BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
3. Dengan Larutan Perak Nitrat
Endapan perak klorida yang seperti dadih dan putih. Ia tidak larut dalam air dan dalam asam nitrat encer, tetapi larut dalam larutan amoniak encer dan dalam larutan-larutan kalium sianida dan tiosulfat.
Cl- + Ag+ AgCl
AgCl + 2NH3 [ Ag (NH3)2 ]+ + Cl -[ Ag (NH3)2 ]+ + Cl- + 2H+ AgC + 2NH4+
Jika endapan perak klorida ini disaring dan dicuci dengan air suling, lalu dikocok dengan larutan natrium arsenit, maka endapan diubah menjadi perak arsenit yang berwarna kuning.
Hal inilah yang akan membedakannya dengan perak bromida dan perak iodida yang tidak dipengaruhi oleh pengolahan ini. Reaksi ini boleh dipakai sebagai uji pemastian terhadap klorida.
3 AgCl + AsO33- Ag3AsO3 + 3 Cl-
4. Dengan Larutan Timbel Asetat
Endapan putih timbal klorida, PbCl2 dari larutan yang pekat
2 Cl- + Pb2+ PbCl2 (Vogel, 1985)
2.3.2. Uji Kuantitatif Klorida 2.3.2.1. Titrasi Argentometri
Dasar titrasi argentometri adalah reaksi pengendapan (presipitasi), dimana zat yang hendak ditentukan kadarnya diendapkan oleh larutan baku AgNO3. Zat tersebut misalnya garam-garam halogenida ( Cl, Br, I ), sianida ( CN ), tiosianida ( SCN) dan fosfat.
(Underwood, 1994)
2.3.2.2. Jenis-Jenis Titrasi Argentometri 1. Metide Mohr
Seperti halnya suatu sistem asam-basa dapat digunakan sebagai suatu indikator untuk titrasi asam-basa, maka pembentukan endapan yang lain dapat digunakan untuk menunjukkan kesempurnaan suatu titrasi pengendapan.
Contoh untuk keadaan demikian disebut dengan titrasi Mohr dari klorida dengan ion perak yang dalam hal ini ion khromat digunakan sebagai indikator. Penampilan utama yang tetap dari endapan perak khromat yang kemerah-merahan dianggap sebagai titik akhir titrasi.
Titrasi Mohr terbatas pada larutan-larutan dengan harga pH dari kira-kira 6-10.
Cara Mohr dapat juga digunakan untuk titrasi ion bromida dengan perak dan juga ion sianida dalam larutan sedikit alkalis. Perak tidak dapat dititrasi secara langsung dengan klorida yang menggunakan indikator khromat. Endapan perak khromat yang semula ada, larut kembali hanya dengan perlahan-lahan dekat dengan titik ekuivalen. Tetapi larutan klorida standart dalam jumlah berlebih dapat ditambahkan dan kemudian dititrasi kembali dengan menggunakan indikator khromat. (Underwood, 1994)
2. Metode Volhard
Cara Volhard ini didasarkan pada pengendapan perak tiosianat dalam larutan asam nitrat, dengan menggunakan ion besi (III) untuk meneliti ion tiosianat berlebih. Cara ini dapat dipergunakan untuk cara titrasi langsung dari perak larutan tiosianat standart atau untuk titrasi tak langsung dari ion klorida.
Pada keadaan terakhir ini perak nitrat berlebih ditambahkan dan kelebihannya dititrasi dengan tiosianat standart. Anion-anion yang lain seperti bromida dan iodida dapat ditentukan dengan prosedur yang sama. Cara Volhard secara luas dipergunakan untuk perak dan klorida, karena kenyataannya bahwa titrasi dapat dilakukan dalam larutan asam. (Underwood, 1994)
3. Metode Fajans
Apabila suatu senyawa organik berwarna diserap pada permukaan suatu endapan, perubahan struktur organik mungkin terjadi dan warnanya sebagian besar kemungkinan telah berubah dan mungkin telah menjadi lebih jelas.
Peristiwa ini dapat dipakai untuk mengetahui titik akhir dari titrasi pengendapan garam-garam perak. Senyawa organik yang digunakan disebut indikator adsorpsi. Fluoresein dan beberapa fluoresein yang disubstitusi dapat bekerja sebagai indikator untuk titrasi perak. Jika perak nitrat ditambahkan pada suatu larutan natrium klorida, maka partikel perak klorida yang terbagi halus itu cenderung menyerap beberapa ion klorida berlebih dalam larutan.
(Underwood, 2004)
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat
Nama Alat Ukuran Merk
Buret 50 mL Duran
Erlenmeyer 250 mL Pyrex
Labu ukur 100 mL Pyrex
Beaker glass 250 mL Pyrex
Pipet volume 100 mL Duran
Neraca analitik digital O’hauss
Botol aquadest Spatula
Gelas arloji Desikator Statif and klem Pipet tetes
3.1.2. Bahan - Aquadest
- AgNO3 0,0141 N - K2CrO4 5%
- Larutan NaCl 0,0141 N - Kertas saring
- Air sumur - Air minum
3.2. Prosedur kerja
3.2.1. Pembuatan larutan a. Larutan NaCl 0,0141 N
- Dikeringkan serbuk NaCl dalam oven pada temperatur 140oC - Didinginkan dalam desikator
- Ditimbang sebanyak 0,824 gr serbuk NaCl
- Dimasukkan kedalam labu takar dengan volume 1000 mL - Dilarutkan dengan aquadest hingga garis tanda
b. Larutan K2CrO4 5%
- Ditimbang sebanyak 5,0 gr K2CrO4
- Ditambahkan AgNO3 hingga terbentuk endapan merah kecoklatan - Didiamkan selama 12 jam
- Disaring
- Diencerkan filtratnya dengan aquadest hingga volume 100 mL
c. Larutan AgNO3 0,0141 N
- Ditimbang sebanyak 2,395 gr AgNO3
- Dilarutkan dengan aquadest hingga volume 1000 mL - Disimpan didalam botol yang berwarna gelap
3.2.2. Pembakuan larutan AgNO3 dengan NaCl 0,0141 N
- Dipipet Larutan NaCl 0,0141 N sebanyak 25 mL
- Dimasukkan kedalam Erlenmeyer 100 mL
- Dipipet sebanyak 25 mL air suling yang digunakan sebagai larutan blanko
- Ditambahkan larutan indikator K2CrO4 5% sebanyak 1 mL dan homogenkan
- Dititrasi dengan larutan AgNO3 hingga terjadi perubahan warna menjadi merah coklat
- Dicatat volume AgNO3 yang digunakan - Dihitung normalitas larutan baku AgNO3
N AgNO3 = V NaCl x N NaCl V AgNO3
Keterangan :
V AgNO3 = mL larutan AgNO3 yang digunakan N AgNO3 = Normalitas larutan AgNO3
V NaCl = mL larutan NaCl 0,0141 N
N NaCl = Normalitas larutan NaCl 0,0141 N
3.2.3. Prosedur Analisa
- Dipipet sampel sebanyak 100 mL
- Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 mL
- Ditambahkan larutan indikator K2CrO4 5% sebanyak 1 mL
- Dititrasi dengan larutan baku AgNO3 hingga titik akhir titrasi yang ditandai dengan terbentuknya endapan berwarna merah kecoklatan
- Dihitung volume AgNO3 yang digunakan
- Dilakukan pengerjaan untuk blanko
- Dilakukan prosedur yang sama sebanyak dua kali
Perhitungan Kadar Klorida :
Kadar Cl- (mg/L) : ( A – B ) x N x 35,45 x 1000 mL sampel
Dimana :
A = Volume larutan baku AgNO3 untuk titrasi sampel (mL) B = Volume larutan baku AgNO3 untuk titrasi blanko (mL) N = Normalitas larutan baku AgNO3 (mgrek/mL)
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Tabel 4.1.1. Data Analisa Kadar Klorida Pada Air Bersih No Sampel Kode Pengenceran Volume
Tabel 4.1.2. Data Analisa Kadar Klorida Pada Air Minum No Sampel Kode Pengenceran Volume
- Penentuan Normalitas AgNO3
N AgNO3 = V NaCl x N NaCl V AgNO3
= 25 x 0,0141 22,31
= 0,0158 N
A = Volume larutan baku AgNO3 untuk titrasi sampel (mL) B = Volume larutan baku AgNO3 untuk titrasi blanko (mL) N = Normalitas larutan baku AgNO3 (mgrek/mL)
4.2.1. Pada Air Bersih
4.2.2. Pada Air Minum Air Minum1 :
R 376 (1) = ( 5,30 – 0,1 ) x 0,0158 x 35,45 x 1000 = 29,12 mg/L
100
R 376 (2) = ( 5,25– 0,1 ) x 0,0158 x 35,45 x 1000 = 28,85 mg/L
100
∑ = 29,12 + 28,85 2
= 28,98 mg/L
Air Minum 2 :
R 377 (1) = ( 4,80 – 0,1 ) x 0,0158 x 35,45 x 1000 = 26,32 mg/L
100
R 377 (2) = ( 4,75 – 0,1 ) x 0,0158 x 35,45 x 1000 = 26,04 mg/L
100
∑ = 26,32 + 26,04
2
= 26,18 mg/L
4.3. Reaksi Percobaan
AgNO3 + NaCl AgCl + NaNO3
2AgNO3 + K2CrO4 Ag2CrO4 + 2 KNO3
4.4. Pembahasan
Dari hasil analisis yang telah dilakukan, diperoleh rata-rata kadar klorida untuk Air Bersih (R 257) = 18,90 mg/L , Air Bersih (R 258) = 21,70 mg/L, dan untuk Air Minum (R 376) = 28,98 mg/L, Air Minum (R 377) = 26,18 mg/L. Dan dari data yang diperoleh hasil analisis telah memenuhi Standar Nasional Indonesia yaitu untuk Air Bersih = 600 mg/L, dan untuk Air Minum = 250 mg/L.
Klorida dalam konsentrasi yang sesuai tidak akan berbahaya bagi manusia. Klorida dalam jumlah yang kecil dibutuhkan bagi tubuh sebagai desifektan. Namun, dalam jumlah yang besar ion Cl- dari Klorida dapat berikatan dengan ion Na+ yang dapat menyebabkan rasa asin berlebih dan dapat merusak pipa-pipa saluran air. Dengan demikian analisis kadar Klorida harus dilakukan untuk mengendalikan kualitas air agar tetap terjaga dengan baik dan harus memenuhi Standart Nasional Indonesia (SNI).
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
- Dari hasil analisis yang telah dilakukan, diperoleh rata – rata kadar klorida untuk Air Bersih (R 257) = 18,90 mg/L , Air Bersih (R 258) = 21,70 mg/L, dan untuk Air Minum (R 376) = 28,98 mg/L, Air Minum (R 377) = 26,18 mg/L.
- Dari hasil analisis yang telah dilakukan pada air minum dan air bersih diperoleh kadar klorida yang sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan oleh SNI yaitu 600 mg/L untuk air bersih dan 250 mg/L untuk air minum
5.2. Saran
- Diharapkan untuk menganalisa Air bersih dan Air minum menggunakan parameter yang yang lain, seperti analisis derajat Keasaman (pH), total padatan terlarut (TDS), temperature, kesadahan, turbidy, sulfat, alkalinity, color. Agar wawasan kita tidak terpaku pada kadar Klorida saja.
- Diharapkan kepada penulis lain untuk membahas analisa klorida pada air bersih dan air minum dengan menggunakan metode analisa lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad. R. 2004. Kimia Lingkungan. Cetakan Pertama. Jakarta: Penerbit Andi.
Chandra.B. 2005. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Darmono.2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran. Jakarta: Penerbit UI Press.
Effendi. H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius.
Gabriel. J. F. 2001. Fisika Lingkungan. Cetakan Pertama. Jakarta: Penerbit Hipokrates.
Mukono.H.J. 2005. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Airlangga University Press.
Otto. S. 1984. Pencemaran Air. Jakarta: Penerbit C.V. Rajawali.
Sutrisno, T. 1996. Teknologi Penyediaan Air bersih. Jakarta : Rinika cipta
Underwood.A.L. dan Day.R.A. 1994. Analisa Kimia Kuantitatif. Edisi ke-4. Jakarta:
Erlangga.
Vogel. A. I. 1985. Buku Teks Analisa Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro. Bagian 2. Edisi ke-5. Jakarta: Penerbit PT. Kalman Media Pustaka.
Wardhana. W. A. 1999. Dampak Pencemaran Lingkungan. Cetakan ke-2.Edisi ke-2.
Yogyakarta: Penerbit Andi.
Lampiran 1. Baku Mutu Air Bersih menurut PERMENKES No.416 tahun 1990
PARAMETER SATUAN NILAI MAKSIMUM
A. Fisika Bau
- Tidak berbau
Padatan terlarut mg/L 1500
Kekeruhan NTU 25
Kesadahan sebagai CaCO3 mg/L 500
Klorida (Cl) mg/L 600
Standart methods, 22th edition 2012, APHA- AWWA-WEF
Lampiran 2. Baku Mutu Air Minum PERMENKES RI No.492/MENKES/PER/IV/2010
PARAMETER SATUAN NILAI AMBANG BATAS
Parameter I
a). Mikrobiologi ***
escherichia coli
Coloni/ml Negatif
Total coliform Coloni/100ml Nihil
b). Kimia Anorganik
Padatan terlarut mg/L 500
Kekeruhan NTU 5
Parameter I adalah parameter-parameter yang berpengaruh langsung terhadap kesehatan manusia
Parameter II adalah parameter-parameter yang berpengaruh tidak langsung terhadap kesehatan manusia
* : standard methods, 21th edition 2005, APHA-AWWA-WEF
** : untuk logam dan sianida dilaporkan dalam total