• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peneliti: Terima kasih sebelumnya ibu, sekedar menceritakan sedikit, sebelumnya kami sudah wawancara dengan guru BK mengenai penjurusan dan berikutnya kami mewawancarai ibu untuk mengetahui proses belajar mengajar di jurusan IPA sendiri karena pada saaat siswa di juruskan.

Guru A : Jadi kalau saya tuh memberi informasi yang sudah dijuruskan gitu kan. Kalau tadi kan yang proses penjurusanya kelas X ini kan kelas XI.

Peneliti: Setelah di juruskan terutama siswa IPA nya dan proses pembelajaran IPA nya (fisika). proses belajar mengajar terutama pelajaran fisika yah bu,apakah ibu menyadari bahwa jurusan IPA yang dipilih oleh siswa itu punya kepentingan tertentu bagi siswanya sendiri.

Guru A: Oh ia sih menurut saya, itu heterogen ada yang memang senangnya belajar IPA artinya karena dia merasa lebih enjoy belajar IPA dari pada belajar IPS. Tapi ada juga yang tidak menutup kemungkinan, sekarang jurusan IPA kan lebih banyak mempunyai peluang untuk masuk perguruan tinggi daripada yang IPS, lebih banyak lebih luas itu sehingga mereka pilih itu. Tapi ada juga yang mungkin orang tuanya mungkin itu sebagian kecil kalau itu. Kalau zaman sekarang orang tua kayanya ngga terlalu memaksakan anaknya tapi hanya mendukung aja gitu yah, mungkin ada yang memang orang tuanya yang pengen anaknya masuk IPA dengan alasan tertentu gitu. Tetapi yah memang itulah rata- rata memilih jurusan IPA kalau ditanya satu per satu anak-anak yah kebanyakan karena memang pengennya, senangnya tuh belajar IPA dari pada IPS tapi mungkin kalau menurut perhitungan saya mungkin karena mereka sudah ngerti nanti setelah lulus itu lebih luas peluang untuk masuk ke perguruan tingginya itu jika dia memilih jurusan IPA. Anak IPA kan bisa memilih IPS, walupun setelah lulus akhirnya yang dipilih fakultasnya yang IPS gitu yah. Kalau bahasa saya meletas, gimana kok meletas, belajar fisika kok malah yang dipilih IPS.

Peneliti: Ee misalkan mendengkarkan ada beberapa persoalan belum tertentu orang dengan porsi IPA kemudian bekerja di bidang IPA. Diluar itu apakah ibu menyadari bahwa siswa yang masuk di jurusan IPA itu nanti akan bekerja di dalam atau bidang yang nanti digeluti di masa depan itu berkaitan dengan bidang IPA?

Guru A: maksudnya?

Peneliti: Dalam benak ibu apakah ibu menyadari bahwa apakah siswa yang nanti masuk di jurusan IPA itu masa depannya ke jurusan IPA juga atau bekerja di bidang IPA juga?

Guru A Kalau harapan saya pribadi yah ee konsisten gitu yah sudah memilih IPA yah mestinya terus konsisten, alasannya apa dulu memilih IPA, karena saya lebih senang belajar IPA, setelah itu yah mesti harus, kalau saya menangkapnya seperti itu, tapi toh itu pilihan mereka, kita ngga ngerti yah, dalam benak nanti mereka tidak masuk pekerjaan yang di bidang IPA pun mesti ada. Peluang untuk masuk ke non IPA juga besar juga. Tapi paling tidak menurut saya pola pikir orang IPA itu kan apapun itu tetap beda dengan orang IPS. Walaupun sama-sama pinternya, di IPA dan IPS itu cara berpikirnya tetap berbeda. Walaupun mungkin ada anak di IPS yang model berpikirnya seperti orang IPA misalnya poin-poin, tetapi kita kan juga punya kelemahan yah ngga fleksibel tapi untuk berpikir tahap teknis habis itu ini, habis itu ini itu, mungkin dengan model pemebelajaran IPA lebih besar cara seperti itu,tapi kita punya kelemahan yang ngga luwes gitu. Saya mesti sama anak selalu yah saya karena guru kelas XI yah jadi sudah mereka sudah memilih. Kalau saya guru kelas X, saya akan memberi anak-anak seperti itu. IPA sama IPS itu kan semua punya konsekuensi sendiri-sendiri yah. Silahkan kamu memilih apa IPA atau IPS tapi harus konsisten harus konsekuen dan harus bertanggung jawab,tidak mau asal senang aja tapi kenyataannya nilainya tidak ada usaha lah.

peneliti: Harapan ibu nantinya anak ibu yang masuk ke jurusan IPA akan bekerja di bidang IPA juga, proses pembelajaran yang seperti apa sehingga mengantar

siswa sendiri untuk bisa kedepannya mencapai cita-cita mereka itu seperti apa Bu?

Guru A Mesti sebelum bekerja kan mereka harus anu dulu harus ke perguruan tinggi dulu kan,nah itu kalau menurut saya kan memangnya yang dibangun bukan Cuma harus ngerti ilmunya yah tapi yang dibangun itu adalah kecintaanya pada yang mau ditekuni. Supaya dia tekun disitu kan dia harus cinta dulu. Kadang- kadang kan saya lihat itu ada juga yang fisikanya waktu saya mengajar itu menurut saya bukan golongan menengah ke atas, tapi yah boleh di katakan menengah ke bawa, artinya mereka standar yah KKMnya tuh hanya karena dilatih terus. Itu tapi setelah kelas 3 (tiga) itu terus dia saya tanya mau milih atau ambil apa dek jawabanya fisika. Ternyata memang ada beberapa anak itu cinta fisika sekalipun mungkin dari sisi nilai dia ngga bagus. Tapi itu saya menekankan, ibu tidak melatih kamu untuk tidak mengejar nilainya, tapi kejarlah ilmunya fisikanya. Kalau suka fisika yah ilmu fisikanya itu diambil nanti nilai itu akan mengikuti ilmu yang kamu peroleh walaupun mungkin tidak seperti yang kamu harapakan bangetnya, ilmunya banyak, itu mungkin karena kamu kurang berlatih. Tapi nanti seiring dengan perkembangan psikisnya itu kan nanti mereka juga akan berubah. Itu banyak kok anak-anak yang dulunya yah menurut guru itu dia biasa saja, tapi kenyataannya setelah mereka bekerja, setelah lulus kuliah bekerja mereka sukses. Itu kan karena melalui proses yang menurut saya harus dikembangkan pertama itu kecintaanya pada itu supaya dia tekun disitu, supaya dia semangat untuk belajar tidak dilihat dari susah banget eee, ngga senang aku, susah banget ee, itu kan ngga tekun lagi, ngga cinta lagi. Kalau cinta itu yo sulit seperti apapun tetap dia pinginya mempelajari itu. Jadi kalau pelaksanaanya bagaimana yah menurut saya standar-standar saja. Di tempat kita yah misalnya hanya dengan praktikum kah atau dengan media pembelajaran yang IT kan sudah biasa yah, menurut saya yah semenarik-menariknya itu kalau hatinya tidak cinta yah susalah. Membangunnya itu yah tetap aja kalau dipandang, kalau standar kita nilai yah nilainya akan dari dulu sampai sekarang segitu-gitu terus.yah namanya

nilai fisika. Supaya dia konsisten,tekun menekuninya. Terus nanti untuk bekerja pun saya inginnya ke situ.

Peneliti: Cara ibu mengembangkannya?

Guru A: Memotivasi mereka

Peneliti: Terus cara ibu memotivasinya dengan bagaimana?

Guru A Saya biasanya anuh diskusi dengan mereka. Kalau bahasa garis kerasnya itu memasukan konsep tentang kecintaan kita terhadap sebuah ilmu.itu supaya kita konsisten itu dengan cara diskusi dengan mereka, terus yang kedua kita juga memberikan wawasan bahwa banyak kok fisika itu tidak sekedar pelajaran fisika tapi banyak hamper semua yang ada di lingkungan kita itu semua itu butuh fisika. Sebagai contoh orang IPS mau tidak mau itu yang namanya handphone kan dia pake. Saya selalu bilang sebenci-bencinya kamu dengan fisika, fisik itu di sekitarmu pake, sekalipun milih IPS sekalipun kalau HP ngga ngerti ngga mungkin, kita mau menghidupkan lampu di rumah atau mengganti bohlam lampu yang sudah rusak itu kan fisika juga. Terus gimana cara menggunakan Handphone yang benar misalnya terkait dengan radiasi dengan apa itu dengan fisika juga. Terkait dengan gelombang, itu tuh tetap ada fisikanya. Jadi membuka pikiran mereka gitu, yah memang itu metodenya mesti setiap orang berbeda-beda yah. Tapi kalau saya pribadi memang kalau ada waktu memang saya sisipi itulah. Mau bahas masalah gelombang misalnya itu yah 15 menit itu masukin itu supaya mereka termotivasi ternyata luas benar dan itu bisa dimanfaatkan. Tapi saya bisanya ngomong doang ngga bisa menerapkan, tapi anak-anak itu masih panjang, dia masih bisa berkembang dengan luar biasa jadi harus ditekankan seperti itu dan anak kok menurut saya, yang saya lihat itu meskipun belum begitu banyak yah, beberapa masuk teknik fisika,.dengan nilai fisika yang tidak tinggi bukan kemampuannya yah, dengan nilai pelajarannya itu loh ulangan dan sebaginya kan alat ukurnya sebetulnya ngga cuman it toh mereka kreatif misalnya bikin alat ini ini ini. kalau konsepnya ngga paham yah udah ngga bisa lah bikin alat seperti itu

donk, saya saja ngga bisa, berartikan konsep saya masih kalah dengan mereka meskipun kalau mengerjakaa soal nilainya lebih bagus saya daripada mereka.

Peneliti: Cara ibu membuat kecintaan mereka dengan memberikan motivasi, mengkaitkan suatu hal dengan kehidupan yang nyata dengan ilmu fisikanya. Salah satu kecintaan yang kita bangun itu kan kecintaan terhadap bagaimana dia bersikap ilmiah. Di fisika kan harapan kita kan dia bisa menjadi seorang yang konsisten dan focus disitu dan bisa menjadi seorang peneliti di bidang fisika seperti itu. Apakah dalam proses pembelajaran itu selain motivasi ibu memberikan sesuatu di luar motivasi untuk bisa meningkatkan keterampilan mereka itu bu?

Guru A: Biasanya itu yang bisa dilakukan dalam keadaan yang terbatas yah paling hanya alat-alat lab. Ngga ada alat yang cukup yah biasanya demonstrasi gitu yah. Demonstrasi artinya biar kita itu biar anak-anak itu ngga anu yah walaupun banyak yah sekarang misalnya mau merangkai itu kan sekarang udah ada animasi itu loh. Cuman kan ngga lihat alatnya yang benar juga kadang bingung, misalnya statip kadang-kadang mereka ngga ngerti statip itu seperti apa kalau mereka ngga kita tunjukan, padahalkan cuman statip, Cuma karena kita udah tau statip. Tapi kalu misalanya siapkan statip cuman gitu yah, statip tuh yang mana bu, jadi tetap itu harus diberitahukan. Sebetulnya kalau praktikum tu anak- anak cenderung lebih suka karena lebih otak atik otak atik gitu yah. Cuman kadang-kadang untuk memasukan metode pembelajaran yang ideal yang seperti yah saya pun juga punya anuh yah punya pandangan/gambaran idealisnya orang ngajar itu seperti apa tapi pada akhirnya saya tidak bisa melaksanakan seperti idealism yang saya pikirkan itu kan harus semaksimal mungkin saya harus melakukan itu. Kalau idealism saya misalnya saya mau menanamkan konsep umpamannya e misalnya hukum ohm gitu aja yah, konsep hukum ohm itu kan saya harus menyediakan dulu, menyiapkan alat lab. Untuk menyiapkan alat dengan tugas saya yang begitu banyak, artinya ngga ada waktu artinya ada orang yang menyiapkannya disana. Harus ada orang laborannya. Nah apakah laboran itu tersedia di sekolah. Seandainya idealisme saya, ada yang bagian yang sudah mulai

ngurusi bagian itu mereka sudah paham betul, saya tinggal tanya, saya tinggal bilang hari ini saya mau jam pertama kedua besok pagi saya mau praktikum hokum ohm, lalu dia Ok bu sudah siap, saya tinggal masuk tidak buang-buang waktu itu mungkin cukup waktunya, terus di ukurkan R-nya dengan V sekian Arus ketemunya berapa, gimana kalau beda potensialnya diganti, power supplynya ditambahi dari 3 ke 6 ohh arusnya ternyata berubah juga, terus sekarang coba dibandingkan coba V kamu bagi dengan I-nya dari tabel itu kan, nah itu sebelumnya kan dalam idealisme saya mestinya terus dari praktikum tadi mereka bisa menyimpulkan terus nanti digiring toh R itu tergantung dari V ngga karena anak-anak secara matematika itu kan R itu V/I. itu matematika, kalau Cuma lihat matematikanya mestinya kalau V-nya lebih besar R-nya akan lebih besar dengan I yang sama. Tapi R=V/I menurut Ohm, hasil percobaan itn tidak seperti yang kita lakukan, itulah bedanya matematika dengan fisika. Jadi gga bisa kalau punya V-nya gede nanti R-nya ikut gede. Dari hasil percobaan kalau V-nya besar I-nya mengikut perubahan menjadi besar sehingga menghasilkan R yang konstan gitu. Nanti kalau kita pengen memberitahukan konsep bahwa R itu tergantung dari hambat jenisnya, tergantung dari apa itu ee panjangnya, itu kan harus pake praktek juga. Jadi nanti mereka anuh idealisme saya itu, praktikumnya agak lama itu yah kalau hambatan nikelinnya sama tembaga misalnya beda hambat jenis nanti akan menghasilkan R yang berbeda walaupun panjangnya sama, luas penampangnya sama gitu kan, nanti variabelnya diganti yang rhonya sama tapi panjangnya beda. Itu memakan waktu yang cukup banyak tapi cukup untuk mengajarkan konsep beda itu karena kita belum terbiasa tadi, mungkin kalau dari SD itu sudah dibiasakan seperti itu yah nanti sampai kita SMA tinggal istilahnya melanjutkan saja, kalau idealisme saya seperti itu tapi kenyataannya kan tidak seperti itu sehingga saya harus menyesuaikan diri antara waktu yang tersedia dengan materi mereka harus tuntas dan dengan alat yang seadanya.

Peneliti: Sebenarnya ibu berharap bahwa pelajaran fisika itu lewat eksperimen di

Guru A: Anuh harus terpadu, kalau Cuma dengan eksperimen saja ngga bisa. Saya pernah itu ada anak dari Taiwan, disini waktu ngobrol-ngobrol sama… kalau anak-anak sama dengan anak-anak bahasa inggrisnya udah klop yah kalau dengan saya ngga. Itu saya pernah tanyakan, coba ditanyakan kalau pembelajaran disana gimana kok sih anak itu bisa, anak-anak menganggapnya pinter kok Bu anaknya itu bisa kalau matematika. Terus setelah ditanya, pembelajarannya disana itu anuh lama, jadi pake fisiknya kalau cuman dengerin gitu dia anuh dia mungkin ngga ngerti bahasanya juga yah jadi ngantuk gitu yah. Tapi mereka tuh dengan menggunakan medianya tuh multi, multimedia. Cuman lab saja ngga tapi mereka melakukan dan multimedia dan itu memang waktu yang diperlukan banyak karena pelajarannya ngga sebanyak kita. Pengennya fisika yah belajarnya banyak fisika, yang kedua alatnya itu mencukupi tapi ceramahnya tetap ada. Kemarin waktu kita tukar dari Cibain University itu mereka memberikan kebetulan materi yang diberikan itu anuh kolaborasi antara calon guru bahasa inggris jadi kuliah juga toh dengan kalian yang dua orang itu, kemudian yang satu tuh mahasiswa teknik elektro kalau ngga salah itu sudah hampir lulus, dia mau skripsi matematika terus anuh apa dia berkolaborasi yang mahasiswa teknik elektronya itu mau membuat alat kan terus yang menjelaskanya adalah yang bahasa inggrisnya. Terus yang menyampaikan kan yang elektro kan ngga begitu pintar menyampaikan dalam bahasa inggris karena orang jepang, terus yang anuh mahasiswa teknik elektronya itu yang punya alatnya itu yang melakukan. Dia itu membuat alat amanya apa, lupa saya. Konsep alat itu bahwa ada pemantulan bunyi, terus alatnya itu speaker. Speakernya itu kecil-kecil, kalau dipantulkan kesana, anak-anak disuruh merem gitu, suruh pejam matanya itu, seolah-olah suara itu datang dari sana. Nah itu yang menjelaskan mahasiwa bahasa inggrisnya tapi konsepnya itu dirumuskan oleh mahasiswa elektronya itu. Itu kan pembelajaran yang menarik menurut saya, dulu pernah ada tim teaching yah, jadi satu kelas yang ngajar ngga cuman satu, dua guru. Tempat kita ngga ngerti ini, kaya guru TK itu kan yang ngajar satu kelas ngga cuman satu guru terus SMA pun sebetulnya bagus juga kalau tim teaching gitu tapi optimal gitu loh, kerja sama yang harus solid optimal. Bisa itu anak itu, menarik sekali tapi yah kalau saya amati cuman membahas tentang

pemantulan bunyi butuh waktu berapa jam yah dek sekitar 2 jam itu 120 menit cuman pemantulan gelombang bunyi dan dengan alat yang banyak multimedia menjelaskan juga paling ngga menjelaskan, power point juga, tapi membuat power point juga mestinya kalau persiapan lama juga itu menurut saya, karena power pointnya juga bagus, persiapanya banyak toh dan itu kalau hanya dipersiapkan oleh satu orang guru ngga mungkin selesai dalam waktu yang singkat itu harus tim, jelas tim harus kerja sama. Kalau mau ideal loh yah, kalau ideal itu kan seperti yang saya sampaikan idealisme saya. Coba yah kalau anak, kalau kita mampu seperti itu, yah semua ada kelebihan dan kekurangannya. Orang

luar kan mempelajarinya tidak global yah jadi fokus k… seperti anak-anak disini

senang untuk…tapi kan dia ngga mungkin menyelesaikan ngga cuman fisika saja,

menyelesaikan kimia, biologi, matematika. Masih yang lainnya yang IPS pun masuk situ, bahasa inggris.

Peneliti: Selama pembelajaran, ibu mengampuh pelajaran fisika ini, ibu merasa materi fisika yang diajarkan itu terlalu banyak sehingga waktu untuk

kaya…apalagi ibu merasa harus ada keseimbangan antara materi pengajaran di kelas dengan praktikum di lab. kalau dari ibu sendiri, apakah ibu berharap supaya untuk kenyataannya disini seperti apa, apakah proses pembelajaran di kelas dengan di laboratorium itu seimbang atau sepertinya kurang berimbang?

Guru A: Yang sekarang dirasakan untuk saat ini? yah kurang berimbang

Peneliti: Kendala utamanya itu karena apa?

Guru A: Kendala pertamanya itu satu alat, yang kedua waktu, mungkin juga karena saya, saya mau menyalahkan diri sendiri, manajemen waktu saya kurang bagus mungkin, tapi yah saya lihat hampir rata-rata semua guru ee untuk fisika yah itu merasakan ngga bisa memanej waktu. Jadi ngga ngerti mungkin yang salah gurunya atau sistemnya yah. Kalau saya ngga menyalahkan sistem yah saya sendiri yang saya salahkan untuk saya ngga bisa memanej waktu atau membuat sebuah pembelajaran yang terpadu, yang melibatkan metode laboratorium tapi

akhirnya kan proses, tapi pada kenyataannya pada saat ujian itu kan bukan proses apalagi cek point jadi yah saya pribadi merasakan evaluasi ujian nasional jadi tidak sinkron dengan printah menanamkan konsep itu dengan proses. Jadi kalau ujiannya tidak sama dengan waktu saya kuliah yah misalnya waktu saya kuliah kan kita hampir ngga kenal ujian cek pont yah tapi esai jadi sebetulnya yah sebenanrnya saya mesti isi, jadi mau tidak mau saya harus belajar beneran ini gimana toh cara kerjanya kok bisa gitu. Waktu saya pernah kecewa juga, waktu kurikulum baru KBK dahulu (Kurikulum Berbasis Kompetensi) memang mengenai proses yang diutamakan setelah evaluasinya masih cek point gitu yah ngga cocok. Mungkin masih kesulitan kita untuk membuat sistem yang bagus gitu yah, yah bertahaplah. Itu kan kita harus laksanakan dalam keadaan apapun kan harus secara maksimal. Untuk fisika yah konsep fisikanya punyalah meskipun nanti ternyata dia tidak menggeluti itu tapi paling tidaklah kita harus punya kenangan konsep yang matematis gitu, kan mungkin aja yah orang laki-laki misalnya dulu lulusan IPA gitu yah, kalau konsep fisika matang gitu nanti logika dia dalam kehidupan sehari-hari tetap pake tuh loh jadi kan paling ngga ada manfaatnya sekalipun setelah bekerja ternyata di Bank misalnya itu kan ngga ada kaitanya yah dengan fisika tapi paling tidak andai ada alat untuk anuh uang gitu yah paling nda sedikit dia tau lah. Ohh ini alatnya, masuk dia. Itu nanti di rumah dimanfaatkanlah supaya konsep fisika yang dia bawa itu bermanfaat sekalipun hanya kecil konsep tapi manfaatnya besar.

Peneliti:Kalau menurut ibu sendiri, tadi kan ibu sudah bercerita banyak. Kalau pembelajaran yang efektif untuk fisika tuh yang seperti apa Bu?

Guru A: Efektifnya yang memandang fisika efektif dari mana?

Peneliti: Efektifnya itu maksudnya ee prosesnya baik dan nilainya juga baik. Yang menurut ibu yang paling efektif untuk mendapatkan dua hasil yang nilainya baik dan prosesnya juga baik

Guru A:Dengan keadaan yang tidak mau diubah seperti sekarang ini yah… yah

Misalnya: kok alatnya cuman satu, yah udah kita pake demonstrasi aja. Jadi selain misalnya aja waktu saya menjelaskan elastisitas itu kan pegas yah, yah saya bawa pegas atau bawa karet gitu toh terus habis itu nanti dipandu juga dengan powerpoint itu yah ada toh.ngambil dari yang anuh itu, misalnya gambar aja pegas nanti ditarik pake beban lalu dia bisa narik sendir, di lepas dia bisa bolak-balik

Dokumen terkait