• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Shell Yang Berbentuk Cylindrical Surface Berdasarkan Radian Yang Variatif Dibandingkan Dengan Program Ansys

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Shell Yang Berbentuk Cylindrical Surface Berdasarkan Radian Yang Variatif Dibandingkan Dengan Program Ansys"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS SHELL YANG BERBENTUK CYLINDRICAL

SURFACE BERDASARKAN RADIAN YANG VARIATIF

DIBANDINGKAN DENGAN PROGRAM ANSYS

TUGAS AKHIR

BIDANG STUDI STRUKTUR

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK USU

2011

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

berkat, rahmat, dan karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan

baik dan tepat pada waktunya. Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat yang

diperlukan untuk menyelesaikan pendidikan pada program studi Teknik Sipil

Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, saya sering menemukan beberapa

kesulitan dan hambatan. Oleh karena itu, saya mengucapkan banyak terima kasih

kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan laporan ini,

antara lain:

1. Bapak Prof. Dr. Ing Johannes Tarigan selaku Ketua Departemen

Teknik Sipil USU dan dosen pembimbing yang telah banyak memberikan

pengajaran dan ilmu dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini;

2. Bapak Ir. Syahrizal, MT selaku Sekretaris Departemen Teknik Sipil

USU;

3. Bapak Ir. Sanci Barus, MT selaku Koordinator Bidang Studi Struktur

Teknik Sipil USU dan dosen pembanding yang telah memberikan kritik

dan saran dalam penyempurnaan Tugas Akhir ini;

4. Ibu Ir. Chainul Mahni selaku dosen pembanding yang telah

memberikan kritik dan saran dalam penyempurnaan Tugas Akhir ini;

5. Bapak Ir. Daniel R. Teruna, MT selaku dosen pembanding yang telah

(3)

6. Kedua orang tua yang telah memberikan bantuan materi, semangat,

nasihat dan do’a yang tidak akan pernah terbalaskan jasanya;

7. Abang dan adik, serta saudara yang telah memberikan motivasi dan do’a;

8. Adinda Nurmala Sari Nasution selaku pendamping penyusun yang telah

banyak berkorban dari segi waktu untuk memberikan nasihat-nasihat,

motivasi dan do’a kepada penyusun;

9. Rekan-rekan, abang, kakak dan adik nonmahasiswa teknik sipil dan

mahasiswa teknik sipil USU dalam hal penyelesaian tugas akhir ini;

10.Semua rekan-rekan mahasiswa teknik sipil USU 2006 dan rekan-rekan

seperjuangan MUSTEKER, selalu semangat dan tetap berjuang;

Akhir kata, saya menyadari sepenuhnya bahwa Tugas Akhir ini belum

sempurna, baik dari segi isi, bahasa, cara penyusunannya, serta dari segi teori dan

analisisnya. Maka dari itu, saya sebagai penyusun memohon maaf sebesar-besarnya

apabila terdapat kesalahan dalam Tugas Akhir ini, dan saya bersedia menerima kritik

dan saran yang membangun untuk perbaikan. Terima kasih dan semoga Tugas Akhir

ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, Juni 2011

(4)

ABSTRAK

Indonesia merupakan salah satu negara yang mulai dan sudah mengembangkan bangunan yang berbentuk cangkang. Oleh karena itu, atap cangkang yang berbentuk cylindrical surface yang dimodifikasi untuk menutup suatu lapangan tenis perlu dianalisis secara lanjut mengenai gaya-gaya dalamnya.

Dalam tugas akhir ini, akan dianalisis manual dan program gaya-gaya dalam cangkang yang berbentuk cylindrical surface (tidak termasuk pondasi) berbentuk setengah lingkaran dan ellips dengan radian yang variatif. Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai gaya-gaya pada cangkang. Dengan demikian, dapat diketahui bagian cangkang yang mengalami gaya yang paling besar (paling berbahaya) ketika mengalami pembebanan serta diperoleh cangkang yang paling ekonomis untuk mendesain.

Dengan cangkang setengah lingkaran dan ellips dianalisa manual dan program berdasarkan teori selaput tipis shell yang dituliskan Timoshenko dan Krieger dalam buku “Theory of Plates and Shells”, diperoleh kesimpulan bahwa gaya dalam paling maksimum didapat pada cangkang yang berbentuk setengah lingkaran yang berada di daerah pondasi dan puncak atap serta cangkang yang berbentuk ellips yang R nya lebih besar baik dan ekonomis dalam perencanaan desain.

Kata kunci: cangkang, cylindrical surface, setengah lingkaran, ellips, teori selaput

(5)

DAFTAR ISI 2.1. Sekilas mengenai Struktur Cangkang……….18

2.2. Prinsip-prinsip Umum Cangkang………...22

2.2.1. Aksi Membran ... 22

2.2.2. Struktur Cangkang yang Mempunyai Permukaan Rotasional... 23

2.2.3. Struktur Cangkang yang Mempunyai Permukaan Translasional ... 27

2.2.4. Struktur Cangkang yang Mempunyai Permukaan Ruled ... 30

2.3. Deformasi Dinding Cangkang (Shell) Tanpa Lenturan………..32

(6)

3.2. Penggunaan Fungsi Tegangan untuk Menghitung Gaya-gaya Selaput Tipis

pada Cangkang………44

3.3. Cangkang yang Berbentuk Parabola Ellips……….46

3.4. Sekilas Mengenai Program Ansys………..49

3.5. Langkah-langkah Pengerjaan Ansys………...50

BAB IV APLIKASI 4.1. Analisa Gaya pada Cangkang secara Manual……….53

4.1.1. Analisa Gaya Dihitung secara Analitis dengan Jari-jari=R ... 53

4.1.2. Analisa Gaya Dihitung secara Analitis dengan Jari-jari=1.5R ... 62

4.1.3. Analisa Gaya Dihitung secara Analitis dengan Jari-jari=3R ... 77

4.2. Analisa Gaya pada Cangkang dengan Menggunakan Program………..92

4.2.1. Analisa Gaya Dihitung dengan Program dengan Jari-jari=R atau Setengah Lingkaran... 92

4.2.2. Analisa Gaya Dihitung dengan Program dengan Jari-jari=1.5R atau Berbentuk Ellips ... 93

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 – Tabel gaya dan tegangan setengah lingkaran... 59

Tabel 3.2 – Tabel gaya dan tegangan ellips 1.5R ... 72

Tabel 3.3 – Tabel gaya dan tegangan ellips 3R ... 85

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 – Rotational surface ... 3

Gambar 1.2 – Translational surface ... 4

Gambar 1.3 – Ruled surface ... 4

Gambar 2.1 – Contoh-contoh berbagai jenis permukaan cangkang menerus ... 11

Gambar 2.2 – Beberapa contoh permukaan jala (reticulated surface) ... 13

Gambar 2.3 – Gaya aksial dalam-bidang (in-plane) pada cangkang bola tipis ... 16

Gambar 2.4 – Gaya meridional dan melingkar pada cangkang bola ... 17

Gambar 2.5 – Cangkang silindris ... 20

Gambar 2.6 – ... Permukaan ruled yang dibuat dengan menggerakkan dua ujung dari suatu garis lurus sejajar dan terpuntir 23 Gambar 2.7 – Potongan elemen cangkang yang kecilnya tak terhingga ... 25

Gambar 2.8 – Cangkang silindris dan potongan ... 31

Gambar 2.9 – Potongan cangkang silindris sebagai atap penutup suatu bangunan ... 33

Gambar 2.10 – Komponen-komponen x, y, z ... 35

Gambar 2.11 – Cangkang berbentuk ellips ... 37

Gambar 2.12 – Tennis court diagram I ... 48

(9)

Gambar 3.2 – Denah lapangan tenis ... 53

Gambar 3.3 – Cangkang ellips dengan jari-jari=1.5R ... 60

Gambar 3.4 – Cangkang ellips dengan jari-jari=3R ... 73

Gambar 3.5 – Cangkang setengah lingkaran dengan jari-jari=R (program) ... 86

Gambar 3.6 – Cangkang ellips dengan jari-jari=1.5R (program) ... 91

Gambar 3.7 – Cangkang ellips dengan jari-jari=3R (program) ... 96

Gambar 3.8 – Gambar bidang Normal ... 102

Gambar 3.9 – Gambar bidang Momen ... 106

Gambar 3.10 – Gambar bidang Lintang ... 109

(10)

DAFTAR NOTASI

a lebar cangkang, m

b(l) panjang cangkang, m

C faktor pengali dalam menentukan nilai x1 dan x2

E modulus elastisitas, N/mm2

fx tegangan pada cangkang arah x, N/mm2

fy tegangan pada cangkang arah y, N/mm2

h ketinggian cangkang dari permukaan tanah, m

K faktor pengali dalam menentukan nilai x1 dan x2

L panjang cangkang untuk 1m, m

Mx momen pada sumbu x, N-mm/mm

My momen pada sumbu y, N-mm/mm

Nx gaya normal pada arah x, N/mm

Ny gaya normal pada arah y, N/mm

p beban yang bekerja pada cangkang, N/m2

Qx gaya lintang pada sumbu x, N/mm

Qy gaya lintang pada sumbu y, N/mm

R jari-jari nominal cangkang, m

t ketebalan cangkang rencana, mm

w lendutan atau deformasi, mm

x posisi gaya yang terjadi sepanjang sumbu x dihitung dari tepi cangkang, m (pada perhitungan gaya-gaya dalam cangkang)

(11)

y posisi gaya yang terjadi sepanjang sumbu y dihitung dari tepi cangkang, m (pada perhitungan gaya-gaya dalam cangkang)

Y beban persatuan luas, N/mm2

Z beban persatuan luas, N/mm2

dw/dx sudut putar, rad

β faktor pengali dalam menentukan nilai-nilai gaya dalam, mm

v poisson ratio

σ tegangan normal pelat, MPa

σmaks tegangan normal maksimum pelat, MPa

τ tegangan geser pelat, MPa

θ sudut elemen konus terhadap sumbu horizontal, derajat

tan θ kemiringan atap, dituliskan dalam besaran desimal

φ (βx) koefisien pengali dalam menentukan nilai-nilai gaya dalam

ψ (βx) koefisien pengali dalam menentukan nilai-nilai gaya dalam

θ (βx) koefisien pengali dalam menentukan nilai-nilai gaya dalam

(12)

ABSTRAK

Indonesia merupakan salah satu negara yang mulai dan sudah mengembangkan bangunan yang berbentuk cangkang. Oleh karena itu, atap cangkang yang berbentuk cylindrical surface yang dimodifikasi untuk menutup suatu lapangan tenis perlu dianalisis secara lanjut mengenai gaya-gaya dalamnya.

Dalam tugas akhir ini, akan dianalisis manual dan program gaya-gaya dalam cangkang yang berbentuk cylindrical surface (tidak termasuk pondasi) berbentuk setengah lingkaran dan ellips dengan radian yang variatif. Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai gaya-gaya pada cangkang. Dengan demikian, dapat diketahui bagian cangkang yang mengalami gaya yang paling besar (paling berbahaya) ketika mengalami pembebanan serta diperoleh cangkang yang paling ekonomis untuk mendesain.

Dengan cangkang setengah lingkaran dan ellips dianalisa manual dan program berdasarkan teori selaput tipis shell yang dituliskan Timoshenko dan Krieger dalam buku “Theory of Plates and Shells”, diperoleh kesimpulan bahwa gaya dalam paling maksimum didapat pada cangkang yang berbentuk setengah lingkaran yang berada di daerah pondasi dan puncak atap serta cangkang yang berbentuk ellips yang R nya lebih besar baik dan ekonomis dalam perencanaan desain.

Kata kunci: cangkang, cylindrical surface, setengah lingkaran, ellips, teori selaput

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Struktur secara sederhana dapat diartikan sebagai sebuah sarana untuk menyalurkan beban yang diakibatkan penggunaan dan kehadiran bangunan di

atas tanah. Bangunan modern biasanya menggunakan struktur advance untuk

mendapatkan bentuk yang artistic dan bentang yang lebar. Salah satu struktur

advance adalah struktur shell yang bisa dibentuk sembarang dalam kata lain

fleksibel.

Pada dasarnya shell diambil dari beberapa bentuk yang ada di alam

seperti kulit telur, tempurung buah kelapa, cangkang kepiting, cangkang

keong, dan sebagainya.

Shell adalah bentuk struktural tiga dimensional yang kaku dan tipis

yang mempunyai permukaan lengkung. Shell harus didirikan dari material

yang dapat dilengkungkan seperti beton bertulang, kayu, logam, bata, batu,

atau plastik.

Cara yang baik untuk mempelajari perilaku permukaan shell yang

dibebani adalah dengan memandangnya sebagai analogi dari membran, yaitu

elemen permukaan yang sedemikian tipisnya hingga hanya gaya tarik yang

timbul padanya. Membran yang memikul beban tegak lurus dari

permukaannya akan berdeformasi secara tiga dimensional disertai adanya

(14)

kumpulan gaya internal pada permukaan membran yang mempunyai arah

saling tegak lurus. Hal yang juga penting adalah adanya tegangan geser

tangensial pada permukaan membran yang juga berfungsi memikul beban.

Pada shell gaya-gaya dalam bidang yang berarah mereditional

diakibatkan oleh beban penuh. Pada shell, tekanan yang diberikan oleh

gaya-gaya melingkar tidak menyebabkan timbulnya momen lentur dalam arah

mereditional. Dengan demikian cangkang dapat memikul variasi beban cukup

dengan tegangan-tegangan bidang.

Variasi pola beban yang ada, bagaimanapun, harus merupakan transisi

perlahan (perubahan halus dari kondisi beban penuh ke kondisi sebagian agar

momen lentur tidak timbul). Pada pelengkung beban seperti ini dapat

menimbulkan lentur yang besar, sedangkan pada cangkang lentur dengan

cepat dihilangkan dengan aksi melingkar. Cangkang adalah struktur yang

unik. Cangkang dapat bekerja secara funicular untuk banyak jenis beban yang

berbeda meskipun bentuknya tidak benar-benar funicular.

Persyaratan struktur shell

Struktur shell harus memenuhi 3 syarat, yaitu sebagai berikut :

1. Harus memiliki bentuk lengkung, tunggal, maupun ganda (single or

double curved)

2. Harus tipis terhadap permukaan atau bentangnya.

3. Harus dibuat dari bahan yang keras, kuat, ulet, dan tahan terhadap tarikan

(15)

Klasifikasi permukaan

Untuk memprediksikan perlakuan struktur membran sebaik

kemungkinan konstruksinya, tidak hanya saja yang harus kita tahu, tetapi juga

fisik alamiah dari permukaan dan karakteristik perlakuan yang lain. Kurva

merupakan property fundamental dari permukaan. Sebuah permukaan dapat

didefenisikan oleh banyak kurva berbeda, oleh karena itu beberapa

lengkungan (curvature) khusus harus diidentifikasi : lengkung utama,

lengkung Gaussian, dan lengkung tengah. Lengkungan ini memberikan

karakteristik permukaan sebagai system lengkung tunggal atau ganda, dimana

permukaan lengkung ganda secara lebih jauh dibagi menjadi permukaan

synclastic dan anticlastic.

Sesuai dengan terjadinya bentuk shell, maka shell digolongkan dalam

tiga macam

1. Rotational surface

Adalah bidang yang diperoleh bilamana suatu garis lengkung yang

datar diputar terhadap suatu sumbu. Shell dengan permukaan rotasional dapat

dibagi tiga yaitu : spherical surface, eliptical surface, dan parabolic surface.

spherical surface eliptical surface parabolic surface

(16)

2. Translational surface

Adalah bidang yang diperoleh bilamana ujung-ujung suatu garis lurus

digeser pada dua bidang sejajar. Shell dengan permukaan translational dibagi

dua yaitu : cylindrical surface dan eliptic paraboloid.

cylindrical surface eliptic paraboloid

Gambar 1.2 Translational surface

3. Ruled surface

Adalah bidang yang diperoleh jika suatu garis lengkung yang datar

digeser sejajar diri sendiri terhadap garis lengkung yang datar lainnya. Shell

dengan permukaan ruled ada dua macam yaitu : Hyperbolic paraboloid dan

Conoid.

hyperbolic paraboloid conoid

Gambar 1.3 Ruled surface

(17)

1. Single Curved Shell

Yaitu arah lengkungannya satu arah serta permukaannya tidak

diputar/digeser, dan dibentuk oleh konus yang sama. Dibentuk oleh : konus

dan silinder. Contoh : lengkung barrel.

2. Double Curved Shell

Yaitu arah lengkungannya dalam dua arah.

Terdiri dari 2 macam :

a. Double Curved Shell yang arah lengkungnya ke satu arah

(Synclastic shell)

Contoh :- Spherical dome shell

- Tension membran shell

b. Double Curved Shell yang arah lengkungnya kearah yang berbeda

(Anticlastic)

Contoh :- Conoid

- Hiperbolic Paraboloid

3. Shell Silindris

Shell silindris dengan lengkungan tunggal dapat tersusun dari berbagai

tipe kurva yang berbeda. Kurva dasar mulai dari bentuk geometri tertentu dari

(18)

bentuk geometri yang luwes dari garis funicular. Bentuk-bentuk dasar ini

dapat digabungkan dengan banyak cara untuk menghasilkan potongan

melintang dari bentuk-bentuk yang bervariasi, yang mana dapat dikenali

sebagai berikut :

♦ Shell tunggal yang dikonstruksi dari segmen tunggal atau banyak

segmen.

♦ Shell tunggal melawan banyak shell (bentuk berombak)

♦ Bertulang melawan unit yang tidak bertulang.

♦ Cembung melawan cekung melawan bentuk berombak-ombak.

♦ Menerus melawan bentuk yang terputus (bentuk Y, bentuk S

miring, dll).

♦ Shell simetris melawan shell yang asimetris.

Unit- unit shell silindris dapat disusun secara parallel, radial atau

saling menyilang satu sama lain, shell bisa lurus, berlipat, atau dibengkokkan.

Perilaku dari sebuah unit silindris linear sederhana tergantung dari

geometrinya, materialnya, keadaan muatan (beban), dan tipe letak

penyokongnya.

Untuk aplikasi di bahas mengenai cangkang yang berbentuk

cylindrical surface. Cylindrical surface atau cangkang silindrikal merupakan

jenis struktur pelat-satu-kelengkungan. Struktur cangkang memiliki bentang

(19)

Struktur cangkang yang cukup panjang akan berlaku sebagai balok dengan

penampang melintang adalah kelengkungannya. Bentuk struktur cangkang ini

harus terbuat dari material kaku seperti beton bertulang atau baja.

Dengan mempergunakan rumus-rumus umum yang dimodifikasi

berdasarkan kebutuhan maka dapat dianalisis shell yang berbentuk cylindrical

surface berdasarkan radian yang variatif. Direncanakan suatu cangkang

sebagai atap pelindung 1 lapangan tenis dimana jari-jarinya berupa R, 1,5R

dan 3R, sehingga dapat diperoleh perbandingan mekanika struktur shell yang

R nya variatif. Maka dapat kita rancang bangunan shell yang lebih ekonomis.

Ansys merupakan salah satu program yang dapat menghitung analisa

struktur dari suatu cangkang, dalam hal ini cangkang yang berbentuk cylindrical

surface. Dengan demikian hasil ansys yang diperoleh nantinya akan dibandingkan

dengan hasil analisa manual.

Sekilas mengenai tenis lapangan untuk aplikasi cangkang

Sejarah Tenis

Tenis ternyata merupakan olahraga yang sudah sangat tua. Terekam

pada pahatan yang dibuat sekitar 1500 tahun sebelum masehi di dinding

sebuah kuil di mesir yang menunjukan representasi dari permainan bola tenis

dan dimainkan pada saat upacara keagamaan. Permainan ini kemudian

meluas ke seluruh daratan eropapada abad ke-8.

Pada awal perkembangannya tenis dimainkan dengan memakai tangan

atau sebuah tongkat yang dipukulkan bergantian menggunakan sebuah bola

(20)

permainan bola dengan dipukulkan melintasi sebuah dinding penghalang.

Karena pada saat itu dirasakan bahwa kontrol bola lebih terasa menggunakan

tangan, maka media yang berkembang pada waktu itu adalah dengan

menggunakan sarung tangan kulit yang kemudian berevolusi kembali dengan

menambahkan gagang. Inilah cikal bakal lahirnya sebuah raket tenis. Bola

pun berevolusi dari sebuah bola kayu padat menjadi bola dari kulit yang diisi

oleh dedak kulit padi.

Olahraga ini sangat berkembang di Perancis waktu itu. Pada abad

16-18 telah mulai banyak digandrungi terutama oleh kalangan Raja-raja dan para

bangsawan dengan nama ‘Jeu de Palme’ atau olah raga kepalan tangan. Kata

Tenis sendiri dipercaya berasal dari pemain Perancis yang sering menyebut

kata ‘Tenez’ yang artinya “Main!” pada saat akan memulai permainan dan

hingga sekarang kata tersebut dipakai sebagai nama olahraga ini. Tenis

kemudian berkembang hingga dataran Inggris dan juga menyebar ke Spanyol,

Itali, Belanda, Swiss dan Jerman. Namun tenis mengalami kemunduran saat

terjadinya revolusi Perancis dan berkuasanya Napoleon Bonaparte di Eropa.

Pada abad 19 barulah tenis dimunculkan kembali oleh para

bangsawan Inggris dengan membangun fasilitas-fasilitas country club atau

lapangan tenis di rumahnya yang besar. Karena pada waktu itu tenis populer

dimainkan di halaman rumput, maka terkenal dengan sebutan ‘Lawn Tennis’

atau tenis lapangan rumput. Pada masa ini juga mulai muncul bola dari karet

vulkanisir yang pada waktu itu dianggap dapat mengurangi rusaknya rumput

(21)

Sebutan Lawn Tennis berasal dari seorang Inggris bernama Arthur

Balfour. Sejak ditemukannya lawn tennis, orang mulai bereksperimen dengan

memainkannya di permukaan lain seperti clay court (tanah liat) dan hard

court (semen). Menggeliatnya permainan tenis ternyata mampu menggeser

permainan Croquet sebagai olahraga musim panas. Puncaknya terjadi pada

tahun 1869 ketika salah satu klub croquet ternama di Inggris, All England

Croquet Club, tidak berhasil menarik banyak peminat dan mencoba untuk

memasukan tenis sebagai olahraga lainnya. Hasilnya klub ini sangat sukses

menarik peminat terutama pada permainan Tenis tersebut hingga pada tahun

1877 mengganti namanya menjadi ‘All Engand Croquet and Lawn Tennis

Club’. Sejarah ini berlanjut ketika lokasi klub yang bertempat di Wimbledon

terjadi kenaikan sewa tanah yang memaksa klub untuk mendapatkan dana

lebih dari biasanya. Oleh karena itu klub mengadakan turnamen tenis pertama

di Wimbledon dengan membentuk sebuah panitia untuk mengadakan

pertandingan dan membuat peraturan yang baku dalam permainan ini.

Turnamen tersebut diikuti oleh 20 peserta dengan penonton sekitar 200 orang

dan ini merupakan cikal bakal turnamen Wimbledon yang merupakan salah

satu turnamen grand slam tenis bergengsi di dunia.

Terdapat berbagai jenis permainan yang menggunakan raket yang

dimainkan dewasa ini dan tenis merupakan salah satu permainan yang paling

disukai. Menurut beberapa catatan sejarah, permainan menggunakan bola dan

raket sudah dimainkan sejak sebelum Masehi, yaitu di Mesir dan Yunani.

Pada abad ke-11 sejenis permainan yang disebut jeu de paume, yang

(22)

sebuah kawasan di Perancis. Bola yang digunakan dibalut dengan benang

berbulu sedangkan pemukulnya hanyalah tangan.

Permainan ini kemudian diperkenalkan ke Italia dan Inggris pada abad

ke-13 dan mendapat sambutan hangat dalam waktu yang singkat. Banyak

peminatnya ternyata di antara rakyat setempat terhadap permainan ini. Sejak

itu perkembangan tenis terus meningkat ke negara-negara Eropa yang lain.

Raket bersenar diperkenalkan pertama kali pada abad ke-15 oleh

Antonio da Scalo, seorang pastur berbangsa Italia. Ia menulis aturan umum

bagi semua permainan yang menggunakan bola, termasuk tenis. Majalah

Inggris "Sporting Magazine" menamakan permainan ini sebagai 'tenis

lapangan' (lawn tennis). Dalam buku "Book of Games And Sports", yang

diterbitkan dalam tahun 1801, disebut sebagai "tenis panjang". Tenis pada

mulanya merupakan permainan masyarakat kelas atas. Tenis lapangan rumput

yang terkenal di zaman Ratu Victoria lalu ditiru oleh golongan menengah,

yang menjadikannya sebagai permainan biasa.

Klub tenis pertama yang didirikan adalah Leamington di Perancis oleh

J.B. Perera, Harry Gem, Dr. Frederick Haynes, dan Dr. Arthur Tompkins

pada tahun 1872. Pada masa itu, tenis disebut sebagai pelota atau lawn

rackets. Dalam tahun 1874 permainan tenis telah pertama kali dimainkan di

Amerika Serikat oleh Dr. James Dwight dan F.R. Sears. Sementara itu, All

England Croquet Club pun telah didirikan pada tahun 1868. Dua tahun

setelah itu dibukalah kantornya di Jalan Worple, Wimbledon. Pada tahun

1875, klub ini juga bersedia memperuntukkan sebagian dari lahannya untuk

(23)

tenis lapangan rumput ditulis. Amerika Serikat mendirikan klub tenis yang

pertama di Staten Island. Bermula dari situlah, permainan tenis di Amerika

Serikat berkembang dengan pesat sekali. Dari sana lahir banyak pemain tenis

tangguh yang menguasai percaturan tenis tingkat dunia.

Tipe-tipe Lapangan Tenis

Seperti namanya, lapangan ini terbuat beralaskan rumput namun tentu

saja yang ditumbuhkan pada tanah yang keras agar memiliki pantulan.

Karakteristik lapangan ini adalah yang tercepat dalam hal laju bola di

lapangan. Bola cenderung untuk meluncur dan hanya sedikit memiliki efek

pantulan karena friksi minimum yang dihasilkan dari lapangan rumput.

Karena biaya perawatannya yang mahal terutama untuk perawatan rumput

dan tanahnya, saat ini lapangan rumput sudah jarang dijumpai.

Grass Court (lapangan rumput)

Lapangan ini adalah lapangan tenis yang paling populer di

mana-mana. Umumnya lapangan hardcourt terbuat dari semen atau dibeberapa

tempat terbuat dari bahan pasiran yang di aspal. Karakteristik lapangan ini

termasuk cepat-sedang, tergantung dari bahan yang dibuat untuk

lapangannya. Untuk lapangan yang terbuat dari semen memiliki karakteristik

cepat, tapi untuk yang berbahan pasir atau kerikil yang di aspal umumnya

sedang. Di luar negri terdapat pula bahan sintetis untuk melapisi lapangan

tenis, contohnya bahan Deco Turf (terbuat dari akrilik) dipakai untuk

(24)

lapangan di Flushing Meadows rumahnya US Open atau di Australian Open

memakai Rebound Ace.

Lapangan ini terbuat dari serpihan-serpihan tanah liat atau pasiran dari

batu bata yang dihancurkan. Lapangan model ini umumnya memiliki

karakteristik lambat.

Clay court (lapangan tanah liat)

Istilah ini sebenarnya lebih pantas untuk masuk klasifikasi di luar

negri. Di Indonesia lapangan indoor atau dalam ruangan yang umumnya

adalah lapangan hard court, walaupun ada juga lapangan indoor clay seperti

di lapangan tenis UMS 80, Kuningan, Jakarta. Tetapi kalau di luar negri,

terutama di Amerika dan Eropa, lapangan dilapisi oleh karpet berbahan

sintetis. ITF (International Tennis Federation) sendiri mengartikan lapangan

karpet itu berbahan dasar dari karet seperti yang digunakan pada lapangan

Tennis Masters. Namun ada pula yang memakai semacam rumput sintetis

ataupun kayu tetapi jarang.

Indoor

Lapangan tenis dibagi dua oleh sebuah jaring yang di

tengah-tengahnya tingginya persis 91.4 cm dan di pinggirnya 107 cm. Setiap paruh

lapangan permainan dibagi menjadi tiga segi: sebuah segi belakang dan dua

segi depan (untuk service). Lapangan dan beberapa seginya dipisahkan

dengan gatis-garis putih yang merupakan bagian dari lapangan tempat

bermain tenis. Sebuah bola yang dipukul di luar lapangan (meski tidak

(25)

Gambar dan Ukuran Lapangan Tenis

Gambar 1.4 Tennis court diagram I

(26)

Gambar 1.6 Hard court

(27)

Gambar 1.8 Clay court

(28)

1.2 PERUMUSAN MASALAH

Dewasa ini bangunan yang berbentuk cangkang atau shell sangat sering dijumpai. Timoshenko merupakan salah satu ahli yang memaparkan

bagaimana perhitungan-perhitungan praktis dalam hal bangunan yang

berbentuk cangkang (shell). Pemaparan kembali mengenai mekanika teknik

bangunan shell dianggap penting untuk dibahas dalam tugas akhir ini, dan

khususnya untuk aplikasi shell yang berbentuk translational surface

khususnya cylindrical surface shell berdasarkan radian yang variatif dan

dibandingkan dengan program ansys.

1.3 MAKSUD DAN TUJUAN

Penulis ingin mengetahui bagaimana gaya-gaya dan tegangan dari suatu shell yang berbentuk cylindrical surface jika radiannya variatif secara

manual dan dengan program ansys.

1.4 PEMBATASAN MASALAH

Adapun pembatasan masalah yang diambil untuk mempermudah

penyelesaian adalah :

a. Teori yang digunakan adalah teori selaput tipis cangkang tanpa

lenturan.

b. Radian yang digunakan ada 3 yaitu R(setengah lingkaran),

1.5R(ellips), dan 3R(ellips) dengan panjang dan lebar tetap.

(29)

d. Teori selaput tipis cangkang hanya menghitung gaya normal saja,

momen dan lintang dianggap nol.

e. Program ansys yang digunakan adalah versi 9.

f. Besar modulus elastisitas yang digunakan adalah E=25000N/mm2

g. Perbandingan yang dilakukan adalah cangkang setengah lingkaran

manual dengan program, cangkang ellips 1.5R manual dan program

dengan ellips 3R manual dan program.

.

h. Atap yang berbentuk cangkang cylindrical surface menutup 1

lapangan tenis.

i. Beban yang memikul atap adalah beban terbagi rata dengan besar

5000 N/m2

1.5 METODOLOGI PENULISAN

Metode yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah kajian literature berdasarkan teori cangkang Timoshenko, serta masukan-masukan

(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sekilas mengenai Struktur Cangkang

Cangkang adalah bentuk structural tiga dimensional yang kaku dan

tipis yang mempunyai permukaan lengkung. Permukaan cangkang dapat

mempunyai sembarang bentuk. Bentuk yang umum adalah permukaan yang

berasal dari kurva yang diputar terhadap satu sumbu (misalnya, permukaan

bola, elips, kerucut, dan parabola), permukaan translasional yang dibentuk

dengan menggeserkan kurva bidang di atas kurva bidang lainnya (misalnya

permukaan parabola eliptik dan silindris), permukaan yang dibentuk dengan

menggeserkan dua ujung segmen garis pada dua kurva bidang (misalnya

permukaan hiperbolik paraboloid dan konoid), dan berbagai bentuk yang

merupakan kombinasi dari yang telah disebutkan di atas.

spherical surface eliptical surface parabolic surface

(31)

cylindrical surface eliptic paraboloid

(b) Permukaan translasional

hyperbolic paraboloid conoid

(c) Permukaan ruled

Gambar 2.1 Contoh-contoh berbagai jenis permukaan cangkang menerus

Beban-beban yang bekerja pada permukaan cangkang diteruskan ke

tanah dengan menimbulkan tegangan geser, tarik, dan tekan pada arah dalam

bidang (in-plane) permukaan tersebut. Tipisnya permukaan cangkang

menyebabkan tidak adanya tahanan momen yang berarti. Struktur cangkang

tipis khususnya cocok digunakan untuk memikul beban terbagi rata pada atap

gedung. Struktur ini tidak cocok untuk memikul beban terpusat.

Sebagai akibat cara elemen struktur ini memikul beban dalam-bidang

(32)

dan mempunyai bentang relatif besar. Perbandingan bentang-tebal sebesar

400 atau 500 dapat saja digunakan [misalnya tebal 3 in. (8 cm) mungkin saja

digunakan untuk kubah yang berbentang 100 sampai 125 ft (30 sampai 38

m)]. Cangkang setipis ini menggunakan material yang relatif baru

dikembangkan, misalnya beton bertulang yang didesain khusus untuk

membuat permukaan cangkang. Bentuk-bentuk tiga dimensional lain,

misalnya kubah pasangan (bata), mempunyai ketebalan lebih besar, dan tidak

dapat dikelompokkan sebagai struktur yang hanya memikul tegangan

dalam-bidang karena pada struktur tebal seperti ini, momen lentur sudah mulai

dominan.

Bentuk-bentuk tiga dimensional juga dapat dibuat dari batang-batang

kaku dan pendek. Struktur seperti ini pada hakikatnya adalah struktur

cangkang karena perilaku strukturalnya dapat dikatakan sama dengan

permukaan cangkang menerus, hanya saja tegangannya tidak lagi menerus

seperti pada permukaan cangkang, tetapi terpusat pada setiap batang. Struktur

demikian baru pertama kali digunakan pada awal abad XIX. Kubah

Schwedler, yang terdiri atas jaring-jaring batang bersendi tak teratur,

misalnya, diperkenalkan pertama kali oleh Schwedler di Berlin pada tahun

1863, pada saat itu mendesain kubah dengan bentang 132 ft (48 m). struktur

baru yang lain adalah yang menggunakan batang-batang yang diletakkan pada

kurva yang dibentuk oleh garis membujur dan melintang dari suatu

permukaan putar. Banyak kubah besar di dunia ini yang menggunakan cara

(33)

Gambar 2.2 Beberapa contoh permukaan jala (reticulated surface)

Untuk menghindari kesulitan konstruksi yang ditimbulkan dari

penggunaan batang-batang yang berbeda dalam membentuk permukaan

cangkang, kita dapat menggunakan cara-cara yang lain yang menggunakan

batang-batang yang panjangnya sama. Salah satu diantaranya adalah kubah

geodesic yang diperkenalkan oleh Buckminster Fuller. Karena permukaan

bola tidak dapat dibuat, maka banyaknya pola berulang identik yang akan

dipakai untuk membuat bagian dari permukaan bola itu terbatas. Icosohedron

bola, misalnya, terdiri atas 20 segitiga yang dibentuk dengan menghubungkan

(34)

demikian inilah yang digunakan oleh Fuller. Kita harus berhati-hati dalam

menggunakan cara seperti ini karena sifat strukturalnya dapat

membingungkan. Keuntungan structural yang didapat tidak selalu lebih besar

daripada bentuk kubah lainnya.

Bentuk-bentuk lain yang bukan merupakan permukaan putaran juga

dapat dibuat dengan menggunakan elemen-elemen batang. Beberapa

diantaranya adalah atap barrel ber-rib ddan atap Lamella yang terbuat dari

grid miring seperti pelengkung yang membentuk elemen-elemen diskret.

Bentuk yang disebut terakhir ini dari material kayu sangat banyak dijumpai,

tetapi baja maupun beton bertulang juga dapat digunakan. Dengan system

Lamella, kita dapat mempunyai bentang yang sangat besar.

2.2. Prinsip-prinsip umum cangkang 2.2.1. Aksi membran

Cara yang baik untuk mempelajari perilaku permukaan cangkang

yang dibebani adalah memandangnya sebagai analogi dari membran, yaitu

elemen permukaan yang sedemikian tipisnya hingga hanya gaya tarik yang

timbul padanya. Gelembung sabun atau lembaran tipis dari karet adalah

contoh-conton membran. Membran yang memikul beban tegak lurus dari

permukaannya akan berdeformasi secara tiga dimensional disertai terjadinya

gaya tarik pada permukaan membran. Aksi pikul bebannya serupa dengan

yang ada pada system kabel menyilang. Mekanisme pikul beban dasar dari

cangkang kaku yang geometrinya sama, analog dengan yang ada pada

(35)

pada permukaan membran yang mempunyai arah saling tegak lurus. Hal yang

juga penting adalah adanya tegangan geser tangensial pada permukaan

membran, yang juga berfungsi memikul beban.

2.2.2. Struktur cangkang yang mempunyai permukaan rotasional

Adanya dua kumpulan gaya pada arah yang saling tegak lurus di

dalam permukaan cangkang menjadikan cangkang berperilaku seperti

struktur pelat dua arah. Gaya geser yang bekerja di antara jalur-jalur pelat

yang bersebelahan pada struktur pelat planar mempunyai kontribusi dalam

memberikan kapasitas pikul beban pelat. Hal yang sama juga terjadi pada

struktur cangkang.

Adanya dua karakteristik inilah, yaitu adanya gaya geser dan dua

kumpulan gaya aksial, yang membedakan perilaku struktur cangkang dan

perilaku struktur yang dibentuk dari pelengkung yang dirotasikan terhadap

satu titik hingga didapat bentuk seperti cangkang. Pada pelengkung tidak ada

momen lentur apabila bentuk pelngkungnya adalah funicular untuk beban

tersebut. Apabila beban yang bekerja hanya sebagian (parsial), pada

pelengkung akan timbul momen lentur.

Pada cangkang gaya-gaya dalam-bidang (in-plane forces) yang

berarah meridional (disebut gaya meridional) diakibatkan oleb beban penuh.

Ini sama dengan yang terjadi pada pelengkung analoginya. Pada kondisi

beban sebagian, bagaimanapun, aksi cangkang sangat berbeda dengan yang

terjadi pada pelengkung karena cangkang ada aksi dalam arah melingkar.

Gaya melingkar (hoop forces) ini berarah tegak lurus dengan gaya

(36)

keluar bidang yang cenderung terjadi untuk kondisi pembebanan sebagian

(lentur pada pelengkung terjadi disertai gerakan seperti ini). Pada cangkang,

tekanan yang diberikan oleh gaya-gaya melingkar tidak menyebabkan

timbulnya momen lentur dalam arah meridional (juga dalam arah melingkar

untuk kasus ini). Dengan demikian, cangkang dapat memikul variasi beban

cukup dengan tegangan-tegangan dalam-bidang. Geser pelat yang telah

disebutkan di atas juga memberikan kontribusi dalam memikul beban.

Variasi pola beban yang ada, bagaimanapun, harus merupakan transisi

perlahan (perubahan halus dari kondisi beban penuh ke kondisi sebagian agar

momen lentur tidak timbul). Diskontinuitas tajam pada pola beban (misalnya

beban terpusat) dapat menyebabkan timbulnya momen lentur. Pada

pelengkung, beban seperti ini dapat menimbulkan tegangan lentur yang

sangat besar, sedangkan pada cangkang, lentur dengan cepat dihilangkan

dengan adanya aksi melingkar. Jadi, beban yang sembarang pada pelengkung,

misalnya gangguan tepi yang diasosiasikan dengan tumpuan-tumpuannya,

dapat menyebabkan timbulnya momen lentur di seluruh bagian pelengkung.

Pada cangkang hal ini dapat dilokalisasi.

(37)

Cangkang adalah struktur yang unik. Cangkang dapat disebut bekerja

secara funicular untuk banyak jenis beban yang berbeda meskipun bentuknya

tidak benar-benar funicular. Pada contoh yang telah dibahas di atas, bentuk

funicular untuk pelengkung yang memikul beban terbagi rata adalah

parabolic. Cangkang berbentuk segmen bola (tidak parabolic) dapat juga

memikul beban hanya dengan gaya-gaya dalam-bidang. Dalam hal ini gaya

melingkar terjadi, meskipun bebannya penuh, karena bentuk strukturnya tidak

benar-benar funicular.

Gaya meridional pada cangkang yang mengalami beban vertical

penuh selalu adalah gaya tekan (analog dengan gaya yang terjadi pada

pelengkung). Sedangkan gaya melingkar dapat berupa tarik maupun tekan,

bergantung pada lokasi cangkang yang ditinjau (lihat gambar 2.4).

(38)

Pada cangkang setengah lingkaran, atau cangkang tinggi, ada kecenderungan

pada jalur meridional bawah umtuk berdeformasi ke arah luar. Jadi, jelas

gaya-gaya melingkar yang terjadi adalah tarik. Di dekat puncak cangkang

tersebut, jalur meridional cenderung berdeformasi ke dalam, yang berarti

gaya melingkarnya adalah tekan.

Tegangan yang diasosiasikan engan gaya melingkar dan meridional

umumnya kecil untuk kondisi beban terbagi rata. Beban terpusat pada

umumnya menyebabkan terjadinya tegangan yang sangat besar, karena itu

sebaiknya dihindari pada permukaan cangkang.

Tinjauan desain utama pada cangkang putar (shell of revolution)

adalah masalah di tumpuannya atau di tepi-tepinya. Sama halnya dengan

penggunaan batang pengikat pada pelengkung (untuk menahan gaya

horizontal), kita juga harus melakukan cara-cara khusus untuk mengatasi

gaya tendangan horizontal yang diasosiasikan dengan gaya dalam-bidang di

tepi bawah cangkang. Pada kubah, misalnya, system penyokong melingkar

perlu digunakan. Alternative lain adalah menggunakan cincin lingkaran, yang

disebut dengan cincin tarik, di dasar kubah sehingga dapat menahan

komponen keluar dari gaya meridional. Karena gaya yang disebut terakhir ini

selalu tekan, maka komponen horizontal selalu berarah keluar. Karena itulah

cincin containment selalu mengalami gaya tarik. Seandainya pada puncak

cangkang terdapat lubang, maka komponen gaya meridional di dasar

cangkang akan berarah ke dalam sehingga gaya pada cincin adalah gaya

(39)

Lubang pada permukaan cangkang seperti disebutkan di atas mungkin

saja ada, tetapi sebaiknya dihindari karena hal ini mengganggu kontinuitas

juga mengurangi efisiensi permukaan cangkang. Apabila memang harus ada

lubang, cangkang harus secara khusus diperkuat di tepi lubang tersebut.

Masalah lain pada desain cangkang adalah derajat kelengkungannya.

Pada cangkang berprofil rendah, atau permukaannya yang relative datar,

permukaannya mudah mengalami tekuk ke dalam. Tekuk adalah jenis

keruntuhan yang termasuk ke dalam masalah stabilitas, sama halnya dengan

kolom langsing panjang. Tekuk dapat terjadi secara lokal (hanya pada

sebagian kecil permukaan cangkang), dapat pula terjadi secara menyeluruh.

Cangkang dengan kelengkungan besar relative lebih sulit mengalami tekuk,

karena itulah sebaiknya cangkang yang demikianlah yang digunakan.

2.2.3. Struktur cangkang yang mempunyai permukaan translasional

Perilaku bentuk-bentuk structural yang didefenisikan oleh

permukaan-permukaan translasional sangat dipengaruhi oleh proporsi relative cangkang

dan kondisi tumpuannya.

Perhatikan permukaan silindris yang terletak di atas dinding seperti

terlihat pada gambar 2.5(a). Struktur ini, yang umum disebut terowongan

(vault), dapat dipandang sebagai permukaan yang terdiri atas sederetan

pelengkung sejajar asalkan dinding penumpu tersebut dapat memberikan

reaksi yang diperlukan. Apabila permukaan itu kaku (misalnya terbuat dari

beton bertulang), maka permukaan tersebut juga dapat menunjukkan aksi

pelat (ada gaya geser di antara jalur-jalur yang bersebelahan) yang

(40)

akan terjadi apabila permukaan dipikul oleh balok yang sangat kaku. Balok

ini pada gilirannya meneruskan beban ke tumpuannya secara melentur.

(a)Terowongan:Terowongan di-

tumpu menerus di sepanjang

tepi longitudinalnya. Gaya transversal

internal mempunyai perilaku seperti

aksi pelengkung.

(b)Cangkang pendek dengan balok

tepi kaku: Balok tepi pada dasarnya

berfungsi seperti dinding pada

terowongan apabila cukup kaku.

Aksi seperti pelengkung meneruskan

beban permukaan ke balok. Balok

ini memikulnya secara melentur dan

meneruskan ke tumpuannya.

(c)Cangkang barrel panjang: Apabila

cangkang tidak mempunyai balok tepi

(41)

tidak dapat timbul pada arah transversal.

Oleh karena itu, beban dipikul dengan

aksi lentur yang serupa dengan yang

ada pada balok.

Gambar 2.5 Cangkang silindris

Perilaku cangkang yang sangat pendek, sangat berbeda dengan

perilaku cangkang yang telah disebutkan di atas apabila pengaku ujung

transversal digunakan. Beban permukaan dapat diteruskan secara langsung ke

pengaku-pengaku ujung secara aksi pelat longitudinal.

Pada cangkang yang panjang dibandingkan dengan bentang

transversalnya ada aksi yang sangat berbeda dengan cangkang pendek,

khususnya apabila balok tepi tidak digunakan atau apabila digunakan, balok

tersebut sangat fleksibel. Perlu diingat bahwa setiap balok tepi akan menjadi

fleksibel apabila panjangnya bertambah. Dengan demikian, cangkang

silindris akan mulai cenderung berperilaku seperti pelengkung dalam arah

transversal. Balok tepi fleksibel (atau tidak ada balok tepi) tidak dapat

memberikan tahanan terhadap gaya tendangan horizontal. Sebagai akibatnya,

tidak ada aksi seperti pelengkung pada arah ini. Hal ini berarti apabila tidak

ada balok tepi, tepi bebas longitudinal akan berdefleksi ke arah dalam, bukan

ke luar, pada kondisi beban penuh. Oleh karena itu, harus ada jenis lain

mekanisme pikul beban. Struktur seperti ini disebut cangkang barrel. Aksi

(42)

transversal. Lentur longitudinal terjadi dan analog dengan yang terjadi pada

balok sederhana atau pelat lipat. Tegangan tekan pada arah longitudinal dapat

terjadi di dkat puncak dari permukaan lengkung dan tegangan tarik di bagian

bawah.

Analogi dengan stuktur pelat lipat sangat berguna karena banyak

prinsip desain yang sama. Pengaku transversal, misalnya, sangat berguna

dalam meningkatkan kapasitas pikul beban cangkang barrel. Jika semakin

banyak pengaku digunakan atau apabila cangkang barrel yang ditinjau

merupakan satu di antara sederetan cangkang yang bersebelahan, maka

perilaku seperti balok dapat digunakan. Cangkang barrel yang panjangnya

sekitar tiga kali (atau lebih) dari bentang transversalnya dapat menunjukkan

perilaku longitudinal dengan jelas.

2.2.4. Struktur cangkang yang mempunyai permukaan ruled

Permukaan ruled biasanya membutuhkan analisis yang lebih rumit.

Pada umumnya, perilaku cangkang demikian dapat dipelajari dengan

memandangnya sebagai kelengkungan yang dibentuk dari garis-garis lurus.

Apabila kondisi tepi dapat memberikan tahanan (misalnya dengan

menggunakan fondasi atau balok tepi yang sangat kaku), aka ada aksi seperti

pelengkung di daerah yang cembung, dan aksi seperti kabel di daerah yang

cekung. Adanya gaya tekan atau tarik pada permukaan tersebut bergantung

pada aksi yang ada. Apabila permukaan mempunyai kelengkungan kecil,

maka aksi pelat (momen lentur dominan) akan ada, yang berarti

membutuhkan penampang yang lebih tebal. Apabila tepi cangkang tidak

(43)

Permukaan ruled yang dibuat dengan menggerakkan dua ujung dari

suatu garis lurus pada dua garis lurus sejajar, tetapi terpuntir (jadi bukan

bentuk yang kompleks), diperlihatkan pada gambar 2.6. Bentuk ini dapat

dipandang pula sebagai permukaan tranlasional yang dibentuk dengan

menggerakkan parabola cekung pada parabola cembung. Struktur seperti ini

menunjukkan aksi seperti pelengkung pada arah kelengkungan cembung dan

aksi seperti kabel pada arah cekung (tegak lurus dari arah cembung). Dengan

demikian, medan tegangan pada pelat adalah tarik pada satu arah dan tekan

pada arah tegak lurusnya. Kedua arah ini membentuk sudut 45º dengan garis

lurus pembentuk cangkang tersebut.

Gambar 2.6 Permukaan ruled yang dibuat dengan menggerakkan dua ujung dari

(44)

2.3. Deformasi dinding cangkang (shell) tanpa lenturan

Pada pembahasan tentang deformasi dan tegangan dalam cangkang

(shell) berikut ini system notasinya sama dengan yang dipergunakan pada

pembahasan pelat. Kita tandai ketebalan cangkang dengan h, dimana

besarnya selalu dianggap kecil dibandingkan dengan besaran lain dari

cangkang dan dengan jari-jari kelengkungannya. Permukaan yang membagi

ketebalan pelat sama besar disebut permukaan tengah (middle surface).

Dengan menspesifikasikan bentuk permukaan tengah dan ketebalan cangkang

pada setiap titik, maka suatu cangkang ditentukan sepenuhnya secara

geometris.

Untuk menganalisis gaya-gaya dalam, kita potong suatu elemen yang

kecilnya tak terhingga dari cangkang itu yang dibentuk oleh dua pasang

bidang yang berdekatan dan tegak lurus terhadap permukaan tengah dari

cangkang itu, dan yang memiliki kelengkungan utamanya. Kita ambil

sumbu-sumbu koordinat x dan y yang menyinggung garis kelengkungan utama pada

titik 0 dan sumbu z yang tegak lurus pada permukaan tengah, seperti yang

diperlihatkan pada gambar 2.7. Jari-jari utama kelengkungan yang terletak

pada bidang xz dan yz ditandai masing-masing oleh dan . Tegangan yang

bekerja pada permukaan bidang elemen itu diuraikan dalam arah

sumbu-sumbu koordinat, dan komponen tegangan ditunjukkan oleh simbol ,

= , . Dengan notasi ini, gaya resultan per satuan panjang

(45)

(a)

(b)

(c)

Gambar 2.7 Potongan elemen cangkang yang kecilnya tak terhingga

Besaran z/ dan z/ yang kecil tampak pada persamaan (a), (b), (c), karena

sisi-sisi lateral elemen yang diperlihatkan pada gambar 2.7a memiliki bentuk

trapesium yang disebabkan oleh kelengkungan cangkang. Hal ini akan

menyebabkan tidak samanya gaya geser Nxy dan Nyx satu dengan lainnya,

meskipun di sini masih berlaku bahwa = . Pada pembahasan

selanjutnya, kita harus mengasumsikan bahwa ketebalan h adalah sangat kecil

(46)

z/ pada persamaan-persamaan (a), (b), (c). Kemudian, Nxy = Nyx dan

resultan gaya geser dinyatakan oleh persamaan yang sama seperti pada pelat.

Momen lentur dan puntir per satuan panjang penampang normal

dituliskan dengan persamaan berikut ini

(d)

(e)

di mana penentuan arah momennya mempergunakan aturan yang sama

seperti yang dipergunakan pada pelat. Pada pembahasan selanjutnya, kita

abaikan lagi besaran z/ dan z/ yang kecil, yang disebabkan oleh

kelengkungan cangkang, dan untuk momennya, digunakan persamaan yang

sama dengan yang dipergunakan pada pembahasan pelat.

Dalam membahas lenturan cangkang diasumsikan bahwa elemen

linear, seperti AD dan BC (Gambar 2.7a), yang tegak lurus pada permukaan

tengah, tetap lurus dan menjadi tegak lurus terhadap permukaan tengah

cangkang yang dideformasikan. Suatu kasus yang sederhana di mana, selama

pelenturan, permukaan lateral/melintang elemen ABCD hanya berotasi

terhadap garis-garis perpotongannya dengan permukaan tengah. Jika dan

merupakan besaran jari-jari kelengkungan setelah deformasi, maka

“perpanjangan satuan” suatu belahan tipis (lamina) pada jarak z dari

(47)

(f)

Jika, selain rotasi, sisi-sisi lateral elemen berpindah tempat parallel terhadap

dirinya sendiri akibat meregangnya permukaan tengah, dan jika perpanjangan

satuan bagian tengah permukaan yang bersangkutan pada x dan y ditandai

masing-masing dengan dan , maka perpanjangan dari belahan yang

ditinjau di atas seperti yang terlihat pada gambar 2.7c adalah

Dengan mensubstitusikan (menyulihkan)

Diperoleh

(g)

Persamaan yang serupa dapat diperoleh untuk pertambahan panjang . Pada

pembahasan selanjutnya, ketebalan cangkang h akan selalu dianggap kecil

bila dibandingkan dengan jari-jari kelengkungannya. Dalam hal seperti ini,

besaran z/ dan z/ dapat diabaikan, bila dibandingkan dengan satu. Kita

harus mengabaikan juga pengaruh pertambahan panjang dan pada

kelengkungan. Oleh karena itu, sebagai pengganti persamaan (g) di atas,

(48)

,

dimana dan menunjukkan perubahan lengkungan. Dengan

mempergunakan persamaan untuk menghitung komponen regangan suatu

belahan ini dan dengan menganggap bahwa tidak ada tegangan normal antara

belahan ( ), maka diperolehlah persamaan untuk menghitung komponen

tegangan seperti berikut ini

Dengan mensubstitusikan persamaan ini ke dalam persamaan (a) dan (b)

dengan mengabaikan besaran z/rx dan z/ry yang kecil dibandingkan dengan

angka satu, maka diperoleh

(1)

, menunjukkan ketegaran lentur cangkang.

Kasus yang lebih umum tentang deformasi elemen pada gambar

2.7 akan dapat diperoleh bila dianggap bahwa, selain tegangan normal,

tegangan gesernya juga bekerja pada sisi-sisi lateral dari elemen. Bila

(49)

rotasi tepi BC relative terhadap Oz sekitar sumbu x (gambar 2.7a) ditandai

dengan maka diperoleh

Dengan mensubstitusikan persamaan ini ke dalam persamaan (b) dan (e)

dengan mempergunakan penyederhanaan, maka diperoleh

(2)

Jadi, dengan menganggap bahwa selama pelenturan suatu cangkang, elemen

linear yang tegak lurus pada permukaan tengah adalah tetap lurus dan

menjadi tegak lurus pada pemukaan tengah yang mengalami deformasi, maka

dapat dinyatakan gaya resultan per satuan panjang Nx, Ny, dan Nxy serta

momen-momen Mx, My, dan Mxy atas suku-suku yang terdiri atas enam

buah besaran : tiga buah komponen regangan , dan β dari permukaan tengah cangkang dan tiga buah besaran Xx, Xy, dan Xxy yang

menggambarkan perubahan kelengkungan serta puntiran permukaan tengah.

Pada banyak persoalan deformasi cangkang, tegangan lentur dapat

diabaikan, dan hanya tegangan yang disebabkan oleh regangan pada

permukaan tengah cangkang saja yang diperhitungkan. Sebagai contoh,

diambil suatu wadah berbentuk bola yang mengalami pengaruh tekanan

(50)

Di bawah pengaruh ini, permukaan tengah cangkang mengalami suatu

regangan terbagi rata; dan karena ketebalan cangkang ternyata kecil, tegangan

tarik dapat dianggap terbagi secara merata ke seluruh tebalnya. Contoh yang

serupa disuguhkan oleh suatu tabung silinder bundar yang tipis di mana suatu

gas atau cairan ditekan dengan menggunakan piston yang bergerak bebas

sepanjang sumbu silinder. Di bawah pengaruh tekanan dalam yang merata ini,

“tegangan lingkar” (loop stress) yang dihasilkan dalam cangkang silindris

ternyata terbagi rata ke seluruh ketebalannya. Jika ujung silinder dijepit

(dibangun menyatu) sepanjang tepinya, dinding ini tak lagi bebas

mengembang secara lateral, dan pasti terjadi sesuatu lenturan di dekat tepi

yang dijepit itu jika dikenakan tekanan dalam ini. Namun, penelitian yang

lebih lengkap memperlihatkan bahwa lenturan ini hanya setempat dan bagian

cangkang pada suatu jarak tertentu dari ujung-ujungnya tetap silindris dan

hanya mengalami regangan pada permukaan tengahnya tanpa lenturan yang

berarti.

Jika kondisi cangkang sedemikian rupa sehingga lenturan dapat

diabaikan, permasalahan analisis tegangan dapat dibuat menjadi sangat

sederhana, karena momen resultan (d) dan (e) serta resultan gaya geser (c)

hilang. Jadi, yang belum diketahui adalah tiga buah besaran Nx, Ny, dan

Nxy=Nyx, yang dapat ditetapkan dari kondisi keseimbangan suatu elemen,

seperti yang diperlihatkan pada gambar 2.7. Oleh karena itu,

permasalahannya menjadi statis tertentu bila semua gaya yang bekerja pada

cangkang telah diketahui. Gaya-gaya Nx, Ny, dan Nxy yang diperoleh dengan

(51)

berdasarkan pada pengabaian tegangan lentur disebut teori selaput tipis.

Penerapan teori ini untuk kasus atap cangkang berbentuk cylindrical surface

(52)

BAB III

TINJAUAN PEMBAHASAN

3.1. Teori Selaput Cangkang Tipis

Dalam membahas cangkang silindris (gambar 2.8a), dianggap bahwa

rusuk cangkang itu horisontal dan sejajar terhadap sumbu x.

Gambar 2.8 Cangkang silindris dan potongan

Suatu elemen dipotong dari cangkang oleh dua buah rusuk yang

berdekatan dan dua buah penampang melintang yang tegak lurus terhadap

sumbu x, dan posisinya ditentukan oleh koordinat x dan sudut φ. Gaya yang

bekerja pada sisi-sisi elemen diperlihatkan pada gambar 2.8b. Selain itu,

suatu beban didistribusikan ke seluruh permukaan elemen, di mana

komponen-komponen intensitas beban ini ditandai seperti sebelumnya

dengan X, Y, dan Z. Dengan meninjau keseimbangan elemen dan dengan

menjumlahkan gaya-gaya menurut arah x, maka akan diperoleh

(53)

Dengan cara yang serupa, akan diketahui bahwa gaya-gaya yang

arahnya menyinggung penampang normal, yaitu menurut arah y, akan

memberikan persamaan keseimbangan yang bertalian dengan hal ini, yaitu

(i)

Gaya-gaya yang bekerja menurut arah yang tegak lurus terhadap cangkang,

yaitu menurut arah z, akan menghasilkan persamaan

(j)

Setelah disederhanakan, ketiga persamaan keseimbangan itu dapat

digambarkan dalam bentuk berikut ini:

(3)

Pada setiap kasus yang khusus, kita dapat langsung mendapatkan

besaran . Jika haga ini disubstitusikan ke dalam bagian kedua dari

persamaan itu, akan didapatkan dengan cara integrasi. Jadi dengan

mempergunakan harga , akan didapatkan dengan mengintegrasikan

persamaan pertama.

Potongan cangkang silindris, seperti yang diperlihatkan pada gambar

(54)

Cangkang ini biasanya hanya ditumpu pada ujungnya, sedangkan tepi-tepi

AB dan CD adalah bebas.

Gambar 2.9 Potongan cangkang silindris sebagai atap penutup suatu bangunan

Dalam menghitung tegangan selaput tipis untuk cangkang semacam ini,

persamaan (3) dapat dipergunakan.

Suatu cangkang yang berpenampang melintang setengah lingkaran menumpu

beratnya sendiri, yang dianggap terbagi rata ke seluruh permukaan cangkang

tersebut. Dalam kasus seperti ini, didapatkan

X = 0 Y = p sinφ Z = p cosφ

Bagian ketiga dari persamaan (3) memberikan

(k)

yang dengan semestinya akan hilang sepanjang tepi AB dan CD. Di sini

terlihat bahwa kondisi ini akan juga dipenuhi bila beberapa kurva lainnya

(55)

tepi-tepinya. Dengan mensubstitusikan persamaan (k) ke dalam bagian kedua dari

persamaan (3), akan diperoleh

(l)

Dengan menempatkan titik awal koordinat pada bagian tengah bentang dan

dengan menganggap kondisi ujung sama pada kedua ujungnya, yaitu x = ±l/2

dari tabung, maka dapat disimpulkan bahwa (φ) = 0 (dengan mengingat

pada sifat simetri yang ada). Oleh karena

= -2px sinφ (m)

Di sini terlihat bahwa penyelesaian ini tidak hilang sepanjang tepi-tepi AB

dan CD seperti yang seharusnya terjadi pada ujung-ujung bebas. Namun,

pada penerapan secara structural, tepi-tepi tersebut biasanya diperkuat oleh

bagian konstruksi yang memanjang, yang cukup kuat untuk menahan tarikan

yang ditimbulkan oleh gaya geser (m). Dengan mensubstitusikan persamaan

(m) pada bagian pertama dari persamaan (3), maka akan diperoleh

(n)

Jika ujung cangkang tersebut ditumpu dengan cara demikian rupa sehingga

reaksi bekerja pada bidang penampang melintang ujung, maka gaya-gaya

harus hilang pada ujung-ujungnya. Oleh karena itu

, dan akan diperoleh

(56)

Persamaan-persamaan (k), (m), dan (o) menggambarkan penyelesaian

persamaan (3) untuk kasus khusus (gambar 2.9) bangunan beratap cangkang

yang berbentuk cylindrical surface serta memenuhi kondisi ujung dan juga

salah satu kondisi sepanjang tepi-tepi AB dan CD. Diambil perbandingan

panjang bangunan dengan lebar bangunan adalah l=2a, dimana l=panjang dan

a=lebar.

3.2. Penggunaan fungsi tegangan untuk menghitung gaya-gaya selaput tipis pada cangkang

Pada kasus umum cangkang yang permukaan tengahnya dengan

persamaan z = f(x,y), penggunaan fungsi tegangan yang menentukan tiga

komponen tegangan secara keseluruhan dapat dianggap mudah. Marilah kita

tinjau suatu elemen cangkang yang mengalami pembebanan. Besarnya beban

ini persatuan luas bidang xy dinyatakan oleh komponen-komponen X, Y, Z

(gambar 2.10).

(57)

Kemudian keseimbangan statis elemen ini dapat dinyatakan dengan

persamaan-persamaan

(p)

(q)

di mana dipergunakan notasi semacam ini:

(r)

di mana dan . Dengan mendiferensiasikan

seperti yang diperlihatkan dalam persamaan (q) dan dengan memperhatikan

persamaan (p), akan diperoleh

(s)

Kita dapat memenuhi kedua persamaan (p) dengan mengadakan suatu fungsi

tegangan F(x,y) seperti

(t)

Batas atas dan batas bawah integral ini masing-masing adalah , x dan , y,

di mana dan telah merupakan sesuatu yang tetap. Dengan

mensubstitusikan hal ini ke dalam persamaan (s), akan diperoleh persamaan

(58)

(u)

di sini dipergunakan singkatan seperti berikut ini:

(v)

Jika gaya membran (selaput tipis) pada batas cangkang telah

ditentukan, masing-masing kondisi batas dapat langsung dinyatakan dengan

mempergunakan persamaan (t). terutama bila tepinya dihubungkan dengan

suatu dinding tegak yang ketegaran lenturnya diabaikan atau bila tepinya

bebas, gaya tepi yang tegak lurus terhadap elemen ds dari batasan itu dan

berbanding lurus terhadap harus hilang. Oleh karena itu, variasi

fungsi tegangan sepanjang tepi semacam ini harus mengikuti hokum linear.

3.3. Cangkang yang berbentuk parabola elips

Untuk menggambarkan penerapan metode ini, diambil suatu cangkang yang berbentuk parabola elips (gambar 2.11) dengan permukaan

bagian tengah

(w)

(59)

di mana dan merupakan konstanta-konstanta positif. Kemudian,

penampang x = kontan dan y = konstan, akan menghasilkan dua pasang

parabola, dan kurva-kurva permukaan akan berbentuk elips. Dengan

menganggap adanya beban vertikal yang terbagi merata di seluruh bidang

alas cangkang itu secara tersendiri dan dengan mempergunakan persamaan

(u) serta (v), akan diperoleh

(x)

di mana p = Z merupakan intensitas beban.

Misalkan cangkang itu ditumpu oleh empat bueh dinding vertikal x =

±a/2, y = ±b/2 secara sedemikian rupa sehingga gaya reaksi yang tegak lurus

terhadap masing-masing dinding hilang sepanjang batasnya. Sebagai

konsekuensi atas hal ini, kondisi batas fungsi F adalah pada x = ±a/2

dan pada y = ±b/2. Jadi F dapat merupakan suatu fungsi linear

menurut x dan y pada batasnya. Oleh karena suku-suku yang linear menurut x

atau y tak berpengaruh pada tegangan (lihat persamaan (t)), maka hal ini

ternyata setara dengan kondisi F = 0 pada keseluruhan batas.

Kita memenuhi persamaan (x) dan menjadikan F = 0 pada y = ±b/2

dengan menuliskan persamaan untuk menghitung F seperti berikut ini

(y)

di mana . Agar dapat memenuhi kondisi F = 0 yang masih

tersisa pada x = ±a/2, pertama dikembangkan bentuk aljabar dalam

(60)

(z)

Dengan mensubstitusikan hasil ini ke dalam persamaan (y), mengambil x =

±a/2, dan dengan menyamakan hasilnya menjadi nol, maka untuk n = 1, 3, 5,

. . .akan diperoleh persamaan

(a’)

Hasil-hasil ini akan memberikan nilai koefisien dan menghasilkan

penyelesaian akhir

(b’)

Untuk mendapatkan gaya selaput tipis, cukup mendiferensiasikan

hasil-hasil ini menurut persamaan (t) dan dengan memanfaatkan persamaan

(r). hasil-hasilnya adalah

(c’)

Semua deret yang diperoleh di atas ternyata konvergen (memusat),

kecuali deret yang terakhir yang divergen (menyebar) pada sudut-sudut x =

±a/2, y = ±b/2. Kenyataan ini berlandaskan pada sifat permukaan cangkang

yang spesifik dan yang sedang dibahas dan diperoleh dengan translasi suatu

lengkung bidang. Elemen permukaan semacam ini ternyata bebas dari

puntiran apa pun, dan dengan alasan ini gaya selaput tipis tak berhasil

(61)

cangkang. Oleh karena kedua gaya dan ini hilang pada titik-titik sudut

cangkang, gaya geser di dekat titik ini harus berdiri sendiri untuk

transmisi pembebanan. Mengingat bahwa pada permukaan cangkang ini tidak

ada puntiran, hal ini dapat menimbulkan pertambahan secara tak menentu

dari gaya geser ke arah sudut-sudut cangkang. Dalam pakteknya, momen

lentur dan gaya geser melintang akan bertambah di sekitar sudut-sudut,

sehingga kondisi tepi = 0, = 0 harus dipenuhi dengan eksak.

3.4. Sekilas mengenai program ANSYS

Banyak permasalahan teknik yang tidak dapat diperoleh

penyelesaiannya secara eksak. Ketidakmampuan mendapatkan penyelesaian

secara eksak ini dapat disebabkan oleh tingkat kerumitan persamaan

diferensial alami yang diperoleh atau kesulitan yang muncul ketika

menentukan idealisasi kondisi batas atau awal. Untuk menyelesaikan

permasalahan tersebut, maka diperkenalkan suatu metoda pendekatan yang

baik dan lebih akurat, yaitu metode numeric. Dengan metode ini dapat

diketahui secara tepat perilaku system pada tiap titik dengan membagi dalam

beberapa titik diskrit yang disebut node. Langkah awal penyelesaian pada

metode ini dikenal dengan proses diskritisasi.

Terdapat dua metode numerik yang umum digunakan untuk

penyelesaian teknik, yaitu:

(1) Metode perbedaan (difference) hingga, dan

(62)

Dengan metode perbedaan hingga persamaan differensial ditulis untuk

masing-masing node dan penurunannya digantikan dengan persamaan

differensial. Pendekatan ini menghasilkan suatu set persamaan linear serentak.

Tetapi metode ini memiliki kesulitan ketika digunakan untuk permasalahan

dengan geometri yang rumit atau pada kondisi batas yang rumit juga. Keadaan

ini terjadi terutama untuk bahan-bahan anisotropis. Sedangkan metode elemen

hingga menggunakan formulasi integral untuk menciptakan suatu system

persamaan aljabar.

Metode elemen hingga adalah prosedur numerik yang dapat

digunakan untuk mendapatkan penyelesaian terhadap

permasalahan-permasalahan engineering yang besar seperti analisa tegangan, perpindahan

panas, elegtromagnetik, dan aliran fluida. ANSYS merupakan tools yang

dipersiapkan untuk keperluan tersebut dengan kecepatan analisis dan tingkat

keakurasian tinggi. Tahun 1971, untuk pertama kalinya program ANSYS

diluncurkan. Dalam mengerjakan tugas akhir ini digunakan ANSYS versi 9.

3.5. Langkah-langkah Pengerjaan Ansys

Langkah-langkah menjalankan program ansys dapat dijelaskan

sebagai berikut:

1. Buka program ansys dengan double klik atau dari start pilih ansys.

2. Pada ansys main menu, pilih preferences dan centang individual

(63)

3. Pada ansys main menu  Preprocessor  Element type 

Add/Edit/Delete…  Add  Library of Element Types pilih solid 10nod

92 klik ok.

4. Pada ansys main menu  Preprocessor  Material Props  Define

Material Model Behavior, pada Material Model Available pilih Structural

 Linear  Elastic  Isotropic  Linear Isotropic Material Properties

for Material Number One, EX = 25000 dan PRXY = 0 klik ok.

Desain Objek

5. Pada menu preprocessor  modeling create  keypoints  on working

plane. Masukkan data-data koordinat keypoints sehingga membentuk

gambar atap cylindrical surface.

Memberikan kondisi batas dan beban

6. Sebelum memasukkan kondisi batas dan beban maka dilakukan meshing

terlebih dahulu.

7. Pada ansys main menu  solution  define loads  apply  structural

 displacement  on nodes, untuk kondisi batas.

8. Pada ansys main menu  solution  define loads  apply  structural

 pressure  on nodes, untuk beban.

Proses analisis

9. Pada menu solution  solve-current LS. Muncul kotak dialog solve

current load step dan tekan ok.

(64)

10.Pada ansys main menu  general postproc  plot result  deformed

shape… pilih def + undeformed dan tekan tombol ok.

11.Pada ansys main menu  general postproc  list result  nodal solution

dan pilih dof solution  all dof pada kotak dialog list nodal solution.

Elemen type yang digunakan adalah solid 10not 92

SOLID92 Geometry

SOLID92 Input Summary

Nodes

I, J, K, L, M, N, O, P, Q, R

Degrees of Freedom

UX, UY, UZ

Real Constants

None

Material Properties

EX, EY, EZ, ALPX, ALPY, ALPZ (or CTEX, CTEY, CTEZ or THSX,

THSY, THSZ), PRXY, PRYZ, PRXZ (or NUXY, NUYZ, NUXZ), DENS,

(65)
(66)

0 --

Surface printout for faces with nonzero pressure

KEYOPT(9)

Initial stress subroutine option (available only through direct input of the

KEYOPT command):

0 --

No user subroutine to provide initial stress (default)

1 --

Read initial stress data from user subroutine USTRESS (see the Guide to

(67)

SOLID92 Output Data

The solution output associated with the element is in two forms:

• Nodal displacements included in the overall nodal solution

• Additional element output as shown in Table

SOLID92 Stress Output

The Element Output Definitions table uses the following notation:

A colon (:) in the Name column indicates the item can be accessed by

the Component Name method [ETABLE, ESOL]. The O column indicates

the availability of the items in the file Jobname.OUT. The R column indicates

the availability of the items in the results file.

In either the O or R columns, Y indicates that the item is always available, a

number refers to a table footnote that describes when the item is conditionally

(68)

Table SOLID92 Element Output Definitions

XC, YC, ZC Location where results are reported Y 3

PRES Pressures P1 at nodes J, I, K; P2 at I, J, L; P3 at J, K,

L; P4 at K, I, L

Y Y

TEMP Temperatures T(I), T(J), T(K), T(L) Y Y

FLUEN Fluences FL(I), FL(J), FL(K), FL(L), FL(M), FL(N),

Gambar

Gambar 2.2 Beberapa contoh permukaan jala (reticulated surface)
Gambar 2.3 Gaya aksial dalam-bidang (in-plane) pada cangkang bola tipis
Gambar 2.4 Gaya meridional dan melingkar pada cangkang bola
Gambar 2.7 Potongan elemen cangkang yang kecilnya tak terhingga
+7

Referensi

Dokumen terkait

Rasio C/N ideal dalam penelitian ini berpengaruh terhadap keseimbangan nutrien pada substrat batang sorgum untuk pertumbuhan dan perkembangbiakkan mikroorganisme

Maka pada penelitian ini, model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray yang diintegrasikan dengan media puzzle dan molymod diharapkan mampu menciptakan

Bank XXX mampu menjalin komunikasi yang baik dengan anda4. Bank XXX

2.2 Menceritakan sejarah kelahiran dan silsilah Nabi Muhammad Saw 2.3 Mengambil ibrah dari kenabian dan kerasulan Muhammad Saw2. Mengenal peristiwa kerasulan

3.3 Meneladani nilai-nilai positif dari kekholifahan Utsman bin

[r]

Memahami kaidah ilmu tajwid Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Nilai Budaya Dan Karakter Bangsa Kewirausah-aan/ Ekonomi Kreatif Kegiatan Pembelajaran Indikator Pencapaian

[r]