• Tidak ada hasil yang ditemukan

Definisi operasional variabel penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

F. Definisi operasional variabel penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan metode penelitian yang telah

ditentukan maka definisi operasional pada penelitian ini adalah:

a. Kompetensi

Kompetensi dapat diartikan sebagai seseorang yang memiliki

pengetahuan dan keterampilan yang luas yang ditunjukan dalam

pengalaman audit, kompetensi dapat juga diartikan sebagai suatu

kualifikasi yang dibutuhkan auditor untuk melakukan audit dengan

baik dan benar. Variabel kompetensi diukur dengan 4 dimensi yaitu:

1) Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang telah

diketahui dan dimiliki oleh sesorang, pengetahuan dalam

konteks audit dapat diperoleh melaui pendidikan formal

ataupun pelatihan khusus di bidang audit. Dimensi

pengukuran pengetahuan meliputi 5 indikator sebagai

berikut:

a) Pengetahuan tentang jenis industri klien sebelum

b) Pengetahuan tentang prosedur-prosedur standar

yang yang akan dilakukan

c) Pengetahuan dari pendidikan formal dan pelatihan

dibidang audit.

d) Pengetahuan tentang standar akuntansi keuangan

(SAK) dan standar profesional akuntan publik

(SPAP)

e) Pengetahuan tentang kondisi perusahaan klien

2) Keahlian dapat diartikan sebagai kecakapan atau kelebihan

yang dimiliki auditor dalam menggunakan kemampuan dan

kreatifitasnya dalam rangka menyelesaikan pekerjaannya

dengan baik dan bermanfaat. Keahlian diukur dengan 4

indikator yaitu:

a) Keahlian yang cukup dibidang sistem informasi

yang terkomputerisasi

b) Keahlian dalam mengoperasikan komputer

c) Keahlian dalam berkomunikasi, baik secara lisan

maupun tulisan

d) Keahlian dalam penggunaan teknik-teknik dan

prinsip akuntansi

3) Kemampuan, merupakan suatu kekuatan dan kesanggupan

dalam diri seseorang auditor dalam melaksanakan suatu

penuh tanggung jawab. Kemampuan meliputi 4 indikator

yaitu:

a) Kemampuan dalam membuat laporan audit dan

mempresentasikan.

b) Mampu mengembangkan hubungan baik dengan

pihak klien.

c) Mampu menganalisis resiko potensial saat

melakukan audit.

d) Mampu mendeteksi dan mengidentifikasi adanya

gejala kecurangan (fraud) pada saat melakukan

audit.

b. Independensi

Independensi adalah sikap yang diharapkan ada pada seorang auditor,

untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi yang bertentangan

dengan kode etik profesi. Independensi dapat juga diartikan sebagai

suatu sikap auditor yang jujur, bebas dari benturan kepentingan,

sehingga dapat melaporkan temuan-temuan audit berdasarkan bukti

yang ada. Variabel independensi diukur dengan 3 dimensi yaitu:

1) Hubungan auditor dengan klien, dapat berpotensi

mengurangi independensi seorang auitor, hal ini bisa

disebabkan karena ada kemungkinan seorang auditor akan

melaksanakan penugasan audit dalam jangka waktu yang

hubungan pribadi (teman, sahabat, atau keluarga) dengan

auditor, sehingga auditor menjadi kurang ketat dalam

melaksanakan prosedur audit, lama hubungan klien dan

auditor diukur dengan 4 indikator sebagai berikut:

a) Auditor sebaiknya melakukan penugasan audit

untuk klien yang sama paling lama 3 tahun.

b) Tetap berupaya bersifat independen walaupun telah

lama menjalin hubungan dengan klien.

c) Tidak semua kesalahan klien diungkapkan pada

laporan audit dikarenakan klien merupakan kenalan

baik auditor.

d) Fasilitas yang diberikan oleh klien kepada auditor

dalam penugasan audit, membuat auditor sungkan

dan merasa kurang bebas melakukan audit.

e) Auditor memberikan opini yang memuaskan karena

selama penugasan audit, klien bersikap sangat baik

pada auditor.

2) Tekanan dari klien, merupakan salah satu faktor yang dapat

mengurangi independensi auditor, klien biasanya berharap

agar laporan keuangan yang dibuat pihak klien

mendapatkan opini yang memuaskan bagi klien sehingga

menemukan kesalahan pada laporan keuangan. Tekanan

dari klien meliputi 5 indikator.

a) Hasil audit harus memuaskan pihak klien agar

auditor tidak mendapatkan sanksi dari klien

b) Auditor tidak berani melaporkan kesalahan klien

karena takut posisinya akan digantikan oleh auditor

lain.

c) Selama melaksanakan audit auditor selalu di awasi

pihak klien, sehingga auditor menjadi kurang fokus

pada pekerjaannya.

d) Agar tidak kehilangan klien, auditor terkadang

bertindak tidak jujur.

e) Auditor tidak melaporkan semua kesalahan klien,

karena mendapatkan peringatan dari klien.

c.Motivasi

Motivasi merupakan suatu kekuatan-kekuatan yang bekerja dalam diri

seseorang dan mengarahkan perilaku individu tersebut agar lebih

bersemangat dalam melaksanakan pekerjaannya. Motivasi diukur

dengan 2 dimensi sebagai berikut :

1) Lingkungan tempat kerja, dapat berdampak pada motivasi

karena apabila lingkungan tempat berkerja tidak nyaman dan

betah dan tidak fokus pada pekerjaannya. Lingkungan

tempat bekerja di ukur dengan 3 indikator sebagai berikut:

a) Rekan kerja, memperlakukan auditor dengan baik

b) Lingkungan tempat bekerja terasa nyaman dan aman

c) Lingkungan tempat bekerja menyenangkan.

2) Apresiasi, dapat berdampak pada motivasi dikarenakan

apresiasi merupakan suatu penghargaan atau penilaian

positif yang diberikan kepada seseorang auditor atas hasil

kerjanya yang memuaskan. Apresiasi diukur dengan 4

indikator sebagai berikut:

a) Laporan hasil audit memuaskan dan mendapat

pujian dari rekan kerja dan atasan.

b) Mendapatkan bonus setiap auditor mampu

menyelesaikan audit tepat waktu.

c) Evaluasi hasil kerja auditor, selalu mendapatkan

hasil yang memuaskan.

d. Kualitas audit

Kualitas audit merupakan segala kemungkinan (probability) dimana

auditor pada saat mengaudit laporan keuangan klien dapat

menemukan pelanggaran yang terjadi dalam sistem akuntansi klien

dan melaporkannya dalam laporan keuangan auditan, dimana dalam

melaksanakan tugasnya tersebut auditor berpedoman pada standar

untuk mengukur kuliatas audit dilakukan dengan menggunakan 3

dimensi pengukuran sebagai berikut:

1) Kesesuaian dengan standar audit, dibutuhkan oleh auditor

sebagai langkah-langkah yang akan digunakan oleh auditor

dalam pelaksanaan penugasaan auditnya, hal ini

dikarenakan kesesuaian dengan standar audit berdampak

pada laporan auditan dan kualitas audit yang akan

dihasilkan oleh auditor. Kesesuaian dengan standar audit

diukur dengan 5 indikator sebagai berikut:

a) Bukti audit diperoleh melalui inpeksi, pengamatan,

pengajuan pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar

yang memadai untuk menyatakan pendapat atas

laporan audit.

b) Saat menerima penugasan audit, auditor harus

membuat atau menetapkan sasaran, ruang lingkup

audit dan prosedur audit yang akan dilakukan.

c) Menyajikan laporan keuangan sesuai dengan prinsip

akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

d) Semua hasil pekerjaan auditor diriview oleh

manager sebelum laporan hasil audit dibuat.

e) Auditor selalu menyajikan laporan audit yang

memuat penjelasan atau tanggapan atau pihak objek

2) Prinsip kehati-hatian, adalah prinsip seorang auditor dalam

pelaksanaan penugasan audit dimana seorang auditor

harus bersikap hati-hati dan tidak mudah percaya terhadap

pernyataan klien tanpa adanya bukti yang mendukung,

serta berhati-hati dalam pengambilan keputusan. Prinsip

kehati-hatian diukur dengan 3 indikator sebagai berikut:

a) Selama penugasan audit auditor tidak pernah

percaya sepenuhnya pada pernyataan klien

b) Auditor selalu hati-hati dan mempertimbangkan

segala resiko yang mungkin akan terjadi, sebelum

mengambil suatu keputusan

c) Semua bukti audit yang diperoleh auditor

digunakan dengan sebaik-baiknya.

3) Hasil audit atau laporan hasil audit merupakan tahap akhir

dan penting dari suatu pekerjaan audit, dimana dalam

laporan hasil audit akan dikemukaan semua hal yang

menurut pertimbangan auditor cukup penting untuk di

laporkan. Laporan hasil audit diukur dengan 4 indikator

sebagai berikut:

a) Laporan audit yang dihasilkan harus akurat,

lengkap.

c) Laporan hasil audit yang disajikan secara, jelas,

ringkas serta tepat waktu agar informasi yang

diberikan bermanfaat secara maksimal.

d) Laporan audit yang dihasilkan selalu memuat

temuan-temuan audit.

e) Laporan hasil audit yang dihasilkan memuat

kesimpulan audit.

f) Laporan hasil audit memuat rekomendasi yang

menyakinkan.

g) Auditor menggunakan bahasa dan kalimat yang

jelas, mudah dipahami serta tepat sasaran dalam

melaporkan hasil audit agar tidak menyesatkan

pemakai laporan auditan.

h) Laporan audit yang dihasilkan harus mampu

mengemukakan tentang adanya pelanggaran atau

tindakan perbaikan yang telah dilakukan oleh

klien.

Dokumen terkait