DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Deskripsi Teori
2.1.2 Definisi Ussability
Definisi usability menurut ISO 9241 (1998:11) menjelaskan bahwa, usabilitas menunjuk pada tingkat sebuah produk yang dapat digunakan oleh pengguna tertentu untuk mencapai tujuan spesifik dengan efektif, efesien dan memuaskan dalam sebuah konteks penggunaan. Konteks pengunaan terdiri dari pengguna, tugas, perlatan (hardware, software, dan material), dan lingkungan fisik serta sosial yang mempengaruhi usabilitas produk dalam sistem kerja. Efek dari perubahan komponen dalam sistem kerja dapat diukur dengan performansi pengguna dan kepuasan. Terdapat 3 dimensi yaitu efektivitas, efesiensi dan kepuasan yang mempunyai makna sebagai berikut: 1. Efektifitas (effectiveness)
Efektivitas adalah seberapa besar alat atau produk dapat membantu pengguna dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.
2. Efisiensi (efficiency)
Efisiensi adalah tingkat efektivitas yang dicapai, yang berkaitan dengan resosumber daya. Relevant resources can include mental or physical effort, time, materials or financial cost.Sumber daya yang relevan dapat mencakup usaha mental atau fisik, waktu, dan biaya. Misalnya efisiensi manusia bisa diukur sebagai efektifitas dibagi dengan usaha manusia, efisiensi dan efektifitas temporal dibagi waktu, atau efisiensi ekonomi dibagi dengan biaya.
Kepuasan adalah mengukur sejauh mana pengguna bebas dari ketidaknyamanan dan sikap mereka terhadap penggunaan produk. Satisfaction can be specified and measured by subjective rating on scales such as discomfort experienced, liking for the product, satisfaction with product use, or acceptability of the workload when carrying out different tasks, or the extent to which particular usability objectives (such as
efficiency or learnability) have been met.Kepuasan bisa ditentukan dan
diukur menurut penilaian subjektif pada skala seperti ketidaknyamanan yang dialami, kesukaan pada produk, kepuasan menggunakan produk, atau penerimaan dari beban kerja ketika melaksanakan tugas yang berbeda, atau sejauh mana tujuan kegunaan tertentu (seperti efisiensi atau learnability) telah dipenuhi. Tindakan-tindakan lain termasuk jumlah komentar positif dan negatif dicatat selama penggunaan. Informasi tambahan dapat diperoleh dari langkah-langkah jangka panjang seperti tingkat absensi, pengamatan overloading atau underloading dari pengguna kognitif atau fisik beban kerja, atau dari masalah laporan kesehatan atau frekuensi dengan mana pengguna meminta pindah ke pekerjaan lain.
Menurut Nielsen dikutip Suparmo (2007:51) mendefinisikan
usability sebagai suatu pengalaman pengguna dalam berinteraksi dengan
aplikasi atau situs web sampai pengguna dapat mengoperasikannya dengan mudah dan cepat, Nielsen juga merumuskan faktor-faktor penyebab pentingnya website memiliki aspek usability, diantaranya adalah kebiasaan atau perilaku pengguna yang mengakses website. Tidak sedikit pengguna yang tidak dapat menerima desigh website yang buruk dan mau meluangkan wakttu untuk mempelajari suatu website. Atau dengan kata lain, pengguna sangat ingin segera mengerti dengan seketika (instan), atas apa yang di sajikan dalam suatu website. Menurut Nielsen Ada 5 syarat yang harus dipenuhi agar suatu website mencapai tingkat usability yang ideal, yaitu:
1. Learnability: Ukuran bagi pengguna dalam memahami kebiasaan mengunjungi suatu website, mengetahui alasan mengakses dan mengidentifikasi yang dicari.
2. Efficiency: Situs yang efisien dapat menyajikan informasi dengan cepat.
3. Memorability: Ukuran bagi pengguna, sehingga website akan mudah
diingat. Bila website banyak dilakukan perubahan, maka pengunjung akan memerlukan waktu untuk menyesuaikan dan mempelajarinya kembali.
4. Errors: Menghindari adanya link yang tidak berfungsi (broken link) atau
halaman web yang masih dalam proses pembuatan (under construction).
5. Satisfaction: Kepuasan adalah hal yang paling diinginkan oleh setiap
pengguna.Pengunjung menginginkan situs dapat dengan mudah digunakan dan dipelajari. Selain itu mereka ingin bisa menemukan apa yang dicari dengan cepat, mengetahui di mana mereka berada dan bisa pergi ke mana saja dalam sebuah situs.
Menurut Badre dikutip Suparmo (2007:51) memberikan definisi usability testing atau uji ketergunaan sebagai berikut, “Usability testing has traditionally meant testing for efficiency, ease of learning, and the ability to
remember how to perform interactive tasks without difficulty or errors.”
Dengan perkataan lain, uji ketergunaan adalah mengukur efisiensi, kemudahan dipelajari, dan kemampuan untuk mengingat bagaimana berinteraksi tanpa kesulitan atau kesalahan. Badremenyatakan bahwa, prinsip-prinsip uji ketergunaan yang dikemukakan diatas masih bersifat tradisional. Sejak mulai dikembangkanya internet para pakar di bidang uji ketergantungan menekankan uji ketergantungan dengan dua hal pokok yaitu:
1. Ease of learning
Mengukur ketergunaan dengan membandingkan waktu yang diperlukan pemakai dalam mempelajari sistem komputer yang sama sekali belum dikenalnya untuk melakukan sesuatu, dengan waktu yang diperlukan untuk melakukan hal yang sama dengan cara lain.
2. Ease of use
Mengukur jumlah tindakan yang perlu dilakukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Sebagai contoh membandingkan jumlah-jumlah klik mouse pada dua desain.
Dari dua pendapat diatas maka dapat disimpulkan usabilitysangat penting untuk keberlangsungan sebuah website. Jika sebuah website sulit untuk digunakan maka pengguna akan pergi bahkan tidak akan
menggunjungi website tersebut. Jika sebuah homepage gagal memberikan penjelasan atau informasi sulit di mengerti maka penawaran tidak dapat dilakukan melalui situs, orang-orang tidak akan mengunjungi website tersebut. Website harus dirancang seekonomis mungkin dengan prinsip
human centred design, sehingga memudahkan manusia untuk
menggunakan website tersebut. Ujian ketergunaan situs web merupakan kombinasi dari lima aspek yaitu:
1. Ease of learning (mudah dipelajari)
2. Effiency of use (efisien dalam penggunaan)
3. Memorability (mudah diingat)
4. Error frequency and severity (frekuensi kesalahan dan kesederhanaan)
5. Subjective satisfaction (kepuasan subyektif bagi pemakai)
Menurut Palmer (2002) dikutip Fuad (2014:4), yang kemudian dikenal sebagai pakar dalam Human-Computer Interaction, pada tahun 2002 telah berhasil memajukan konstruk untuk Usability Website sebagai berikut:
1. Selang waktu penerimaan data (Download Delay)
Parameter yang diukur: kecepatan awal akses dan kecepatan tampilan antar halaman.
2. Pengelolaan Navigasi Halaman (Navigation/Organization)
Parameter yang diukur: Pengaturan, urutan halaman, Links, Layout dan pengelolaan dan penempatan Navigasi.
3. Interaktivitas (Interactivity)
Parameter yang diukur: Kustomisasi halaman web dan Interaktivitas. 4. Responsivitas (Responsiveness)
Parameter yang diukur : fasilitas Feedback dan FAQ. 5. Informasi Materi website (Information / Content)
Parameter yang diukur: Jumlah informasi, keragaman informasi, jumlah kata dan kualitas materi website.
6. Website yang berhasil (User Satisfaction)
Parameter yang diukur: Kepuasan pengguna, keinginan untuk mengakses kembali website dan frekuensi mengakses website.
Dari keenam point konstruk diatas, menggambarkan kaitannya dalam suatu model penelitian untuk Usability, berikut pada gambar 2.1 dibawah ini:
Gambar 2.1
Model Usability Palmer dikutip Fuad (2014:4)
Proyoga dan Sensuse (2009) dikutip Fuad (2014:5), menngungkapkan bahwa dalam penelitian lanjutan Green dan Pearson ditahun 2008,mereka melakukan kajian dengan membandingkan Model Penelitian Usability Palmer dan Model Penelitian Agarwal dan Venkatesh terhadap suatu website. Dari kesimpulan yang dicapai pada penelitian kedua, Green dan Pearson (2009) merumuskan 4 dimensi terbaik untuk mengukur kepuasan pengguna terhadap suatu website, yaitu dengan
Responsiveness Interactivity Information Content Navigability Download Delay User Satisfaction
menentukan variabel pengukuran yang dinilai memiliki nilai yang lebih kuat (robust) namun sangat sesuai (parsimonious). Keempat variabel pengukuran tersebut adalah:
a. Kemudahan (Ease of Use) b. Personalisasi (Customization)
c. Kecepatan Akses pada Aplikasi (Download Delay) d. Informasi (Content)
Keempat konstruksi di atas kemudian di olah menjadi bahan pertimbangan Prayoga dan Sensuse (2009) untuk melakukan penelitian pada website Aplikasi di PT. Telkom. Dari penelitian tersebut, Proyogo dan Sensuse (2009) menyimpulkan bahwa selain mendapatkan empat konstruk yang memberikan nilai signifikan terhadap validitas pengujian, juga terdapat suatu model penelitian yang menyimpulkan bahwa kepuasan pengguna (User Satisfaction) dalam mengakses website menjadi variabel endogen yang dapat mendorong pengunjung untuk mengakses kembali
website tersebut. Berikut Gambar 2.2 di bawah ini model penelitian Green
dan Pearson (2009) sebagai rujukan untuk penelitian selanjutnya terkait usability:
Gambar 2.2
Model Penelitian Green and Pearson (2009) dikutip Fuad (2014:5)
Dumas dan Redish dikutip Nazula (2007:3) menyebutkan empat point daridefinisi usabilitas, adalah:
a. Usabilitas yang berarti berfokus pada pengguna
b. Orang yang menggunakan produk tersebut akan menjadi produktif
c. Orang-orang sibuk yang mencoba untuk menyelesaikan tugas dan
d. Pengguna yang memutuskan kapan produk ini mudah digunakan User Satisfaction Ease Of Use Customization Download Delay Content
2.2 Penelitian Terdahulu
Untuk menunjang analisis dan landasan teori yang ada, maka diperlukanpenelitian terdahulu sebagai pendukung bagi penelitian ini. Berkaitan dengan pendapatan pajak air tanah terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.
1. Anis Fuad, (2014). Dalam penelitiannya mengkaji tentang websiteusability Kabupaten Serang, dengan objek penelitian mahasiswa Fisip Untirta yang mengontrak mata kuliah e-government. Penlitian ini bertujuan untuk mengukur kepuasan pelayanan dan kualitas situs wesbsite kabupaten serang yang di dasarkan pada lima dimensi yaitu: (1)Ease of Use
(2)customization (3)download delay (4)content (5)user satisfaction.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang difokuskan pada kualitas website Kabupaten Serang.
a. Secara total kualitas website Kabupaten Serang sudah di anggap cukup baik dalam hal kemudahan dan isi dalam pengelolaaan website Kabupaten Serang.
b. Pada variable Ease Of Use dan content paling banyak mempengaruhi terhadap kepuasan/satisfaction di banding variable lain.
c. Pada variable customization dan download delay di anggap kurang memuaskan menurut reponden.
2. Heru Prayitno (2012). Dalam penelitiannya mengkaji tentang kualitas web Pemerintahan Kabupaten Purbalingga dalam meingkatkan kinerja pelayanan public yang berdasarkan pada dimensi: (1)usability – fungsi,
kegunaan, kemudahan (2)information quality – kualitas informasi
(3)interaction quality – kualitas interaksi layanan. Tingkat kesesuaian
antara unsure performance dan importancePenelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang difokuskan pada kualitas website kabupaten purbalingga.
a. Secara total kualitas website kabupaten pubalingga masih dalam tahap persiapan/web presence atau publish dan belum memasuki tahap pematangan maupun pemantapan apalagi pemanfaatan.
b. Dilihat dari hasil pengelohan dan analisis hasil penelitian kualitas layanan public berbasis web pada situs Pemerintah Kabupaten Purbalingga bahwa kualitas layanan website kurang karena menghasilkan nilai yang sangat rendah adalah usability, kemudian
information dan performance menghasilkan nilai yang sangat tinggi.
Kecepatan akses web, kemudahan pengunjung berinteraksi, layanan yang di janjikan maupundesain web memiliki nilai yang paling rendah di anatara dimensi lainnya.
c. Responden wanita pengguna USB unntuk akses internet, pengalaman lama internet, usia responden di bawah 35 tahun memilik kepuasan yang sangat rendah dalam menilai kualitas layanan website.
3. Lufiyah Dwi Setia (2012). Dalam penelitiannya mengkaji evaluasi usability untuk mengetahui akseptabilitas aplikasi berbasis web yang berdasarkan pada dimensi: (1)learnability (2)efficiency (3)memorability (4)eror (5)satisfactionPenelitian ini merupakan penelitian deskriptif
kuantitatif yang menganalisis usabilityyang mempengaruhi sikap penerimaan pengguna (akseptabilitas) system terhadap alpikasi.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa dari 5 variabel penentu usability di ketahui hanya variable eror/lain-lain yang signifikan, sehingga dapat di simpulkan bahwa kesalahan dari system dan kesalahan penggunan (ER) terutama cepat atau tidak pengguna memperbaiki kesalhan (ER5) dapat mempengaruhi kenaikan usability sekaligus berpengaruh postif dalam menaikan tingkat akseptabilitas aplikasi SIMZAKI.