• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.3. Deformasi Dinding Cangkang (Shell) Tanpa Lenturan

Pada pembahasan tentang deformasi dan tegangan dalam cangkang

(shell) berikut ini system notasinya sama dengan yang dipergunakan pada

pembahasan pelat. Kita tandai ketebalan cangkang dengan h, dimana

besarnya selalu dianggap kecil dibandingkan dengan besaran lain dari

cangkang dan dengan jari-jari kelengkungannya. Permukaan yang membagi

ketebalan pelat sama besar disebut permukaan tengah (middle surface).

Dengan menspesifikasikan bentuk permukaan tengah dan ketebalan cangkang

pada setiap titik, maka suatu cangkang ditentukan sepenuhnya secara

geometris.

Untuk menganalisis gaya-gaya dalam, kita potong suatu elemen yang

kecilnya tak terhingga dari cangkang itu yang dibentuk oleh dua pasang

bidang yang berdekatan dan tegak lurus terhadap permukaan tengah dari

cangkang itu, dan yang memiliki kelengkungan utamanya. Kita ambil

sumbu-sumbu koordinat x dan y yang menyinggung garis kelengkungan utama pada

titik 0 dan sumbu z yang tegak lurus pada permukaan tengah, seperti yang

diperlihatkan pada gambar 2.7. Jari-jari utama kelengkungan yang terletak

pada bidang xz dan yz ditandai masing-masing oleh dan . Tegangan yang

bekerja pada permukaan bidang elemen itu diuraikan dalam arah

sumbu-sumbu koordinat, dan komponen tegangan ditunjukkan oleh simbol ,

= , . Dengan notasi ini, gaya resultan per satuan panjang

(a)

(b)

(c)

Gambar 2.7 Potongan elemen cangkang yang kecilnya tak terhingga

Besaran z/ dan z/ yang kecil tampak pada persamaan (a), (b), (c), karena

sisi-sisi lateral elemen yang diperlihatkan pada gambar 2.7a memiliki bentuk

trapesium yang disebabkan oleh kelengkungan cangkang. Hal ini akan

menyebabkan tidak samanya gaya geser Nxy dan Nyx satu dengan lainnya,

meskipun di sini masih berlaku bahwa = . Pada pembahasan

selanjutnya, kita harus mengasumsikan bahwa ketebalan h adalah sangat kecil

z/ pada persamaan-persamaan (a), (b), (c). Kemudian, Nxy = Nyx dan

resultan gaya geser dinyatakan oleh persamaan yang sama seperti pada pelat.

Momen lentur dan puntir per satuan panjang penampang normal

dituliskan dengan persamaan berikut ini

(d)

(e)

di mana penentuan arah momennya mempergunakan aturan yang sama

seperti yang dipergunakan pada pelat. Pada pembahasan selanjutnya, kita

abaikan lagi besaran z/ dan z/ yang kecil, yang disebabkan oleh

kelengkungan cangkang, dan untuk momennya, digunakan persamaan yang

sama dengan yang dipergunakan pada pembahasan pelat.

Dalam membahas lenturan cangkang diasumsikan bahwa elemen

linear, seperti AD dan BC (Gambar 2.7a), yang tegak lurus pada permukaan

tengah, tetap lurus dan menjadi tegak lurus terhadap permukaan tengah

cangkang yang dideformasikan. Suatu kasus yang sederhana di mana, selama

pelenturan, permukaan lateral/melintang elemen ABCD hanya berotasi

terhadap garis-garis perpotongannya dengan permukaan tengah. Jika dan

merupakan besaran jari-jari kelengkungan setelah deformasi, maka

“perpanjangan satuan” suatu belahan tipis (lamina) pada jarak z dari

(f)

Jika, selain rotasi, sisi-sisi lateral elemen berpindah tempat parallel terhadap

dirinya sendiri akibat meregangnya permukaan tengah, dan jika perpanjangan

satuan bagian tengah permukaan yang bersangkutan pada x dan y ditandai

masing-masing dengan dan , maka perpanjangan dari belahan yang

ditinjau di atas seperti yang terlihat pada gambar 2.7c adalah

Dengan mensubstitusikan (menyulihkan)

Diperoleh

(g)

Persamaan yang serupa dapat diperoleh untuk pertambahan panjang . Pada

pembahasan selanjutnya, ketebalan cangkang h akan selalu dianggap kecil

bila dibandingkan dengan jari-jari kelengkungannya. Dalam hal seperti ini,

besaran z/ dan z/ dapat diabaikan, bila dibandingkan dengan satu. Kita

harus mengabaikan juga pengaruh pertambahan panjang dan pada

kelengkungan. Oleh karena itu, sebagai pengganti persamaan (g) di atas,

,

dimana dan menunjukkan perubahan lengkungan. Dengan

mempergunakan persamaan untuk menghitung komponen regangan suatu

belahan ini dan dengan menganggap bahwa tidak ada tegangan normal antara

belahan ( ), maka diperolehlah persamaan untuk menghitung komponen

tegangan seperti berikut ini

Dengan mensubstitusikan persamaan ini ke dalam persamaan (a) dan (b)

dengan mengabaikan besaran z/rx dan z/ry yang kecil dibandingkan dengan

angka satu, maka diperoleh

(1)

, menunjukkan ketegaran lentur cangkang.

Kasus yang lebih umum tentang deformasi elemen pada gambar

2.7 akan dapat diperoleh bila dianggap bahwa, selain tegangan normal,

tegangan gesernya juga bekerja pada sisi-sisi lateral dari elemen. Bila

rotasi tepi BC relative terhadap Oz sekitar sumbu x (gambar 2.7a) ditandai

dengan maka diperoleh

Dengan mensubstitusikan persamaan ini ke dalam persamaan (b) dan (e)

dengan mempergunakan penyederhanaan, maka diperoleh

(2)

Jadi, dengan menganggap bahwa selama pelenturan suatu cangkang, elemen

linear yang tegak lurus pada permukaan tengah adalah tetap lurus dan

menjadi tegak lurus pada pemukaan tengah yang mengalami deformasi, maka

dapat dinyatakan gaya resultan per satuan panjang Nx, Ny, dan Nxy serta

momen-momen Mx, My, dan Mxy atas suku-suku yang terdiri atas enam

buah besaran : tiga buah komponen regangan , dan β dari permukaan tengah cangkang dan tiga buah besaran Xx, Xy, dan Xxy yang

menggambarkan perubahan kelengkungan serta puntiran permukaan tengah.

Pada banyak persoalan deformasi cangkang, tegangan lentur dapat

diabaikan, dan hanya tegangan yang disebabkan oleh regangan pada

permukaan tengah cangkang saja yang diperhitungkan. Sebagai contoh,

diambil suatu wadah berbentuk bola yang mengalami pengaruh tekanan

Di bawah pengaruh ini, permukaan tengah cangkang mengalami suatu

regangan terbagi rata; dan karena ketebalan cangkang ternyata kecil, tegangan

tarik dapat dianggap terbagi secara merata ke seluruh tebalnya. Contoh yang

serupa disuguhkan oleh suatu tabung silinder bundar yang tipis di mana suatu

gas atau cairan ditekan dengan menggunakan piston yang bergerak bebas

sepanjang sumbu silinder. Di bawah pengaruh tekanan dalam yang merata ini,

“tegangan lingkar” (loop stress) yang dihasilkan dalam cangkang silindris

ternyata terbagi rata ke seluruh ketebalannya. Jika ujung silinder dijepit

(dibangun menyatu) sepanjang tepinya, dinding ini tak lagi bebas

mengembang secara lateral, dan pasti terjadi sesuatu lenturan di dekat tepi

yang dijepit itu jika dikenakan tekanan dalam ini. Namun, penelitian yang

lebih lengkap memperlihatkan bahwa lenturan ini hanya setempat dan bagian

cangkang pada suatu jarak tertentu dari ujung-ujungnya tetap silindris dan

hanya mengalami regangan pada permukaan tengahnya tanpa lenturan yang

berarti.

Jika kondisi cangkang sedemikian rupa sehingga lenturan dapat

diabaikan, permasalahan analisis tegangan dapat dibuat menjadi sangat

sederhana, karena momen resultan (d) dan (e) serta resultan gaya geser (c)

hilang. Jadi, yang belum diketahui adalah tiga buah besaran Nx, Ny, dan

Nxy=Nyx, yang dapat ditetapkan dari kondisi keseimbangan suatu elemen,

seperti yang diperlihatkan pada gambar 2.7. Oleh karena itu,

permasalahannya menjadi statis tertentu bila semua gaya yang bekerja pada

cangkang telah diketahui. Gaya-gaya Nx, Ny, dan Nxy yang diperoleh dengan

berdasarkan pada pengabaian tegangan lentur disebut teori selaput tipis.

Penerapan teori ini untuk kasus atap cangkang berbentuk cylindrical surface

Dokumen terkait