ABSTRAK
HUBUNGAN KOMPETENSI, INDEPENDENSI DAN MOTIVASI AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT
Nopitasari NIM: 102114116 Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2015
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kompetensi, independensi dan motivasi auditor terhadap kualitas audit.
Penelitian ini dilaksanakan pada 5 Kantor Akuntan Publik (KAP) di Yogyakarta, jenis penelitian yang dilakukan berupa studi kasus, dengan teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan teknik analisis data menggunakan korelasi partial.
Hasil dari penelitian ini adalah : (1) Ada hubungan yang signifikan antara Kompetensi dan kualitas audit, (2) Ada hubungan yang signifikan antara independensi dan kualitas audit, (3) Tidak ada hubungan yang signifikan antara Motivasi Auditor dan kualitas audit.
ABSTRACT
THE RELATIONSHIP BETWEEN COMPETENCE, INDEPENDENCE, AND AUDITOR MOTIVATION ON AUDIT
QUALITY
Nopitasari NIM: 102114116 Sanata Dharma University
Yogyakarta
The aim of this research was to find out the relationship between competence, independence, and auditor motivation on audit quality.
The research was done in 5 public accounting offices in Yogyakarta. The type of the research was case study with data collection technique using questionnaire, and data analysis technique using Partial Correlation.
The results of this research were: (1) there was significant relationship between competence and audit quality, (2) there was significant relationship between independence and audit quality, (3) there was no significant relationship between auditor motivation and audit quality.
HUBUNGAN KOMPETENSI, INDEPENDENSI, DAN
MOTIVASI AUDITOR
TERHADAP KUALITAS AUDIT
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Akuntansi
Oleh :
Nopitasari
Nim: 102114116
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
HUBUNGAN KOMPETENSI, INDEPENDENSI, DAN
MOTIVASI AUDITOR
TERHADAP KUALITAS AUDIT
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Akuntansi
Oleh :
Nopitasari
Nim: 102114116
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
Motto dan Persembahan
..Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang
membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban." (2 Tim 1:7)
“Tidak penting seberapa kali kau terjatuh, seberapa kali kau merasakan
yang namanya kegagalan, yang terpenting adalah seberapa kuat kau untuk
terus berusaha berdiri dan melangkah lagi demi apa yang kau inginka”
(NS)
“No matter how you feel, get up, drees up and fight for your dreams”
(Unknown)
Jangan pernah mengatakan kata menyerah untuk sesuatu yang belum kau
perjuangankan terlebih dahulu. (NS)
Skripsi ini ku persembahkan untuk: Tuhan Yesus Ayah dan Ibuku, serta semua keluargaku Sahabat-sahabatku, Septri, Lea, dan mas Iyan Serta orang-orang yang selalu mendukung dan terlibat dalam proses penyelesaian
v
UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI – PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya Nopitasari menyatakan bahwa skripsi dengan judul HUBUNGAN KOMPETENSI, INDEPENDENSI, DAN
MOTIVASI AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT dan maju untuk
diuji pada tanggal 30 September 2015 adalah hasil karya saya.
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan saya selain, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya. Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, baik sengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin dan meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh Universitas batal saya terima.
Yogyakarta, 30 Oktober 2015 Yang membuat pernyataan
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA TULIS UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Nopitasari
NIM : 102114116
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya mem berikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya dengan judul:
HUBUNGAN KOMPETENSI, INDEPENDENSI, DAN MOTIVASI
AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT, beserta perangkat yang
diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kapada Perpustakan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingann akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 30 Oktober 2015 Yang menyatakan
Nopitasari
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah melipahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul Hubungan Kompetensi, Independensi
dan Motivasi Auditor Terhadap Kualitas Audit. Penulisan skripsi ini
bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata
Dharma, dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan,
bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Johanes Eka Priyatma, M.sc., Ph. D, selaku Rektor Universitas Sanata
Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar
mengembangkan keperibadian kepada penulis.
2. Dr.H. Herry Maridjo, M.Si, selaku dekan Fakultas Ekonomi, yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar lebih banyak
tentang ilmu Akuntansi.
3. Dra.YFM.Gien Agustinawansari Ak.MM. Selaku dosen pembimbing 1,
yang telah banyak membantu serta membimbing penulis dengan penuh
kesabaran dalam proses penyelesaian skripsi ini.
4. Josephine Wuri SE, M.Si, selaku dosen pembimbing II yang telah banyak
membantu penulis dalam proses pengujian dan menganalisis data dalam
viii
5. Bapak dan ibu dosen, yang telah memberi bekal ilmu yang tidak ternilai
harganya kepada penulis selama belajar di Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
6. Bapak/ibu/Saudara/saudari, Akuntan Publik di Yogyakarta yang telah
bersedia menjadi responden dan meluangkan waktu untuk mengisi
kuesioner.
7. Ayah dan Ibu tercinta, skripsi ini aku persembahkan untuk kalian. Terima
Kasih untuk semua doa, dan kerja keras kalian untuk ku selama ini, untuk
semua hal yang telah kalian berikan kepadaku, nasehat-nasehat yang selalu
membuatku semangat kembali di saat aku mulai lelah dan mengeluh dalam
proses penyelesaian skripsi ini.
8. Kak Yupen dan Kak Ferdy, yang selalu menyemangati walaupun dengan
kata-kata yang terkadang menyebalkan untuk didengar.
9. Koko Juliem, yang selalu memberi dukungan dan memotivasi.
10.Sahabat-sahabat terbaik dan seperjuangan, Septri, Lea, mas Yan, Mas
Riaz, Puput. Terima kasih untuk kebersamaan, keceriaan dan kekonyolan
yang akan menjadi kenangan terindah tak terlupakan. Ayo selalu jalani
kehidupan dengan semangat masa muda, walupun nanti jadi tua...!!!!!!
11.Teman-Teman MPT yang selalu, memberikan semangat, dan dukungan,
terutama Nandus dan Angel, Terima Kasih untuk masukan-masukan dan
bantuan dalam penyelesaian skripsi ini.
ix
13.Keluarga Kos, Pak Riwi, ibu Titiq, ibu Iin, Daddy, Ayu, Ocha, Kristy,
Sandra, Abdi, yang selalu menemani hari-hari selama kuliah di Yogya.
14.Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini
yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari penulisan skripsi ini jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran. Penulis berharap skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, 30 Oktober 2015
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
F. Sistematika penulisan ... 4
BAB II LANDASAN TEORI ... 6
A. KAP ... 6
B. Kegiatan kantor akuntan publik ... 6
1. Kegiatan pembuktian atau pengujian ... 6
xi
2. Auditor pemerintah ... 9
3. Auditor internal ... 9
E. Tingkatan auditor dalam organisasi ... 10
1. Patner ... 10
2. Manajer ... 10
3. Auditor senior ... 11
4. Auditor junior ... 11
F. Jasa profesi akuntan publik (auditor) ... 11
1. Jasa atestasi ... 12
2. Standar pekerjaan lapangan ... 18
3. Standar pelaporan ... 19
K.Kualitas audit ... 19
L. Kompetensi ... 21
M.Independensi ... 23
1. Independensi dalam program audit ... 24
2. Independensi dalam verifikasi ... 24
3. Independensi dalam pelaporan ... 25
N.Motivasi ... 25
xii
2. Beberapa teori tentang motivasi ... 26
O.Penelitian terdahulu ... 29
P. Perumusan hipotesis ... 30
1. Hubungan antara kompetensi terhadap kualitas audit ... 30
2. Hubungan antara independensi terhadap kualitas audit ... 31
3. Hubungan antara motivasi auditor terhadap kualitas audit ... 32
BAB III METODE PENELITIAN ... 35
A. Jenis penelitian ... 35
B. Tempat dan waktu penelitian ... 35
C. Subjek dan objek penelitian ... 35
D. Sumber data ... 36
E. Teknik pengumpulan data ... 36
F. Definisi operasional variabel penelitian ... 37
G. Teknik analisis data ... 45
C. KAP Drs.Soeroso Donosapoetro ,MM ... 52
D. KAP Indarto Waluyo, M.acc.Ak, CPA ... 52
E. KAP Drs.Hadiono ... 52
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 53
A. Deskripsi responden ... 53
B. Analisis data ... 56
C. Uji asumsi klasik ... 59
D. Uji hipotesis ... 60
xiii
BAB VI PENUTUP ... 67
A. Kesimpulan ... 67
B. Keterbatasan penelitian ... 68
C. Saran ... 69
DAFTAR PUSTAKA ... 71
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
A. Kuesioner ... 75
B. Rekap Kuesioner ... 84
C. Uji Validitas Kompetensi ... 92
D. Uji Reliabilitas Kompetensi ... 95
E. Uji Validitas Independensi ... 96
F. Uji Reliabilitas Independensi ... 98
G. Uji Validitas Motivasi Auditor ... 99
H. Uji Reliabilitas Motivasi Auditor ... 100
I. Uji Validitas Kualitas Audit ... 101
J. Uji Reliabilitas Kualitas Audit ... 104
K. Uji Normalitas ... 105
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tingkatan Auditor dan Lama Pengalaman Kerja ... 11
Tabel 3.1 Interprestasi Nilai r ... 47
Tabel 4.1 Daftar KAP yang Aktif di Yogyakarta ... 49
Tabel 5.1 Data Respondence rate ... 53
Tabel 5.2 Nama Kantor Akuntan Publik dan Jumlah Kuesioner yang diterima ... 54
Tabel 5.3 Pengisian indentitas Responden Kuesioner ... 55
Tabel 5.4 Hasil Uji Validitas ... 56
Tabel 5.5 Hasil Uji Reliabiltas ... 58
Tabel 5.6 Hasil Uji Normalitas ... 59
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Hirarki kebutuhan Maslow ... 26
Gambar 2.3 Kerangka pemikiran ... 34
Gambar 5.1 Persentase pengembalian kuesioner ... 54
xvii ABSTRAK
HUBUNGAN KOMPETENSI, INDEPENDENSI DAN MOTIVASI AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT
Nopitasari NIM: 102114116 Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2015
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kompetensi, independensi dan motivasi auditor terhadap kualitas audit.
Penelitian ini dilaksanakan pada 5 Kantor Akuntan Publik (KAP) di Yogyakarta, jenis penelitian yang dilakukan berupa studi kasus, dengan teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan teknik analisis data menggunakan korelasi partial.
Hasil dari penelitian ini adalah : (1) Ada hubungan yang signifikan antara Kompetensi dan kualitas audit, (2) Ada hubungan yang signifikan antara independensi dan kualitas audit, (3) Tidak ada hubungan yang signifikan antara Motivasi Auditor dan kualitas audit.
xviii
ABSTRACT
THE RELATIONSHIP BETWEEN COMPETENCE, INDEPENDENCE, AND AUDITOR MOTIVATION ON AUDIT
QUALITY
Nopitasari NIM: 102114116 Sanata Dharma University
Yogyakarta
The aim of this research was to find out the relationship between competence, independence, and auditor motivation on audit quality.
The research was done in 5 public accounting offices in Yogyakarta. The type of the research was case study with data collection technique using questionnaire, and data analysis technique using Partial Correlation.
The results of this research were: (1) there was significant relationship between competence and audit quality, (2) there was significant relationship between independence and audit quality, (3) there was no significant relationship between auditor motivation and audit quality.
1 BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat dari profesi
akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak
memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam
laporan keuangan (Mulyadi,2002:2). Kepercayaan yang besar dari pemakai
laporan keuangan auditan dan jasa lainnya yang diberikan oleh akuntan publik
inilah yang akhirnya mengharuskan akuntan publik memperhatikan kualitas
audit yang dihasilkannya. Kualitas audit yang dihasilkan akuntan publik juga
mendapat sorotan dari masyarakat setelah terjadi banyak skandal yang
melibatkan akuntan publik baik di luar negeri maupun di dalam negeri.
Maraknya skandal keuangan yang terjadi baik di dalam maupun di luar negeri
telah memberikan dampak besar terhadap kepercayaan publik terhadap profesi
akuntan publik.
Akuntan publik sebagai pihak ketiga yang independen seharusnya
mampu memberikan jaminan atas relevansi dan keandalan sebuah laporan
keuanga. (Hutabarat,2012) menyatakan jika auditor tidak mampu mendeteksi
trik rekayasa laporan keuangan yang dilakukan oleh klien maka yang
bermasalah adalah kompetensi yang dimiliki oleh auditor, namun apabila yang
terjadi adalah auditor ikut mengamankan praktik rekayasa tersebut maka yang
dimana akuntan publik tidak mampu mendeteksi trik rekayasa laporan
keuangan yang telah dilakukan oleh Enron dan Worldcom membuat
kompetensi dan independensi yang seharusnya dimiliki oleh seorang akuntan
publik semakin dipertanyakan, karena kompetensi dan independensi
merupakan dua karakteristik yang seharusnya dimiliki oleh seorang akuntan
publik dalam mengaudit sebuah laporan keuangan. Independensi dalam audit
berarti mengambil sudut pandang yang tidak bias dalam melakukan pengujian
audit, independensi ini sangat penting karena banyaknya pengguna laporan
keuangan bersedia mengandalkan laporan audit eksternal terhadap kewajaran
laporan keuangan eksternal, karena ekspektasi mereka atas sudut pandang yang
tidak bias dari akuntan publik.
Jusup (2010:97) menyatakan bahwa kompetensi akuntan publik atau
auditor menunjukkan terdapatnya pencapaian dan pemeliharan suatu tingkatan
pemahaman dan pengetahuan yang memungkinkan seseorang akuntan publik
untuk memberikan kemudahan dan kecerdikan dalam menyelesaikan tugasnya,
namun walaupun seorang auditor telah memiliki kompetensi dan independensi
yang cukup, belum tentu bisa menjamin seorang auditor akan memiliki
komitmen yang tinggi untuk berlaku jujur dan apa adanya saat melakukan
audit, dalam hal ini dibutuhkan suatu motivasi yang dapat mendorong
semangat juang auditor dalam menyelesaikan pekerjaan dan tidak
menyalahgunakan kompetensi yang dimiliki serta mampu mempertahankan
motivasi dalam diri seorang auditor akan sangat membantu auditor untuk lebih
bersemangat, berperestasi dan berkomitmen, terhadap pekerjannya.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dapat ditarik rumusan masalah yaitu:
Bagaimana Hubungan Kompetensi, Independensi, dan Motivasi Auditor
Terhadap Kualitas Audit?
C.Batasan masalah
Penulis merasa perlu memberikan batasan masalah pada penelitian ini
dengan maksud agar lebih fokus dan tidak meluas dari permasalahan yang akan
dibahas, dalam skripsi ini penulis membatasi auditor yang dimaksud, adalah
auditor eksternal pada KAP yang berada di wilayah Yogyakarta yang telah
ditentukan oleh penulis.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka penelitian ini mempunyai tujuan
untuk mengetahui Hubungan Kompetensi, Independensi, dan Motivasi
Auditor Terhadap Kualitas Audit.
E.Manfaat Penelitian
1. Bagi Profesi Auditor
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan suatu informasi dan bahan
evaluasi yang berguna bagi para auditor dalam melaksanakan tugas dan
2. Bagi Program Studi Akuntansi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
dan referensi bagi penulis selanjutnya dengan penelitian yang sejenis di
masa mendatang.
3. Bagi Penulis
Hasil penelitian ini menambah informasi dan pengetahuan, tentang
bagaimana hubungan kompetensi, independensi dan motivasi auditor
terhadap kualitas audit .
F. Sistematika penulisan
Dalam penelitian ini, sistematika yang digunakan adalah sebagai
berikut:
Bab I. Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang masalah penelitian, rumusan masalah,
batasan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika
penulisan.
Bab II. Landasan Teori
Bab ini berisi tentang landasan teori yang digunakan, dan perumusan
hipotesis penelitian yang berkaitan dengan permasalahan yang akan
diteliti, sehingga dapat menjadi bahan pendukung dalam proses
Bab III. Metode Penelitian
Bab ini menjelaskan tentang teknik penelitian, waktu dan tepat
penelitian, metode penentuan sampel, metode pengumpulan data dan
metode analisis data.
Bab IV Gambaran Umum KAP di Yogyakarta
Bab ini berisi tentang gambaran umum 5 KAP yang berada di
Yogyakarta sebagai tempat penelitian.
Bab V. Analisis dan Pembahasan
Pada bab ini berisi tentang hasil penelitian, yang meliputi analisis
data, dan pembahasan untuk masing-masing masalah yang telah
diteliti.
Bab VI. Penutup
Berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian serta saran yang
dianggap perlu untuk diberikan kepada para staf auditor,KAP, dan
untuk peneliti selanjutnya.
6 BAB II
LANDASAN TEORI
A.KAP
Kantor akuntan publik (KAP) merupakan wadah bagi para auditor dalam
memberikan jasanya dan untuk melaksanakan tugasnya seorang auditor bekerja
pada kantor akuntan publik (KAP). KAP sendiri menurut undang-undang
tentang akuntan publik no 5 tahun 2011, adalah badan usaha yang didirikan
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan mendapatkan izin
usaha berdasarkan undang-undang akuntan publik no 5 tahun 2011. KAP ini
bisa berbentuk usaha perseorangan, persekutuan perdata, firma, atau bisa juga
berbentuk usaha lain sesuai dengan karakteristik profesi akuntan publik yang
diatur dalam undang-undang.
B. Kegiatan Kantor Akuntan Publik
Kantor akuntan publik melaksanakan empat kategori jasa yang utama
yaitu:
1. Kegiatan pembuktian atau pengujian meliputi semua kegiatan kantor
akuntan dimana diterbitkannya suatu laporan tertulis yang menyatakan
kesimpulan atas keandalan dari pernyataan tertulis yang merupakan
tanggungjawab pihak lain. Kegiatan pembuktian ini meliputi audit atas
laporan keuangan historis, dan tinjauan atas laporan keuangan historis.
2. Penyuluhan pajak, menyusun surat pemberitahuan pajak dari perusahan
3. Konsultasi manjemen, jasa ini berkisar dari pemberian saran sederhana,
mengenai pembenahan sistem akuntansi sampai keikutsertaan dalam
menyusun strategi pemasaran dan konsultasi asuransi.
4. Jasa akuntansi dan atministrasi pembukuan, ini dilakukan karena
banyaknya klien kecil dengan staf akuntansi yang terbatas menyerahkan
pembuatan laporan keuangan kepada kantor akuntan publik.
(Sunyoto,2013).
C.Kewajiban dan Larangan KAP
Kewajiban dan larangan KAP menurut undang-undang tentang akuntan
publik no 5 tahun 2011 adalah sebagai berikut:
1. KAP atau cabang KAP wajib:
a. mempunyai paling sedikit 2 (dua) orang tenaga kerja
profesional pemeriksa dibidang akuntansi
b. mempunyai kantor atau tempat untuk menjalankan usaha
c. memiliki dan menjalankan sistem pengendalian mutu.
d. memasang nama lengkap kantor pada bagian depan kantor.
KAP wajib menyampaikan secara lengkap dan benar laporan kegiatan
usaha dan laporan keuangan untuk takwim sebelumnya dan wajib
menyampaikan laporan program dan realisasi tahunan program
pengembangan profesi akuntan publik (auditor) dan/atau dunia pendidikan
bagi KAP paling lambat pada ahkir bulan April kepada menteri, dalam
memberikan jasanya akuntan publik dan KAP wajib menjaga independensi
atau memiliki kendali yang signifikan pada klien atau memperoleh manfaat
ekonomis dari klien, memiliki hubungan kekeluargaan dengan orang yang
memiliki posisi kunci di bidang keuangan, serta wajib menjaga kerahasian
informasi yang diperoleh dari klien.
1. KAP dilarang untuk:
a. Melakukan kerja sama dengan KAPA (kantor akuntan publik
asing) OAA (organisasi audit asing) yang telah melakukan kerja
sama dengan KAP lain.
b. Mencantumkan nama KAPA atau OAA yang status terdaftar
KAPA atau OAA tersebut pada menteri dibekukan atau dibatalkan.
c. Memiliki rekan non-akuntan publik yang tidak terdaftar pada
menteri.
d. Membuka kantor dalam bentuk lain, kecuali bentuk kantor cabang
e. Membuat iklan yang menyesatkan.
D. Auditor
Arens (1995) dalam Kurnia Rahayu, Suhayati (2010:13)
mendefinisikan auditor adalah seseorang yang menyatakan pendapat atas
kewajaran dalam semua hal yang material, posisi keuangan hasil usaha dan
arus kas yang sesuai dengan perinsip akuntansi berlaku umum di Indonesia.
Auditor ditinjau dari sudut profesi akuntan publik, adalah pemeriksaan
(examination) secara objektif atas laporan keuangan suatu perusahaan atau
tersebut menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi
keuangan dan hasil usaha perusahaan atau organisasi tersebut.
Kurnia Rahayu, Suhayati (2010:13), auditor terdiri dari 3 jenis yaitu:
1. Auditor independen
Auditor independen berasal dari kantor akuntan publik, bertanggungjawab
atas audit laporan keuangan historis auditeenya.
2. Auditor pemerintah
Auditor pemerintah adalah auditor yang berasal dari lembaga pemeriksa
pemerintah, di Indonesia lembaga yang bertanggungjawab secara fungsional
atas pengawasan terhadap kekayaan atau keuangan negara adalah badan
pemeriksa keuangan (BPK).
3. Internal auditor
Internal auditor adalah pegawai dari suatu organisasi atau perusahaan yang
berkerja di organisasi untuk melakukan audit bagi kepentingan manajemen
perusahaan yang bersangkutan dengan tujuan untuk membantu manjemen
organisasi mengetahui kepatuhan para pelaksana operasional organisasi
terhadap kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan oleh perusahaan,
sedangkan Mulyadi dan Kanaka (1998) dalam Sunyoto, (2013:30),
menyatakan 3 jenis auditor adalah :
a. Auditor independen, adalah auditor yang profesional yang menyediakan
jasanya kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang audit atas
laporan keuangan yang dibuat oleh kliennya. Audit tersebut terutama
informasi keuangan seperti kreditur, investor, calon kreditur, calon
investor dan juga pemerintah.
b. Auditor pemerintah, auditor profesional yang berkerja di instansi
pemerintah yang tugas pokoknya melakukan audit atas
pertangungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi
atau entitas pemerintah atau pertangungjawaban yang ditujukan kepada
pemerintah.
c. Auditor intren, adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan baik
perusahaan negara, maupun perusahaan swasta yang tugas pokoknya
adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan
manajemen puncak telah dipatuhi.
E.Tingkatan Auditor dalam Organisai
Pada umumnya tingkatan auditor dalam pelaksanaan penugasan audit
di dalam kantor akuntan publik dibagi menjadi empat yaitu:
1. Partner, memiliki pengalaman kerja rata-rata menduduki jabatan tertinggi
dalam penugasaan audit, bertanggungjawab atas hubungan dengan klien,
bertanggungjawab secara menyeluruh dalam auditing. Partner
menandatangani laporan audit dan management letter, dan
bertanggungjawab dalam penagihan fee audit dari klien.
2. Manajer, bertindak sebagai pengawas audit, bertugas untuk membantu
auditor senior dalam merencanakan program audit dan waktu audit,
meriview kertas kerja, laporan audit dan mangement letter. Pekerjaan
bentuk pengawasan terhadap pekerjaan yang dilaksanakan para auditor
senior
3. Auditor senior, bertugas untuk melaksanakan audit, bertangungjawab
untuk mengusahakan biaya audit dan waktu audit sesuai rencana,
bertugas untuk mengarahkan dan meriview pekerjaan auditor junior.
Auditor senior biasanya akan menetap pada kantor klien sepanjang
prosedur audit dilaksanakan
4. Auditor junior, melaksanakan prosedur audit secara rinci, membuat
kertas kerja untuk mendokumentasikan pekerjaan audit yang telah
dilaksanakan. (Mulyadi dan Kanaka, 1998 dalam Sunyoto, 2013: 32).
Tabel 2.1
Tingkatan Auditor dan Lama Pengalaman Kerja
Tingkatan Auditor Lama Pengalaman Kerja
Partner 10 tahun ke atas
Manager 5-10 tahun
Auditor senior 2-5 tahun
Auditor junior 0-2 tahun
Sumber: Arrens (2006:37) dalam Bahri (2010)
F. Jasa Profesi Akuntan Publik (Auditor)
Mulyadi dan kanaka (1998) dalam Sunyoto (2013:13) profesi akuntan publik
(auditor) menghasilkan dua jasa bagi masyarakat yaitu jasa atestasi dan jasa
nonatestasi. Jasa atestasi adalah suatu pernyataan pendapat atau pertimbangan
orang yang independen dan kompeten tentang apakah asersi suatu entitas
untuk laporan keuangan historis asersi merupakan pernyataan manajemen
bahwa laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.
1. Jasa atestasi akuntan publik dapat dibagi menjadi 4 jenis yaitu:
a. Auditing, jasa auditing mencakup pemerolehan dan penilaian bukti
yang mendasari laporan keuangan historis suatu entitas yang berisi
asersi yang dibuat oleh manajemen entitas tersebut, atas dasar audit
yang dilaksanakan terhadap laporan keuangan historis suatu entitas,
auditor menyatakan suatu pendapat mengenai apakah laporan
keuangan tersebut menyajikan secara wajar dalam semua hal
material, posisi keuangan dan hasil usaha entitas sesuai dengan
PABU.
b. Pemeriksaan, istilah pemeriksaan digunakan untuk jasa lain yang
dihasilkan oleh profesi akuntan publik yang berupa pernyataan suatu
pendapat tentang keseuaian asersi yang dibuat oleh pihak lain
dengan kriteria yang telah ditetapkan.
c. Review, jasa review berupa permintaan keterangan dan prosedur
analistis terhadap informasi keuangan suatu entitas dengan tujuan
untuk memberikan keyakinan negatif atau asersi yang terkandung
dalam informasi keuangan tersebut.
d. Prosedur yang disepakati, jasa atestasi atas asersi manajemen dapat
dilaksanakan oleh akuntan publik berdasarkan prosedur yang
2. Jasa nonatestasi, jasa nonatestasi adalah jasa yang dihasilkan oleh akuntan
publik yang didalamnya ia tidak memberikan suatu pendapat keyakinan
negatif, ringkasan temuan, atau bentuk lain kenyakinan. Jenis jasa
nonatestasi yang dihasilkan akuntan publik (auditor) adalah jasa
kompilasi, jasa perpajakan, jasa konsultasi manajemen, dalam jasa
kompilasi auditor melaksanakan berbagai jasa akuntansi kliennya
pencatatan manual, dan berkomputer, transaksi keuangan klien sampai
dengan penyusunan laporan keuangan. Jasa perpajakan meliputi bantuan
yang diberikan oleh akuntan publik kepada klien dalam pengisian surat
pemberitahuan pajak tahunan (SPT), pajak penghasilan dan bertindak
mewakili kliennya dalam menghadapi permasalahan pajak.
G.Audit
American Accounting Association (AAA) dalam Kurnia Rahayu,
Suhayati (2010:1), audit merupakan suatu proses yang sistematis untuk
memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif yang berhubungan dengan
asersi-asersi tentang tindakan-tindakan dan peristiwa-peristiwa ekonomi untuk
menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dan kriteria yang
ditetapkan, serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pengguna informasi
tersebut.
Alvin Arens, audit adalah proses pengumpulan dan penilaian bukti atau
pengevaluasian bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan
tingkat kesesuaian antara informasi tersebut dan kriteria yang ditetapkan. Audit
Agoes (2008:3) dalam Aini (2010) menyatakan audit adalah suatu
pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang
independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen
serta pembukuan dan bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk memberikan
pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.
Singleton (2007:3) menyatakan bahwa audit adalah proses sistematis
mengenai bagaimana mendapatkan dan mengevaluasi secara objektif bukti
yang berkaitan dengan penilaian mengenai berbagai kegiatan dan peristiwa
ekonomi untuk memastikan tingkat keseuaian antara penilaian-penilaian
tersebut dan membentuk kriteria serta menyampaikan hasilnya ke para
pengguna yang berkepentingan.
Berdasarkan beberapa pernyataan tersebut maka audit dapat
disimpulkan sebagai suatu proses atau kegiatan yang dilakukan oleh pihak
yang independen untuk memeriksa dan mengevaluasi berbagai kegiatan
ekonomi yang berhubungan dengan laporan keuangan yang telah disusun oleh
manajemen, dan kemudian melaporkan hasil penemuan dan hasil evaluasi
kepada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut.
H.Tujuan Audit
Kell & Boynton (2002:6) dalam Aini (2010) tujuan audit adalah untuk
menyatakan pendapat atas kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi
keuangan dan hasil usaha, serta arus kas yang sesuai dengan prinsip akuntansi
Sedangkan tujuan audit spesifik ditentukan berdasarkan pernyataan
yang dibuat oleh manjemen, dalam Singleton (2007) pernyataan manajemen
dapat dibagi kedalam lima kategoi yaitu:
1. Pernyataan keberadaan atau keterjadian
2. Pernyataan kelengkapan
3. Pernyataan hak dan kewajiban
4. Pernyataan valuasi atau alokasi
5. Pernyataan penyajian atau pengungkapan.
Mulyadi (2002:9) auditing dilaksanakan dengan suatu urutan langkah
yang direncanakan, terorganisasi, dan bertujuan untuk:
a. Memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif. Proses sistematik
ditujukan untuk memperoleh bukti yang mendasari pernyataan yang dibuat
oleh individu atau badan usaha, serta untuk mengevaluasi tanpa memihak
atau berprasangka terhadap bukti-bukti tersebut.
b. Menetapkan tingkat kesesuaian. Pengumpulan bukti mengenai pernyataan
dan evaluasi terhadap hasil pengumpulan bukti untuk menetapkan
kesesuaian pernyataan dengan kriteria yang telah ditetapkan. Kriteria atau
standar yang telah ditetapkan dan dipakai sebagai dasar untuk menilai
pernyataan dapat berupa:
1) Peraturan yang ditetapkan oleh suatu legislatif.
2) Angaran atau prestasi lain yang ditetapkan oleh manajemen
I. Jenis-Jenis Audit
Jusup (2001) menyatakan bahwa audit dapat dikelompokan menjadi tiga
golongan yaitu:
1. Audit laporan keuangan
Audit laporan keuangan dilakukan untuk menentukan apakah laporan
keuangan sebagai keseluruhan, yaitu informasi kuantitatif yang akan
diperiksa, dinyatakan sesuai dengan kriteria tertentu yang telah ditetapkan.
pada umumnya kriteria yang digunakan adalah perinsip akuntansi yang
berlaku umum (PABU).
2. Audit kesesuaian
Tujuan audit kesesuaian adalah untuk menentukan apakah pihak yang
diaudit telah mengikui prosedur atau aturan tertentu yang ditetapkan oleh
pihak yang berwenang.
3. Audit operasional
Audit operasional adalah pengajian (review) atas setiap bagian dari prosedur
dan metoda yang diterapkan suatu organisasi dengan tujuan untuk
mengevaluasi efisiensi dan efektivitas. Hasil dari audit operasional biasanya
berupa rekomendasi kepada pihak manajeman untuk perbaikan operasi.
Kurnia Rahayu, Suhayati (2010:9), audit terdiri dari:
a. Financial statement audits (audit laporan keuangan), audit laporan
keuangan bertujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan telah
umum, yang dimuat dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI).
b. Operational Audits (Audit Operasional)
1) Memberikan informasi kepada manajemen mengenai efektivitas
suatu unit atau fungsi.
2) Pengukuran efektivitas didasarkan pada bukti-bukti dan
standar-standar.
3) Sifatnya investigatif
4) Objek pemeriksaaan meliputi semua aspek operasi perusahaan.
c. Compliance Audits ( Audit Kepatuhan)
Audit kepatuhan bertujan untuk menentukan apakah Auditee telah
mengikuti kebijakan prosedur dan peraturan yang ditentukan pihak
yang otoritasnya lebih tinggi.
J. Standar Audit
Standar auditing terdiri dari sepuluh standar dan semua Pernyataan
Standar Auditing (PSA) yang berlaku. Sepuluh standar auditing dibagi menjadi
tiga kelompok standar yaitu: (1) standar umum, yang mengatur tentang
syarat-syarat diri auditor, (2) standar pekerjaan lapangan, mengatur mutu pelaksanaan
auditing, dan (3) standar pelaporan memberikan panduan bagi auditor dalam
mengkomunikasikan hasil auditnya melalui laporan audit kepada pemakai
informasi keuangan standar auditing yang telah ditetapkan oleh Ikatan
Standar audit menurut Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP,
2001) adalah sebagai berikut:
1. Standar umum audit yang terdiri dari:
a. Audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki
keahlian teknis yang cukup sebagai audior
b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi
dalam sikap dan mental harus dipertahankan oleh auditor.
c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporan, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan
seksama.
2. Standar pekerjaan lapangan
a. Pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dan jika
digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya
b. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus
dapat diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat saat
lingkup pengujian yang akan dilakukan.
c. Bukti audit kompeten yang cukup harus dapat diperoleh melalui
inspeksi, pengamatan, pengajuan, pertanyaan dan konfirmasi sebagai
dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan
3. Standar pelaporan.
a. laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia
b. Laporan auditor harus menunjukkan (jika ada) ketidakkonsistenan
penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan
priode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi
tersebut dalam periode sebelumnya.
c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan keuangan.
d. Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai
laporan keuangan secara keseluruhan atau sesuatu asersi bahwa
pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara
keseluruhan tidak diberikan, maka alasannya harus dinyatakan,
dalam hal mana auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai
sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan jika ada dan tingkat
tanggungjawab yang dipikul oleh auditor.
K.Kualitas Audit
De Angelo (1991) dan Kusharyanti (2003:25) dalam Aprianti (2010)
mendefenisikan kualitas audit sebagai kemungkinan (joint probability) dimana
seorang auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam
tergantung pada kualitas pemahaman auditor, sedangkan untuk melaporkan
salah saji tergantung pada independensi seorang auditor.
Kualitas audit sangat penting, karena kualitas audit yang baik
merupakan dasar untuk pengguna laporan audit untuk mengambil suatu
keputusan yang tepat sesuai dengan apa yang dibutukan. Wooten, (2003) dan
Mirna Dyah (2007) dalam Ardini (2010), auditor dengan kemampuan
profesionalisme tinggi akan lebih melaksanakan audit secara benar dan
cenderung menyelesaikan setiap tahapan-tahapan proses audit secara lengkap
dan mempertahankan sikap skeptisme dalam mempertimbangkan bukti-bukti
audit yang kurang memadai yang ditemukan selama proses audit untuk
memastikan agar menghasilkan kualitas audit yang baik. Lee, dan Wang (1999)
dalam Rahmawati (2013) menyatakan kualitas audit adalah probabilitas bahwa
auditor tidak akan melaporkan laporan audit dengan opini wajar tanpa
pengecualian untuk laporan keuangan yang mengandung kekeliruan material,
selain itu hasil audit dianggap berkualitas jika auditor menjalankan tugasnya
dengan berpedoman pada prinsif-prinsif profesi.
Simamora (2002) dalam Rahmawati (2013) menyatakan bahwa ada 8
prinsip yang harus dipatuhi akuntan publik yaitu:
1. Tanggungjawab profesi, dimana setiap anggota harus menggunakan
pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukan
2. Kepentingan publik, setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa
bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati
3. Integritas, setiap anggota harus memenuhi tanggungjawab profesionalnya
dengan integritas setinggi mungkin.
4. Objektivitas, setiap anggota harus menjaga objektivitasnya dan bebas dari
benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalismenya.
5. Kompetensi dan kehatian-hatian, setiap anggota harus melaksanakan jasa
profesionalismenya dengan hati-hati kompetensi dan ketekunan serta
mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan
keterampilan profesional.
6. Kerahasian, setiap anggota harus menghormati kerahasian informasi yang
diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai
atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan.
7. Perilaku profesional, setiap anggota harus berperilaku yang konsisten
dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang
mendeskreditkan profesi.
8. Standar teknis, setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya
dengan standar teknis dan standar profesional yang relevan.
L.Kompetensi
Lee dan Stone (1995), dalam Efendy (2010) mendefinisikan kompetensi
sebagai keahlian yang cukup yang secara eksplisit dapat digunakan untuk
melakukan audit secara objektif. Dreyfus (1986) dalam Aprianti (2010),
mendefenisikan kompetensi sebagai keahlian seseorang yang berperan secara
berkelanjutan yang mana pergerakannya melalui proses pembelajaran dari
sekedar pengetahuan yang tergantung pada aturan tertentu kepada pernyataan
yang bersifat intuitif.
Susanto (2000) dalam Aprianti (2010) mendefinisikan kompetensi
sebagai karakteristik-karakteristik yang mendasari individu untuk mencapai
kinerja supervisor, kompetensi juga merupakan pengetahuan, kemampuan dan
keahlian yang berhubungan dengan pekerjaan dan kemampuan yang
berhubungan dengan pekerjaan non rutin.
Tugiman (1997), menyatakan setiap pemerikasan (auditor) harus
memiliki kecakapan dan pengetahuan sebagai berikut:
a. Memiliki keahlian, yang berarti kemampuan dalam menerapkan
pengetahuan pada persoalan yang umumnya dihadapi dan
menyelesaikan persoalan tersebut tanpa perlu mempelajari kembali
secara luas dan bantuan atau asistensi yang berarti dari pihak lain.
b. Keahlian dalam prinsip-prinsip dan teknik-teknik akuntansi yang
diperlukan oleh pemeriksa yang pekerjaannya secara luas
berhubungan dengan berbagai catatan dan laporan keuangan.
c. Memiliki pemahaman terhadap dasar dari berbagai pengetahuan
seperti akuntansi, ekonomi, hukum, perdagangan, perpajakan,
keuangan, metode-metode kuantitatif, dan sistem informasi yang
dikomputerisasi.
d. Harus mampu memahami hubungan antar manusia dan
,mengembangkan hubungan baik dengan pihak klien (yang
e. Memiliki kecakapan dalam komunikasi baik secara lisan dan
tulisan sehingga mereka dapat secara jelas dan efektif
menyampaikan berbagai hal seperti tujuan pemeriksaan, evaluasi,
kesimpulan, dan rekomendasi.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulan bahwa kompetensi auditor
adalah semua hal yang menyangkut, kemampuan, keahlian,pemahaman, dan
kecakapan yang harus dimiliki seorang auditor dalam melakukan
penugasannya untuk dapat melakukan audit secara objektif, cermat dan
seksama.
M. Independensi
Arens (2000) dalam Efendy (2010) mendefinisikan independensi dalam
pengauditan sebagai penggunaan cara pandang yang tidak bias dalam
pelaksanaan pengujian audit, evaluasi hasil pengujian tersebut, dan pelaporan
hasil temuan audit.
Mulyadi (1992) dalam Efendy (2010) mendefinisikan independensi
sebagai keadaan bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak
tergantung pada orang lain dan akuntan publik yang independen haruslah
akuntan publik yang tidak terpengaruh dan tidak dipengaruhi oleh berbagai
kekuatan yang berasal dari luar diri akuntan dalam mempertimbangkan fakta
yang dijumpainya dalam pemeriksaan, dalam kode etik akuntan publik
menyebutkan bahwa independensi sebagai sikap yang diharapkan dari seorang
melaksanakan tugasnya yang bertentangan dengan prinsip integritas dan
objektivitas.
Mauts dan Sharaf (1993) dalam Aini (2010) menyatakan bahwa untuk
dapat menjalankan kewajibannya harus ada tiga komponen yang harus dimiliki
oleh seorang auditor yaitu, kompetensi, independensi due profesional care
mempertahankan perilaku independen bagi auditor dalam memenuhi
tangungjawab mereka adalah penting, tetapi yang juga penting adalah pemakai
laporan keuangan juga memiliki kepercayaan atas independensi tersebut.
Definisi independensi dalam The CPA Handbook menurut E.B.Wilcox dalam
Apriayanti (2010) merupakan suatu standar auditing yang penting karena opini
akuntan independen bertujuan untuk menambah krebilitas laporan keuangan
yang disajikan oleh manajemen.
Mautz dan Sharaf, dalam karya terkenal mereka, “The philosophy of
auditing” dalam Sawayer’s (2005:35) independensi memiliki beberapa
indikator diantaranya adalah:
1. Independensi dalam program audit
a. Bebas dari intervensi manajerial atas program audit
b. Bebas dari segala intervensi atas prosedur audit
c. Bebas dari segala persyaratan untuk penugasan audit selain yang
memang disyaratkan untuk sebuah proses audit
2. Independensi dalam verifikasi
a. Bebas dalam mengakses semua catatan, memeriksa aktiva, dan karyawan
b. Mendapatkan kerja sama yang aktif dari karyawan manajemen selama
verifikasi audit.
c. Bebas dari segala usaha manajerial yang berusaha membatasi aktivitas
yang diperiksa atau membatasi perolehan bahan bukti.
d. Bebas dari kepentingan pribadi yang menghambat verifikasi audit.
3. Independensi dalam pelaporan
a. Bebas dari perasaan wajib memodifikasi dampak atau signifikansi dari
fakta-fakta yang dilaporkan.
b. Bebas dari tekanan untuk tidak melaporkan hal-hal yang signifikan dalam
laporan audit.
c. Menghindari penggunaan kata-kata yang menyesatkan baik secara
sengaja maupun tidak sengaja dalam melaporkan fakta, opini, dan
rekomendasi dalam interprestasi auditor.
d. Bebas dari segala usaha untuk meniadakan pertimbangan auditor
mengenai fakta atau opini dalam laporan audit internal.
N. Motivasi.
1. Pengertian motivasi
Kartono (1994:147) dalam Bahri (2010) istilah motivasi diambil dari
bahasa latin motivus, yang artinya sebab, pikiran dasar, dorongan bagi
seseorang untuk berbuat atau ide pokok yang selalu berpengaruh besar
terhadap tingkah laku manusia. Usmara (2006:14) mengemukakan bahwa
maupun luar individu yang memulai sikap dan menetapkan bentuk, arah, serta
intensitasnya.
2. Beberapa teori tentang motivasi
a. Teori hirarki kebutuhan Maslow
Maslow berpendapat bahwa orang memiliki kebutuhan yang mereka
perjuangkan untuk dipenuhi, bahwa kebutuhan mereka kompleks, dan
bahwa kebutuhan mereka terus-menerus berubah.
Menurut maslow ada lima hirarki kebutuhan manusia yaitu sebagai
berikut:
Gambar 2.1 : Hirarki kebutuhan Maslow Sumber: Usmara (2006:18)
1) Kebutuhan Fisiologis, merupakan kebutuhan yang paling
utama misalnya perumahan dan kebutuhan jasmani lainnya.
2) Kebutuhan akan rasa aman meliputi, keselamatan dan jaminan
kerugian.
3) Kebutuhan akan kasih sayang meliputi, rasa memiliki, rasa
diterima baik di lingkungan tertentu, persahabatan Kebutuhan akan penghargaan
Kebutuhan akan kasih sayang
Kebutuhan akan rasa aman
4) Kebutuhan akan penghargaan meliputi, penghargaan dari orang
lain, pengakuan, perhatian, peran, apresiasi atas suatu prestasi
yang telah dicapai
5) Kebutuhan akan aktualisasi diri meliputi, pencapaian potensi,
dan pemenuhan kebutuhan sendiri.
b. Teori ERG Alderfer
Clayton Alderfer mengemukakan bahwa ada tiga bentuk kebutuhan
manusia yaitu:
1) Kebutuhan untuk eksistensi (existence needs).
Ini mencakup semua bentuk keinginan jasmaniah dan fisik.
2) Kebutuhan untuk berhubungan (relatedness needs)
Kebutuhan ini mencakup semua kebutuhan yang melibatkan
hubungan dengan orang lain yang kita perhatikan.
3) Kebutuhan untuk bertumbuh (growth needs).
Mencakup kebutuhan yang melibatkan orang-orang yang
membuat usaha kreatif terhadap diri sendiri dan lingkungan.
c. Teori dua faktor
Teori ini dikemukakan oleh Herzberg, ada dua faktor yang memotivasi
kerja yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah
faktor yang lebih banyak dilakukan oleh karyawan atau individu yang
melaksanakan suatu pekerjaan. Faktor-faktor intrinsik terhadap pekerjaan
1) prestasi
2) pengakuan atas prestasi
3) kerja itu sendiri
4) tanggungjawab
5) pertumbuhan atau kemajuan
Faktor ekstrinsik adalah faktor yang berada dibawah pengawasan
supervisor atau pihak lain. Faktor-faktor eksentrik terhadap pekerjaan
adalah:
1) kebijakaan
2) administrasi perusahaan
3) pengawasan
4) hubungan interpersonal
5) kondisi kerja
6) gaji
7) status
8) rasa aman
Abin Syamsuddin Makmun (2003) dalam Efendy (2010)
mengemukakan bahwa untuk memahami motivasi individu dapat dilihat dari
beberapa indikator, diantaranya: (1) durasi kegiatan, (2) frekuensi kegiatan, (3)
persistensi pada kegiatan, (4) ketabahan, keuletan dan kemampuan dalam
mengahadapi rintangan dan kesulitan, (5) devosi dan pengorbanan untuk
yang dilakukan, (7) tingkat kualifikasi prestasi atau produk (output) yang
dicapai dari kegiatan yang dilakukan (8) arah sikap terhadap sasaran kegiatan.
O.Penelitian Terdahulu
Mansouri (2009) dalam jurnalnya yang berjudul Audit Competence and
Audit Quality: Case in Emerging Economy, menyatakan bahwa ada hubungan
yang positif antara kompetensi, dan independensi terhadap kualitas audit,
penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Augustine (2014)
yang menyatakan bahwa independensi berhubungan positif terhadap kualitas
audit, hal ini terlihat dari hasil uji data yang menggunakan AMOS dimana
didapatkan hasil koefisien korelasi sebesar 0,536 angka ini lebih kecil apabila
dibandingkan dengan tingkat signifikansi sebesar 10% (0.536, p < 0.001),
sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Enofe (2013) dalam jurnalnya yang
berjudul Audit Quality and Auditors Independence in Nigeria: An Empirical
Evaluation, dimana Enofe menggunakan perusahan-perusahaan yang terdaftar
di bursa efek Nigeria (NSE) sebagai populasi penelitian dan mengambil 20
laporan keuangan yang berakhir tahun 2011 sebagai sampel, dari penelitian
tersebut didapatkan hasil bahwa independensi berhubungan negatif terhadap
kualitas audit, hal ini terlihat dari uji t yang menunjukkan angka -1,836015
dengan probabiltas sebesar 0,0893 angka ini tidak signifikan dengan tingkat
signifikansi yang digunakan yaitu sebesar 5% atau 0.05, sedangkan penelitian
yang dilakukan oleh Soekarsono (2012) menyatakan bahwa motivasi
berhubungan positif terhadap kualitas hasil kerja auditor, dimana kualitas hasil
hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi (ry1) sebesar 0,499 angka
korelasi tersebut lebih kecil bila dibandingkan dengan tingkat signifikansi
sebesar 0,05, sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa motivasi
berhubungan positif terhadap kualitas hasil kerja auditor dapat teruji
kebenarannya.
P. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan landasan teori maka dikembangkan hipotesis penelitian
sebagai berikut:
1. Hubungan Kompetensi terhadap Kulitas Audit
Kompetensi merupakan hal penting yang harus dimiliki oleh
seorang auditor, kompetensi bisa terlihat dari pengetahuan, keahlian dan
kemampuan yang dimiliki oleh auditor, dengan memiliki pengetahuan
yang cukup seorang auditor akan lebih mudah dalam mengetahui berbagai
masalah yang timbul dalam proses audit, sedangkan dengan kemampuan
serta keahlian yang dimiliki, akan lebih mudah bagi auditor untuk
menganalisa dan mencari penyebab permasalahan-permasalahan tersebut
secara lebih mendalam. De angelo (1981) Efendy (2010), menyatakan
kualitas audit sebagai probabilitas atau kemungkinan bahwa auditor akan
menemukan dan melaporkan pelanggaran pada sistem akuntansi klien,
agar dapat menemukan dan melaporkan pelanggaran pada sistem
akuntansi klien dibutuhkan kompetensi auditor, oleh karena itu seorang
auditor yang memiliki pengetahuan, keahlian dan kemampuan yang
ataupun perkembangan yang terjadi dalam lingkungan audit kliennya,
sehingga mampu menghasilkan laporan hasil audit yang berkualitas baik.
2. Hubungan Independensi terhadap Kualitas Audit
Suhayati dkk (2010:51) independensi dalam audit berarti cara
pandang yang tidak memihak di dalam pelaksanaan pengujian, evaluasi
hasil pemeriksaan, dan penyusunan laporan audit. Sikap mental
independen meliputi independence infact dan independence in
appearance.
Independen dalam kenyataan (independence infact) akan ada
apabila auditor mampu mempertahankan sikap yang tidak memihak
sepanjang pelaksanaan audit, atau sebagai kejujuran yang tidak memihak
dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya, sedangkan independen
dalam penampilan (independence in appearance) adalah auditor akan
dianggap tidak independen apabila auditor memiliki hubungan tertentu
dengan klien yang dapat menimbulkan kecurigaan bahwa auditor akan
memihak klien atau tidak independen. Di Indonesia sendiri telah diatur
dalam undang-undang Republik Indonesia nomor 5 tahun 2011 tentang
akuntan publik, dimana auditor tidak diperbolehkan untuk melakukan
audit dengan klien yang sama lebih dari 3 tahun, sedangkan untuk KAP
tidak diperbolehkan melakukan audit dengan klien yang sama melebihi 5
tahun. Pembatasan ini dimaksudkan agar auditor tidak terlalu dekat dengan
klien, sehingga dapat mencegah terjadinya skandal akuntansi.
audit, auditor mendapatkan tekanan dari klien, tekanan dari klien terjadi
karena pihak klien mungkin ingin operasi perusahaannya atau kinerja
perusahaan tampak berhasil yang biasanya terlihat dari nilai laba
perusahaan, untuk mencapai tujuan tersebut tidak jarang klien melakukan
tekanan kepada auditor dengan berbagai cara agar laporan audit sesuai
dengan keinginan klien, dan apabila auditor yang bersangkutan tidak
mampu menolak dan tidak mampu bertahan dari tekanan yang diberikan
oleh klien, maka independensi auditor dalam pelaksanaan audit akan
berkurang bahkan kemungkinan akan hilang, sehingga auditor menjadi
tidak mampu memberikan laporan audit secara bebas dan objektif dan
tidak dapat memberikan laporan yang bebas dari benturan kepentingan
sehingga kualitas audit yang dihasilkanpun menjadi tidak sesuai dengan
yang seharusnya serta dapat merugikan pengguna laporan keuangan.
3. Hubungan Motivasi terhadap Kualitas Audit
Goleman (2001) dalam Efendy (2010) mengemukakan bahwa
adanya motivasi, akan membuat seseorang mempunyai semangat juang
yang tinggi untuk meraih tujuan dan memenuhi standar yang ada, dan akan
mendorong seseorang atau auditor untuk berprestasi, dan berkomitmen
terhadap pekerjaannya serta memiliki semangat yang tinggi untuk bekerja
keras, hal ini dikarenakan motivasi dalam pengauditan merupakan
seberapa besar dorongan yang dimiliki auditor untuk melaksanakan audit
membuatnya berkomitmen pada pekerjaannya maka hal tersebut akan
berpengaruh pada hasil audit yang akan dihasilkan.
Ardini (2010) menyatakan bahwa kualitas audit akan tinggi apabila
keinginan dan kebutuhan auditor yang menjadi motivasi kerjanya dapat
terpenuhi, motivasi bisa saja berupa penghargaan dari manager atau
partner serta sesama rekan seprofesi atas suatu keberhasilan auditor dalam
proses menjalankan penugasan auditnya, hal tersebut dapat berdampak
pada kualitas audit yang dihasilkan karena auditor akan merasa bahwa
dirinya dapat memberikan manfaat bagi KAP serta merasa usaha dan kerja
kerasnya dihargai, dengan adanya motivasi yang timbul atas hal tersebut
dalam diri seorang auditor akan menambah semangat kerja auditor untuk
menghasilkan laporan audit yang berkualitas.
Berdasarkan dari uraian pengembangan hipotesis yang telah
dijelaskan sebelumnya, maka hipotesis penelitian dan kerangka pikir
penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1: Ada hubungan yang signifikan antara kompetensi dan kualitas
audit.
H2: Ada hubungan yang signifikan antara independensi dan kualitas
audit.
H3: Ada hubungan yang signifikan antara motivasi auditor dan kualitas
+
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran
Kompetensi
Independensi
Motivasi Auditor
35 BAB III
METODE PENELITIAN A.Jenis penelitian
Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian studi kasus yang dilakukan
pada Kantor Akuntan Publik yang berada di Yogyakarta, karena penelitian ini
menggunakan data yang diperoleh secara langsung dari auditor yang bekerja
pada Kantor Akuntan Publik yang berada di Yogyakarta. Jenis data yang
digunakan merupakan data kuantitatif yang diperoleh dari skor jawaban
kuesioner, dan hasil dari penelitian ini hanya berlaku pada KAP yang berada di
Yogyakarta.
B.Waktu dan tempat penelitian
1. Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret, April dan Mei 2015,
2. Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kantor Akuntan Publik (KAP) di Yogyakarta.
C.Subjek dan Objek Penelitian
Pada penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah para auditor
yang bekerja pada 5 KAP di Yogyakarta, sedangkan yang menjadi objek
penelitian adalah Kompetensi, Independensi, Motivasi Auditor, dan Kualitas
D.Sumber Data
1. Sumber data
Sumber data pada penelitian ini adalah primer, data primer diperoleh
secara langsung dari KAP atas jawaban kuesioner (daftar pernyataan) yang
telah diserahkan kepada responden.
2. Populasi dan penentuan sampel
a. Populasi adalah keseluruhan objek penelitian (Jogiyanto, 2007).
Populasi dalam penelitian ini berjumlah 40 orang auditor yang bekerja
pada 5 Kantor Akuntan Publik di Yogyakarta.
b. Penentuan sampel menggunakan Convenience sampling yaitu
pengambilan sampel dilakukan secara bebas sesuai keinginan peneliti
(Jogiyanto, 2007:76), jadi sampel dalam penelitian ini hanya diambil
berdasarkan kemudahan saja sehingga sampel dalam penelitian ini
hanya para auditor yang dapat dijumpai dan bersedia mengisi
kuesioner, dari 40 orang auditor yang dijadikan sebagai populasi hanya
30 auditor yang dapat digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini.
E.Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah
Kuesioner. Kuesioner adalah teknik pengumpulan data dengan cara membuat
daftar pernyataan dengan menyediakan opsi jawaban, yang kemudian akan
diberikan kepada responden, untuk mengisi dan memilih opsi jawaban sesuai
dengan yang mereka inginkan, kemudian memberikan tanda centang ( , pada
mencerminkan pernyataan tidak setuju sampai dengan sangat setuju dengan
kolom penilian sebagi berikut. Nilai 1 untuk pernyataan sangat tidak setuju
(STS) nilai 2 untuk pernyataan tidak setuju (TS) nilai 3 untuk pernyataan
netral (N) nilai 4 untuk pernyatan setuju (S) nilai 5 untuk pernyatan sangat
setuju (SS).
F. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan metode penelitian yang telah
ditentukan maka definisi operasional pada penelitian ini adalah:
a. Kompetensi
Kompetensi dapat diartikan sebagai seseorang yang memiliki
pengetahuan dan keterampilan yang luas yang ditunjukan dalam
pengalaman audit, kompetensi dapat juga diartikan sebagai suatu
kualifikasi yang dibutuhkan auditor untuk melakukan audit dengan
baik dan benar. Variabel kompetensi diukur dengan 4 dimensi yaitu:
1) Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang telah
diketahui dan dimiliki oleh sesorang, pengetahuan dalam
konteks audit dapat diperoleh melaui pendidikan formal
ataupun pelatihan khusus di bidang audit. Dimensi
pengukuran pengetahuan meliputi 5 indikator sebagai
berikut:
a) Pengetahuan tentang jenis industri klien sebelum
b) Pengetahuan tentang prosedur-prosedur standar
yang yang akan dilakukan
c) Pengetahuan dari pendidikan formal dan pelatihan
dibidang audit.
d) Pengetahuan tentang standar akuntansi keuangan
(SAK) dan standar profesional akuntan publik
(SPAP)
e) Pengetahuan tentang kondisi perusahaan klien
2) Keahlian dapat diartikan sebagai kecakapan atau kelebihan
yang dimiliki auditor dalam menggunakan kemampuan dan
kreatifitasnya dalam rangka menyelesaikan pekerjaannya
dengan baik dan bermanfaat. Keahlian diukur dengan 4
indikator yaitu:
a) Keahlian yang cukup dibidang sistem informasi
yang terkomputerisasi
b) Keahlian dalam mengoperasikan komputer
c) Keahlian dalam berkomunikasi, baik secara lisan
maupun tulisan
d) Keahlian dalam penggunaan teknik-teknik dan
prinsip akuntansi
3) Kemampuan, merupakan suatu kekuatan dan kesanggupan
dalam diri seseorang auditor dalam melaksanakan suatu
penuh tanggung jawab. Kemampuan meliputi 4 indikator
yaitu:
a) Kemampuan dalam membuat laporan audit dan
mempresentasikan.
b) Mampu mengembangkan hubungan baik dengan
pihak klien.
c) Mampu menganalisis resiko potensial saat
melakukan audit.
d) Mampu mendeteksi dan mengidentifikasi adanya
gejala kecurangan (fraud) pada saat melakukan
audit.
b. Independensi
Independensi adalah sikap yang diharapkan ada pada seorang auditor,
untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi yang bertentangan
dengan kode etik profesi. Independensi dapat juga diartikan sebagai
suatu sikap auditor yang jujur, bebas dari benturan kepentingan,
sehingga dapat melaporkan temuan-temuan audit berdasarkan bukti
yang ada. Variabel independensi diukur dengan 3 dimensi yaitu:
1) Hubungan auditor dengan klien, dapat berpotensi
mengurangi independensi seorang auitor, hal ini bisa
disebabkan karena ada kemungkinan seorang auditor akan
melaksanakan penugasan audit dalam jangka waktu yang
hubungan pribadi (teman, sahabat, atau keluarga) dengan
auditor, sehingga auditor menjadi kurang ketat dalam
melaksanakan prosedur audit, lama hubungan klien dan
auditor diukur dengan 4 indikator sebagai berikut:
a) Auditor sebaiknya melakukan penugasan audit
untuk klien yang sama paling lama 3 tahun.
b) Tetap berupaya bersifat independen walaupun telah
lama menjalin hubungan dengan klien.
c) Tidak semua kesalahan klien diungkapkan pada
laporan audit dikarenakan klien merupakan kenalan
baik auditor.
d) Fasilitas yang diberikan oleh klien kepada auditor
dalam penugasan audit, membuat auditor sungkan
dan merasa kurang bebas melakukan audit.
e) Auditor memberikan opini yang memuaskan karena
selama penugasan audit, klien bersikap sangat baik
pada auditor.
2) Tekanan dari klien, merupakan salah satu faktor yang dapat
mengurangi independensi auditor, klien biasanya berharap
agar laporan keuangan yang dibuat pihak klien
mendapatkan opini yang memuaskan bagi klien sehingga