• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

F. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan 5 variabel yaitu 4 independen dan 1 dependen. penelitian ini diukur dengan skala likert lima poin, yaitu 1 (tidak pernah), 2 (jarang), 3 (kadang-kadang), 4 (sering), 5 (selalu). Menurut Sugiharto, (2020) skala likert adalah sebuah skala psikometri yang digunakan dalam kuesioner untuk mendapatkan pilihan peserta dan tingkat persetujuan dengan suatu pernyataan. Responden diminta untuk menunjukkan tingkat persetujuan pada pernyataan yang diberikan dengan cara memilih skala yang ordinal. Skala yang paling seringdigunakan adalah skala dengan 5 pilihan.

1. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah implementasi / penerapan SAK EMKM. Implementasi adalah tindakan atau aktifitas yang sudah dirancang sedemikian baik untuk dapat mencapai tujuan dari kegiatan tertentu. Secara sederhana, implementasi dapat dikatakan sebagai penerapan

37

atau tindakan dari rencana yang telah disusun sebelumnya (Darmasari dan Wahyuni, 2020).

Dalam penelitian Kusuma dan Lutfiany (2019), beberapa indikator implementasi SAK EMKM yaitu: penyusunan laporan keuangan dilakukan secara teratur, informasi akuntansi sesuai SAK EMKM, telah mengaplikasikan SAK EMKM dan manfaat penerapan SAK EMKM.

2. Variabel Independen

Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas pemahaman akuntansi, sosialisasi SAK EMKM, tingkat pendidikan dan motivasi kerja. Adapun penjelasan variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut:

a. Pemahaman Akuntansi

pemahaman akuntansi merupakan suatu kemampuan seorang untuk mengenal dan mengerti tentang akuntansi. Pemahaman akuntansi ini dapat di ukur dari nilai mata kuliah yang meliputi Pengantar Akuntansi dan mata kuliah lainnya (Pratiwi et al., 2016)

Pengetahuan akuntansi dipandang dari dua sisi pengertian yaitu sebagai pengetahuan profesi (keahlian) yang dipraktekkan di dunia nyata dan sekaligus sebagai suatu disiplin pengetahuan yang di ajarkan di perguruan tinggi. Akuntansi sebagai objek pengetahuan di perguruan tinggi, akademisi memandang akuntansi sebagai dua bidang kajian yaitu bidang praktik dan teori. Bidang praktik berkepentingan dengan masalah bagaimana praktik dijalankan sesuai dengan prinsip akuntansi (Indra dan Rusmita, 2018).

Paham menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia mempunyai pengertian pandai dan mengerti benar, sedangkan pemahaman adalah proses, cara perbuatan memahami atau memahamkan. Ini berarti bahwa orang yang memiliki pemahaman akuntansi adalah orang yang pandai benar tentang akuntansi. Seseorang dikatakan paham terhadap akuntansi adalah mengerti dan pandai bagaimana proses akuntansi itu dilakukan sampai menjadi suatu laporan keuangan keuangan dengan berpedoman pada prinsip dan standar penyusunan laporan keuangan yang ditetapkan

38

oleh Standar Akuntansi Keuangan. Pengukuran pemahaman seseorang dapat dilihat dari aspek pendidikan, pelatihan dan tingkat pengalaman (Puteri et al., 2019). Tanda seseorang memahami akuntansi adalah mengerti dan dapat menguasai konsep-konsep yang terkait (Atmaja et al., 2017)

Dalam skala Likert, variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan titik tolak untuk menyusun item-item instrument yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Penelitian ini menggunakan pemahaman akuntansi sebagai variabel sesuai penelitian Kusuma and Lutfiany (2019); Parhusip and Herawati (2020), dengan indikator sebagai berikut:

1. Memahami transaksi akuntansi 2. Adanya dokumentasi setiap transaksi

3. Memahami tahapan pembuatan laporan keuangan 4. Memahami pencatatan akuntansi

5. Memahami penyusunan laporan keuangan

6. Mampu membuat laporan keuangan sesuai standar akuntansi

b. Sosialisasi SAK EMKM

Sosialisasi SAK EMKM adalah pemberian data atau pelatihan yang diidentikkan dengan SAK EMKM yang diberikan oleh perkumpulan terkait dengan sosialisasi SAK EMKM, Seperti Dinas Koperasi dan UMKM, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), lembaga pelatihan, serta lembaga pendidikan tinggi (Wulandari, 2020). Sosialisasi SAK EMKM merupakan proses individu belajar bagaimana menyesuaikan diri dengan lingkungan tertentu dan bagaimana mengkoordinasikan perilakunya dengan perilaku orang lain dan belajar sesuai dengan peranan dan peraturan yang ditetapkan yakni SAK EMKM (Febriyanti & Wardhani, 2018).

Sosialisasi dapat diartikan sebagai proses penyesuaian diri dengan hal-hal baru yang dipelajari sesuai dengan pekerjaan dan keputusan yang telah ditetapkan. Sosialisasi SAK EMKM sangat penting untuk melatih pemahaman para pelaku bisnis melihat pedoman materi agar dapat

39

meningkatkan kualitas laporan keuangan yang diperoleh untuk perkembangan dan kemajuan bisnis mereka (Darmasari dan Wahyuni, 2020). Pelaku UMKM berpendapat bahwa masih memerlukan adanya sosialisasi standar akuntansi. Mereka berharap adanya pelatihan yang berkelanjutan dengan memberikan modul standar akuntansi untuk diimplementasikan (Mubiroh & Ruscitasari, 2020).

Sosialisasi SAK EMKM dalam penelitian ini di ukur dengan skala likert lima poin, yaitu 1 (tidak pernah), 2 (jarang), 3 (kadang-kadang), 4 (sering), 5 (selalu). Kusuma dan Lutfiany (2019), menggunakan beberapa indikator untuk mengukur sosialisasi. Indikatornya tersebut adalah:

1. Pelaksanaan sosialisasi 2. Tujuan sosialisasi 3. Manfaat sosialisasi 4. Media sosialisasi

c. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan memerankan komponen persepsi pengendalian diri dalam. Pemilik UMKM merasa bahwa tingkat pendidikan yang dimilikinya mumpuni, maka pemilik UMKM akan memiliki kemampuan untuk mengimplementasikan SAK EMKM (Parhusip dan Herawati, 2020).

Latar belakang pendidikan pengusaha UMKM juga menjadi salah satu faktor yang mendukung implementasi SAK EMKM. Pelaku UMKM yang pernah menempuh pendidikan akuntansi mempunyai persepsi yang lebih baik terkait implementasi standar akuntansi dibandingkan dengan pengusaha yang berlatar belakang non akuntansi. Studi menunjukkan bahwa kualifikasi pedidikan pemilik UKM memiliki hubungan yang signifikan terhadap pelaporan keuangan UKM (Mubiroh & Ruscitasari, 2020).

Tingkat pendidikan Menurut Undang-Undang Republik Indonesia pasal 1 Nomor 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

40

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Febriyanti & Wardhani, 2018). Tingkat pendidikan adalah tahapan pendidikan yang tidak diatur unutuk tujuan meratanya kemampuan siswa, tujuan yang ingin dicapai, dan kapasitas yang diciptakan. Cara instruktif terdiri dari sekolahan formal, nonformal, dan kasual yang dapat saling melengkapi dan memajukan. Kapasitas dan penguasaan seseorang saat ini ditentukan oleh pendidikan yang telah diambilnya, baik secara resmi maupun tidak resmi (Parhusip dan Herawati, 2020). Penelitian ini menggunakan tingkat pendidikan sebagai variabel sesuai penelitian (Kusuma dan Lutfiany, 2019) dengan indikator sebagai berikut:

1. Pendidikan formal 2. Pendidikan non formal d. Motivasi Kerja

Motivasi kerja adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan, dan mendukung perilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil kerja yang optimal (Aldi & Susanti, 2019). Motivasi merupakan indikator yang membuat seorang pekerja lebih puas dalam menjalankan aktivitasnya. Motivasi kerja dapat menjadi pendorong yang ada dalam diri manusia dan dapat mengarahkan perilakunya untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya (Gondokusumo and Sutanto (2015).

Motivasi merupakan salah satu hal yang mempengaruhi perilaku manusia, motivasi disebut juga sebagai pendorong, keinginan, pendukung atau kebutuhan - kebutuhan yang dapat membuat seseorang bersemangat dan termotivasi untuk mengurangi serta memenuhi dorongan diri sendiri, sehingga dapat bertindak dan berbuat menurut cara-cara tertentu yang akan membawa ke arah yang optimal. Motivasi sangat berpengaruh terhadap kinerja pegawai. Karena pada umumnya pegawai akan memiliki produktivitas kerja yang tinggi apabila perusahaan mendukung pelaksanaan tugas mereka. Karena dukungan kerja yang baik akan mempengaruhi pelaksanaan tugas pegawai dalam suatu perusahaan. Dalam rangka mendukung pelaksanaan kerja pegawai,

41

perusahaan dapat memberikan misalnya bonus kepada pegawai agar mereka memiliki motivasi yang tinggi dalam bekerja (Andika, 2019).

Definisi operasional motivasi kerja dalam penelitian ini yaitu dorongan dari dalam diri karyawan untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam penelitian Fadli (2020), indikator yang dipakai untuk mengukur variabel motivasi kerja ialah:

1. Kebutuhan fisik 2. Kebutuhan keamanan 3. Kebutuhan sosial

4. Kebutuhan penghargaan 5. Kebutuhan aktualisasi diri

Tabel 3.1 Operasional variabel

Variabel Definisi variabel Dimensi Indikator Pemahaman

2. Tujuan sosialisasi 3. Manfaat sosialisasi

42

4. Media sosialisasi

Tingkat Pendidikan dkk (2020), Jihan dan Erlina (2018), Gondokusumo dan Sutanto (2015), Edasa dan Putra (2014), Ady dan Wijono (2013),

2. Kebutuhan sosial 3. Kebutuhan 4. Manfaat penerapan

SAK EMKM.

43 sebelumnya (Darmasari dan Wahyuni, 2020)

44

BAB IV

TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dokumen terkait