• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. METODOLOGI PENELITIAN

4.5. Metode Analisis

4.5.5. Definisi Variabel

Informasi pada sub-bab berikut menjelaskan definisi dari masing-masing variabel yang digunakan berikut unit analisanya. Di dalam model masing-masing variabel didefinisikan dalam abjad y untuk menjelaskan variabel output dan x dalam susunan abjad x1, x2, x3dan seterusnya yang menggambarkan penggunaan input baik aspek fisik maupun z1,z2, z3dan seterusnya menggambarkan variabel sosial ekonomi. Secara terperinci definisi variabel dapat disimak sebagai berikut :

Produksi yang dihasilkan: Besarnya produksi yang dihasilkan dari komoditas cabai merah besar atau cabai merah keriting yang diusahakan di lahan sawah dataran rendah atau lahan kering dataran tinggi dalam satu musim tanam. Bentuk produksi adalah cabai merah segar, dinyatakan dalam satuan kilogram.

Produksi yang diharapkan: Besarnya produksi yang diharapkan yang akan dihasilkan dari komoditas cabai merah besar atau cabai merah keriting yang diusahakan di lahan sawah dataran rendah atau lahan kering dataran tinggi dalam satu musim tanam. Bentuk produksi adalah cabai merah segar, dinyatakan dalam satuan kilogram.

Produktivitas yang dihasilkan: Besarnya produksi yang dihasilkan dari komoditas cabai merah besar atau cabai merah keriting yang diusahakan di lahan sawah dataran rendah atau lahan kering dataran tinggi per hektar permusim tanam. Bentuk produksi adalah cabai merah segar, dinyatakan dalam satuan kuintal/hektar.

Produktivitas yang diharapkan: Besarnya produksi yang diharapkan yang akan dihasilkan dari komoditas cabai merah besar atau cabai merah keriting yang diusahakan di lahan dataran rendah/dataran tinggi per hektar per musim tanam. Bentuk produksi adalah cabai merah segar, dinyatakan dalam satuan kuintal per hektar.

Luas areal tanam: Luas areal tanam yang ditanami cabai merah besar atau cabai merah keriting di masing-masing persil lahan yang diusahakan petani pada musim

120 hujan (pada waktu pengambilan data dilakukan yakni periode November- Februari) atau musim kemarau pertama/MK I (Maret-Juni) atau musim kemarau kedua/MK II (Juli-oktober) namun akan disesuaikan dengan kondisi aktual di lapang, dinyatakan dalam satuan hektar.

Benih/bibit: Jumlah benih/bibit cabai merah besar atau cabai merah keriting yang digunakan sebagai input produksi (dapat berupa varietas hibrida dan varietas lokal), dinyatakan dalam satuan fisik (gram).

Pupuk urea: Jumlah pupuk urea yang digunakan dalam kegiatan usahatani, dinyatakan dalam satuan kilogram.

Pupuk ZA: Jumlah pupuk ZA yang digunakan dalam kegiatan usahatani, dinyatakan dalam satuan kilogram.

Pupuk N: Jumlah pupuk N yang digunakan dalam usahatani yang bersumber dari pupuk Urea, ZA, dan NPK, pupuk urea memiliki kandungan nitrogen sebesar 45- 46 persen, ZA sekitar 26 persen, dan NPK sebesar 15 persen, dinyatakan dalam satuan kg setara nitrogen.

Pupuk TSP: Jumlah pupuk TSP yang digunakan dalam kegiatan usahatani, dinyatakan dalam satuan kilogram.

Pupuk SP 36: Jumlah pupuk SP 36 yang digunakan dalam kegiatan usahatani, dinyatakan dalam satuan kilogram.

Pupuk P2O5: Jumlah pupuk P2O5 yang digunakan dalam usahatani yang bersumber dari TSP, SP-36, dan NPK, pupuk TSP memiliki kandungan P2O5 sebesar 45 persen, SP 36 sekitar 36 persen, dan NPK sebesar 15 persen, dinyatakan dalam satuan kg setara phosphat (P2 O5).

Pupuk KCl: Jumlah pupuk KCl yang digunakan dalam kegiatan usahatani, dinyatakan dalam satuan kilogram.

Pupuk KNO3: Jumlah pupuk KNO3 yang digunakan dalam kegiatan usahatani, dinyatakan dalam satuan kilogram.

Pupuk K2O: Jumlah K2O yang digunakan dalam usahatani yang bersumber dari KCL, KNO3 dan NPK, pupuk KCl memiliki kandungan K2O sebesar 60 persen, pupuk KNO3 sebesar 44 persen, dan NPK sebesar 15 persen, dinyatakan dalam satuan kg setara potassium (K2 O).

Pupuk NPK : Jumlah pupuk NPK yang digunakan dalam kegiatan usahatani, dinyatakan dalam satuan kilogram.

Pupuk PONSKA: Jumlah pupuk PONSKA yang digunakan dalam kegiatan usahatani yang dinyatakan dalam satuan kilogram.

Pupuk komposit (N, P, dan K): Jumlah pupuk NPK yang digunakan dalam kegiatan usahatani yang dinyatakan dalam satuan hara dari ketiga jenis pupuk tersebut. Ketiga pupuk tersebut dinyatakan dalam satuan kg setara N, P2O5,K2O. Pupuk NPK memiliki kandungan N = 15 persen, P2O5 = 15 persen, K2O = 15 persen.

Kapur (kalsit, dolomit) : Jumlah kapur yang digunakan dalam kegiatan usahatani yang dinyatakan dalam satuan kilogram.

Pupuk organik/kandang/kompos: Jumlah pupuk organik/kandang/kompos yang digunakan dalam kegiatan usahatani, dinyatakan dalam satuan kilogram.

Pupuk pelengkap cair (PPC) : Jumlah pupuk pelengkap cair yang digunakan dalam kegiatan usahatani, dinyatakan dalam satuan kilogram atau liter.

Zat perangsang tumbuh (ZPT) : Jumlah ZPT yang digunakan dalam kegiatan usahatani, dinyatakan dalam satuan kilogram.

Pestisida : Jumlah pestisida yang digunakan dalam kegiatan usahatani, dinyatakan dalam liter atau kilogram.

Fungisida : Jumlah fungisida yang digunakan dalam kegiatan usahatani, dinyatakan dalam liter atau kilogram.

Mulsa : Jumlah mulsa yang digunakan dalam kegiatan usahatani, dinyatakan dalam satuan kilogram.

Nilai pengeluaran lainnya : besarnya pengeluaran petani yang harus dilakukan untuk pengeluaran lainnya dalam kegiatan dengan usahatani, dinyatakan dalam ribu rupiah.

Tenaga Kerja: jumlah penggunaan tenga kerja dalam usaha tani baik yang bersumber dari TK keluarga maupun TK upahan yang dinyatakan dalam jam kerja setara pria, tenaga kerja ini terdiri atas tenaga kerja pra panen, panen dan pasca panen. Dinyatakan dalam hari orang kerja setara pria dengan HOK, untuk penyederhanaan akan dibuat penyetaraan 1 HOKW=0,8 HOKP dan 1 HOKA (< 10 tahun) = 0.5 HOKP.

Luas total garapan cabai merah besar : total luas garapan cabai merah besar yang diusahakan rumah tangga petani baik dari lahan milik maupun sewa. Variabel ini dinyatakan dalam satuan hektar.

122

Luas total garapan cabai merah keriting : total luas garapan cabai merah keriting yang diusahakan rumah tangga petani baik dari lahan milik maupun sewa. Variabel ini dinyatakan dalam satuan hektar.

Rasio luas garapan cabai merah besar terhadap total lahan garapan usahatani : luas garapan cabai merah besar dibagi total lahan garapan yang diusahakan dinyatakan dalam rasio.

Rasio pendapatan cabai merah keriting terhadap total lahan garapan usahatani : luas garapan cabai merah keriting dibagi total lahan garapan yang diusahakan dinyatakan dalam rasio.

Pendapatan cabai merah besar :total pendapatan yang dihasilkan rumah tangga petani yang berasal dari usahatani cabai merah besar. Variabel ini dinyatakan dalam satuan rupiah.

Pendapatan cabai merah keriting : total pendapatan yang dihasilkan rumah tangga petani yang berasal dari usahatani cabai merah keriting. Variabel ini dinyatakan dalam satuan rupiah.

Pendapatan total : total pendapatan yang berasal dari sektor pertanian dan non pertanian. Variabel ini dinyatakan dalam satuan rupiah.

Rasio pendapatan cabai merah besar terhadap pendapatan total rumah tangga : Pendapatan yang bersumber dari cabai merah besar dibagi total pendapatan rumah tangga.

Rasio pendapatan cabai merah keriting terhadap pendapatan total rumah tangga : Pendapatan yang bersumber dari cabai merah keriting dibagi total pendapatan rumah tangga.

Umur kepala keluarga : usia atau umur kepala keluarga, dinyatakan dalam satuan tahun.

Tingkat pendidikan kepala keluarga :tingkat pendidikan formal yang ditempuh oleh kepala keluarga, dinyatakan dalam satuan tahun.

Pengalaman usahatani kepala keluarga : lamanya kepala keluarga mengusahakan komoditas cabai merah, dinyatakan dalam satuan tahun.

Jumlah anggota rumah tangga usia kerja : menunjukkan jumlah anggota rumah tangga yang berusia antara 15-64 tahun dan dinyatakan dalam satuan orang.

Total anggota rumah tangga :menunjukkan jumlah keseluruhan anggota rumah tangga dan dinyatakan dalam satuan orang.

Rasio jumlah anggota rumah tangga usia kerja terhadap total anggota rumah tangga : Jumlah anggora rumah tangga usia kerja dibagi dengan jumlah total anggota rumah tangga.

Risiko : sebagai suatu kejadian di mana hasil dari kejadian dan peluang terjadinya tidak bisa diketahui secara pasti, resiko produksi diukur dengan varian produktivitas dan resiko harga diukur dengan varian harga.

Dummy musim tanam : variabel ini memberikan informasi tentang kapan kegiatan usahatani cabai merah dilakukan oleh petani, dinyatakan dalam bentuk variabel dummy, 1= kegiatan penanaman dilakukan MK; 0= kegiatan penanaman dilakukan pada MH.

Dummy benih hibrida : variabel ini memberikan informasi jenis/kualitas benih, di mana 1=benih hibrida, 0= benih lokal/hibrida turunan.

Dummy agroekosistem : variabel ini memberikan informasi tentang agroekosistem lahan, dinyatakan dalam bentuk variabel dummy, 1=agroekosistem lahan sawah dataran rendah; 0=agroekosistem lahan kering dataran tinggi.

Dummy sistem penguasaan lahan : jenis penguasaan lahan oleh petani, dinyatakan dalam bentuk variabel dummy, di mana 1=lahan milik; 0=lahan non milik (sewa, sakap, dll).

Dummy pengetahuan tentang teknologi pembibitan : tingkat pengetahuan tentang teknologi pembibitan cabai merah yang telah dikuasai petani, dinyatakan dalam bentuk variabel dummy, di mana 1=tahu, 0=tidak tahu.

Dummy pengetahuan tentang teknologi budidaya : tingkat pengetahuan tentang teknologi budidaya sesuai anjuran yang telah dikuasai petani, dinyatakan dalam bentuk variabel dummy, di mana 1=tahu, 0=tidak tahu.

Dummy pengetahuan tentang teknologi panen dan pasca panen : tingkat pengetahuan tentang teknologi pasca panen yang telah dikuasai petani, dinyatakan dalam bentuk variabel dummy, di mana 1=tahu, 0=tidak tahu.

Dummy tentang rotasi tanaman : pola tanam yang dilakukan petani cabai merah dengan menanam tanaman yang berbeda famili pada sebelum dan sesudah tanaman cabai merah.

Dummy ketergantungan terhadap pedagang input langganan : petani dikatakan memiliki ketergantungan terhadap pedagang input langganan apabila petani yang bersangkutan memiliki ketergantungan terhadap pedagang input langganan dalam bentuk pinjaman modal dan keharusan menjual hasil produksi cabai merah kepada pedagang input yang bersangkutan, 1=ketergantungan rendah; dan 0=ketegantungan tinggi.

124

Dummy ketergantungan terhadap pedagang output langganan : petani dikatakan memiliki ketergantungan terhadap pedagang output langganan apabila petani yang bersangkutan memiliki ketergantungan terhadap pedagang atau pembeli langganan dalam bentuk pinjaman modal dan keharusan menjual hasil produksi cabai merah kepada pedagang yang bersangkutan, 1=ketergantungan rendah; dan 0=ketegantungan tinggi.

Dummy ketergantungan terhadap sumber-sumber kredit baik formal maupun informal :memberikan informasi yang menggambarkan ketergantungan petani cabai merah terhadap sumber-sumber kredit baik kredit formal, kredit program, serta kredit informal, dinyatakan dalam proporsi modal sendiri terhadap total modal usahatani cabai merah, dinyatakan dinyatakan dummy variabel, di mana 1=ketergantungan rendah; dan 0=ketegantungan tinggi.

Keikutsertaan dalam kelompok tani/koperasi tani/assosiasi komoditas :

merupakan keikutsertaan petani dalam organisasi atau kelembagaan tersebut yang bersifat menunjang kegiatan usahataninya, dinyatakan dinyatakan dummy variabel, di mana 1=anggota dan 0=non anggota.

Keikutsertaan dalam kontrak farming atau kemitraan usaha : merupakan keikutsertaan tidak petani dalam kontrak farming atau kemitraan usaha yang bersifat menunjang kegiatan usahataninya, dinyatakan dummy variabel, di mana 1=kontrak/kemitraan dan 0=non kontrak/non kemitraan.

Dummy perlakuan pasca panen : hal-hal yang dilakukan petani dalam kegiatan pasca panen meliputi pembersihan, standarisasi, sortasi, grading, serta pengemasan dan pengepakan, sebelum cabai merah di jual ke saluran pemasaran yang lebih hilir, dinyatakan dummy variabel, di mana 1= melakukan kegiatan pasca panen dan 0 = tidak melakukan kegiatan pasca panen.

Tingkat harga beli : tingkat harga yang dihitung berdasarkan harga rata-rata pembelian input produksi, dinyatakan rupiah/perkilogram atau satuan yang sesuai. Variabel ini dinyatakan dalam satuan rupiah per kilogram atau rupiah per unit.

Tingkat harga jual : tingkat harga yang dihitung berdasarkan harga rata-rata penjualan perkilogram. Variabel ini dinyatakan dalam saruan rupiah per kilogram atau rupiah per unit.

Tingkat harga beli yang diharapkan: tingkat harga rata-rata yang diharapkan dari pembelian input produksi, dinyatakan dalam satuan rupiah per kilogram atau satuan yang sesuai.

Tingkat harga jual yang diharapkan: tingkat harga rata-rata yang diharapkan dari penjualan output atau cabai merah, dinyatakan dalam satuan rupiah per kilogram.

Harga di tingkat petani : harga rata-rata yang diterima petani dari penjualan output atau hasil panen. Variabel ini dinyatakan dalam satuan rupiah per kilogram.

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN

Dokumen terkait