• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA

2.2 Landasan Teori

2.2.9 Definisi teori rasio keuangan

Untuk mengukur kinerja keuangan dapat menggunakan analisis terhadap rasio keuangan berdasarkan laporan keuangan yang disajikan oleh bank-bank umum meliputi rasio likuiditas, rasio kualitas aktiva, rasio rehabilitas dan rasio permodalan.

a. Rasio Likuiditas

Analisa rasio likuiditas adalah analissa yang dilakukan terhadap kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang sudah jatuh tempo.

Menurut Kasmir (2008:72), suatu bank dikatakan likuid apabila bank yang bersangkutan dapat memenuhi kembali hutang-hutangnya, membayar kembali deposannya serta permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadi penangguhan. Oleh karena itu bank dikatakan likuid apabila :

1. Bank tersebut memiliki cash assets sebesar kebutuhan yang akan digunakan untuk memenuhi likuiditasnya.

2. Bank tersebut memiliki cash assets yang lebh kecil dari butir satu diatas tetapi yang bersangkutan juga mempunyai aset lainnya ( khususnya surat-surat berharga ) yang dapat dicairkan sewaktu-waktu tanpa mengalami penurunan nilai pasarnya.

3. Bank tersebut mempunyai kemampuan untuk menciptakan cash assets baru memulai berbagai bentuk hutang.

Pada penelitian ini penilaian terhadap rasio likuiditas yang digunakan adalah Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Cash Ratio (CR).

1. Loan to Deposit Ratio (LDR)

Rasio ini menggambarkan kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.

Berikut adalah peringkat tingkat kesehatan pada Bank Umum untuk rasio LDR berdasarkan SEBI NO. 6/23/DPNP Tanggal 31 Mei 2004 :

Tabel 1 PERINGKAT LDR

Peringkat 1 50% (lima puluh persen) < Rasio ≤ 75% (tujuh puluh lima persen ) Peringkat 2 75% (tujuh puluh lima persen ) < Rasio ≤ 85% (delapan puluh lima persen) Peringkat 3 85% (delapan puluh lima persen) < Rasio ≤ 100% (seratus persen) Peringkat 4 100% (seratus persen) < Rasio ≤ 120% (seratus dua puluh persen) Peringkat 5 Rasio > 120% (seratus dua puluh persen)

Sumber : Bank Indonesia, SEBI No. 6/23/DPNP tahun 2004 Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

Kredit Yang Diberikan

LDR = x 100%...(1)

Dana Pihak Ketiga

2. Cash Ratio (CR)

Cash Ratio adalah rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga yang dihimpun bank yang harus segera dibayar. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam membanyar kembali simpanan nasabah

atau deposen pada saat ditarik dengan menggunakan alat likuid yang dimilikinya. Semakin tinggi rasio ini maka semakin tinggi pula sisi likuiditas bank tersebut, namun akan berpengaruh dalam meningkatnya profitability bank.

Cash Ratio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

Alat Likuid

CR = x 100%...(2) Dana Pihak Ketiga

b. Rasio Rentabilitas

Analisis rasio rentabilitas adalah analisis untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Penilaian rentabilitas merupakan penilaian terhadap kondisi dan kemampuan rentabilitas bank untuk mendukung kegiatan opersional dan permodalannya.

Pada penelitian ini penilaian terhadap rasio rentabilitas yang digunakan adalah Return On Assets (ROA).

1. Return On Assets (ROA)

Rasio ini digunakan untuk mengetahui keuntungan atau laba secara menyeluruh yang diperoleh bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset.

Berikut adalah peringkat tingkat kesehatan pada Bank umum untuk rasio APB berdasarkan SEBI NO.6/23/DNP Tanggal 31 Mei 2004 :

Tabel 2 PERINGKAT ROA

Peringkat 1 Perolehan laba sangat tinggi

Peringkat 2 Perolehan laba tinggi

Peringkat 3 Rasio berkisar 0,5% - 1,25%

Peringkat 4 Perolehan laba mengarah negative

Peringkat 5 Perolehan laba negative

Sumber : Bank Indonesia, SEBI NO.6/23/DNP Tahunl 2004 Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

Laba Sebelum Pajak

ROA = x 100%...(3)

Rata-rata Total Aktiva

c. Rasio permodalan

1. Permodalan bank umum

Modal adalah faktor penting bagi bank dalam rangka pengembangan usaha dan menampung kerugian permodalan yang cukup (Capital Adequency) yaitu yang berkaitan dengan penyediaan modal yang diperlukan untuk menutup resiko kerugian yang mungkin timbul dari penanaman dan dan aktiva-aktiva produktif yang mengandung resiko, serta untuk pembiayaan penanaman tetap dan investasi. Semakin tinggi resiko yang ada, maka semakin banuak modal yang disediakan .

Modal bank terdiri dari dua komponen besar, yaitu : 1. Modal Inti

Komponen modal inti pada prinsipnya terdiri atas modal disetor dan cadangan-cadangan yang dibentuk dari laba setelah pajak seperti :

a. Modal disetor

Adalah semua bagian hak pemilik dalam bank, yaitu selisih antara aktiva dan kewajiban yang ada.

b. Agio saham

Adalah selisih lebih yang diperoleh dari pertukaran uang logam atau perak dengan uang kertas dalam valuta dan nilai nominal yang sama.

c. Cadangan umum

Adalah cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba ditahan atau lababersih dikurangi pajak dan mendapat persetujuan rapat umum pemegang saham atau rapat anggota sesuai anggaran dasar masing-masing.

d. Cadangan tujuan

Adalah bagian laba setelah dikurangi pajak yang disisihkan untuk tujuan tertentu dan telah mendaapat persetujuan rapat umum pemegang saham atau rapat anggota.

e. Laba ditahan

Adalah laba bersih setelah dikurangi pajak yang oleh rapat umum pemegang saham atau rapat anggota diputuskan untuk tidak dibagikan.

Adalah laba bersih tahun-tahun lalu setelah dikurangi pajak dan belum ditentukan penggunaanya oleh rapat umum pemegang saham atau anggota.

g. Laba tahun berjalan

Adalah laba yang diperoleh dalam tahun buku berjalan yang diperhitungkan setelah dikurangi taksiran utang pajak.

2. Modal pelengkap

Terdiri atas cadangan-cadangan yang tidak dibentuk dara laba setelah pajak dan pinjaman yang sifatnya dapat dipersamakan dengan modal.

a. Cadangan revaluasi aktiva tetap

Adalah cadangan yang dibentuk dari selisih penilaian kembali aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan dari direktorat jendral pajak.

b. Cadangan penghapusan aktva yang telah diklasifikasikan Adalah cadangan yang dibentuk dengan cara membenahi laba rugi tahun berjalan.

c. Modal kuasi

Adalah modal yang didukung oleh instrumen atau warkat yang memiliki sifat seperti modal.

d. Pinjaman subordinasi

Adalah pinjaman yang harus memenuhi berbagai syarat, seperti ada perjanjian yang ditulis antara bank dan pemberi pinjaman.

Secara umum fungsi dari modal sebagai berikut :

1. Sebagai ukuran kemampuan bank tersebut untuk menyerap kerugian-kerugian yang tidak dapat dihindarkan.

2. Sebagai sumber dana yang diperlukan untuk membiayai kegiatan usaha sampai batas tertentu, karena sumber-sumber dana dapat juga berasal dari hutang penjualan aset yang tidak dipakai.

3. Sebagai pengukur besar kecilnya kekayaan bank tersebut yang dimiliki oleh pemegang sahamnya.

4. Dengan modal yang mencukupi kemungkinan manajemen bank yang bersangkutan untuk bekerja dengan efisiensi yang tinggi.

Dalam hal penelitian ini rasio permodalan yang digunakan adalah Capital Adequancy Ratio (CAR).

1. Capital Adequancy Ratio (CAR)

CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (giro pada bank lain, penempatan pada bank laim, kredit yang diberikan, penyertaan, aktiva tetap, aktiva lain-lain, fasilitas kredit nasabah yang belum ditarik dan garansi yang belum diberikan) yang dibiayai dari dana modal bank sendiri disamping memperoleh dana-dana diluar bank. Rasio ini digunakan untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung resiko. Semakin besar CAR suatu bank maka semakin baik kondisi permodalan bank tersebut,

artinya bank memiliki kecukupan modal untuk menunjang aktiva yang mengahasilkan resiko, (Dendawijaya, 2008:159).

Berikut ini peringkat kesehatan pada Bank Umum untuk rasio CAR berdasarkan SEBI NO.6/23/DPNP Tanggal 31 Mei 2004 :

Tabel 3 PERINGKAT CAR

Peringkat 1 Rasio KPMM lebih tinggi sangat signifikan dibandingkan dengan rasio KPMM yang diterapkan dalam ketentuan

Peringkat 2 Rasio KPMM lebih tinggi cukup signifikan dibandingkan dengan rasio KPMM yang diterapkan dalam ketentuan

Peringkat 3 Rasio KPMM lebih tinggi secara marjinal dibandingkan dengan rasio KPMM yang diterapkan dalam ketentuan

Peringkat 4 Rasio KPMM dibawah ketentuan berlaku

Peringkat 5 Rasio KPMM dibawah ketentuan berlaku dan bank cenderung menjadi tidak solvable

Sumber : Bank Indonesia, SEBI NO.6/23/DNP Tahun 2004 Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

Modal

CAR = x 100%...(4)

ATMR

2. Perhitungan penyediaan modal

Langkah-langkah perhitungan penyediaan modal minimum adalah sebagai berikut :

1. ATMR aktiva neraca dihitung dengan mengalikan masing-masing ativa yang bersangkutan dengan cara mengalikan masing-masing aktiva bersangkutan dengan bobot resiko dari masing-masing pos tersebut. Berikut ATMR aktiva neraca beserta bobotnya : giro pada

bank lain dengan bobot dua puluh persen, penyertaan pada bank lain dengan dua puluh persen, surat-surat berharga dengan bobot seratus persen, kredit yang diberikan dengan bobot seratus persen, penyertaan dengan bobot seeratus persen, aktiva tetap dengan bobot seratus persen, aktiva lain-lain dengan bobot seratus persen.

2. ATMR Administrative dihitung dengan cara mengalikan nilai nominal rekening administrative yang bersangkutan dengan bobot resiko masing-masing pos rekening tersebut. Berikut ATMR aktiva administrative beserta bobotnya : fasilitas kredit nasabah yang belum ditarik (komitmen dan kontijensi) dengan bobot lima puluh persen, garansi yang diberikan (komitmen dan kontijensi) dengan bobot lima puluh persen.

3. Total ATMR = ATMR aktiva neraca + ATMR aktiva administrative.

4. Rasio modal bank dihitung dengan cara membandingkan antara modal bank (modal inti + modal pelengkap) dengan total ATMR. 5. Hasil dari perhitungan rasio tersebut, kemudian dibandingkan dengan kewajiban penyediaan modal minimum (yakni sebesar 8%). Jika hasil perbandingan antara perhitungan rasio modal dan kewajiban modal minimum sama dengan seratus persen atau lebih, maka modal bank yang bersangkutan telah memenuhi ketentuan CAR (kecukupan modal). Sebaliknya, bila hasilnya kurang dari seratus persen, maka modal bank tidak memenuhi ketentuan CAR.

Dokumen terkait