• Tidak ada hasil yang ditemukan

Definisi Tentara

BAB II TAFSIR MAUḌÛ’Î DAN TENTARA DALAM

B. Tentara dalam Kajian Teoritik

1. Definisi Tentara

Kata tentara atau prajurit menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,27 didefinisikan pasukan yang terdiri dari orang-orang yang berkewajiban untuk mengikuti peperangan. Tentara dalam perspektif kenegaraan dapat diartikan sebagai kesatuan alat negara yang terdiri dari orang-orang yang terlatih untuk berperang. Sedangkan dalam perspektif organisasi militer, tentara adalah orang yang menjadi anggota dari angkatan bersenjata, dari yang berpangkat rendah sampai panglima, dari kesatuan manapun.

Berdasarkan pengertian di atas, diketahui bahwa tentara yang memiliki keterampilan berperang berasal dari pelatihan dan pendidikan berbasis militer. Tentara yang terlatih dalam pendidikan militer, dalam dunia modern disebut dengan tentara profesional. Sebagai profesional tentara harus diikat oleh kode etik profesi militer agar segala tugas dan pekerjaan mereka dapat dilakukan dengan baik dan benar.

27 Tim Penulis, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT.

Kata tentara diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi army.28 Kata army dalam kamus Oxford,29 didefinisikan “a

large organized group of soldiers who are trained to fight on land”

(sebuah kelompok besar yang terorganisir yang dilatih untuk bertempur pada suatu kawasan). Dalam pengertian yang lebih sederhana army adalah kumpulan dari banyak orang atau sesuatu terutama saat mereka terorganisir dalam suatu kegiatan atau tergabung dalam aktivitas tertentu. Definisi yang hampir sama juga dikemukakan oleh tim penulis kamus Webster,30 bahwa army adalah a large body of persons trained and armed for war (sebuah kumpulan banyak manusia yang terlatih dan dipersenjatai untuk melakukan perang).

Berdasarkan definisi di atas, didapatkan makna baru bahwa tentara adalah kumpulan banyak orang atau sesuatu yang melakukan pekerjaan khusus dan dilakukan secara terorganisir. Definisi sangat umum dan mencakup banyak hal. Bahkan, menurut A. Hornby,31 semut yang melakukan pekerjaan mengangkat daun-daun jatuh dapat dikatakan army of ants.

28 John M. Echols and Hassan Shadily, Kamus Indonesia-Inggris,

(Jakarta: Gramedia, 2003), 568. dan Alan M. Stevens, A Comprehensive

Indonesian-English Dictionary, (Bandung: Mizan, 2009), 1029.

29 A. Hornby, Oxford Advanced Learner's Dictionary, (Oxford:

Oxford University Press, 2005), 55.

30 Tim Penulis Kamus Webster, Webster’s New Dictionary and

Thesaurus, (New Lanark, Geddes & Grosset Ltd., 1990), 69.

Menurut Asad M. Al Kalali,32 dan A. Thoha Husein,33 kata tentara diterjemahkan menjadi tiga kata دنج, شيج, dan ركسع. Menurut M. Ismail Ibrahim,34 kata Jund adalah nama dari suatu kumpulan manusia yang dapat berupa para tentara, pasukan, atau lainnya. Louis Ma’luf,35 mengartikan kata Jaisy sebagai kumpulan tentara yang memiliki sifat utama kuat dan keras. Sementara kata

‘askar diartikan al kasîr min kulli syai’in (kumpulan banyak dari

sesuatu).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat ditemukan beberapa ciri yang dapat digunakan untuk merumuskan pengertian baru dari kata tentara. Ciri-ciri tersebut; tentara terdiri dari banyak orang, tentara disiapkan untuk berperang, tentara dilatih dan dididik untuk memiliki skill dalam menggunakan senjata dan melakukan perang, dan tentara digunakan sebagai alat pertahanan negara. Berdasarkan ciri-ciri tersebut, dapat dirumuskan definisi tentara yaitu sekelompok orang yang memiliki kemampuan baik untuk berperang yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan tertentu yang dipersiapkan sebagai alat utama pertahanan negara.

32 Asad M. Al Kalali, Kamus Indonesia-Arab, (Jakarta: Bulan

Bintang, 1993), 559.

33 A. Thoha Husein, Kamus Akbar Bahasa Arab, (Jakarta: Gema

Insani, 2013), 1421.

34 M. Ismail Ibrahim, Mu’jam al Alfadh wa al A’lam al Qur’aniyyah,

(Beirut: Dar al Fikr al ‘Arabi, t.th.), 113.

35 Louis Ma’luf, Munjid Fi Lughah Wal A’lam. (Beirut: Daar

Tentara dalam perspektif modern dididik sedari awal untuk berperilaku; kaku, hierarkis, keras berdisiplin, dan taat total. Segala bentuk perilaku melawan perintah hierarkis tertinggi bukan hanya tak terhormat, tapi juga memalukan. Ciri khas tentara yang demikian ini dalam dunia modern memiliki sisi negatif yakni apabila pimpinan atau pemegang otoritas tertinggi ialah mereka yang ẓâlim maka pembunuhan dan peperangan yang tidak sah bisa saja terjadi. Selain itu, tentara yang mendapatkan tugas dari komandan untuk mengamankan sesuatu dari segala gangguan, maka biasanya para prajurit akan bertindak efektif dari pada bertindak efisien guna melaksanakan perintah tersebut. Efektif di sini dalam arti lawan harus ditaklukkan bahkan jika perlu dihancurkan, biaya bukanlah halangan dan kalaupun perlu nyawa prajurit atau lawan pun dikorbankan kalau memang itu harga yang harus dibayar untuk mencapai kemenangan. Pilihan dalam menjalankan tugas tersebut ialah kalah atau menang. Filosofi yang dianut dalam dunia ketentaraan dan militer modern merupakan ajaran Wilhem Von Kietel “ Befehl ist Befehl” (perintah adalah perintah).36

Tentara dan lembaga militer memiliki tugas, pijakan dan gaya khas dibanding dengan rakyat yang bukan tentara. Tugas utama tentara sebagai lembaga ialah membela negara atau menyerang lawannya dengan kekerasan. Pijakan yang digunakan

36 Bambang Widjojanto, Melawan dan Membongkar Konspirasi

Kekerasan, pengantar dalam Y.B. Mangunwijaya, Tentara dan Kaum Bersenjata, (Jakarta: Airlangga, 1999), xiv-xv.

oleh tentara ialah prinsip efektifivitas, yakni melumpuhkan lawan lebih dulu dari pada dilumpuhkan oleh lawan, dan segala kemenangan selalu dibayar dengan pengorbanan. Gaya dan bahasa komando yang digunakan dalam ketentaraan ialah top – down yang berarti segala perintah atasan harus dipatuhi secara mutlak.37

Dunia tentara mengalami dinamika sejak abad ke 18. Tentara zaman dulu masih menggunakan kekuatan tubuh untuk mengayunkan pedang dan tombak. Penggunaan alat yang sederhana ini memungkinkan mereka tetap berperasaan dalam menghadapi musuh. Selain itu, dalam perang kuno selalu digunakan atribut berupa bendera, seragam berwarna-warni yang elok dan disertai dengan hiasan perak dan sebagainya. Selain seragam, senjata yang digunakan pun merupakan hasil keterampilan dan seni yang dapat mengesankan pamor tertentu. Khusus di dunia Arab dan India, pasukan perang selalu membawa para seniman dan sastrawan yang melantunkan lagu, syair, puisi, dan pentas seni yang bermacam-macam, bahkan pasukan selalu membawa perpustakaan agar saat sedang berperang mereka dapat menikmati kedamaian. Tentara modern sangat berbeda dengan tentara tradisional, tentara masa kini telah didesain berdasarkan logika perang efektif, yang digiring oleh logika ilmiah, teknologi, industri, dan bisnis yang menginginkan eskalasi tanpa henti.38

37 Mangunwijaya, Tentara dan Kaum Bersenjata, 66-67.

Perang pada masa klasik hanya melibatkan para tentara dengan tentara, raja dengan raja, tumenggung dengan tumenggung dan seterusnya. Masyarakat sipil, petani, pedagang tidak dilibatkan meskipun mereka merasakan dampaknya. Perang seperti ini diterapkan sampai berakhirnya perang dunia pertama. Bentuk perang baru, perang totaliter (perang yang melibatkan penduduk sipil, anak-anak, dan wanita) muncul pertama kali setelah Napoleon dan Frederick Agung dari Prusia (Jerman) abad 18 merintis negara nasional yang mendidik tentara-tentara secara profesional yang dilandasi dengan metode dan ilmu perang yang sistematis dan canggih. Maka perang totaliter diterapkan salah satunya oleh Adolf Hitler. Kemunculan jenis perang baru ini juga menjadi tonggak awal munculnya tokoh insinyur perang, yakni perang dikendalikan oleh para ilmuwan dan ahli senjata bukan oleh para jenderal.39

Hampir setiap negara memiliki ciri khas tentaranya sendiri dalam mempertahankan negara. Menurut sejarah modern terdapat tiga bentuk tentara; pertama tentara yang sadar dan rasional mau menjadi mitra instrumental negara, profesional tetapi ikhlas berada di bawah pemerintah sipil. Bentuk ini dianut oleh mayoritas negara maju seperti Jerman, Inggris, Prancis, Amerika, Jepang dan sebagainya. Bentuk kedua tentara yang bertugas menjadi arbitrator politik, terorganisasi politis, dan ideologis yang menginginkan menjadi penguasa. Status quo mereka terletak pada ideologi pelepasan diri dari kaum penjajahan dan perebutan

kekuasaan ekonomis, sembari menjadi king makers bagi pemerintah yang didukung. Jenis ini terdapat di Timur Tengah, Afrika, Amerika Latin, dan Asia. Bentuk ketiga ialah prajurit pejuang profesional revolusioner. Bentuk ini diterapkan di RRC, beberapa negara bekas Uni Soviet, Israel, Indonesia, Filipina, Malaysia, India, dan Sri langka. Mereka noncorporate dan reintegrasi di dalam gerakan revolusi negara mereka, direkrut dari segala lapisan masyarakat dan status sosial, ideologi yang diterapkan sangat kuat dan disubordinasi oleh sipil. Tentara model ini sangat berpengaruh dan bermartabat, tidak berpolitik, tidak mengatur negara, dan memilih menjadi mitra pemerintah.40

Dokumen terkait