• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

B. Definisi Operasional

Definisi operasional variabel adalah batasan yang digunakan untuk menguraikan makna dari beberapa variabel penelitian. Definisi operasional adalah definisi yang menjadikan variabel-variabel yang sedang diteliti menjadi bersifat operasional dalam kaitannya dengan proses pengukuran variabel-variabel tersebut. Definisi operasional memungkinan sebuah konsep yang bersifat abstrak menjadi operasional sehingga memudahkan peneliti dalam melakukan pengukuran (http://komunitasmahasiswa.info/tag/definisi-operasional). Pendapat lain mengatakan: definisi operasional dapat memberikan jawaban atas pertanyaan untuk menguji hipotesis, dapat dikatakan lebih tegas “operational definition tell the researcher and read what is necessary for answering the question or testing the hypothesis “ (MacMillan & Schumacher, 2001: 84)

1. Kepemimpinan Kepala Sekolah

Kepemimpinan merupakan proses pemimpin mempengaruhi pengikut untuk: (1) menginterpretasikan keadaan (lingkungan organisasi); (2) memilih tujuan organisasi; (3) pengorganisasian kerja dan memotivasi pengikut untuk mencapai tujuan organisasi; (4) mempertahankan kerjasama dan tim kerja; (5) mengorganisasi dukungan dan kerjasama orang dari luar organisasi. Dalam lingkungan pendidikan, secara spesifik kepemimpinan pendidikan dimaknai sebagai kemampuan mempengaruhi suatu kelompok ke arah tercapainya tujuan pendidikan.

Fungsi kepemimpinan pendidikan di sekolah sebagai kepemimpinan manajerial adalah pengelola mutu, yang meliputi perencanaan mutu, pengembangan produk dan proses yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhaan pelanggan. Oleh karena itu pemimpin pendidikan harus memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) mengorganisasikan; (2) membangkitkan dan memupuk kepercayaan; (3) membina dan memupuk kerjasama dalam mengajukan dan melaksanakan program-program supervisi; dan (4) mendorong dan membimbing guru beserta staf agar bertanggungjawab pada setiap usaha untuk mencapai tujuan sekolah.

Proses kepemimpinan kepala sekolah meliputi: (1) mengambil keputusan; (2) mengembangkan imajinasi; (3) mengembangkan kesetiaan pengikutnya; (4) memprakarsai, menggiatkan, dan mengendalikan rencana; (5) melaksanaan keputusan dengan memberikan dorongan kepada para pengikutnya; (6) memanfaatkan sumber daya manusia dan sumber-sumber

lainnya; (7) melaksanakan kontrol dan perbaikan-perbaikan atas kesalahan; (8) memberikan tanda penghargaan; (9) mendelegasikan wewenang kepada bawahannya.

Perilaku kepemimpinan kepala sekolah terhadap bawahannya dalam organisasi, meliputi: (1) iklim saling mempercayai; (2) penghargaan terhadap ide bawahan; (3) memperhitungkan perasaan bawahan; (4) perhatian pada kenyamanan kerja bagi para bawahan; (5) perhatian pada kesejahteraan bawahan; (6) pengakuan atas status para bawahan secara tepat dan profesional; (7) memperhitungkan faktor kepuasan kerja para bawahan dalam menyelesaikan tugas-tugas yang dipercayakan padanya.

2. Budaya Organisasi

Budaya organisasi adalah sistem makna bersama terhadap nilai-nilai primer yang dianut bersama dan dihargai organisasi, yang berfungsi menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dengan organisasi lainnya, menciptakan rasa identitas bagi para anggota organisasi, mempermudah timbulnya komitmen kolektif terhadap organisasi, meningkatkan kemantapan sistem sosial, serta menciptakan mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu membentuk sikap dan perilaku para anggota organisasi.

Karakteristik budaya organisasi sebagai berikut: (1) peraturan-peraturan perilaku yang harus dipenuhi; (2) norma-norma; (3) nilai-nilai yang dominan; (4) filosofi; (5) aturan-aturan; dan (6) iklim organisasi.

Ada tiga tipe budaya organisasi, pertama budaya kuat dan budaya lemah, nilai-nilai, norma-norma dan asumsi-asumsi yang terinternalisasi dan dipegang teguh oleh para anggota organisasi dapat melahirkan perasaan tenang, committed, loyalitas, memacu kerja lebih keras, kohesivitas, keseragaman sasaran (goal alignment), dan mengendalikan perilaku anggota organisasi, serta produktivitas. Kekuatan budaya berhubungan dengan kinerja meliputi tiga gagasan, yaitu: (1) penyatuan tujuan; (2) menciptakan motivasi, komitmen, dan loyalitas luar biasa dalam diri pegawai; dan (3) memberikan kontrol yang dibutuhkan dan dapat menekan tumbuhnya motivasi serta inovasi.

Kedua budaya yang secara strategis cocok, budaya yang cocok dan serasi dengan kondisi objektif perusahaan dimana perusahaan itu berada. Semakin besar kecocokan dengan lingkungan, maka semakin baik kinerjanya, sebaliknya semakin kurang kecocokannya dengan lingkungan, maka semakin jelek kinerjanya. Ketiga budaya yang adaptif dan tidak adaptif. Yakni budaya yang dapat membantu organisasi mengantisipasi dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan (adaptif), yang diasosiasikan dengan kinerja tinggi dalam periode waktu yang panjang. Kondisi ini mengarahkan budaya organisasi untuk senantiasa bersikap adaptif dan inovatif sesuai dengan perubahan lingkungan yang terjadi.

3. Komitmen Guru

Komitmen adalah keyakinan yang kuat terhadap tujuan dan nilai-nilai organisasi, keamanan menggunakan segala upaya untuk mewujudkan kepercayaan pada organisasi, serta sebuah keyakinan yang kuat untuk tetap

menjadi anggota organisasi. Ada tiga bentuk komitmen yaitu: 1) kepercayaan dan penerimaan yang kuat terhadap tujuan dan nilai-nilai organisasi, 2) kemauan yang kuat untuk bekerja demi organisasi, 3) keinginan yang kuat untuk tetap menjadi anggota organisasi.

Komitmen guru adalah pernyataan kesiapan diri menjadi seorang guru yang baik: (1) memiliki misi; (2) memiliki suatu keyakinan positif; (3) mengenal bahwa pemikirannya memiliki dampak yang mendalam terhadap keberhasilan; (4) mengembangkan keterampilan pemecahan masalah; (5) mengetahui penggunaan waktu dan usaha untuk memperoleh hasil yang terbaik.

Dimensi yang harus diperhitungkan dalam mengembangkan komitmen guru adalah keadaan psikologis individu yang berhubungan dengan keyakinan, kepercayaan dan penerimaan yang kuat terhadap tujuan dan nilai-nilai pendidikan, kemauan yang kuat untuk bekerja demi sekolah dan keinginan yang kuat untuk tetap menjadi bagian dari pengabdiannya sebagai pendidikmemberi keteladanan, terutama kejujuran. Seorang guru yang baik seharusnya: (1) memiliki misi; (2) memiliki suatu keyakinan positif; (3) mengenal bahwa pikiran yang dibuat memiliki dampak yang mendalam terhadap keberhasilan dirinya; (4) mengembangkan keterampilan pemecahan masalah yang memungkinkan bagi guru untuk mengatasi setiap tantangan yang dihadapi.

4. Peranserta Masyarakat

Peranserta masyarakat dapat dipahami dengan konsep Community Based Education (CBE), yang merupakan pendekatan inovatif bahwa sektor pendidikan harus dipandang dengan pendekatan: (1) kemanusiaan dengan asumsi bahwa manusia memiliki dinamika internal dan kapasistas yang tak terbatas; (2) kolaboratif dengan asumsi bahwa kerja sama antarlembaga dengan visi dan misi menolong masyarakat; (3) partisipatif dengan asumsi bahwa masyarakat setempat terlibat dalam pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen program sekolah; (4) berkelanjutan dengan asumsi bahwa CBE akan diterapkan secara berkesinambungan; (5) perpaduan program lembaga pendidikan yang ada dengan budaya setempadapat

Lebih jelas peranserta masyarakat dapat didefinisikan sebagai lembaga mandiri yang beranggota berbagai unsur masyarakat yang peduli pendidikan. Sedangkan komite sekolah adalah lembaga mandiri yang beranggota orang tua/wali peserta didik, komunitas sekolah, serta tokoh masyarakat yang peduli pendidikan.

Ada tujuh tingkatan peranserta masyarakat, yaitu: (1) peranserta dengan menggunakan jasa pelayanan yang tersedia; (2) peranserta dengan memberikan kontribusi dana, bahan, dan tenaga; (3) peranserta secara pasif; (4) peranserta melalui adanya konsultasi; (5) peranserta dalam pelayanan; (6) peranserta sebagai pelaksana kegiatan; dan (7) peranserta dalam pengambilan keputusan.

5. Mutu Proses Pembelajaran

Mutu mengandung makna derajat (tingkat) keunggulan suatu produk (hasil kerja/upaya) baik berupa barang maupun jasa; baik yang tangible maupun yang intangible. Mutu proses pembelajaran yakni upaya yang mengarah pada tercapainya kurikulum dan suksesnya proses pembelajaran sangat terkit, tergantung dan dipengaruhi oleh delapan unsur/komponen/subsistem yang lainnya. Organisasi/lembaga sekolah akan dapat berdiri tegak jika, kurikulum dan pembalajaran, manajemen dan administrasi, keteganaan, peserta didik, pembiayaan, sarana dan prasarana, peranserta masyarakat dan iklim/budaya sekolah semuanya ada dan berjalan dengan baik

Mutu pembelajaran dapat dikatakan sebagai gambaran mengenai baik-buruknya hasil yang dicapai oleh peserta didik dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan. Sekolah dianggap bermutu bila berhasil mengubah sikap, perilaku dan keterampilan peserta didik dikaitkan dengan tujuan pendidikannya, mutu pembelajaran mengandung lima rujukan, yaitu: “(1) kesesuaian, (2) daya tarik, (3) efektivitas, (4) efisiensi dan (5) produktivitas pembelajaran

6. Mutu Hasil Pendidikan

Mutu pendidikan atau mutu sekolah tertuju pada mutu lulusan. Mutu dalam konteks "hasil pendidikan" yaitu mengacu pada prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu (apakah tiap akhir cawu, akhir tahun, 2 tahun atau 5 tahun, bahkan 10 tahun). Prestasi yang dicapai atau hasil

pendidikan (student achievement) dapat berupa hasil test kemampuan akademis (misalnya ulangan umum, UN atau US). Dapat pula prestasi di bidang lain seperti prestasi di suatu cabang olah raga, seni atau keterampilan tambahan tertentu misalnya: komputer, beragam jenis teknik, jasa. Bahkan prestasi sekolah dapat berupa kondisi yang tidak dapat dipegang (intangible). Hasil belajar siswa merupakan kompetensi individu yang rasional sebagai harmoni dan pemilihan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dibutuhkan oleh tugas pekerjaan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dengan penuh keberhasilan.

Untuk mengukur kompetensi di sekolah dapat digunakan parameter akademik dan nonakademik. Kompetensi akademik meliputi pengetahuan, sikap, kemampuan, dan ketrampilan yang diperlukan untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sedangkan kompetensi nonakademik dapat ditelusuri dari minat dan kesungguhan siswa dalam mengikuti program pembelajaran di sekolah yang dapat ditinjau dari keikutsertaan siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler.

Dokumen terkait