• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEKAT MALAKA AKAN JATUH

Dalam dokumen Dari Pembendaharaan Lama : Prof.Dr. Hamka (Halaman 75-77)

Masyhurlah nama Malaka di akhir abad kelimabelas, sebagai sebuah negeri besar di sebelah Timur ini. Dia terletak dan berdiri di antara dua Kerajaan Besar yang megah, yaitu Cina dan Hindustan. Dan Hindustan ketika itu diperintah oleh raja-raja keturunan Afghanistan Islam. Selat Malaka demikian ramai dilayari oleh kapal-kapal dagang, yang menghubungkan antara Cina dan India. Pelabuhan Malaka adalah tempat kapal-kapal dagang itu singgah saudagar-saudagar Arab menamainya “Mulaqat" artinya tempat pertemuan segala dagang.

Bangsa Moor Islam di Spanyol baru saja dikalahkan oleh Raja suami istri Ferdinand dari Arogon dan Isabella dari Castilie (1492). Dan pada tahun itu juga (1492) Cristopus Columbus mencari jalan ke India, karena terdengar kayanya, tetapi Amerika yang bertemu.

Yang bertakhta Kerajaan di Malaka ialah Sultan Mahmud Syah. Seluruh orang kenal bagaimana tabiat dan perangai Sultan Melayu itu. Dia seorang raja yang sangat tidak tahan melihat perempuan cantik! Sehingga kadang-kadang untuk mencapai suatu maksud yang tertentu, orang besar-besar mendapat akal untuk melunakkan hati raja, yaitu memberikan hadiah wanita buat pelunakkan hati beliau. Kadang-kadang merayap dia malam-malam, lupa akan muru'ahnya sebagai Sultan untuk memuaskan nafsunya. Suatu kali pernahlah dia mendengar kecantikan Puteri Gunung Ledang, yang bersemayam di atas puncak Gunung Ledang, gunung yang dipandang bertuah oleh penduduk Malaka. Padahal Puteri Gunung Ledang itu bukan bangsa manusia, tetapi bangsa mambang, peri dan dewa. Dia tidak peduli itu. Belum senang hatinya sebelum Puteri Gaib itu didapatnya, sehingga diutusnya orang mendaki gunung itu buat meminang Puteri. Tetapi syarat-syarat yang dikemukakan puteri buat menerima pinangannya berat belaka. Dia meminta hati tungau, meminta jembatan emas dan meminta darah raja sendiri semangkuk penuh. maka seketika permintaan ini disampaikan oleh Laksamana Hang Tuah, kepala perutusan, kepada baginda terasalah berat dan sukar permintaan itu. Dan yang terlebih lagi bagi baginda ialah akan menyerahkan darahnya sendiri, semangkuk!

Alangkah beratnya.

Meskipun demikian lemah budi Sultan, namun kekuatan Malaka dan kemasyhuran Malaka masihlah dapat dipertahankan. Karena Malaka mempunyai orang kedua yang sangat disegani, baik di dalam negeri Malaka sendiri, atau oleh orang luar negeri. Yaitu Bendahara Sri Maharaja.

Segala siasat politik ke dalam ke luar, pada hakikatnya Bendaharalah yang mengendalikannya. Kemegahan Kerajaan tetaplah dipeliharanya. Muru'ah Sultan dapat dijaganya. Negeri aman dan makmur, rakyat merasa mendapat perlindungan. Nama Bendahara sama populernya ke luar negeri dengan nama Sultan sendiri. Di India, di Tiongkok, di Siam "Syahrun Nawi" dan di Majapahit,

menjadi buah mulut oranglah Bendahara Sri Maharaja. Tidak ada kusut yang tidak selesai, tidak ada keruh yang tidak jernih bila tangan beliau yang memegang.

Maka pada tahun 1509 berlabuhlah Armada Portugis di pelabuhan Malaka. Katanya, armada itu adalah sebagai suatu perutusan mahabbah dari Kerajaan Portugis. Tetapi pada hakikatnya ialah menyelidiki pertahanan Malaka. Maka tatkala perutusan Armada Portugis dari Goa itu mendarat, yang mula-mula mereka tanyakan bukanlah Sultan, melainkan Bendahara! Apakah ini suatu politik memecah belah di antara Sultan dengan Bendaharanya, atau benar-benar karena Bendahara lebih langsung hubungannya dengan Luar Negeri, masihlah menjadi selidik ahli sejarah.

Perutusan itu datang menghadap Bendahara dan menyampaikan bingkisan tanda mahabbah daripada Kerajaan Portugis, yaitu sebuah kalung emas, yang panjangnya sampai ke puser. Kepala utusan sendiri yang mengalungkannya pada leher Bendahara. Dan tidak berapa hari setelah upacara penyerahan itu, Armada Portugis itupun membongkar sauh dan meninggalkan Malaka.

Kelihatan nian masygul Sultan, mengapa Bendaharanya lebih dikenal orang daripada dirinya sendiri, dan kemasygulan itu diketahui oleh orang-orang istana yang dekat dan selalu mendekat kepada Sultan.

Kemasygulan Sultan diketahui oleh mereka, dan inilah kesempatan baik yang telah lama mereka tunggu-tunggu. Sehingga setiap hari hanyalah kebusukan dan keburukan Bendahara yang terdengar menjadi buah mulut. Banyaklah menjadi pembicaraan tentang pengaruh Bendahara, tentang

kesombongan Bendahara, tentang kekayaan Bendahara.

Dalam pada itu Bendahara mempunyai pula seorang puteri yang cantik, bernama Tun Fathimah. Sultan pernah meminang puteri itu, dan Bendahara tidak mau menyerahkan, sebab puterinya telah bertunangan dengan Tun Ali. Tolakan pinangan inipun menambah dendam kedua pihak.

Akhirnya menjadi berita ramailah di istana, behwasanya Bendahara bermaksud hendak

menumbangkan Sultan dan hendak duduk menggantikan Sultan. Bukti-bukti telah cukup diperbuat orang.

Maka datanglah waktu yang telah lama ditunggu-tunggu itu. Sultan memutuskan bahwa Bendahara adalah seorang pengkhianat besar, hendak menumbangkan Sultan. maka pada suatu ketika, datanglah utusan Sultan ke rumah Bendahara, menyampaikan titah, sambil membawa keris untuk membunuh Bendahara dan 4 orang keluarganya yang terdekat.

Bendahara sendiri telah lama merasa bahwa dia dibenci istana. Dan saat itu pun telah dinanti- nantikannya. Banyak orang yang memberi nasihat agar dia melarikan diri ke luar negeri, maka dengan senyum dia membantah nasi hat itu.

"Tidak! Pantang bagi anak Melayu melanggar sumpahnya dengan raja! Saya ini adalah hamba baginda! Apa kehendaknya hamba patuhi!".

Bendahara dibunuh dalam rumahnya sendiri dengan keris raja!

Muramlah Malaka sejak kejadian itu. Orang-orang yang jujur dan sudi berkurban kian lama kian hilang dan habis. Yang ada hanyalah buih-buih yang merapung seketika ombak besar! Yang ada hanyalah orang-orang yang menyembah:

"Ampun Tuanku! Segala titan patik junjung!"

Khabar kematian Bendahara lekas tersiar ke luar negeri. Setahun lamanya Malaka muram, bahkan antara Sultan Mahmud 5yah sendiri, dengan putera kandungnya Sultan Ahmad Syah timbul perpecahan, karena si anak lebih "progressief" daripada ayahnya.

Setahun kemudian, yaitu pada tahun 1511 datanglah serangan dari Armada Portugis!

Malaka bertahan dengan gagah berani di bawah pimpinan putera Sultan, yaitu Ahmad Syah. Dibantu oleh Bendahara Lubuk Batu yang telah tua pikun, hatinya masih gagah tetapi tidak berdaya lagi. Di hari yang pertama masih dapatlah Malaka bertahan dengan gagah berani, tapi di hari yang kedua pertahanan Malaka telah roboh. Roboh karena perpecahan yang ada dalam negeri.

Bendahara Lubuk Batu yang telah tua pikun itu, melihat tentara Portugis telah mendarat, dengan mata gelap menghalaukan gajahnya menentang tentara besar itu. anak buahnya dengan keras menghalangi maksud beliau. maka dengan murka beliau berkata:

Malaka telah diduduki musuh, Sultan Mahmud Syah melanggar adat istiadat asli Melayu. Dia mengundurkan diri dari Malaka bersama keluarganya, di antaranya ialah istrinya Tun Fathimah anak mendiang Bendahara Sri Maharaja yang telah di antarkan ke istana setelah ayahnya mati dibunuh. Sultan

Mahmud Syah lari ke Kopak dan akhirnya ke Kampar, di sanalah dia mangkat, dengan gelar "Marhum Mangkat di Kampar”.

Istiadat Melayu yang dilanggar Baginda itu ialah. "Kalau negeri alah, rajanya hendaklah mati!"

Seketika saya membuat catatan "Perbendaharaan Lama" ini, anakku bertanya:

"Guna apa ayah menuliskan sejarah jatuhnya Malaka di saat sebagai sekarang? Apakah ayah percaya akan teori "Sejarah mengulangi dirinya?"

Saya jawab:

"Tidak nak! Sejarah tidaklah mengulangi dirinya. Tetapi perangai manusia di segala zaman, baik dalam nama feodolisme, atau demokrasi, atau diktator adalah sama saja . . . .”

II.

Dalam dokumen Dari Pembendaharaan Lama : Prof.Dr. Hamka (Halaman 75-77)