkat kebiasaan jika dalam masyarakat tersebut telah terdapat kebiasaan mengkonsumsi makanan pokok non beras

(singkong, jagung, dan ubi) baik cara mengkonsumsi yang sama juga frekuensi makan atau waktu makan yang sama, sehingga telah menjadi kebiasaan.

c. Tata kelakuan adalah kebiasaan yang dianggap sebagai cara berperilaku dan diterima sebagai norma-norma pengatur. Sanksi moral yang dikenakan berupa perasaan bersalah, sedangkan sanksi yang dikenakan oleh masyarakat adalah dihukum. Untuk mengukur variabel ini dilakukan dengan kualitatif yaitu dengan wawancara mendalam. Kelembagaan makanan pokok telah mencapai tingkat tata kelakuan jika dalam masyarakat tersebut bahan makanan pokok non beras telah menjadi kebiasaan masyarakat untuk dikonsumsi serta telah ada aturan yang baku untuk mengkonsumsi bahan makanan pokok tersebut.

d. Adat istiadat adalah tata kelakuan yang kekal serta kuat intergrasinya dengan pola-pola perilaku masyarakat. Sanksi moral yang dikenakan adalah rasa berdosa, sedanggkan sanksi yang dikenakan masyarakat adalah dikucilkan atau dikeluarkan dari masyarakat tersebut. Untuk mengukur variabel ini dilakukan dengan kualitatif yaitu dengan wawancara mendalam. Kelembagaan makanan pokok telah mencapai tingkat adat istiadat jika dalam masyarakat tersebut bahan makanan pokok non beras telah menjadi kebiasaan untuk dikonsumsi dan telah terdapat aturan yang baku serta sanksi yang jelas jika tidak mengkonsumsi bahan makanan pokok tersebut.

7. Kelompok responden adalah responden-responden yang dikelompokkan berdasarkan karakteristik yang sama, yaitu karakteristik individu seperti usia, pendidikan, pekerjaan. Pada penelitian ini dibagi menjadi 2 kelompok responden.

a. Responden petani yaitu kelompok responden yang bermata pencaharian sebagai petani dan buruh tani. Responden petani dibedakan pada

karakteristik individu yaitu berdasarkan luas lahan pertanian yang dikuasai.

b. Responden non petani yaitu kelompok responden yang bermatapencaharian selain petani dan buruh tani. Responden non petani dibedakan pada karakteristik individu yaitu berdasarkan pendapatan.

Dokumen terkait