• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

B. Prestasi Belajar 1. Definisi Prestasi Belajar

1. Definisi remaja

Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin adolescere (kata bendanya,

adolescentia yang berarti remaja) yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa.

Sedangkan istilah adolescence, seperti yang dipergunakan saat ini, mempunyai arti lebih

luas mencakup kematangan mental, sosial, emosional, dan fisik. Pandangan ini diungkapkan oleh Piaget (dalam Hurlock, 2003) dengan mengatakan:

Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak… Integrasi dalam masyarakat (dewasa) mempunyai banyak aspek efektif,

22

kurang lebih berhubungan dengan masa púber… Termasuk juga perubahan intelektual yang mencolok… Transformasi intelektual yang khas dari cara berpikir remaja ini memungkinkan untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan ini.

Gagasan mengenai remaja mulai direkonstruksi sejak Hall menerbitkan gagasannya. Sejak itu hingga saat ini para ahli mulai menyampaikan gagasan mengenai remaja. Hurlock adalah salah satunya. Hurlock (1980) mengungkapkan remaja sebagai periode peralihan serta menjabarkan arti remaja sebagai tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Lebih lanjut, Hurlock(1980) menjelaskan bahwa masa peralihan bukan berarti terputus karena pengalaman sebelumnya akan membekas dan akan terbawa ke tahap berikutnya. Masa remaja merupakan masa penting. Akar pemikiran Hurlock adalah pemikiran Piaget.

Lazimnya masa remaja dianggap mulai pada saat anak secara seksual menjadi matang dan berakhir saat ia mencapai usia matang secara hukum. Awal masa remaja berlangsung kira-kira dari 13 sampai 16 atau 17 tahun, dan akhir masa remaja bermula dari usia 16 atau 17 tahun sampai 18 tahun, yaitu usia matang secara hukum (Hurlock, 2003). Sedangkan menurut Papalia, Olds, & Feldman (2008), masa remaja dimulai pada usia 11 atau 12 tahun sampai masa remaja akhir yaitu awal usia 20-an dan masa tersebut membawa perubahan besar saling bertautan pada semua ranah perkembangan.

Pendapat Hurlock berbeda dengan Hall (dalam Santrock, 2007) yang menyatakan usia remaja berkisar antara 12 hingga 23 tahun. Meskipun rentang usia dari remaja bervariasi terkait dengan lingkungan dan budaya, Santrock (2007) mengungkapkan masa remaja dimulai sekitar usia 10 hingga 13 tahun dan berakhir sekitar usia 18 hingga 22 tahun. Pendapat Santrock mengenai rentang usia masa remaja merupakan yang paling panjang diantara lainnya yaitu 13 tahun, dimulai sejak usia 10 hingga 22 tahun, sedangkan pendapat Hurlock adalah rentang yang paling pendek yaitu 6 tahun, dimulai sejak 13

23

hingga 18 tahun. Pendapat Hall memiliki perbedaan 1 tahun yang lebih pendek dari Santrock yaitu 12 tahun, yang dimulai dari 10 hingga 22 tahun. Pendapat ini berbeda 2 tahun dari Papalia dan Olds yang menyatakan masa remaja dimulai dari usia 11 dan berakhir pada usia 20-an.

2. Tugas Perkembangan Remaja

Piaget (dalam Hurlock, 1980) mengungkapkan bahwa masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa. Usia menjadi tolak ukur dalam definisi yang diungkapkan Piaget walaupun sesungguhnya remaja memiliki arti luas yang mencangkup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik (Piaget dalam Hurlock, 1980).

Semua tugas perkembangan pada masa remaja dipusatkan pada penanggulangan sikap dan pola perilaku yang kekanak-kanakan dan mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa. Tugas perkembangan pada masa remaja menuntut perubahan besar dalam sikap dan pola perilaku anak. Akibatnya, hanya sedikit anak laki-laki dan anak perempuan yang dapat diharapkan untuk menguasai tugas-tugas tercebut selama awal masa remaja, apalagi mereka yang matangnya terlambat. Kebanyakan harapan ditumpukan pada peletakan dasar-dasar bagi pembentukan sikap dan pola perilaku bagi remaja (Hurlock, 2003)

Penelitian singkat mengenai tugas-tugas perkembangan masa remaja yang penting akan menggambarkan seberapa jauh perubahan yang harus dilakukan dan masalah yang timbul dari perubahan itu sendiri. Pada dasarnya, pentingnya menguasai tugas-tugas perkembangan dalam waktu yang relatif singkat yang dimiliki oleh remaja sebagai akibat perubahan usia kematangan yang sah menjadi delapan belas tahun menyebabkan banyak tekanan yang mengganggu para remaja. Seringkali sulit bagi para remaja untuk menerima keadaan fisiknya bila sejak kanak-kanak telah mengagungkan konsep tentang penampilan

24

diri pada waktu dewasa nantinya. Diperlukan waktu untuk memperbaiki konsep ini dan untuk mempelajari cara-cara memperbaiki penampilan diri sehingga lebih sesuai dengan apa yang dicita-citakan (Hurlock, 2003)

Menurut Hurlock (1980) selama masa tumbuh kembang, remaja memiliki tugas perkembangan yang harus dilewatinya dan tugas pertama yang harus dikuasai selama perkembangan remaja yang berhubungan dengan seks adalah pembentukan hubungan yang baik dengan lawan jenis. Yang membedakan dalam masa perkembangan ini adalah perkembangan sikap dan pola perilaku pada remaja.

a. Pertumbuhan

Soetjiningsih (2004) pertumbuhan menggambarkan proses bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interseluler yang terlihat secara fisik dan dapat diukur dengan menggunakan satuan panjang atau satuan berat dengan proses yang berkesinambungan dipengaruhi oleh faktor genetik (ras, keluarga) dan faktor lingkungan bio-psikososial yang dimulai dari masa konsepsi hingga masa dewasa.

Potter & Perry (2005) menjelaskan mengenai empat fokus utama pada pertumbuhan fisik masa remaja:

1. Peningkatan kecepatan pertumbuhan skelet, otot, dan visera,

2. Perubahan spesifik-seks, seperti perubahan bahu dan lebar pinggul,

3. Perubahan distribusi otot dan lemak,

4. Perkembangan sistem reproduksi dan karakteristik seks sekunder.

Potter & Perry (2005) juga menjelaskan mengenai pertumbuhan bahwa selama masa pubertas biasa terjadi peningkatan laju tinggi dan berat badan. Pada anak perempuan pertumbuhan mulai melaju antara usia 8 tahun dan 14 tahun, sedangkan pada anak laki-laki dimulai pada usia 10 tahun sampai 16 tahun. Pertambahan tinggi anak perempuan mencapai 90 % sampai 95 % tinggi dewasa pada masa menarke (permulaan menstruasi)

25

hingga mencapai tinggi penuh pada usia 16 sampai 17 tahun, sedangkan anak laki-laki akan terus tumbuh tinggi hingga usia 18 sampai 20 tahun.

Tanda pubertas pada anak perempuan biasanya ditandai dengan perkembangan payudara. Setelah pertumbuhan awal jaringan payudara, puting, areola ukurannya meningkat. Proses ini yang sebagian dikontrol oleh hereditas, dimulai paling muda usia 8 tahun dan mungkin tidak komplet sampai akhir usia 10 tahunan. Kadar estrogen yang meningkat juga mulai mempengaruhi genital. Uterus mulai membesar, dan terjadi peningkatan lubrikasi vaginal, hal tersebut dapat terjadi secara spontan atau akibat perangsangan seksual. Vagina memanjang, dan rambut pubis dan aksila mulai tumbuh. Menarke pada setiap individu sangat bervariasi, dapat terjadi paling cepat pada usia 8 tahun dan tidak sampai usia 16 tahun atau lebih. Meskipun siklus menstruasi pada awalnya tidak teratur dan ovulasi mungkin tidak terjadi saat menstruasi pertama, fertilitas harus selalu diwaspadai kecuali dilakukan hal lain. Anak laki-laki mengalami kenaikan kadar testosterone selama pubertas yang ditandai dengan peningkatan ukuran penis, testis, prostat, dan vesikula seminalis (Potter & Perry, 2005).

Menurut Potter & Perry (2005), anak laki-laki dan anak gadis mungkin mengalami orgasmus sebelum masa pubertas, tetapi ejakulasi pada anak laki-laki tidak terjadi sampai organ seksnya matur, yaitusekitar usia 12 atau 14 tahun. Ejakulasi mungkin terjadi pertama kali selama tidur (emisi nocturnal), hal ini biasa disebut dengan mimpi basah yang sering kali dianggap sangat memalukan. Anak laki-laki harus mengetahui bahwa, meski mereka tidak menghasilkan sperma saat pertama ejakulasi, mereka segera akan menjadi subur hingga nanti saatnya terjadi perkembangan genital, rambut pubis, wajah, dan tubuh mulai tumbuh.

26

b. Perkembangan

Perkembangan menurut Potter & Perry (2005) merupakan aspek progresif adaptasi terhadap lingkungan yang bersifat kualitatif. Djiwandono (2002) menuturkan bahwa masa perkembangan remaja dimulai dengan masa puber, yaitu umur kurang lebih antara 12 -14 tahun. Masa puber yang merupakan permulaan remaja adalah suatu masa saat perkembangan fisik dan intelektual berkembang sangat cepat. Pada umur 14-16 tahun yang merupakan pertengahan masa remaja adalah masa yang lebih stabil untuk menyesuaikan diri dan berintegrasi dengan perubahan permulaan remaja. Ketika remaja berumur 18 tahun sampai umur 20 tahun terjadi perubahan yang membuat remaja mulai bertanggungjawab, membuat pilihan, dan berkesempatan untuk mulai menjadi dewasa atau lebih dikenal dengan masa remaja akhir. Perkembangan yang dialami remaja pada masanya, antara lain:

1. Perkembangan fisik

Perkembangan fisik adalah rangkaian dari perubahan yang dialami remaja. Remaja membutuhkan penyesuaian yang baik denga perubahan dalam tubuhnya. Kematangan yang berbeda yang dialami oleh setiap remaja membuat remaja yang mengalami pubertas lebih awal akan menjadi lebih sensitif dan merasa berbeda dengan yang lain, namun seiring dengan waktu ia dapat menyesuaikan diri. Jadi dalam penyesuaian perkembangan fisik inilah nantinya remaja dapat berkembang menjadi remaja yang 17 mampu berhubungan dengan orang lain atau tidak (Djiwandono, 2002).

2. Perkembangan kognitif

Potter & Perry (2005) menjelaskan selama masa remaja terjadi perubahan dalam pemikiran dan perluasan lingkungan, namun tanpa lingkungan pendidikan yang sesuai remaja tidak mampu mencapai perkembangan neurologis dan tidak mampu diarahkan untuk dapat berpikir rasional. Kemampuan kognitif yang diperlihatkan oleh remaja sangat dipengaruhi oleh pengalaman masa lalunya, pendidikan formal yang ia dapat, dan

27

motivasi. Djiwandono (2005) menjabarkan dalam teori perkembangan kognitif Piaget, masa remaja adalah tahap transisi dari penggunaan berpikir konkret secara operasional ke berpikir formal secara operasional. Remaja mulai menyadari batasan-batasan pikiran mereka. Mereka berusaha dengan konsep-konsep yang jauh dari pengalaman mereka sendiri.

3. Perkembangan psikososial

Soetjiningsih (2004) menjelaskan mengenai masa remaja yang identik dengan kematangan seksualnya menjadi hal yang sangat berperan penting dalam perkembang psikososialnya. Kematangan seksual yang diiringi dengan perubahan bentuk tubuh apabila tidak diketahui oleh remaja dengan baik dapat menimbulkan kecemasan dalam dirinya. Kecepatan kemajuan kematangan seksual yang berbeda pada setiap individu bisa menjadikan seorang remaja 18menjadi merasa berbeda dan tidak mau bergaul dengan teman sebayanya. Contohnya pada anak perempuan yang mengalami kematangan seksual lebih dulu akan merasa dirinya lebih besar dibandingkan dengan teman sebayanya, namun sebaliknya pada anak laki-laki yang mengalami keterlambatan kematangan akan menjadikan dirinya terlihat lebih kecil dari yang lain.

Masa ini adalah periode yang ditandai oleh mulainya tanggung jawab dan asimilasi pengharapan masyarakat. Remaja dihadapkan pada keputusan dan membutuhkan informasi yang akurat tentang perubahan tubuh, hubungan dan aktivitas seksual, penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual, dan kehamilan. Informasi faktual ini dapat datang dari rumah, sekolah, buku-buku, atau teman sebaya. Sering kali informasi yang remaja dapatkan tidak diaplikasikan dalam gaya hidup karena remaja tidak merasa rentan dan kurangnya kewaspadaaan karena meyakini bahwa kehamilan atau penyakit tidak akan terjadi pada mereka (Potter & Perry, 2005).

28

D. Dinamika Hubungan antar Variabel

Pada penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel sociometric status dan prestasi

belajar. Kedua variabel tersebut diasumsikan memiliki keterkaitan, sehingga dari hal tersebut, akan dapat diasumsikan pula bahwa terdapat perbedaan pada variabel prestasi

belajar antara kategori sociometric status. Kedua variabel ini diasumsikan memiliki

hubungan oleh peneliti dan dinamikanya digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. : Dinamika Antar Variabel Sociometric Status dan Variabel Prestasi Belajar

Keterangan:

: garis hubungan yang akan diteliti

Sociometric Status Prestasi Belajar

- Popular - Non-Popular - Middle a. Internal - Psikologis dan Fisiologis b. Eksternal - Keluarga - Sekolah - Masyarakat - Popular - Neglected - Rejected - Controversial - Average

29

: garis aspek masing-masing variabel : variabel yang akan diteliti

: aspek masing-masing variabel

Baharuddin (2009) menjelaskan prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal dari prestasi belajar siswa terdiri dari: faktor jasmaniah (kesehatan dan cacat tubuh), faktor psikologis (intelejensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan), dan faktor kelelahan. Sedangkan faktor eksternal dari prestasi belajar siswa adalah faktor keluarga (cara orangtua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orangtua, latar belakang kebudayaan), faktor sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah), dan faktor masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat).

Berdasarkan faktor-faktor yang memengaruhi prestasi belajar siswa yang telah dipaparkan, salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah relasi teman sebaya. Faktor eksternal relasi teman sebaya berarti kedudukan hubungan siswa tersebut dengan teman-teman di sekitar. Dalam lingkungan sekolah, tiap siswa memiliki kedudukan masing-masing, kedudukan yang dimaksud adalah ikatan yang terjadi antara siswa satu dan yang lain maupun ikatan siswa dengan guru. Tidak semua siswa memiliki hubungan yang erat dengan teman di sekitarnya, tidak jarang ditemukan siswa yang tidak disukai oleh teman-temannya, diabaikan atau menuai kontroversi tapi tidak sedikit pula siswa yang disenangi oleh teman dan juga guru. Cerminan penerimaan siswa yang cenderung

30

disenangi atau tidak disenangi oleh teman sebaya disebut dengan sociometric status, yang

terdiri dari popular, rejected, neglected, controversial dan average (Finch, 1998).

Mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan di Amerika, Papalia (1987)

mengatakan anak yang masuk pada kelompok rejected memiliki paling banyak masalah

terkait penyesuaian diri dan kesulitan belajar. Anak laki-laki yang masuk kelompok rejected, khususnya yang masih belia, cenderung lebih agresif dan anti-sosial, sedangkan anak perempuan dan anak laki-laki yang sudah lebih dewasa yang masuk kelompok rejected lebih sering menjadi seseorang yang pemalu, terisolasi, tidak bahagia dan

memiliki self-image yang negatif. Kelompok siswa popular cenderung menunjukkan

perilaku yang disukai teman dan dapat beradaptasi dengan lingkungan, selain itu, siswa popular juga menunjukkan prestasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan kelompok siswa lainnya.

Secara teori sociometric status dapat dibagi menjadi lima kategori yaitu popular,

neglected, rejected, controversial, average namun kategori dan kriteria Sociometric Status di SMPN 1 Bangli akan mengacu pada hasil penggalian data kualitatif yang dilakukan sebelum penelitian kuantitatif dilakukan. Kategori muncul dikarenakan variabel sociometric status merupakan variabel yang keadaannya disesuaikan dengan keadaan

subjek yang dikenai penelitian. Moreno (1953) mengatakan kriteria dalam sociometric

status harus berdasarkan situasi yang dialami subjek dari penelitian karena berhubungan

dengan validitas dan keberartian dari kriteria sociometric status.

Dokumen terkait