• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1. PENDAHULUAN

1.4. Manfaat

- Sebagai informasi bagi masyarakat agar mengetahui air bersih dan air minum yang sudah dianalisa kadar klorida nya, mengetahui kualitas air bersih dan air minum yang dapat dikonsumsi dan digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.

- Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi penulis.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Air

Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang lain.

Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana, dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun generasi mendatang.

Saat ini, masalah utama yang sering dihadapi ialah kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang semakin meningkat dan juga kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin menurun. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan, kerusakan dan bahaya bagi semua makhluk hidup yang bergantung pada sumber daya air. Oleh karena itu, diperlukan pengolahan dan perlindungan sumber daya air secara seksama. (Sutrisno, 1996)

2.1.1. Karakteristik Air

Air menutupi sekitar 70% permukaan bumi dengan jumlah sekitar 1.368 juta km3 air yang terdapat dalam berbagai bentuk, misalnya uap air, es, cairan dan salju. Air tawar yang terdapat di sungai, danau, air tanah dan gunung es. Semua badan air didataran dihubungkan dengan laut dan atmosfer melalui siklus hidrologi yang berlangsung secara kontinu. (Effendi, 2003)

1. Karakteristik fisik air

Karakteristik fisik air meliputi : kekeruhan, suhu, warna, bau dan rasa.

a. Kekeruhan

Penyebab terjadinya kekeruhan dapat berupa bahan organik maupun anorganik, seperti lumpur dan limbah industri.

b. Suhu

Suhu air dapat mempengaruhi jumlah oksigen terlarut. Semakin tinggi suhu air, maka jumlah oksigen terlarut semakin rendah.

c. Warna

Warna air dapat dipengaruhi oleh adanya organisme, bahan berwarna yang tersuspensi dan adanya senyawa-senyawa organik.

d. Bau dan rasa

Bau dan rasa dapat disebabkan oleh adanya organisme dalam air, seperti alga, dan juga adanya gas H2S hasil peruraian senyawa organik yang berlangsung secara anaerobik.

2. Karakteristik kimia air

Karakteristik kimia air meliputi : pH, DO (dissolved oxygent), BOD (biological oxygent demand), kesadahan dan senyawa kimia beracun.

a. pH

pH air dapat mempengaruhi rasa dan sifat korosi. Beberapa senyawa beracun lebih toksik dalam bentuk molekul daripada dalam bentuk ion, dimana bentuk tersebut dipengaruhi oleh pH.

b. DO

DO menunjukkan jumlah oksigen yang terlarut dalam air. Oksigen terlarut berasal dari hasil fotosintesis, selain dari absorbsi atmosfer. Semakin tinggi jumlah oksigen terlarut, maka mutu air semakin baik.

c. BOD

BOD menunjukkan jumlah oksigen yang diperlukan oleh mikroorganisme untuk menguraikan bahan organik dalam air secara biologi. Semakin tinggi jumlah bahan organik, maka mutu air semakin rendah.

d. COD

COD menunjukkan jumlah oksigen yang diperlukan oleh mikroorganisme untuk menguraikan bahan organik dalam air secara kimia. Semakin tinggi jumlah bahan organik, maka mutu air semakin rendah.

e. Kesadahan

Kesadahan air mempengaruhi efisiensi pemakaian sabun. Kesadahan air disebabkan oleh adanya garam-garam kalsium dan magnesium yang terdapat dalam air. Adanya senyawa arsen meskipun dalam jumlah yang kecil dapat merupakan racun bagi manusia.

2.1.2. Penggolongan Air

Peraturan Pemerintah No.20 tahun 1990 mengelompokkan kualitas air menjadi beberapa golongan menurut peruntukannya.

Adapun penggolongan air menurut peruntukkannya adalah sebagai berikut :

1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu. Contoh : mata air.

2. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku untuk diolah sebagai air minum dan keperluan rumah tangga. Contoh : air sungai.

3. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan.

Contoh : air tanah.

4. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha diperkotaan, industri, dan listrik tenaga air. Contoh : Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). (Effendi, 2003).

2.1.3. Pencemaran Air

Menurut Peraturan Pemerintah RI No.20 tahun 1990 yaitu Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain kedalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air turun sampai ketingkat tertentu yang akan membahayakan dan mengakibatkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya.

(Mukono, 2005).

Menurut Wardhana (1995), indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar, adalah adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati melalui :

1. Adanya perubahan suhu air.

2. Adanya perubahan pH atau konsentrasi hidrogen.

3. Adanya perubahan warna, bau, dan rasa air.

4. Timbulnya endapan, koloidal, dan bahan terlarut.

5. Adanya mikroorganisme.

6. Meningkatnya radioaktivitas air terhadap lingkungan.

Pencemaran air merupakan suatu masalah regional ataupun masalah lingkungan global dan sangat berhubungan dengan pencemaran udara serta penggunaan lahan tanah atau daratan. Pada saat udara yang tercemar jatuh ke bumi bersama air hujan, maka air tersebut sudah tercemar.

Beberapa jenis bahan kimia yang digunakan sebagai pupuk dan pestisida pada lahan pertanian juga akan terbawa air kedaerah sekitarnya, sehingga akan mencemari air pada permukaan lokasi yang bersangkutan. Pengolahan tanah yang kurang baik dapat

menyebabkan erosi, sehingga air permukaan akan tercemar dengan tanah endapan. Banyak sekali penyebab terjadinya pencemaran air yang akhirnya akan bermuara ke lautan, sehingga menyebabkan pencemaran pantai dan laut sekitarnya. (Darmono, 2001)

2.1.4. Penanggulangan Terhadap Pencemaran Air

Pencemaran dapat menimbulkan dampak yang sangat luas dan merugikan terhadap lingkungan, sehingga perlu dilakukan usaha untuk menanggulanginya. Ada dua macam cara untuk menanggulangi pencemaran tersebut, yaitu :

1. Penanggulangan secara non teknis

Yaitu suatu usaha untuk menanggulangi dan mengurangi pencemaran dengan cara menciptakan peraturan perundangan yang dapat merencanakan dan mengatur segala macam kegiatan industri yang meliputi :

 Penyajian informasi lingkungan (PIL)

 Analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL)

 Perencanaan kawasan kegiatan industry dan Teknologi

 Pengaturan dan pengawasan kegiatan

 Menanamkan perilaku disiplin

2. Penanggulangan secara teknis

Yaitu suatu usaha untuk menanggulangi pencemaran dengan cara teknis, dimana dilakukan dengan cara yang meliputi :

 Mengubah proses pengolahan

 Mengolah limbah

 Menambah alat bantu. (Wardhana, 1995)

2.1.5. Dampak dari Pencemaran Air

Menurut Gabriel (2001) akibat yang ditimbulkan oleh pencemaran air adalah : a. Terganggunya kehidupan organisme air.

b. Pendangkalan dasar perairan.

c. Punahnya biota air, seperti ikan.

d. Menjalarnya wabah penyakit, seperti muntaber.

e. Banjir akibat tersumbatnya saluran air.

Maka air yang sudah tercemar dapat mengakibatkan kerugian yang besar bagi manusia.

Berdasarkan garis besarnya pencemaran air dapat mengakibatkan dua hal yaitu : 1. Air menjadi tidak bermanfaat lagi

Air yang sudah tercemar tidak dapat dimanfaatkan lagi untuk berbagai keperluan, seperti keperluan rumah tangga, keperluan industri, dan untuk keperluan pertanian. Hal ini dikarenakan air tersebut sudah tidak memenuhi persyaratan untuk digunakan lagi, sehingga akan menimbulkan dampak sosial bagi masyarakat.

2. Air menjadi penyebab penyakit

Air lingkungan yang kotor karena tercemar oleh berbagai macam komponen dapat menimbulkan kerugian yang lebih jauh lagi yaitu kematian. Kematian ini dapat terjadi akibat pencemaran yang terlalu parah. Sehingga air menjadi penyebab berbagai macam penyakit.

(Wardhana, 1995)

2.2. Air Tanah

Air tanah merupakan sebagian air hujan yang mencapai permukaan bumi dan terserap kedalam lapisan tanah dan menjadi air tanah. Sebelum mencapai lapisan tempat air tanah, air hujan akan menembus beberapa lapisan tanah dan menyebabkan terjadinya kesadahan pada

air. Secara umum air tanah disebut juga air sumur yang merupakan sumber utama persediaan air bersih bagi penduduk yang tinggal didaerah pedesaan maupun diperkotaan Indonesia.

Secara teknis sumur dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu : 1. Sumur dangkal (shallow well)

Sumur semacam ini memiliki sumber air yang berasal dari resapan air hujan diatas permukaan bumi terutama didaerah dataran rendah. Jenis sumur ini banyak terdapat di Indonesia dan mudah sekali terkontaminasi oleh air kotor yang berasal dari kegiatan mandi-cuci-kakus (MCK). Sehingga persyaratan sanitasi yang ada perlu diperhatikan.

2. Sumur dalam (deep well)

Sumur ini memiliki sumber air yang berasal dari proses purifikasi alami air hujan oleh lapisan kulit bumi yang menjadi air tanah. Sumber airnya tidak terkontaminasi dan memenuhi persyaratan sanitasi. (Chandra, 2005)

Kadar air tanah bervariasi antara batas-batas yang luas. Dimana kadar air tanah dapat dikurangi setelah dilakukan pengeringan buatan sampai dengan pada air yang dihidrasi secara terpadu. Dipihak lain, suatu tanah lapang dapat dipadati oleh air dengan semua rongga yang tidak ditempati oleh benda padat, sehingga akan diisi oleh air.

Dalam hal ini pori-pori tanah dapat diisi oleh air sampai pada bermacam-macam tingkatan, dengan memberikan kebebasan pada air untuk bergerak. Pergerakan air diatur oleh ukuran dan susunan pori-pori tanah. Ruang pori-pori didalam tanah merupakan saluran yang tidak terputus tetapi tidak teratur, dengan ukuran saluran yang bervariasi, dari ukuran yang tidak terhingga kecilnya sampai pada yang memiliki diameter besar. (Otto,1984)

2.2.1. Air Bersih

Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya telah memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum setelah dimasak terlebih dahulu.

Permenkes No.416/Menkes/PER/IX/1990, Persyaratan kualitas air bersih adalah :

1. Persyaratan fisik : memiliki warna jernih, tidak berbau, tidak berasa, dan suhu berkisar 250C ± 30C.

2. Persyaratan kimia : tidak mengandung bahan kimia dalam jumlah yang melampaui batas, seperti klorida (Cl) yaitu 600 mg/L.

3. Persyaratan bakteriologis : tidak mengandung kuman patogen dan parasitik yang dapat mengganggu kesehatan, seperti E.coli.

4. Persyaratan radiologis : tidak mengandung zat yang dapat menghasilkan bahan yang mengandung radioaktif, seperti sinar alfa, beta dan gamma.

2.2.2. Air Minum

Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang telah memenuhi syarat kesehatan dan yang dapat langsung diminum.

Permenkes No.492/Menkes/PER/IV/2010, Persyaratan kualitas air minum adalah :

1. Persyaratan fisik : memiliki warna jernih, tidak berbau, tidak berasa, dan suhu berkisar 250C ± 30C.

2. Persyaratan kimia : tidak mengandung bahan kimia dalam jumlah yang melampaui batas, seperti klorida (Cl) yaitu 250 mg/L.

3. Persyaratan bakteriologis : tidak mengandung kuman patogen dan parasitik yang dapat mengganggu kesehatan, seperti E.coli.

4. Persyaratan radiologis : tidak mengandung zat yang dapat menghasilkan bahan yang mengandung radioaktif, seperti sinar alfa, beta dan gamma.

2.3. Klorida

Klorida (Cl-) adalah salah satu senyawa umum yang terdapat pada perairan alam.

Senyawa-senyawa klorida tersebut mengalami proses disosiasi dalam air membentuk ion. Ion klorida pada dasarnya mempunyai pengaruh kecil terhadap sifat kimia dan biologi perairan.

Kation dari garam-garam klorida dalam air terdapat dalam keadaan mudah larut. Ion klorida secara umum tidak membentuk senyawa kompleks yang kuat dengan ion-ion logam. Ion ini juga tidak dapat dioksidasi dalam keadaan normal dan tidak bersifat toksik. Tetapi kelebihan garam klorida dapat menyebabkan penurunan kualitas air. Oleh karena itu, sangat penting dilakukan analisa terhadap klorida. Karena kelebihan klorida dalam air dapat menyebabkan terbentuknya noda bewarna putih dipinggiran badan air. (Achmad, 2004)

Garam klorida banyak terdapat dialam. Salah satu yang terbesar adalah NaCl yang berasal dari air laut. Selain itu garam klorida lainnya, seperti Merkurium(I) klorida (HgCl2), Perak klorida (AgCl), Timbel klorida (PbCl2), yang merupakan senyawa yang sangat sedikit larut dalam air dingin tetapi mudah larut dalam air mendidih. Sedangkan Tembaga(I) klorida (CuCl), Bismuth oksiklorida (BiOCl), Stibium oksiklorida (SbOCl), dan Merkurium(II) oksiklorida (Hg2OCl2), tidak dapat larut dalam air.

2.3.1. Uji Kualitatif Klorida

Uji kualitatif klorida dapat dilakukan dengan menggunakan : 1. Asam Sulfat Pekat

Klorida terurai banyak dalam keadaan dingin, dimana penguraiannya akan sempurna pada pemanasan yang disertai dengan pelepasan hidrogen klorida.

Cl- + H2SO4 HCl + HSO4-

Produk ini dapat dikenali (a) dari baunya yang merangsang dan dihasilkannya asap putih, yang terdiri dari butiran halus asam klorida, ketika kita meniup melintasi mulut tabung, (b) dari pembentukan kabut putih ammonium klorida, bila sebatang kaca yang dibasahi dengan larutan amoniak dan dipegang dekat mulut bejana, dan (c) dari sifatnya yang mengubah kertas lakmus biru menjadi merah.

2. Mangan Dioksida dan Asam Sulfat Pekat

Jika klorida padat dicampurkan dengan mangan dioksida, lalu ditambahkan asam sulfat pekat dan campuran dipanaskan perlahan-lahan, klor akan dilepaskan, yang dapat diidentifikasi dari baunya yang menyesakkan nafas, dan warnanya yang hijau kekuningan, sifatnya yang memutihkan kertas lakmus basah, dan mengubah kertas kalium iodide-kanji menjadi biru. Hidrogen klorida yang mula-mula terbentuk, dioksidasikan menjadi klor.

MnO2 + 2H2SO4 + 2Cl- Mn2+ + Cl + 2SO42- + 2H2O

3. Dengan Larutan Perak Nitrat

Endapan perak klorida yang seperti dadih dan putih. Ia tidak larut dalam air dan dalam asam nitrat encer, tetapi larut dalam larutan amoniak encer dan dalam larutan-larutan kalium sianida dan tiosulfat.

Cl- + Ag+ AgCl

AgCl + 2NH3 [ Ag (NH3)2 ]+ + Cl -[ Ag (NH3)2 ]+ + Cl- + 2H+ AgC + 2NH4+

Jika endapan perak klorida ini disaring dan dicuci dengan air suling, lalu dikocok dengan larutan natrium arsenit, maka endapan diubah menjadi perak arsenit yang berwarna kuning.

Hal inilah yang akan membedakannya dengan perak bromida dan perak iodida yang tidak dipengaruhi oleh pengolahan ini. Reaksi ini boleh dipakai sebagai uji pemastian terhadap klorida.

3 AgCl + AsO33- Ag3AsO3 + 3 Cl-

4. Dengan Larutan Timbel Asetat

Endapan putih timbal klorida, PbCl2 dari larutan yang pekat

2 Cl- + Pb2+ PbCl2 (Vogel, 1985)

2.3.2. Uji Kuantitatif Klorida 2.3.2.1. Titrasi Argentometri

Dasar titrasi argentometri adalah reaksi pengendapan (presipitasi), dimana zat yang hendak ditentukan kadarnya diendapkan oleh larutan baku AgNO3. Zat tersebut misalnya garam-garam halogenida ( Cl, Br, I ), sianida ( CN ), tiosianida ( SCN) dan fosfat.

(Underwood, 1994)

2.3.2.2. Jenis-Jenis Titrasi Argentometri 1. Metide Mohr

Seperti halnya suatu sistem asam-basa dapat digunakan sebagai suatu indikator untuk titrasi asam-basa, maka pembentukan endapan yang lain dapat digunakan untuk menunjukkan kesempurnaan suatu titrasi pengendapan.

Contoh untuk keadaan demikian disebut dengan titrasi Mohr dari klorida dengan ion perak yang dalam hal ini ion khromat digunakan sebagai indikator. Penampilan utama yang tetap dari endapan perak khromat yang kemerah-merahan dianggap sebagai titik akhir titrasi.

Titrasi Mohr terbatas pada larutan-larutan dengan harga pH dari kira-kira 6-10.

Cara Mohr dapat juga digunakan untuk titrasi ion bromida dengan perak dan juga ion sianida dalam larutan sedikit alkalis. Perak tidak dapat dititrasi secara langsung dengan klorida yang menggunakan indikator khromat. Endapan perak khromat yang semula ada, larut kembali hanya dengan perlahan-lahan dekat dengan titik ekuivalen. Tetapi larutan klorida standart dalam jumlah berlebih dapat ditambahkan dan kemudian dititrasi kembali dengan menggunakan indikator khromat. (Underwood, 1994)

2. Metode Volhard

Cara Volhard ini didasarkan pada pengendapan perak tiosianat dalam larutan asam nitrat, dengan menggunakan ion besi (III) untuk meneliti ion tiosianat berlebih. Cara ini dapat dipergunakan untuk cara titrasi langsung dari perak larutan tiosianat standart atau untuk titrasi tak langsung dari ion klorida.

Pada keadaan terakhir ini perak nitrat berlebih ditambahkan dan kelebihannya dititrasi dengan tiosianat standart. Anion-anion yang lain seperti bromida dan iodida dapat ditentukan dengan prosedur yang sama. Cara Volhard secara luas dipergunakan untuk perak dan klorida, karena kenyataannya bahwa titrasi dapat dilakukan dalam larutan asam. (Underwood, 1994)

3. Metode Fajans

Apabila suatu senyawa organik berwarna diserap pada permukaan suatu endapan, perubahan struktur organik mungkin terjadi dan warnanya sebagian besar kemungkinan telah berubah dan mungkin telah menjadi lebih jelas.

Peristiwa ini dapat dipakai untuk mengetahui titik akhir dari titrasi pengendapan garam-garam perak. Senyawa organik yang digunakan disebut indikator adsorpsi. Fluoresein dan beberapa fluoresein yang disubstitusi dapat bekerja sebagai indikator untuk titrasi perak. Jika perak nitrat ditambahkan pada suatu larutan natrium klorida, maka partikel perak klorida yang terbagi halus itu cenderung menyerap beberapa ion klorida berlebih dalam larutan.

(Underwood, 2004)

BAB 3

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat

Nama Alat Ukuran Merk

Buret 50 mL Duran

Erlenmeyer 250 mL Pyrex

Labu ukur 100 mL Pyrex

Beaker glass 250 mL Pyrex

Pipet volume 100 mL Duran

Neraca analitik digital O’hauss

Botol aquadest Spatula

Gelas arloji Desikator Statif and klem Pipet tetes

3.1.2. Bahan - Aquadest

- AgNO3 0,0141 N - K2CrO4 5%

- Larutan NaCl 0,0141 N - Kertas saring

- Air sumur - Air minum

3.2. Prosedur kerja

3.2.1. Pembuatan larutan a. Larutan NaCl 0,0141 N

- Dikeringkan serbuk NaCl dalam oven pada temperatur 140oC - Didinginkan dalam desikator

- Ditimbang sebanyak 0,824 gr serbuk NaCl

- Dimasukkan kedalam labu takar dengan volume 1000 mL - Dilarutkan dengan aquadest hingga garis tanda

b. Larutan K2CrO4 5%

- Ditimbang sebanyak 5,0 gr K2CrO4

- Ditambahkan AgNO3 hingga terbentuk endapan merah kecoklatan - Didiamkan selama 12 jam

- Disaring

- Diencerkan filtratnya dengan aquadest hingga volume 100 mL

c. Larutan AgNO3 0,0141 N

- Ditimbang sebanyak 2,395 gr AgNO3

- Dilarutkan dengan aquadest hingga volume 1000 mL - Disimpan didalam botol yang berwarna gelap

3.2.2. Pembakuan larutan AgNO3 dengan NaCl 0,0141 N

- Dipipet Larutan NaCl 0,0141 N sebanyak 25 mL

- Dimasukkan kedalam Erlenmeyer 100 mL

- Dipipet sebanyak 25 mL air suling yang digunakan sebagai larutan blanko

- Ditambahkan larutan indikator K2CrO4 5% sebanyak 1 mL dan homogenkan

- Dititrasi dengan larutan AgNO3 hingga terjadi perubahan warna menjadi merah coklat

- Dicatat volume AgNO3 yang digunakan - Dihitung normalitas larutan baku AgNO3

N AgNO3 = V NaCl x N NaCl V AgNO3

Keterangan :

V AgNO3 = mL larutan AgNO3 yang digunakan N AgNO3 = Normalitas larutan AgNO3

V NaCl = mL larutan NaCl 0,0141 N

N NaCl = Normalitas larutan NaCl 0,0141 N

3.2.3. Prosedur Analisa

- Dipipet sampel sebanyak 100 mL

- Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 mL

- Ditambahkan larutan indikator K2CrO4 5% sebanyak 1 mL

- Dititrasi dengan larutan baku AgNO3 hingga titik akhir titrasi yang ditandai dengan terbentuknya endapan berwarna merah kecoklatan

- Dihitung volume AgNO3 yang digunakan

- Dilakukan pengerjaan untuk blanko

- Dilakukan prosedur yang sama sebanyak dua kali

Perhitungan Kadar Klorida :

Kadar Cl- (mg/L) : ( A – B ) x N x 35,45 x 1000 mL sampel

Dimana :

A = Volume larutan baku AgNO3 untuk titrasi sampel (mL) B = Volume larutan baku AgNO3 untuk titrasi blanko (mL) N = Normalitas larutan baku AgNO3 (mgrek/mL)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Tabel 4.1.1. Data Analisa Kadar Klorida Pada Air Bersih No Sampel Kode Pengenceran Volume

Tabel 4.1.2. Data Analisa Kadar Klorida Pada Air Minum No Sampel Kode Pengenceran Volume

- Penentuan Normalitas AgNO3

N AgNO3 = V NaCl x N NaCl V AgNO3

= 25 x 0,0141 22,31

= 0,0158 N

A = Volume larutan baku AgNO3 untuk titrasi sampel (mL) B = Volume larutan baku AgNO3 untuk titrasi blanko (mL) N = Normalitas larutan baku AgNO3 (mgrek/mL)

4.2.1. Pada Air Bersih

4.2.2. Pada Air Minum Air Minum1 :

R 376 (1) = ( 5,30 – 0,1 ) x 0,0158 x 35,45 x 1000 = 29,12 mg/L

100

R 376 (2) = ( 5,25– 0,1 ) x 0,0158 x 35,45 x 1000 = 28,85 mg/L

100

= 29,12 + 28,85 2

= 28,98 mg/L

Air Minum 2 :

R 377 (1) = ( 4,80 – 0,1 ) x 0,0158 x 35,45 x 1000 = 26,32 mg/L

100

R 377 (2) = ( 4,75 – 0,1 ) x 0,0158 x 35,45 x 1000 = 26,04 mg/L

100

= 26,32 + 26,04

2

= 26,18 mg/L

4.3. Reaksi Percobaan

AgNO3 + NaCl AgCl + NaNO3

2AgNO3 + K2CrO4 Ag2CrO4 + 2 KNO3

4.4. Pembahasan

Dari hasil analisis yang telah dilakukan, diperoleh rata-rata kadar klorida untuk Air Bersih (R 257) = 18,90 mg/L , Air Bersih (R 258) = 21,70 mg/L, dan untuk Air Minum (R 376) = 28,98 mg/L, Air Minum (R 377) = 26,18 mg/L. Dan dari data yang diperoleh hasil analisis telah memenuhi Standar Nasional Indonesia yaitu untuk Air Bersih = 600 mg/L, dan untuk Air Minum = 250 mg/L.

Klorida dalam konsentrasi yang sesuai tidak akan berbahaya bagi manusia. Klorida dalam jumlah yang kecil dibutuhkan bagi tubuh sebagai desifektan. Namun, dalam jumlah yang besar ion Cl- dari Klorida dapat berikatan dengan ion Na+ yang dapat menyebabkan rasa asin berlebih dan dapat merusak pipa-pipa saluran air. Dengan demikian analisis kadar Klorida harus dilakukan untuk mengendalikan kualitas air agar tetap terjaga dengan baik dan harus memenuhi Standart Nasional Indonesia (SNI).

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

- Dari hasil analisis yang telah dilakukan, diperoleh rata – rata kadar klorida untuk Air Bersih (R 257) = 18,90 mg/L , Air Bersih (R 258) = 21,70 mg/L, dan untuk Air Minum (R 376) = 28,98 mg/L, Air Minum (R 377) = 26,18 mg/L.

- Dari hasil analisis yang telah dilakukan pada air minum dan air bersih diperoleh kadar klorida yang sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan oleh SNI yaitu 600 mg/L untuk air bersih dan 250 mg/L untuk air minum

5.2. Saran

- Diharapkan untuk menganalisa Air bersih dan Air minum menggunakan parameter yang yang lain, seperti analisis derajat Keasaman (pH), total padatan terlarut (TDS), temperature, kesadahan, turbidy, sulfat, alkalinity, color. Agar wawasan kita tidak terpaku pada kadar Klorida saja.

- Diharapkan kepada penulis lain untuk membahas analisa klorida pada air bersih dan air minum dengan menggunakan metode analisa lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad. R. 2004. Kimia Lingkungan. Cetakan Pertama. Jakarta: Penerbit Andi.

Chandra.B. 2005. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Darmono.2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran. Jakarta: Penerbit UI Press.

Effendi. H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius.

Gabriel. J. F. 2001. Fisika Lingkungan. Cetakan Pertama. Jakarta: Penerbit Hipokrates.

Mukono.H.J. 2005. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Airlangga University Press.

Otto. S. 1984. Pencemaran Air. Jakarta: Penerbit C.V. Rajawali.

Sutrisno, T. 1996. Teknologi Penyediaan Air bersih. Jakarta : Rinika cipta

Underwood.A.L. dan Day.R.A. 1994. Analisa Kimia Kuantitatif. Edisi ke-4. Jakarta:

Erlangga.

Vogel. A. I. 1985. Buku Teks Analisa Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro. Bagian 2. Edisi ke-5. Jakarta: Penerbit PT. Kalman Media Pustaka.

Wardhana. W. A. 1999. Dampak Pencemaran Lingkungan. Cetakan ke-2.Edisi ke-2.

Yogyakarta: Penerbit Andi.

Lampiran 1. Baku Mutu Air Bersih menurut PERMENKES No.416 tahun 1990

PARAMETER SATUAN NILAI MAKSIMUM

A. Fisika Bau

- Tidak berbau

Padatan terlarut mg/L 1500

Kekeruhan NTU 25

Kesadahan sebagai CaCO3 mg/L 500

Klorida (Cl) mg/L 600

Standart methods, 22th edition 2012, APHA- AWWA-WEF

Lampiran 2. Baku Mutu Air Minum PERMENKES RI No.492/MENKES/PER/IV/2010

PARAMETER SATUAN NILAI AMBANG BATAS

Parameter I

a). Mikrobiologi ***

a). Mikrobiologi ***

Dokumen terkait