• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

2.4 Definisi Operasional

Pengukuran variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini akan dibatasi pada perumusan penjabaran masing-masing variabel tersebut secara operasional. Variabel-variabel tersebut adalah:

2.4.1 Ideologi gender

Ideologi gender merupakan suatu pemikiran yang dianut masyarakat bahwa perempuan mempunyai peran yang berbeda dengan laki-laki (khususnya dalam hal kerja). Ideologi gender dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 kategori, yaitu ideologi tidak sadar gender yaitu apabila terdapat pemikiran bahwa peran kerja perempuan berbeda dengan peran kerja laki-laki dan ideologi sadar gender lemah yaitu apabila terdapat pemikiran bahwa tidak ada perbedaan antara peran kerja laki-laki dan peran kerja perempuan.

Sadar tidak sadarnya ideologi gender diukur dengan cara mengajukan beberapa pernyataan dimana apabila responden menjawab “setuju” berarti responden masih menganut ideologi tidak sadar gender dan mendapatkan skor 1 karena dianggap tidak baik. Responden yang menjawab “tidak setuju” berarti

responden menganut ideologi sadar gender dan mendapat skor 2 karena dianggap baik. Pernyataan tersebut ialah:

Tabel 1. Perolehan Skor Responden dari Pernyataan mengenai Ideologi Gender di Desa Jabon Mekar Bogor, Tahun 2011

Pernyataan

Skor Tidak

Setuju Setuju

Perempuan pekerja rumah. 1 2

Perempuan tidak boleh bekerja di luar rumah 1 2 Perempuan tidak kuat dalam menghadapi persaingan dunia kerja, 1 2 Perempuan memiliki kemampuan bekerja yang kurang baik 1 2 Perempuan hanya mampu melakukan pekerjaan yang mudah 1 2 Perempuan boleh bekerja di luar rumah namun dengan izin suami 1 2 Laki-laki tidak boleh mengerjakan pekerjaan domestic 1 2 Posisi tertinggi dalam pekerjaan sebaiknya dipegang oleh laki-laki 1 2

Perempuan tidak boleh melakukan kegiatan kemasyarakatan  1 2

Total Skor 9 18

Skor minimal yang diperoleh responden dari ideologi gender adalah 9 dan skor maksimal adalah 18. Ideologi gender dibagi menjadi dua kategori, yaitu:

1. Ideologi tidak sadar gender: responden memperoleh jumlah skor 9-13 dari ideologi gender (kode 2).

2. Ideologi sadar gender: responden memperoleh jumlah skor 14-18 dari ideologi gender (kode 2).

2.4.2 Marjinalisasi Perempuan Dalam Kondisi Kerja

Marjinalisasi Perempuan Dalam Kondisi Kerja adalah ketidakadilan atau ketimpangan gender dengan bentuk proses peminggiran terhadap perempuan dalam kondisi kerja.

2.4.3 Kondisi Kerja

Kondisi Kerja adalah perlakuan perusahaan yang diterima pekerja dalam hal pengupahan, jaminan keluarga, jaminan kerja. Perhitungan skor kondisi kerja

yang terdiri dari pengupahan, jaminan keluarga, dan jaminan kerja tersebut adalah sebagai berikut:

2.4.3.1 Pengupahan

Upah adalah hak pekerja yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan. Ukuran pengupahan ditentukan berdasarkan perbandingan besar upah yang didapat oleh pekerja perempuan dengan UMR Kota Bogor. Pengupahan dibagi menjadi dua kategori, yaitu:

1. Upah rendah: upah yang didapat oleh responden < UMR Kota Bogor (skor 1). 2. Upah tinggi: upah yang didapat oleh responden ≥ UMR Kota Bogor (skor 2). 2.4.3.2 Jaminan Keluarga

Jaminan dan fasilitas kesejahteraan keluarga yang diterima pekerja perempuan. Jaminan keluarga merupakan variabel untuk melihat kondisi kerja pekerja. Tinggi rendahnya jaminan keluarga diukur dengan cara mengajukan beberapa pernyataan dimana apabila responden menjawab “tidak” mendapatkan skor 1, sementara responden yang menjawab “ya” mendapat skor 2.

Skor minimal yang diperoleh responden dari jaminan keluarga adalah 9 dan skor maksimalnya adalah 18. Responden dikatakan jaminan keluarga rendah apabila mendapat jumlah skor 9-13 (kode 1). Responden dikatakan jaminan keluarga tinggi apabila mendapat jumlah skor 14-18 (kode 2). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Perolehan Skor Responden dari Pernyataan mengenai Jaminan Keluarga di Desa Jabon Mekar Bogor, Tahun 2011

Pernyataan Skor

Tidak Ya

Memperoleh THR 1 2

Memperoleh pinjaman/hutang 1 2

Memperoleh sembako bulanan 1 2

Memperoleh santunan menikah 1 2

Memperoleh santunan anggota keluarga sakit 1 2

Memperoleh santunan pendidikan anak 1 2

Memperoleh santunan keluarga meninggal dunia 1 2 Memperoleh biaya pengobatan rawat jalan bila sakit 1 2

Memperoleh biaya pengobatan rawat inap bila sakit  1 2

Total Skor 9 18

2.4.3.3 Jaminan Kerja

Jaminan kerja adalah banyaknya jaminan dan fasilitas yang diterima pekerja dari perusahaan. Jaminan kerja merupakan variabel untuk melihat kondisi kerja pekerja. Jaminan kerja merupakan variabel untuk melihat kondisi kerja buruh. Tinggi rendahnya jaminan kerja diukur dengan cara mengajukan beberapa pernyataan dimana apabila responden menjawab “tidak” mendapatkan skor 1, sementara responden yang menjawab “ya” mendapat skor 2.

Berdasarkan data pada Tabel 3 dapat diketahui skor minimal yang diperoleh responden dari jaminan kerja adalah 5 dan skor maksimalnya adalah 10. Responden dapat dikatakan jaminan kerja rendah apabila mendapat jumlah skor 5-7 (kode 1). Responden dapat dikatakan jaminan kerja tinggi apabila mendapat jumlah skor 8-10 (kode 2).

Tabel 3. Perolehan Skor Responden dari Pernyataan mengenai Jaminan Kerja di Desa Jabon Mekar Bogor, Tahun 2011

Pernyataan Skor

Tidak Ya

Memperoleh libur/cuti jika sakit 1 2

Memperoleh hak beribadah 1 2

Memperoleh asuransi keselamatan kerja 1 2

Memperoleh kompensasi apabila cacat akibat kecelakaan kerja 1 2 Memperoleh fasilitas kerja dan keselamatan kerja (sarung tangan,

sepatu, topi/penepis panas, karung) 

1 2

Total Skor 5 10

Berdasarkan data pada Tabel 4 dapat diketahui skor dari pengupahan, jaminan keluarga, jaminan kerja dijumlahkan kemudian dibagi menjadi dua kategori, yaitu

1. Kondisi kerja rendah: responden memperoleh jumlah skor 15-22 dari pengupahan, jaminan keluarga, jaminan kerja (kode 1).

2. Kondisi kerja tinggi: responden memperoleh jumlah skor 23-30 dari pengupahan, jaminan keluarga, jaminan kerja (kode 2).

Marjinalisasi diukur dengan kondisi kerja perempuan. Responden mengalami marjinalisasi rendah apabila kondisi kerja perempuan tinggi (kode 1). Responden mengalami marjinalisasi tinggi apabila kondisi kerja perempuan rendah (kode 2).

Tabel 4. Perolehan Skor Responden dari Pernyataan mengenai Kondisi Kerja di Desa Jabon Mekar Bogor, Tahun 2011

Pernyataan Skor Rendah Tinggi Pengupahan 1 2 Jaminan Keluarga 9 18 Jaminan Kerja 5 10 Total Skor 15 30

2.4.4 Kontribusi Ekonomi Perempuan

Kontribusi Ekonomi Perempuan adalah pendapatan yang dihasilkan oleh perempuan dan dibawa serta disumbangkan oleh perempuan ke dalam pendapatan keluarga. Kontribusi ekonomi perempuan diukur dengan presentase (porsi) pendapatan perempuan yang dikontribusikan ke dalam total pendapatan keluarga (persentase pendapatan perempuan terhadap total pendapatan keluarga). Kontribusi dibagi dua kategori, yaitu:

1. Kontribusi ekonomi rendah: presentase pendapatan responden < 50% pendapatan rumahtangganya (skor 1).

2. Kontribusi ekonomi tinggi: presentase pendapatan responden ≥ 50% pendapatan rumahtangganya (skor 2).

2.4.5 Otonomi perempuan

Otonomi perempuan adalah kekuasaan perempuan dalam pengambilan keputusan dalam keluarganya. Tinggi rendahnya otonomi perempuan diukur dengan cara mengajukan lima pernyataan untuk kerja produktif, lima pernyataan untuk kerja reproduktif, dan empat pernyataan untuk kerja sosial (total empat belas pernyataan) dimana apabila responden menjawab “keputusan suami dominan” mendapat skor 1 dan responden yang menjawab “keputusan istri dominan” mendapatkan skor 2.

Skor minimal yang dapat diperoleh responden dari otonomi perempuan adalah 14 dan skor maksimal adalah 28. Responden memiliki dikatakan otonomi rendah apabila memperoleh jumlah skor 14-21 (kode 1). Responden dikatakan memiliki otonomi tinggi apabila memperoleh jumlah skor 22-28 (kode 2). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Perolehan Skor Responden dari Pernyataan mengenai Otonomi Perempuan di Desa Jabon Mekar Bogor, Tahun 2011

Pernyataan Skor Rendah (keputusan suami dominan) Tinggi (keputusan istri dominan) Produktif

Menentukan Anda bekerja 1 2

Menentukan tempat kerja 1 2

Menentukan jenis pekerjaan 1 2

Menentukan jabatan 1 2

Menentukan upah yang diperoleh 1 2

Reproduktif

Menentukan pendidikan anak 1 2

Menentukan jenis pengobatan 1 2

Menentukan jenis makanan 1 2

Menentukan pembelian non makanan 1 2

Menentukan hasil pemanfaatan kerja 1 2

Sosial Menentukan pendapat dalam kegiatan

organisasi/politik

1 2 Menentukan kesertaan dalam

organisasi/politik

1 2 Menentukan kehadiran dalam

musyawarah

1 2 Menentukan kehadiran dalam perayaan

atau selamatan

1 2

Total Skor 14 28

2.4.6 Kesejahteraan Keluarga

Kesejahteraan adalah suatu keadaan rumah tangga yang mengalami kecukupan dalam hal pendidikan anak, kesehatan, dan pola konsumsi. Perhitungan skor kesejahteraan keluarga yang terdiri dari pendidikan anak, kesehatan, dan pola konsumsi adalah sebagai berikut:

2.4.6.1 Pendidikan anak

masih sekolah ataupun tidak sekolah. Pendidikan anak dibagi menjadi dua kategori, yaitu:

1. Pendidikan anak rendah: terdapat anak usia sekolah yang tidak sekolah dalam keluarga responden (skor 1)

2. Pendidikan anak tinggi: tidak ada anak usia sekolah yang tidak sekolah dalam keluarga responden (skor 2)

2.4.6.2 Kesehatan

Kesehatan diukur dengan jenis pengobatan yang dilakukan keluarga pekerja perempuan. Jenis pengobatan dilihat dari apa yang dilakukan oleh pekerja dan keluarganya ketika terdapat anggota keluarganya yang sakit. Skor jenis pengobatan berupa:

1. Obat warung = skor 1 2. Dukun = skor 2 3. Bidan = skor 3 4. Puskesmas = skor 4 5. Dokter = skor 5

Tabel 6. Perolehan Skor Responden dari Pernyataan mengenai Jenis Pengobatan di Desa Jabon Mekar Bogor, Tahun 2011

Pernyataan Skor

Rendah Tinggi

Saat hamil 1 5

Saat anak sakit ringan 1 5

Saat Anda sakit ringan 1 5

Total Skor 3 15

Berdasarkan data pada Tabel 6 dapat diketahui skor minimal yang diperoleh responden dari kesehatan adalah 3 dan skor maksimalnya 15. Responden dikatakan memiliki kesehatan rendah apabila mendapat jumlah skor 3-9. Responden dikatakan memiliki kesehatan rendah apabila mendapat jumlah skor 10-15.

2.4.6.3 Pola konsumsi

Pola konsumsi diukur oleh frekuensi makan dan jenis makanan yang dikonsumsi. Perhitungan skor pola konsumsi yang terdiri dari frekuensi makan dan jenis makanan adalah sebagai berikut:

• Frekuensi makan

Frekuensi makan merupakan variabel untuk melihat pola konsumsi keluarga pekerja perempuan. Frekuensi makan dilihat dari seberapa sering pekerja dan keluarganya makan dalam satu hari. Frekuensi makan dibagi menjadi dua kategori, yaitu:

1. Frekuensi makan rendah: frekuensi makan 2 kali (skor 1). 2. Frekuensi makan tinggi: frekuensi makan 3 kali (skor 2). • Kualitas jenis makanan

Kualitas jenis makanan merupakan variabel untuk melihat pola konsumsi keluarga pekerja perempuan. Kualitas jenis makanan dilihat dari makanan apa saja yang dikonsumsi oleh pekerja dan keluarganya dalam satu hari yang mengacu pada empat sehat lima sempurna. Kualitas jenis makanan berupa:

1. Nasi = skor 1

2. Sayur-Mayur = skor 2 3. Buah-buahan = skor 3 4. Daging = skor 4 5. Susu = skor 5

Kualitas jenis makanan dibagi menjadi dua kategori, yaitu:

1. Kualitas jenis makanan rendah: Responden memperoleh jumlah skor 1-8. 2. Kualitas jenis makanan tinggi: Responden memperoleh jumlah skor 9-15. • Kuantitas jenis makanan

Kuantitas jenis makanan merupakan variabel untuk melihat pola konsumsi keluarga pekerja perempuan. Kuantitas jenis makanan dilihat dari ada berapa macam makanan yang dikonsumsi oleh pekerja dan keluarganya dalam satu hari yang mengacu pada empat sehat lima sempurna. Kuantitas jenis makanan berupa:

2. 2 jenis = skor 2 3. 3 jenis = skor 3 4. 4 jenis = skor 4 5. 5 jenis = skor 5

Kuantitas jenis makanan dibagi menjadi dua kategori, yaitu:

1. Kuantitas jenis makanan rendah: Responden memperoleh jumlah skor 1-2. 2. Kuantitas jenis makanan tinggi: Responden memperoleh jumlah skor 3-5.

Skor minimal yang diperoleh responden dari pola konsumsi adalah 3 dan skor maksimalnya adalah 22. Seseorang dapat dikatakan pola konsumsi rendah apabila mendapat jumlah skor 3-12 (kode 1). Seseorang dikatakan pola konsumsi tinggi apabila mendapat jumlah skor 13-22 (kode 2).

Tabel 7. Perolehan Skor Responden dari Pernyataan mengenai Kesejahteraan keluarga di Desa Jabon Mekar Bogor, Tahun 2011

Pernyataan Skor Rendah Tinggi Pendidikan Anak 1 2 Kesehatan 3 15 Pola Konsumsi - Frekuensi makan - Kualitas enis makanan

1 1

2 15

- Kuantitas jenis makanan 1 5

Total Skor 7 39

Berdasarkan data pada Tabel 7 dapat diketahui skor minimal yang diperoleh responden dari kesejahteraan keluarga adalah 7 dan skor maksimal adalah 39. Perempuan dikatakan kesejahteraan keluarganya rendah apabila memperoleh jumlah skor kurang dari 7-22 (kode 1). Perempuan dikatakan kesejahteraan keluarganya tinggi apabila memperoleh jumlah skor lebih dari atau sama dengan 23-39 (kode 2).

Dokumen terkait