• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.9 Kerangka Teori

2.9.1 Deiksis Persona

Kehadiran kategori gramatikal berwujud deiksis persona menggambarkan sekaligus peran serta (participant role) yang berbeda-beda dari setiap orang yang terlibat dalam peristiwa tuturan, atau sebagai apa orang yang terlibat (participant)

dalam peristiwa tuturan. Konsep pemikiran ini memberikan pengertian bahwa orang digramatikalkan secara berbeda menurut peranan yang dimilikinya pada saat bertutur. Boleh jadi yang satu terhadap yang lainnya berperan sebagai penutur (speaker), mitra tutur (addressee), atau sebagai yang lain (other). Peranan setiap orang yang terlibat dalam pertuturan dapat berganti. Menurut Levinson (1983:68, 2000b), hal itu disebabkan oleh adanya pergantian giliran berbicara bagi yang lain. Pergantian semacam itu akan dengan sendirinya menjadi sebab terhadap berpindahnya origo ‘ground zero’ (istilah Buhler (1934) dalam Levinson, 2006b) untuk pusat konteks pengacuan berupa penutur pada tempat dan waktu bertutur, yang dalam menginterpretasi maksud tuturan selalu didasarkan pada apa yang dimaksudkannya). Dengan demikian memungkinkan bahwa saya si A adalah engkau atau kamu bagi si B, atau sini si A adalah situ si B, dan seterusnya.

Pengkategorian gramatikal lazimnya membedakan deiksis persona atas persona pertama, kedua, dan persona ketiga. Persona pertama (first person) merupakan penggramatikalan pengacuan yang dilakukan oleh penutur terhadap dirinya, persona kedua (second person) sebagai penggramatikalan pengacuan yang dilakukan oleh penutur terhadap satu atau dua orang mitra tutur; sedangkan persona ketiga dimaksudkan sebagai penggramatikalan pengacuan penutur terhadap orang atau maujud lain selain penutur dan mitra tutur pada saat berlangsungnya tuturan. Dapat juga ditambahkan, menurut Levinson (1983:69), bahwa persona ketiga tidak dapat disamakan dengan persona pertama dan kedua dalam pertuturan. Persona pertama dan

kedua adalah orang yang terlibat dalam peristiwa tutur (masing-masing sebagai penutur dan mitra tutur), sedangkan persona ketiga tidak terlibat di dalamnya (lihat juga Yule, 1996:10; LaPolla, 2006). Tentang dasar apa yang digunakan dalam pembedaan persona atas tiga dalam sistem pronomina persona seperti yang sudah terpola di atas terlihat tidak menjadi bagian dalam pembicaraan Levinson. Namun, dinyatakannya bahwa sistem pembagian pronomina persona dalam setiap bahasa tidak tertutup kemungkinan pengembangannya atas dasar dimensi tertentu, berupa jumlah, jender, dan sebagainya.

Terkait masih dengan ihwal pronomina persona, Levinson menambahkan bahwa dalam sejumlah bahasa terdapat kemungkinan adanya dua jenis pronomina persona pertama jamak. Yang pertama bersifat inklusif, dan yang kedua eksklusif. Keinklusifan (we-inclusive-of-addressee) terjadi apabila penutur menyertakan orang kedua (mitra tutur) terliput dalam pronomina persona pertama jamak yang dituturkannya, sedangkan keeksklusifan (we-exclusive-of-addressee) terjadi apabila penutur tidak mengikut sertakan orang kedua dalam liputan pronomina persona pertama jamak yang dituturkannya.

Yang lain dan tidak kurang pentingnya dalam pengkajian pronomina persona adalah kemungkinan terdapatnya perubahan bentuk dalam hal di luar hubungan peran peserta (participant role), seperti untuk kasus akusatif, posesif, maupun klitisasi. Levinson (1983), sejahuh ini, terlihat tidak membicarakannya, tetapi untuk yang

disebutkan terakhir (klitisasi) kita diingatkan akan kemungkinan itu dalam LaPolla (2006).

Pengetahuan sebatas dapat mengidentifikasi bentuk-bentuk lingual yang dapat diklasifikasikan ke dalam kelas pronomina persona (personal pronouns) dapat dikatakan belum memadai. Lazimnya setiap bahasa memiliki pronomina persona dalam jumlah tertentu, dan jumlah tersebut tidak tunggal sebab belum ada bahasa ditemukan dengan kepemilikan pronomina persona dengan jumlah hanya satu saja. Hal lanjut yang penting diketahui dari sejumlah pronomina persona dalam setiap bahasa adalah, bagaimana masing-masing pronomina persona dalam bahasa yang sama dapat berbeda atau dibedakan dari yang lainnya. Setidaknya, pertanyaan ini menyiratkan akan pentingnya kriteria tertentu yang dapat dijadikan dasar dalam membedakan setiap pronomina persona yang terdapat dalam bahasa yang sama.

Alternatif yang dikemukakan oleh Gasser (2003) terkait dengan keharusan adanya kriteria dasar dalam membedakan masing-masing pronomina persona, walau tidak sepenuhnya, dapat dijadikan sebagai bagian dari kerangka teoretis dalam pengkajian terhadap pronomina persona bahasa Mandailing yang penulis lakukan. Dalam penerapan alternatif yang dikemukakannya ke dalam bahasa Inggris, Gasser bertolak dengan berpedoman kepada lima dimensi yang diperlukan dalam membedakan pronomina persona, yaitu: dimensi (1) persona (person), (2) semantik (semantics), (3) jumlah (number), (4) formalitas (formality) dan (5) jender (gender). Yang dimaksud dimensi di sini oleh Gaser adalah a kind of scale along which concepts

can vary. Kelanjutan jabarannya, setiap konsep yang berbeda pada dimensi tertentu memiliki satu nilai (value) terhadap dimensi itu. Dari dimensi persona bahasa Inggris, misalnya, terdapat konsep yang berbeda antara yang disebut sebagai orang pertama, orang kedua, dan orang ketiga. Dengan perbedaan konsep itu diperoleh dasar dalam membedakan antara I dan we sebagai pronomina persona orang pertama (first person), you dan you guys sebagai pronomina persona orang kedua (second person), dan she, he, it, serta they sebagai pronomina persona orang ketiga (third person). Dalam bahasa Inggris, menurut Gasser, hanya ketiga nilai itu saja yang diperlukan sebagai dasar untuk membedakan setiap anggota kelas pronomina dari dimensi personanya.

Selanjutnya dinyatakan bahwa persona bukan satu-satunya dimensi konseptual dalam mempersepsi perbedaan yang terdapat dalam pronomina persona karena dimensi semantik (semantic dimension) terdapat juga di dalamnya. Alasannya, karena unsur lingual dengan konsep yang berbeda pada dimensi persona diwujudkan dalam bentuk lingual yang berbeda pula. Sama halnya dengan kata, dari dimensi semantiknya, dia memiliki bentuk dan makna, atau dapat juga disebut sebagai perwujudan bentuk dan makna. Dari bentuk, misalnya, terdapat dan dapat dibedakan antara I dan you, sedangkan dari segi maknanya masing-masing sebagai ‘penutur’ dan ‘mitra tutur’. Dari dimensi semantik jugalah diperoleh jumlah (number) dalam membedakan I dan we, masing-masing sebagai pronomina persona tunggal (singular) yang mengacu kepada satu orang dan pronomina persona jamak (plural) yang acuannya terhadap lebih dari satu orang.

Tentang jumlah dalam pronomina persona pada setiap bahasa, termasuk bahasa Inggris, Gasser selanjutnya menjelaskan bahwa ditemukan hanya ada empat kemungkinan, yaitu: tunggal (singular), dua (dual), tiga (trial), dan kegandaan yang belum tentu jumlahnya (plural). Dengan menjadikan persona dan jumlah sebagai dasar pembeda pronomina persona bahasa Inggris baru dapat hasil pengklasifikasian seperti terlihat pada bagan 03 berikut.

Bagan 03: Gambaran Sementara Pronomina Persona

Singular Plural

1 st Person I we

2 nd Person you you, you guys 3 rd Person she, he, it they

Pronomina persona orang ketiga tunggal she, he, dan it masih terdapat dalam kelompok yang sama yang justru masih memerlukan pembedaan lanjut; sedangkan untuk pronomina persona orang ketiga jamak tidak lagi diperlukan pembedaan karena pronomina personanya dalam kelompok itu hanya satu, yaitu they.

Yang rada kompleks dari gambaran yang terlihat dari gambaran sementara pronomina persona pada bagan 03 adalah perihal pronomina persona orang keduanya. Dalam situasi berbicara dan menulis yang relatif formal yang digunakan adalah you, baik untuk yang jumlah orangnya tunggal maupun dalam jumlah jamak. Namun, pada dialek tertentu bahasa Inggris dapat juga ditemukan you guys sebagai pronomina

persona orang kedua jamak. Itu sebabnya Gasser menempatkan you dan you guys dalam satu kelompok yang sama.

Apa yang masih dapat dibaca dari bagan 03 di atas adalah bahwa masih diperlukan dimensi lain selain persona dan jumlah sebagai dasar untuk membedakan sesama anggota kelas pronomina persona pada dua kelompok, yaitu, yang terdapat pada kelompok pronomina persona orang kedua jamak dan pada kelompok pronomina persona orang ketiga tunggal. Pada kelompok pronomina persona orang kedua jamak masih terdapat dua pronomina persona yang harus dibedakan, dan ditambah tiga lagi pada kelompok pronomina persona orang ketiga tunggal.

Menyangkut ihwal pembedaan pronomina persona jamak you dan you guys terlihat bahwa formalitas, yang juga sebagai sub-dimensi semantik, dapat berperan sebagai dasar dalam membedakan kedua pronomina persona tersebut. Dalam hubungan ini formalitas sebagai dimensi hanya memiliki dua nilai. Yang pertama formal, dan yang kedua adalah informal. Pada situasi yang relatif formal, seperti berbicara di arena khalayak publik atau berbicara kepada atasan, yang muncul dalam penggunaan adalah you, sedangkan you guys pada situasi yang informal.

Keperluan akan dimensi lain masih dirasa perlu dalam menyelesaikan ihwal pembedaan kelompok pronomina persona orang ketiga tunggal pada bagan 03. Pemilihan dimensi jender sebagai dasar pembeda sesama anggota kelas pronomina persona orang ketiga pada bagan 03 di atas, menurut Gasser, adalah tepat karena dimensi jender dengan muatan konsep wanita (feminine), pria (masculine), dan netral (neuter) telah memadai dalam membedakan ketiga pronomina persona tersebut.

Dengan demikian, diperoleh sebuah perangkat konseptual yang dapat dijadikan sebagai dasar dalam membedakan di antara sesama anggota kelas pronomina persona bahasa Inggris. Wujud gambaran pembedaan itu, jika dibagankan, akan terlihat seperti yang terdapat pada bagan 04 berikut ini.

Bagan 04: Pronomina persona

Singular Plural

1 st Person I we

2 nd Person you

Formal Informal you you guys

3 rd Person

Fem. Masc. Neut.

she he it they

Dokumen terkait