• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

4.1 Data DemografisSampel

Sampel pada penelitian ini berjumlah 60 orang yang terbagi dalam dua kelompok yakni 30 orang perempuan menopause (47-65 tahun) dan 30 orang perempuan usia produktif (19-25 tahun). Pada penelitian ini responden kelompok perempuan menopause terbanyak pada usia 55-59 tahun sebesar 11 orang (36,66%), sedangkan responden terbanyak kelompok usia produktif pada usia 22-25 tahun sebesar 23 orang (76,67%) (Tabel 1).

Tabel 1. Data responden penelitian berdasarkan kelompok dan usia

Kelompok perempuan menopause Kelompok perempuan usia produktif

45-49 2 (6,66 %) 18-21 7 (23,33 %) 50-54 10 (33,33 %) 55-59 11 (36,66 %) 22-25 23 (76,67 %) 60-65 7 (23,33 %) 4.2 AnalisisHasilPenelitian

Tabel 2 menunjukkan nilai DMFT dan jumlah koloni Streptococcus mutans pada kedua kelompok berdasarkan usia.

Tabel 2. Nilai DMFT dan jumlah Streptococcus mutans berdasarkan usia

Kelompok perempuan menopause Kelompok perempuan usia produktif

Usia N DMFT Jumlah Usia N DMFT Jumlah

45-49 2 6,5 163,5 18-21 7 1,57 85,16

50-54 10 5,3 134,6

60-65 7 7,85 147,43

Rata-rata 6,56 143,53 Rata-rata 1,2 80,50

Untuk membandingkan jumlah koloni Streptococcus mutansantara perempuan menopause dengan perempuan usia produktif dilakukan uji t test independent (Tabel 3).

Tabel 3. Nilai rata-rata jumlah koloni Streptococcus mutanspada saliva perempuan menopause dan perempuan usia produktif.

Kelompok N Jumlah koloni (×10

4

CFU/ml ) Sig

Menopause 30 143.53 ± 29.09

0.000*

Produktif 30 80.50 ± 11.60

Ket : *secara statistik bermakna (signifikan p<0.05)

Hasil penelitian menunjukkan rata-rata jumlah Streptococcus mutanspada saliva

kelompok perempuan menopause lebih tinggi (143,53×104 CFU/ml) dari kelompok

perempuan usia produktif (80,50×104 CFU/ml). Hasil analisis T test independentpada Tabel 3 menunjukkan perbedaan yang bermakna ( p<0,05 ) antara jumlah Streptococcus mutans yang terdapat pada saliva perempuan menopause dengan perempuan usia produktif. Selisih perbedaan rata-rata jumlah koloni antara kedua kelompok adalah 60,03 × 104 CFU/ml.

BAB 5

PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya perbedaan jumlah Streptococcus mutans antara perempuan menopause dengan perempuan usia produktif. Hasil penelitian

rata-rata koloni Streptococcus mutans pada perempuan menopause adalah143,53×104

CFU/ml, sedangkan perempuan usia produktif rata-rata koloni Streptococcus mutans adalah 80,50×104CFU/ml. Hasil ujiT test independent menunjukkan terdapat perbedaan signifikan antara jumlah koloni Streptococcus mutans pada saliva perempuan menopause dibandingkan perempuan usia produktif dengan nilai p=0,000 (p<0,05).

Berdasarkan data diatas jumlah Streptococcus mutans pada kelompok perempuan menopause >100 CFU/ml, sedangkan perempuan usia produktif <100 CFU/ml. Hasil ini sependapat dengan penelitian Apostolska (2011), dimana penelitian tersebut dilakukan untuk menghitung jumlah koloni Streptococcus mutans pada beberapa kelompok usia. Pada kelompok usia diatas 50 tahun jumlah koloni Streptococcus mutans lebih tinggi yaitu >100 CFU/ml sedangkan pada kelompok usia 20-50 tahun jumlah koloni dalam kisaran 0-100 CFU/ml.30

Hasil penelitian perempuan menopause pada usia 45-49 tahun jumlah koloni Streptococcus mutans yaitu 163,5 × 104 CFU/ml, sedangkan jumlah koloni pada kelompok usia 50-54, 55-59, dan 60-65 secara berturut-turut adalah 134,6; 141,91; dan 147,43 (×104 CFU/ml). Pada penelitian ini usia 45-49 tahun memiliki jumlah koloni Streptococcus mutans paling tinggi, namun hal ini tidak dapat menggambarkan hubungan antara usia dengan jumlah Streptococcus mutans. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui rata-rata jumlah koloni Streptococcus mutans pada kedua kelompok. Sampel dipilih secara acak berdasarkan criteria inklusi sehingga penelitian ini tidak memiliki jumlah responden penelitian dalam rentang usia yang homogen.

Hormon estrogen adalah suatu hormon steroid yang terdiri dari estradiol, estrone,

dan estriol yang memiliki peran pada perkembangan karakteristik seksual

keratinosit dan kelejar saliva asinar. Keberadaan ERβ tersebut menunjukkan bahwa hormon estrogen sangat berperan terhadap saliva khususnya sekresi protein dalam saliva.8

Saliva merupakan cairan rongga mulut yang bersifat kompleks dan berperan penting dalam menjaga kesehatan rongga mulut. Dalam peranannya menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans, saliva menyediakan aksi antibakteri (sIgA, lisozime, laktoferin, peroksidase, histatin, dll).22,23 Perubahan hormonal saat menopause mempengaruhi saliva sehingga peranannya dalam menghambat perumbuhan Streptococcus mutans menjadi berkurang. Penelitian lain menunjukkan bahwa horrmon estrogen dapat meningkatkan aktivitas peroksidase. Enzim ini berfungsi sebagai antibakteri. Penurunan peroksidase saliva yang sejalan dengan penurunan aliran saliva, menyebabkan pH saliva menjadi rendah karena ion thiosianat meningkat.31

Pada penelitian ini rata-rata nilai DMFT pada kelompok perempuan menopause lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelompok perempuan usia produktif (6,56 dan 1,2). Beberapa penelitian sebelumnya juga ditemukan nilai DMFT perempuan menopause lebih tinggi daripada perempuan belum menopause.9,10 Hal ini juga dapat dihubungkan bahwa perubahan rongga mulut pada menopause disebabkan pengaruh hormon yang sudah berkurang. DMFT yang tinggi pada menopause memiliki hubungan dengan tingginya jumlah Streptococcus mutans dan sIgA. Hal ini didukung penelitian yang dilakukan oleh Ito (2004) untuk melihat hubungan antara IgA terhadap jumlah Streptococcus mutansdalam saliva. Hasilmenunjukkan level IgA pada orang bebaskarieslebihtinggidibandingkan orang dengan karies.32 Penelitian Gomez et al pada tahun 1993 menyatakan perubahan keseimbangan hormonal, khususnya level estradiol pada perempuan selama siklus menstruasi atau kehamilan dapat mempengaruhi sekresi IgA pada kelenjar parotis.33 Pada perempuan menopause, estradiol (E2) adalah bentuk dari hormon

estrogen yang paling banyak berkurang.7 Hal ini dapat menyebabkan sIgA menurun

sehingga DMFT dan jumlah Streptococcus mutans tinggi pada penelitian ini. Hasil

penelitian ini menunjukkan daya protektif saliva pada perempuan menopause lebih rendah dibandingkan dengan perempuan usia produktif.

Perubahan hormonal pada menopause memiliki dampak ketidaknyamanan rongga mulut seperti adanya rasa terbakar (burning mouth), xerostomia, perubahan mukosa

menjadi licin dan atrofi, trigeminal neuralgia, dan tingginya angka osteoporosis dan periodontitis.6,20 Kekeringan rongga mulut pada menopause dapat diatasi dengan banyak minum air putih atau minuman tanpa gula, menghindari minuman berkafein seperti kopi, teh, dan soda yang menyebabkan mulut kering. Mengunyah permen bebas gula untuk merangsang produksi saliva, tidak mengonsumsi alkohol ataupun tembakau, serta menghindari makanan pedas yang dapat menimbulkan nyeri. Saliva buatan ataupun dikenal dengan oral moisturizer juga dapat ditemukan dipasaran yang berfungsi untuk membasahi rongga mulut.34,35 Selain itu, pemberian terapi hormonal dalam dosis yang dianjurkan pada menopause terbukti dapat meningkatkan kualitas hidup dengan meningkatkan sekresi saliva dan mengurangi keluhan terhadap ketidaknyamanan rongga mulut.36

BAB 6

Dokumen terkait