BAB II DASAR TEORI DASAR TEORI
METODOLOGI PENELITIAN
C. Definisi Operasional 1.Stres Kerja 1.Stres Kerja
Stres kerja yaitu respon fisiologis, psikologis, perilaku, dan kognitif individu terhadap situasi yang disebabkan oleh stressor yang muncul pada pekerjaan yang sedang dijalaninya. Respon stres kerja diukur menggunakan skala stres kerja dengan metode skala Likert. Skala tersebut merupakan skala psikologis sehingga mengukur respon stres kerja melalui jawaban yang diberikan subjek pada kuisioner.
Penelitian ini tidak menggunakan alat yang lain untuk mengukur stres kerja karena keterbatasan peneliti pada waktu, tenaga dan dana.
Stres kerja yang tinggi akan ditunjukkan melalui perolehan hasil skor total dari skala yang telah dibuat. Semakin tinggi hasil skor total yang diperoleh dari skala tersebut, maka semakin tinggi stres kerja yang dimiliki individu. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah hasil skor total yang diperoleh berdasarkan skala, maka semakin rendah stres kerja yang dimiliki oleh individu tersebut.
Skala stres kerja dibatasi dengan aspek-aspek yang dimiliki. Aspek-aspek tersebut berupa respon yang diberikan individu, yaitu: a. Respon Psikologis
Respon tersebut meliputi rasa cemas, depresi, marah, frustrasi, bingung, tidak adanya kepuasan kerja, kelelahan secara psikologis, dan apatis.
b. Respon Fisiologis
Respon tersebut yaitu sulit tidur atau tidur tidak tenang, jantung berdebar, keringat dingin, sakit perut, dan sakit kepala. c. Respon Perilaku
Respon individu seperti makan yang berlebihan atau tidak ada nafsu makan, meningkatnya frekuensi absensi, kesulitan komunikasi, kurang dapat menyesuaikan diri pada lingkungan, penurunan prestasi, dan menunda atau menghindari pekerjaan.
d. Respon Kognitif
Respon individu seperti kurangnya konsentrasi dan perhatian, sulit membuat keputusan.
1. Kekerasan dalam Rumah Tangga
Kekerasan dalam rumah tangga adalah perbuatan yang dilakukan oleh suami untuk melukai atau menyakiti istrinya baik secara fisik, psikologis, seksual mau pun ekonomi. Variabel ini akan diukur menggunakan skala kekerasan dalam rumah tangga untuk mengungkap sikap individu dengan metode skala Likert.
Kekerasan dalam rumah tangga yang tinggi ditunjukkan melalui perolehan skor pada skala yang telah dibuat. Semakin tinggi skor yang dihasilkan oleh subjek maka semakin tinggi juga kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh individu. Demikian pula sebaliknya, perolehan skor yang rendah menunjukkan rendahnya kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh individu.
Sikap ini akan dibatasi dengan menggunakan aspek-aspek kekerasan dalam rumah tangga. Kekerasan yang dilakukan suami untuk melukai atau menyakiti istrinya tersebut meliputi :
a. Kekerasan Fisik
Perbuatan tersebut seperti menampar, memukul (dengan tangan ataupun benda), mencekik, menarik rambut, mengguncang, mendorong, menekan, menahan, melempar,
memutar-mutarkan, meludahi, menyundut dengan rokok, penganiayaan, pengurungan (dikurung di dalam rumah)
b. Kekerasan Psikologis
Kekerasan yang meliputi berteriak, menguntit, mengancam (misalnya dicerai, dipukul, dibunuh), melecehkan atau merendahkan dengan kata-kata, menyumpah, mengatur, memata-matai, pengabaian, tuduhan, penolakan, perbuatan, pembatasan, pemutusan hubungan dengan masyarakat maupun dengan keluarga, melarang istri bekerja, melarang istri untuk ikut terlibat kegiatan sosial kemasyarakatan, memisahkan istri dengan anak-anak bila tidak menuruti keinginan suami sering meninggalkan rumah tanpa alasan dan teror.
c. Kekerasan Seksual
Perbuatan berupa menyentuh, meraba, mencium, memaksa berhubungan seksual saat istri sedang tidak menginginkannya (mungkin karena sedang haid atau sakit), tidak memenuhi kebutuhan seksual istri, memaksa istri melakukan hubungan seksual dengan cara yang tidak disukai istri, menggugurkan kandungan istri. Selain itu seperti gurauan, melecehkan atau merendahkan yang mengarah kepada seksual.
d. Kekerasan Finansial
Perilaku melukai tersebut berupa mengambil uang, menahan, tidak memberikan kebutuhan finansial, mengendalikan
dan mengawasi pengeluaran uang sampai sekecil-kecilnya, serta menghambat karir pasangannya.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian diperoleh dari tempat dimana penelitian akan dilaksanakan. Namun demikian, tidak semua individu yang berada di tempat penelitian akan dijadikan sebagai subjek, melainkan hanya sebagian orang atau kelompok yang akan digeneralisasi sebagai hasil penelitian. Kelompok yang akan digeneralisasikan sebagai hasil penelitian disebut dengan sampel (Arikunto, 2002 & 109).
Namun, peneliti mempertimbangkan waktu, tenaga, dan dana sehingga peneliti harus menentukan sampel untuk mempermudah dalam pengambilan data. Tehnik yang digunakan untuk memilih subjek yaitu purposive sampling. Maksudnya ialah teknik pemilihan sekelompok subjek berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang mempunyai sangkut paut erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Sampel yang digunakan pada penelitian ini ialah prajurit TNI-AD yang sedang bertugas di Yonif 400/Raider Semarang dengan kriteria sebagai berikut :
1. Prajurit pada golongan tamtama yang memiliki pangkat minimal Prajurit Satu. Alasan memilih tamtama yaitu karena tamtama merupakan tingkat yang paling rendah sehingga memiliki banyak pemimpin.
2. Prajurit yang telah menikah dengan usia pernikahan minimal 6 bulan. Pada usia pernikahan minimal 6 bulan tersebut, pasangan sedang beradaptasi dengan kehidupan barunya.
C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ialah penyebaran skala dengan menyebar 2 skala, yaitu :
1. Skala Stres Kerja
Skala stres kerja ini mencakup 58 item yang terdiri dari 30 item favorabel dan 28 item unfavorabel. Penyusunan skala dibuat berdasarkan pada definisi operasional yang mencakup beberapa bentuk, yaitu respon psikologis, respon fisiologis, respon perilaku dan respon kognitif. Skala ini disusun menggunakan metode skala Likert yang memiliki 4 pilihan jawaban, yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Pilihan jawaban tersebut tersedia pada setiap item yang disajikan dan responden diminta untuk menyatakan kesetujuan atau ketidaksetujuan terhadap isi pernyataan (Azwar, 2005 : 140). Tidak ada jawaban Netral (N) pada pilihan jawaban. Alasannya, jika ada pilihan tengah maka responden cenderung untuk menjawab pilihan tersebut sehingga peneliti tidak mendapatkan informasi yang diinginkan (Azwar, 2005 : 34).
Pada skala ini, bobot tertinggi diberikan pada kategori jawaban yang paling favorabel dan memberikan bobot rendah pada kategori
jawaban yang tidak favorabel. Maksudnya, jawaban yang favorabel yaitu respon setuju terhadap pernyataan favorabel dan respon tidak setuju terhadap pernyataan yang tidak favorabel.
Namun demikian, jawaban yang tidak favorabel adalah respon tidak setuju terhadap pernyataan yang favorabel dan respon setuju terhadap pernyataan yang tidak favorabel. Skor pada skala yaitu Sangat Sesuai, Sesuai, Tidak Sesuai, Sangat Tidak Sesuai bergerak dari 1 hingga 4 pada skala unfavorabel dan dari 4 hingga 1 pada skala favorabel.
Sebaran nomer item dan jumlahnya dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut ini :
Tabel 3.1
Blue Print Skala Stres Kerja (sebelum uji coba)
Item Aspek Favourabel Unfavourabel Total Reaksi Psikologis 1,9,10,24,25,39,45 5,16,21,28,34,48, 42 14 Reaksi Fisiologis 4,11,23, ,29,49,44,47,55 8,15,20,35, 52,51 14 Reaksi Perilaku 3,12,13,27,36,43,54,57 7,18,19,30,40,41,50,58 16 Reaksi Kognitif 6,17,22,26,33,46,37 2,14,31,32,38,53,56 14 Jumlah 30 28 58
2. Skala Kekerasan dalam Rumah Tangga
Skala ini terdiri dari 54 item yang terdiri dari 27 item favorabel dan 27 item tidak favourabel. Penyusunan skala berdasarkan definisi operasional yang telah dibuat dan aspek-aspek variabel penelitian
seperti kekerasan psikis, kekerasan fisiologis, kekerasan seksual dan kekerasan ekonomi. Skala disusun menggunakan Metode Skala Likert yang memiliki 4 pilihan jawaban, yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Pilihan jawaban tersebut tersedia pada setiap item yang disajikan dan responden diminta untuk menyatakan kesetujuan atau ketidaksetujuan terhadap isi pernyataan (Azwar, 2005 : 140). Tidak ada jawaban Netral (N) pada pilihan jawaban. Alasannya, jika ada pilihan tengah maka responden cenderung untuk menjawab pilihan tersebut sehingga peneliti tidak mendapatkan informasi yang diinginkan. Skor pada skala yaitu Sangat Sesuai, Sesuai, Tidak Sesuai, Sangat Tidak Sesuai bergerak dari 1 hingga 4 pada skala unfavorabel dan dari 4 hingga 1 pada skala favorabel. Selanjutnya, berikut ini disajikan sebaran nomer item dan jumlahnya pada tabel 3.2 berikut ini:
Tabel 3.2
Blue Print Skala Kekerasan dalam Rumah Tangga (sebelum uji coba)
Item Aspek Favourabel Unfavourabel Total Kekerasan Fisik 7,9,17,27,33,41 4,15,20,24,37,53 12 Kekerasan Psikologis 1,11,21,25,35, 43,46,49,52 8,13,18,29,34, 42,47,50, 39 18 Kekerasan Seksual 3,14,23,30,40,54 6,16,22,26,51,45 12
Item Aspek Favourabel Unfavorabel Total Kekerasan Finansial 5,12,19,28,36,48 2,10,31,32,38,44