BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian kualitatif lebih tertarik pada proses daripada hasil akhir.
Strategi kualitatif menekankan bagaimana harapan-harapan diterjemahkan
dalam kegiatan-kegiatan, prosedur dan interaksi setiap hari.
Peneliti kualitatif cenderung menganalisis data secara induktif.
Tidak mencari data/bukti untuk membuktikan atau tidak membuktikan
hipotesis yang dipunyai sebelumnya; tetapi lebih mengabstraksikan hal-hal
yang khusus. Meaning atau makna merupakan perhatian utama bagi
pendekatan kualitatif. Maka peneliti boleh terus bertanya, apa maksud dari
data-data itu (Paul Suparno ,2010: 153-154).
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Penelitan dilakukuan di beberapa SMA di Yogyakarta. Adapun
SMA-SMA tersebut yakni: SMA K, SMA L, SMA M, dan SMA N.
2. Waktu
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-April 2015 Tahun
C. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah guru fisika kelas XI di 4 sekolah yang
berbeda dimana keempat sekolah tersebut semuanya berada di
Yogyakarta. Keempat sekolah tersebut dalam penelitian ini disimbolkan
atau diberi inisial. Keempat sekolah ini adalah sekolah K, sekolah L,
sekolah M, dan sekolah N. Guru fisika kelas XI yang menjadi subyek
penelitian karena ruang lingkup penelitian ini adalah penjurusan, dimana
guru kelas XI sangat berperan penting pada tingkat ini. Alasan lain yang
mendasari adalah peneliti berasal dari jurusan pendidikan fisika.
D. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini, variabelnya adalah persepsi guru fisika kelas
XI mengenai siswa yang telah memilih jurusan IPA.
E. Desain Penelitian 1. Kegiatan Penelitian
Penelitian ini diawali dengan mencari sekolah-sekolah yang bisa
menerima penelitian di semester genap tahun ajaran 2014/2015. Dari
kegiatan awal ini diperoleh dua sekolah negeri dan dua sekolah swasta.
Setelah pihak sekolah mengizinkan untuk diadakan penelitian maka,
langkah selanjutnya adalah berkoordinasi dengan guru fisika kelas XI
untuk memberikan gambaran tentang teknik pengambilan data dan
jadwal pengambilan data. Jadwal pengambilan data ini disepakati oleh
mengajar guru yang bersangkutan. Jadwal pengambilan data ini
disesuaikan juga antara satu sekolah dengan sekolah yang lain
sehingga menghindari adanya jadwal yang bertabrakan.
2. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen
wawancara. Wawancara yang dilakukan bersifat terstruktur dengan
adanya pedoman wawancara. Dari jawaban hasil wawancara bersama
guru fiska kelax IX bisa menghasilkan pertanyaan tambahan untuk
mendapatkan data yang lebih lengkap. Data tentang informasi
mengenai persepsi guru fisika kelas IX dari tiap sekolah yang
diperoleh kemudian dianalisis lebih lanjut untuk mendapatkan hasil
dan kesimpulan dari penelitian.
F. Instrumen Penelitian
Instrumentasi adalah seluruh proses untuk mengumpulkan data.
Termasuk di dalamnya bagaimana memilih atau mendesain instrumen dan
menentukan keadaan agar instrumen itu dapat digunakan/dipraktekkan.
Maka termasuk di dalamnya: di mana data akan dikumpulkan; kapan data
akan dikumpulkan; berapa kali data akan dikumpulkan; instrumen yang
mau digunakan, dan siapa yang mengumpulkan data.
Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data
dalam penelitian. Bentuknya dapat berupa: tes tertulis, angket, wawancara,
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa
pedoman wawancara. Pedoman wawancara tersebut dibuat sendiri oleh
peneliti.
Pedoman wawancara merupakan sebuah alat yang dapat membantu
diperolehnya informasi yang lebih akurat. Wawancara dalam pengambilan
dilakukan secara bebas terstruktur. Artinya, peneliti mempunyai pedoman
wawancara namun, dari hasil wawancara dengan narasumber bisa
diperoleh pertanyaan baru yang dapat ditanyakan pada narasumber untuk
memperkaya data yang didapatkan. Pada pedoman wawancara berisi
beberap pertanyaan terkait dengan persepsi guru fisika kelas XI mengenai
siswa yang telah memilih jurusan IPA. Adapun pedoman wawancara yang
digunakan oleh peneliti untuk pengambilan data yaitu sebagai berikut:
1. Proses pembelajaran seperti apa yang guru berikan kepada siswa
setelah siswa dijuruskan ke IPA.
2. Proses pembelajaran yang guru berikan kepada siswa apakah
sesuai dengan kebutuhan siswa (memperhatikan karir/cita-cita
siswa dan faktor lainnya atau hanya sesuai tuntutan sekolah) atau
tidak.
3. Pada saat mengajar, guru hanya memperhatikan materi fisika yang
harus dikuasai atau dimiliki siswa saja atau ada hal lain.
4. Guru memperhatikan atau tidak karier atau cita-cita pekerjaan yang
5. Cara guru fisika yang mengajar di kelas IPA mempersiapkan karir
atau cita-cita siswa IPA kelak.
6. Guru menyadari atau tidak bahwa kelas IPA harus memiliki atau
menguasai keterampilan proses sains atau kerja ilmiah.
7. Cara guru mengimplementasikan keterampilan proses sains atau
kerja ilmiah kepada siswa dalam proses belajar.
8. Cara guru mengembangkan keterampilan proses sains atau kerja
ilmiah kepada siswa IPA (melalui Lab).
9. Kondisi dan kelengkapan alat-alat yang tersedia di Lab dan
seberapa sering guru mengajak siswa untuk melakukan percobaan
atau pratikum di Lab.
10.Cara guru mengembangkan keterampilan proses sains jika alat-alat
yang tersedia di Lab kurang lengkap atau kondisi Lab yang kurang
kondusif atau jarangnya melakukan praktikum di Lab.
G. Metode Pengumpulan Data
Metode perolehan data dalam penelitian ini menggunakan
instrumen pertanyaan untuk wawancara. Pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan dalam wawancara berupa pertanyaan untuk memperoleh
informasi perihal persepsi guru fisika kelas XI mengenai siswa yang telah
memilih jurusan IPA. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada
lebih dahulu. Pertanyaan-pertanyaan dalam wawancara dapat berkembang
berdasarkan jawaban dari narasumber.
H. Analisis Data
Menurut Paul Suparno (2010: 121-122) analisis data sesudah
pengumpulan data adalah membuat transkrip, kategorisasi coding, dan
mekanika mengerjakan data.
Semua data yang masih belum berwujud bahasa tertulis perlu
ditranskrip ke tulisan terlebih dahulu. Dalam penelitian ini data masih
dalam wujud rekaman sehingga perlu ditulis dalam bentuk tulisan.
Pengambilan data hasil wawancara memerlukan bantuan alat rekam untuk
merekam percakapan saat wawancara berlangsung. Alat rekam yang
digunakan saat pengambilan data minimal menggunakan dua alat rekam,
hal ini dilakukan untuk antisipasi jika salah satu alat rekam kurang baik
saat merekam ataupun menghindari kemungkinan kehilangan data dalam
rekaman tersebut. Adapun rekaman hasil wawancara ditulis secara
keseluruhan untuk mendapatkan data yang asli.
Data-data yang sudah ditranskrip, dibaca dengan teliti dan diberi
tanda (coding). Coding diwujdukan dalam suatu kata yang menunjukan isi
dari bagian data tertentu. Data-data yang sama Coding-nya disatukan,
sehingga peneliti menjadi tahu pola yang sering muncul. Pola yang sama
itu kemudian diberi nama dengan konsep tertentu yang disesuaikan dengan
Dalam mekanika mengerjakan data, secara sederhana, peneliti
memotong-motong data yang sudah diberi kode. Kemudian data-data yang
berkode sama disatukan. Setelah disatukan, diberi nama dengan suatu
kategori yang menyatakan isinya. Setelah itu kategori yang dekat
disatukan dalam konsep yang sama. Langkah selanjutnya peneliti
mengurutkan konsep-konsep yang ditemukan. Langkah terakhir adalah
menulis laporan secara lengkap berdasarkan konsep-konsep yang
BAB IV
DATA, ANALISIS DATA
A. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-April 2015 tahun ajaran
2014/2015. Penelitian di empat sekolah tersebut dilaksanakan pada hari
dan tanggal yang berbeda. Penelitian ini dilaksanakan di empat Sekolah
Menengah Atas (SMA) di Yogyakarta. Agar lebih mudah dalam
menganalisis dan membahas, peneliti mengganti nama SMA dan nama
guru. Untuk SMA pertama yang diteliti diberi nama Sekolah K, Untuk
SMA kedua yang diteliti diberi nama Sekolah L, untuk SMA ketiga yang
diteliti diberi nama Sekolah M, dan untuk SMA keempat yang diteliti
diberi nama Sekolah N. Sekolah K dan Sekolah L adalah sekolah negeri,
sedangkan Sekolah M dan Sekolah N adalah sekolah swasta.
Penelitian pada keempat sekolah ini melibatkan 5 orang guru fisika
kelas IX. Pertimbangan peneliti untuk meneliti lima guru di 4 sekolah
yang berbeda adalah faktor efisiensi waktu, tenaga, dan biaya. Menurut
peneliti, apabila hanya meneliti satu guru saja, dirasa data yang diperoleh
belum cukup dan kurang bervariasi. Penelitian pada sekolah K melibatkan
dua guru perempuan (sebut saja Guru A dan Guru B), penelitian pada
sekolah L melibatkan seorang guru laki-laki (sebut saja Guru C),
penelitian pada sekolah M melibatkan seorang guru laki-laki (sebut saja
(sebut saja guru E). Kegiatan pengambilan data berupa wawancara dengan
kelima guru fisika kelas IX ini dilaksanakan pada waktu luang dari
masing-masing guru sehingga tidak mengganggu kegiatan belajar
mengajar di kelas. Kegiatan yang dilaksanakan selama peneltian dapat
dilihat pada table berikut:
Tabel 4.1
Daftar Pelaksanaan Penelitian
No Tanggal Pelaksanaan Perlakuan 1 Kamis 26 Maret 2015 Pukul 12.30 - selesai Wawancara dengan Guru A di sekolah K 2 Jumad 27 Maret 2015 Pukul 09.18 – selesai Wawancara dengan Guru B disekolah K 3 Senin 30 Maret 2015 Pukul 09.41 – selesai Wawancara dengan Guru C di sekolah L 4 Rabu 1 April 2015 Pukul 10.47 – selesai Wawancara dengan Guru D di sekolah M 5 Kamis 9 April 2015 Pukul 12.40 – selesai Wawancara dengan Guru E di sekolah N B. Deskrispi Guru
Pada penelitian ini subyek yang diteliti merupakan guru SMA di
Yogyakarta. Peneliti mengambil subyek penelitian sebanyak 5 guru dari
empat sekolah yang berbeda. Dari kelima guru itu masing-masing
memiliki pengalaman mengajar yang berbeda-beda. Kelima guru ini di
mana yang lebih baik antara yang satu dengan lainnya, melainkan untuk
memperbanyak pengetahuan peneliti tentang pengajaran yang dilakukan
oleh guru di jurusan IPA sehingga hasil penelitian ini dapat menjadi bekal
untuk peneliti waktu mengajar nantinya. Menurut peneliti, apabila hanya
meneliti satu guru saja, dirasa data yang diperoleh belum cukup dan
kurang bervariasi. Selain itu juga untuk memudahkan peneliti dalam
menganalisis datanya. Untuk lebih jelasnya, kelima guru tersebut dapat
dideskripsikan sebagai berikut:
1. Guru A
Guru A adalah seorang guru perempuan lulusan salah
satu Universitas negeri di Yogyakarta pada tahun 1989. Guru A
termasuk dalam kategori guru senior dikarenakan pengalaman
mengajar sebagai guru fisika sudah mencapi 26 tahun.
2. Guru B
Guru B adalah seorang guru perempuan lulusan salah
satu Universitas swasta di Yogyakarta pada tahun 1999.
Pengalaman mengajar sebagai guru fisika sampai saat ini sudah
mencapai 16 tahun
3. Guru C
Guru C adalah seorang guru laki-laki lulusan salah satu
mengajar sebagai guru fisika sampai saat ini sudah mencapi 20
tahun.
4. Guru D
Guru D adalah seorang guru laki-laki lulusan salah satu
Universitas negeri di Yogyakarta pada tahun 1982. Guru D
merupakan guru senior. Pengalaman mengajar sebagi guru
fisika sampai saat ini sudah mencapi 26 tahun
5. Guru E
Guru E adalah seorang guru laki-laki muda lulusan
salah satu Universitas swasta di Yogyakarta pada tahun 2014.
Sampai saat ini lama mengajar sebagai guru fisika sudah
mencapai satu setengah tahun.
C. Data Penelitian
Peneliti telah melakukan proses pengumpulan data dengan
merekam kegiatan wawancara dengan masing-masing guru. Dari data
yang diperoleh kemudian di transkrip.
D. Analisis Data
Peneliti telah melakukan penelitian kepada Guru A, Guru B, Guru
C, Guru D dan Guru E, dan mengumpulkan data-data yang diperlukan
untuk proses analisis data. Peneliti melakukan analisis data secara
Untuk mengetahui peran guru dalam membangun minat siswa
dalam mempersiapkan karier dalam bidang IPA, peneliti membagi
menjadi tiga kriteria yaitu (1) Kesadaran guru bahwa jurusan IPA/Fisika
yang dipilih oleh siswa bertujuan untuk mempersiapkan siswa berkarier
dalam bidang IPA/Fisika, (2) Pemahaman guru mengenai karakteristik
yang membuat IPA/Fisika berbeda, (3) Cara guru mengembangkan
keterampilan proses sains atau kerja ilmiah kepada siswa.
1. Kesadaran guru bahwa jurusan IPA/Fisika yang dipilih oleh siswa bertujuan untuk mempersiapkan siswa berkarier dalam Bidang IPA/Fisika.
Nama Guru
Pernyataan Analisis
Guru A “Oh ia sih menurut saya, itu heterogen ada yang memang senangnya belajar IPA artinya karena dia merasa lebih enjoy belajar IPA dari pada belajar IPS. Tapi ada juga yang tidak menutup kemungkinan, sekarang jurusan IPA kan lebih banyak mempunyai peluang untuk masuk perguruan tinggi daripada yang IPS, lebih banyak lebih luas itu sehingga mereka pilih itu. Kalau zaman sekarang orang tua kayanya ngga terlalu memaksakan anaknya tapi
hanya mendukung aja gitu
yah.Tetapi yah memang itulah rata-rata memilih jurusan IPA kalau ditanya satu per satu anak- anak yah kebanyakan karena memang pengennya, senangnya
Menurut data yang diperoleh dari hasil wawancara
dengan Guru A, peneliti menemukan bahwa Guru A
menyadari bahwa jurusan IPA yang dipilih oleh siswa itu
disebabkan karena memang siswa merasa senang untuk
belajar IPA. Namun di lain pihak guru juga menyadari
bahwa siswa mempunyai pengembangan cara berpikir
yang berbeda dimana siswa memandang jurusan IPA
yang dipilihnya itu akan mempunyai peluang lebih besar
untuk masuk ke jenjang pendidikan selanjutnya yaitu
tuh belajar IPA dari pada IPS”. [pernyataan Guru A hal 74] “Kalau harapan saya pribadi yah konsisten gitu yah sudah memilih IPA yah mestinya terus konsisten, alasannya apa dulu memilih IPA, karena saya lebih senang belajar IPA, setelah itu yah mesti harus. kalau saya menangkapnya seperti itu, tapi toh itu pilihan mereka, kita ngga ngerti yah, dalam benak
nanti mereka tidak masuk
pekerjaan yang di bidang IPA pun mesti ada. Peluang untuk masuk ke non IPA juga besar juga,tapi paling tidak menurut saya pola pikir orang IPA itu kan apapun itu tetap beda dengan orang IPS. berpikir tahap teknis habis itu ini, habis itu ini itu, mungkin dengan model pembelajaran IPA lebih besar cara seperti itu”.
[pernyataan Guru A hal 75]
“Mesti sebelum bekerja kan mereka harus anu dulu harus ke perguruan tinggi dulu kan,nah itu
kalau menurut saya kan
memangnya yang dibangun bukan cuma harus ngerti ilmunya yah tapi yang dibangun itu adalah
kecintaanya pada yang mau
ditekuni. Supaya dia tekun disitu kan dia harus cinta dulu”. “Ternyata memang ada beberapa anak itu cinta fisika sekalipun mungkin dari sisi nilai dia ngga bagus. Tapi itu saya menekankan, ibu tidak melatih kamu untuk mengejar nilainya, tapi kejarlah ilmunya fisikanya”.
Selain menyadari alasan dari siswa sendiri kenapa
memilih jurusan IPA, guru A juga mempunyai kesadaran
dan harapan untuk siswa yang telah memilih jurusan
IPA. Kesadaran yang dimiliki oleh Guru A yaitu siswa
yang telah memilih jurusan IPA akan mempunyai pola
pikir yang berbeda dengan siswa yang memilih bukan
jurusan IPA. Pola pikir yang berbeda di sini yaitu anak
memiliki pola pikir yang lebih kritis. Pola pikir kritis
anak tersebut merupakan salah satu sikap ilmiah yang
harus dimilikinya. Harapan yang dimiliki oleh Guru A
yaitu siswa yang telah memilih jurusan IPA/Fisika
nantinya akan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi di bidang IPA/Fisika dan nantinya juga akan
berkarier di bidang yang sama yaitu bidang IPA/Fisika.
Guru A mempunyai kesadaran bahwa siswa yang
masuk jurusan IPA/Fisika ini nantinya akan melanjutkan
ke perguruan tinggi. Oleh sebab itu dalam pengajaran
yang dilakukan, Guru A berusaha untuk membuat siswa
mencintai fisika-nya. Guru A menyadari bahwa dalam
proses belajarnya, anak harus dibuat mencintai apa yang
sedang dan nanti dipelajari. Dengan membuat anak
“Memberikan wawasan bahwa banyak kok fisika itu tidak sekedar pelajaran fisika tapi banyak hampir semua yang ada di lingkungan kita itu semua itu butuh fisika”.
[pernyataan Guru A hal 76,77]
Peneliti: Apakah dalam proses pembelajaran itu selain motivasi ibu memberikan sesuatu di luar motivasi untuk bisa meningkatkan keterampilan mereka itu bu?
Guru A: Biasanya itu yang bisa dilakukan dalam keadaan yang terbatas yah paling hanya alat-alat lab. Ngga ada alat yang cukup yah biasanya demonstrasi gitu yah.
dan tekun dalam belajar fisika. Cara Guru A
mengembangkan kecintaan anak terhadap fisika yaitu
memberikan motivasi terhadap anak dengan cara
membuka pikiran anak bahwa segala sesuatu yang ada di
sekitar kita selalu berhubungan atau berkaitan dengan
fisika, atau secara sederhana mengkaitkan kehidupan
sehari-hari dengan fisika-nya. Guru A menyadari anak
masih memiliki proses yang lebih panjang sehingga
dengan membuat mereka mencintai ilmunya, anak akan
lebih tekun dan lebih kreatif. Hal ini ditunjukkan dengan
beberapa anak yang menurut Guru A mempunyai nilai
pelajaran fisika yang tidak begitu tinggi tapi melanjutkan
ke perguruan tinggi dengan memilih jurusan teknik
fisika. Alat ukur kemampuan seorang anak tidak hanya
diukur dari kemampuan mengerjakan soal ujian tapi
masih banyak alat ukur yang lain misalkan keterampilan
membuat alat, dimana yang ditekankan di sini adalah
kreativitas anak.
Guru A juga mempunyai kesadaran bahwa dalam
meningkatkan keterampilan anak dalam hal ini bersikap
ilmiah, tidak hanya dalam hal motivasi tetapi juga lewat
Demonstrasi artinya biar kita itu biar anak-anak itu ngga anu yah walaupun banyak yah sekarang misalnya mau merangkai itu kan sekarang udah ada animasi itu loh,cuma kan ngga lihat alatnya yang benar juga kadang bingung. [pertanyaan dan pernyataan Guru A hal 78]
keterbatasan alat maka diganti dengan demonstrasi.
Salah satu tujuan demonstrasi ini yaitu menghindari
kebingungan siswa apabila siswa tidak melihat alatnya
secara langsung melainkan lewat video animasi
pembelajaran.
Dari hasil analisis permyataan Guru A, dapat
dikatakan bahwa Guru A mempunyai kesadaran yang
tinggi bahwa siswa yang memilih jurusan IPA/Fisika
akan berkarier dalam bidang IPA/Fisika. Kesadaran
Guru A itu diimplementasikan lewat pengajaran yaitu
dengan membangun kecintaan anak terhadap ilmu fisika
dengan cara memotivasi siswa serta meningkatkan
keterampilan siswa lewat pengajaran fisika melalui
laboratorium.
Guru B “Karena di K 13 memang
diharuskan seperti itu yah. Jadi karakteristik anak itu betul-betul diperhatikan, itu kan kalau jumlah
siswanya sedikit, karena ini
kembali ke KTSP dimana jumlah siswanya banyak, tidak mungkin ibu memperhatikan kebutuhan anak satu per satu. Jadi saya global saja, rata-rata dari anak ini yang saya olah seperti itu. Jadi ngga memandang satu persatu gitu, karena kita kan terkendala waktu. Waktu mengajar efektif kan cuman sebentar, banyak liburnya padahal materi kan sudah harus selesai”.
[pernyataan Guru B hal 93]
Menurut data yang diperoleh dari hasil wawancara
dengan Guru B, peneliti menemukan bahwa dalam
proses belajar mengajar, Guru B mempunyai kendala
terutama dalam hal waktu. Guru B menganggap waktu
efektif untuk pembelajaran menjadi berkurang
disebabkan karena banyaknya hari libur dalam tiap
semester, padahal materi yang dituntut dalam kurikulum
“Kalau di kelas X saya tidak
mengunggul-unggulkan IPA
kalau IPA itu lebih itu ngga karena saya juga menghormati anak-anak yang bakatnya tidak di IPA tapi begitu mereka di kelas XI dan sudah jelas jurusannya IPA, saya selalu memberikan angin segar bahwa kalau di IPA itu untuk masa depan itu lebih luas jangkuannya, saya selalu memberi motivasi seperti itu. Kalian mau dimana saja bisa, bahkan mau meramba ke IPS pun bisa bahkan bersaing dengan anak IPS itu bisa, itu kelebihan kamu yang harus kalian kembangkan”. [pernyataan Guru B hal 93]
diselesaikan. Hal ini berdampak juga pada kesadaran
Guru B untuk memperhatikan kebutuhan anak yang
sudah memilih jurusan IPA. Kebutuhan tiap anak tidak
menjadi hal yang diutamakan tapi penyelesaian materi
yang menjadi hal yang lebih diutamakan. Dengan jumlah
siswa yang banyak dan waktu efektif yang sudah
berkurang karena banyaknya hari libur sementara materi
harus diselesaikan sehingga tidak memungkinkan Guru
B memperhatikan kebutuhan tiap masing-masing anak.
Kebutuhan anak diperhatikan secara umum.
Dalam pengajaran di Jurusan IPA, Guru B
memiliki pengembangan pola berpikir yang berbeda
mengenai siswa yang berada di jurusan IPA. Guru B
memiliki pandangan bahwa siswa yang di jurusan IPA
akan mempunyai peluang lebih luas untuk memasuki
dunia kerja. Hal ini disebabkan karena siswa yang telah
memilih jurusan IPA bisa bersaing dengan siswa yang
telah memilih jurusan IPS untuk merebut peluang
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi
dalam bidang sosial dan nantinya akan bekerja di bidang
sosial juga.
bahwa Guru B kurang mempunyai kesadaran bahwa
siswa yang memilih jurusan IPA/Fisika akan berkarier
dalam bidang IPA/Fisika.
Guru C “Banyak diantara mereka
mengambil itu karena kepingin kuliah di IPA yah, misalnya di teknik dan lain sebagainya. Itu bapa menyadari hal itu, karena memang sebagian besar arahnya kesana, mereka pingin ke teknik, ke dokteran dan lain sebagainya. Jadi kita berikan sesuai dengan kebutuhan sesuai kita jangan
menyimpang dari kurikulum,
silabus, RPP.”
[pernyataan Guru C hal 97]
“misalnya sebagian besar kan anak itu kan cendrung ke teknik misalnya gitu yah, yah untuk fisikanya kita tekankan pada
dinamika rotasi, kesimbangan
benda tegar itu kita kuatkan dan