PENGENDALIAN PENYAKIT
1. Demam Berdarah Dengue (DBD)
Tahun 2018 sampai dengan 2020 setiap tahunnya selalu terdapat peningkatan jumlah kasus DBD tapi fluktuatif’, jumlah kasus kecenderungan meningkat tapi bisa juga terjadi penurunan jumlah kasus di tahun berikutnya.
Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit menular yang sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) sehingga sering menimbulkan kepanikan di masyarakat karena penyebarannya yang cepat dan berpotensi menimbulkan kematian .Penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue yang penularannya melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus yang hidup digenangan air bersih disekitar rumah . Umumnya kasus ini mulai meningkat saat musim hujan.
Kasus DBD Tahun 2018 sebanyak 6 orang, Tahun 2019 kasus DBD Sebanyak 39 orang, sedangkan Tahun 2020 di Wilayah Puskesmas Baktijaya sebanyak 31 orang, dengan angka kesakitan ( insiden rate) sebesar 0 per 100.000 penduduk. Insiden rate itu memang belum memenuhi target nasional (<20/100.000 penduduk) namun menunjukan penurunan dibandingkan tahun 2016 sebesar 41 kasus ( 79,6 per 100.00 penduduk).Hal ini antara lain karena adanya kesadaran masyarakat untuk berperan serta dalam pemberantasan sarang nyamuk melalui gearkan “3M PLUS” (menguras, mengubur – menutup tempat penampungan air) plus upaya lain yaitu melakukan pemantauan rumah/bangunan bebas jentik serta melakukan pengenalan dini gejala DBD dan penanganannya di rumah.
2. Filariasis (Penyakit Kaki Gajah)
Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit infeksi menahun (kronis) yang disebabkan oleh cacing filaria. Penyakit ini ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk yang menyerang saluran dan kelenjar getah bening yang dapat menimbulkan cacat menetap (seumur hidup) berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin sehingga dapat menimbulkan stigma sosial. Menurut Data Puskesmas Baktijaya terdpat penderita Filariasis pada Tahun 2020 dengan kasus lama 2 orang deng penderita pria dan wanita.
Upaya pencegahan dan pemberantasan dilakukan dengan memutus rantai penularan dan mengobati penderita untuk mencegah infeksi sekunder. Dalam upaya mencapai eradikasi Filariasis tahun 2020 (WHO), diperlukan alat/sarana yang sensitif untuk penegakan diagnosis sehingga penderita dapat ditemukan dalam stadium dini dan tidak sampai menimbulkan kecacatan. ( perlu disebutkan upaya di Kota Depok yaitu pengobatan massal filariasis, Tahun 2020 tahun ke 6 /tahun terakhir pengobatan sehingga target pencapaiannya adalah kota Depok dinyatakan bebas Filariasis ).Tetapi hasil evaluasi cakupan POMP yang sudah dilaksanakan oleh Kota Depok tahun 2008 s/d 2012 Kementrian Kesehatan merekomendasikan bahwa Kota Depok harus mengulang pelaksanaan POMP Filariasis di tahun 2016 , dengan minimal cakupan POMP 65 % dari total populasi.
3. Penyakit PD3I (Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi)
Beberapa penyakit dapat menular dengan cepat sehingga berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa, namun diantara penyakit-penyakit tersebut ada yang dapat dicegah dengan imunisasi atau biasa disingkat dengan PD3I (Penyakit-penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi), yaitu :
a. Kasus TBC
Penemuan kasus baru (CDR) di Puskesmas Baktijaya dari tahun 2018 s/d Tahun 2020 terus meningkat, akan tetapi masih dibawah target Kota, hal ini disebabkan kerena
28 Profil Kesehatan Puskesmas Baktijaya 2020
meningkatnya kesadaran kepatuhan penderita dalam menyelesaikan dalam masa pengobatan.
Perkiraan penderita TB yaitu sebanyak 0 orang, kasus suspek yang dijaring 85 orang dengan jumlah BTA+ berjumlah 24 orang.Case Detection Rate (CDR) Puskesmas Baktijaya adalah 28,24 % lebih kecil dari indicator yang seharusnya dicapai yaitu sebesar 80%.
b. Difteri
Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diptheriae, yang ditandai dengan gejala panas tinggi disertai pseudomembran (selaput tipis) putih keabu-abuan pada tenggorok yang tak mudah lepas dan mudah berdarah. Penyakit ini sering kali menjadi penyebab kematian pada anak-anak, namun penyakit ini dapat dicegah dengan pemberian imunisasi DPT1, DPT2 dan DPT3. Pada tahun 2018 sampai Tahun 2020 tidak ditemukan kasus Difteri.
c. Tetanus Neonatorum
Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh Clostridium tetani, terdiri dari Tetanus Neonatorum yaitu tetanus pada bayi dan tetanus dengan riwayat luka.
Berdasarkan laporan pada Tahun 2020 tidak terjadi kasus tetanus dan kasus tetanus neonatorum. Kejadian kasus tetanus Neonatorum sebenarnya dapat dicegah dengan upaya pertolongan persalinan yang higienis ditunjang dengan imunisasi Tetanus Toxoid (TT) pada ibu hamil. Data Puskesmas Baktijaya Tahun 2020 Persentase cakupan imunisasi TT yang diberikan kepada ibu hamil sebanyak 1.525 orang.
d. Campak
Penyakit campak merupakan penyakit akut yang disebabkan virus measles yang disebarkan melalui bersin/batuk dengan gejala awal, yaitu demam, bercak kemerahan, batuk-pilek lalu timbul ruam di seluruh tubuh. Penyakit campak sering menyebabkan
kejadian luar biasa (KLB), dimana kematian akibat campak pada umumnya disebabkan komplikasi dengan penyakit lain seperti meningitis. Kejadian penyakit campak pada Tahun 2020 sebanyak 4 kasus tapi dilaporkan pasien sembuh, jumlah pasien meninggal karena Campak 0 orang.
e. Hepatitis B
Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Hepatitis B yang dapat merusak hati. Penyebaran penyakit tersebut bisa melalui suntikan yang tidak aman, dari ibu ke bayi selama proses persalinan dan melalui hubungan seksual. Infeksi pada anak-anak biasanya tidak menimbulkan gejala dan kalaupun ada biasanya adalah gangguan pada perut, lemah dan urine menjadi kuning. Penyakit ini bisa menjadi kronis dan menimbulkan Cirrhosis hepatis (kanker hati) dan dapat menimbulkan kematian. Sejak tahun 2017-2020 di wilayah kerja Puskesmas Baktijaya, hepatitis B ini tidak ditemukan kasusnya.
f. Pertusis
Pertusis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Bordetella pertusis yang ditandai dengan gejala batuk beruntun dan disertai tarikan nafas hup yang khas serta disertai muntah. Lama batuk bisa sampai 1-3 bulan sehingga sering disebut batuk 100 hari. Serangan batuk lebih sering pada malam hari. Pada tahun 2015- 2017 tidak ditemukan kasus pertusis di wilayah kerja Puskesmas Baktijaya.
g. Kasus AFP
Surveilans AFP merupakan kegiatan untuk menjaring semua penderita yang lumpuh layu pada anak berusia < 15 tahun dengan tujuan untuk memantau adanya transmisi virus –polio liar disuatu wilayah. Kegiatan ini dilaksanakan oleh pengelola surveilans dibantu oleh petugas surveilans Puskesmas dan Rumah Sakit Pada Tahun 2020 di Wilayah kerja Puskesmas Baktijaya tidak ditemukan penderita AFP.
30 Profil Kesehatan Puskesmas Baktijaya 2020
1. Penyakit menular Langsung