• Tidak ada hasil yang ditemukan

6

E

4

5

F

D

C

B

3

2

A

1

TIMUR

1

2

B

C

3

A

A B C

Lampiran 11 Kondisi petak pengamatan populasi trips Varietas Petak Luas (m2) Jumlah

tanaman Warna bunga

Mawar lokal Petak 1 39,36 27 Merah muda

Petak 2 41,82 22 Salem, merah muda Petak 3 30 10 Salem, merah muda Petak 4 36 26 Salem, merah muda Petak 5 44,1 14 Merah muda

Petak 6 31,08 15 Merah muda

Mawar Impor Petak 1 ±58 ±300 Putih

Petak 2 ±71,4 ±64 Merah muda

Petak 3 ±100,8 ±70 Merah muda

Lampiran 12 Kondisi petak pemasangan perangkap likat Varietas Petak Luas

(m2)

Jumlah

tanaman Warna bunga

Jarak antara perangkap Mawar lokal Petak A 37,8 17 Merah muda 2 m

Petak B 36,12 19 Merah muda 2 m

Petak C 33,82 16 Merah muda 2 m

Petak D 34,2 85 Merah 2 m

Petak E 34,68 16

Merah muda,

salem 2 m

Petak F 30,8 12 Merah muda 2 m

Mawar Impor Petak A

±101,1 ± 250 Merah muda 3 m

Petak B ±79,8 ± 250 Putih 3 m

IRMA UTAMI SIAGIAN. Keragaman Spesies Trips dan Musuh Alaminya pada Tanaman Mawar di Taman Bunga Nusantara Kabupaten Cianjur Jawa Barat. Di-bimbing oleh RULY ANWAR dan DEWI SARTIAMI.

Identifikasi spesies trips perlu dilakukan untuk mengetahui statusnya pada pertanaman mawar. Pemantauan populasi trips dapat dilakukan dengan menggu-nakan perangkap likat berwarna. Cendawan entomopatagen merupakan salah satu musuh alami bagi trips, akan tetapi di Indonesia belum diketahui keberadaan trips terinfeksi cendawan Entomophthorales. Penelitian ini bertujuan mengetahui ke-ragaman spesies trips dan musuh alaminya, terutama cendawan entomopatogen, pada tanaman mawar. Penelitian ini dilakukan di Taman Bunga Nusantara, Desa Kawungluwuk, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Penghitungan populasi trips yang terperangkap pada perangkap likat serta identi-fikasi trips dilakukan di Laboratorium Biosistematika Serangga, sedangkan iden-tifikasi cendawan entomopatogen yang ditemukan pada trips sampel dilakukan di Laboratorium Patologi Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Perta-nian, Institut Pertanian Bogor. Kegiatan penelitian ini dilakukan dari bulan Maret 2011 sampai dengan bulan Agustus 2011. Evaluasi perangkap likat warna biru, putih, dan kuning yang dipasang secara acak di pertanaman mawar lokal, mawar impor, dan barrier. Trips diidentifikasi dan dilakukan penghitungan jumlah trips yang terperangkap. Pengamatan populasi trips per bunga mawar lokal dan mawar impor dilakukan di lapangan dengan menepuk bunga sebanyak 10 kali di atas baki putih. Trips yang diperoleh dihitung dan dimasukkan ke dalam eppendorf berisi alkohol 70%. Trips sampel untuk eksplorasi cendawan entomopatogen diambil dari tanaman mawar lokal dan mawar impor, serta dibuat preparat dengan meng-gunakan pewarna lactophenol-cotton blue dan diidentifikasi. Selama penelitian ditemukan spesies trips dari subordo Terebrantia dan Tubulifera. Trips subordo Terebrantia yang diidentifikasi sampai tingkat spesies yaitu Thrips parvispinus, Frankliniella intonsa, Thrips palmi, Scirtothrips dorsalis, Microcephalothrips ab-dominalis, dan Megalurothrips usitatus,. Dari semua spesies trips yang diidenti-fikasi, T. parvispinus dan F. intonsa yang paling banyak ditemukan. Selain itu, hanya kedua spesies trips tersebut yang ditemukan terinfeksi cendawan entomo-patogen, ordo Entomophthorales, genus Neozygites. Stadia cendawan yang dite-mukan yaitu konidia primer dan konidia sekunder. Populasi trips per bunga pada mawar lokal lebih tinggi daripada mawar impor. Hal ini dikarenakan mawar lokal memiliki jumlah petal yang lebih banyak dan ukuran bunga yang lebih besar di-bandingkan dengan mawar impor. Berdasarkan evaluasi warna perangkap likat, warna biru dan putih lebih disukai T. parvispinus dan F. intonsa dibandingkan dengan warna kuning.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Mawar merupakan salah satu tanaman hias yang dikenal karena keharuman-nya serta memiliki bentuk, ukuran, dan warna yang beragam. Selain digunakan sebagai penghias taman dan buket bunga, bunga mawar juga digunakan dalam upacara ritual keagamaan dan upacara adat. Bunga mawar juga dapat digunakan sebagai bahan pembuatan makanan, minuman, dan bahan baku industri minyak wangi (Satuhu & Murtiningsih 2005).

Taman Bunga Nusantara (TBN) merupakan salah satu aset wisata berbasis wisata agro nasional dengan standar berskala internasional menyajikan taman ma-war dan tanaman hias lainnya. Taman mama-war mendapat perlakuan khusus agar dapat bertahan hidup terutama dari serangan hama dan penyakit tanaman. Salah satu hama penting yang menyerang tanaman mawar adalah hama trips (Novinaldi 31 Januari 2010, komunikasi pribadi).

Hama trips menyerang tanaman mawar terutama pada bagian bunga, tunas, dan daun. Trips mulai menyerang bunga pada stadia kuncup dan memakan bagian tepi petal bunga, sehingga petal menjadi warna coklat mengkilap dan berubah bentuk pada saat bunga mekar. Serangan trips yang berat menyebabkan kuncup mengeras dan gagal membuka. Serangan trips pada tunas akan mengakibatkan tu-nas mengering, sedangkan serangannya pada daun akan mengakibatkan daun ber-warna coklat keperakan, keriput, ukuran daun mengecil, dan tepi daun menggu-lung ke bawah (Wijayanti 1990; Muharram 1995).

Spesies trips yang dilaporkan menyerang tanaman mawar yaitu hama trips, yaitu Frankliniella intonsa (Chang 1999), Frankliniella occidentalis (Park et al. 2002), dan Scirtothrips dorsalis (Talekar 1999). Ketiga spesies tersebut termasuk famili Thripidae, ordo Thysanoptera. Frankliniella intonsa menyerang berbagai macam bunga di Eropa, menjadi hama tanaman kapas di Turki, dan vektor penya-kit TSWV (Tomato spotted wilt tospovirus) (Moritz et al. 2004). F. occidentalis menjadi hama penting pada beberapa bunga potong, salah satunya tanaman krisan (Fauziah & Saharan 1999). S. dorsalis menjadi hama yang merugikan pada perta-naman cabai di Thailand (Bansiddhi & Poonchaisri 1999). Identifikasi spesies

trips yang menyerang tanaman mawar perlu dilakukan untuk mengetahui status hama tersebut pada pertanaman.

Perubahan status hama trips pada pertanaman dapat diketahui dengan pe-mantauan secara rutin. Salah satu cara untuk memantau populasi trips pada per-tanaman dan memperkirakan kemungkinan terjadinya serangan trips yang dapat menyebabkan kerusakan yang serius yaitu dengan pemasangan perangkap likat. Sebagian besar petani menggunakan perangkap likat berwarna kuning. Hal terse-but dikarenakan warna kuning secara luas mampu menarik serangga hama (Shipp 1995). Trips sendiri banyak yang tertarik terhadap warna biru, putih, dan kuning (Teulon & Penman 1992; Chu et al. 2000). Untuk mengetahui warna perangkap yang efektif memantau populasi trips di pertanaman dilakukan evaluasi warna pe-rangkap likat terhadap trips.

Pengendalian terhadap trips oleh sebagian besar petani, hanya mengandal-kan insektisida (Prabaningrum & Moekasan 2007). Cara pengendalian tersebut dapat berdampak buruk bagi lingkungan dan mengakibatkan hama menjadi resis-ten. Berdasarkan prinsip pengendalian hama terpadu (PHT), pengendalian secara biologi merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi penggunaan insektisida. Pengendalian secara biologi dapat dilakukan dengan menggunakan musuh alami seperti cendawan entomopatogen.

Salah satu spesies cendawan entomopatogen dari ordo Entomophthorales di-laporkan menginfeksi F. occidentalis (Montserrat et al. 1998). Di Indonesia, in-feksi cendawan Entomophthorales ditemukan pada kutu putih pepaya Paracoccus marginatus (Hemiptera: Pseudococcidae) pada pertanaman pepaya (Anwar et al. 2010; Shylena 2010). Namun, belum diketahui kemungkinan trips terinfeksi cen-dawan entomopatogen tersebut. Untuk mengetahui keberadaan trips yang terin-feksi cendawan Entomophthorales, maka perlu dilakukan eksplorasi cendawan Entomophthorales dengan mengambil sampel trips di lapangan.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mengetahui keragaman spesies trips dan musuh ala-minya, terutama cendawan entomopatogen, pada tanaman mawar di Taman Bunga Nusantara.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang keragaman spesies trips dan keberadaan cendawan entomopatogen pada trips di pertanaman mawar. Penggunaan warna perangkap likat yang cocok dapat digunakan juga un-tuk memantau populasi trips di lapangan.

Dokumen terkait