• Tidak ada hasil yang ditemukan

DENGAN RAISA

Dalam dokumen A Magazine.compressed (Halaman 38-40)

apartemen tempat tinggal perempuan kelahiran 1990 itu.

Saat saya tiba, Raisa masih menjalani sesi wawancara dengan media lain. Sebagai seorang penyanyi yang namanya tengah melambung, permintaan wawancara pasti dating dari berbagai media, termasuk dari 600.

Sempat menunggu sekitar 15 menit, Raisa menghampiri saya. “Maaf ya sudah menunggu,” tuturnya dengan sangat sopan sambil tersenyum. Sore itu, Raisa tampil santai dengan blouse berwarna hitam dipadu dengan celana jeans biru.

“Tidak apa-apa Mbak, terima kasih sudah menyediakan waktu,” jawab saya.

Sepanjang wawancara, saya merasa tidak seperti mewawancarai bintang terkenal, namun lebih sebagai seorang sahabat Raisa yang sudah biasa mengobrol dengannya. Celotehan-

celotehan lucu dan pertanyaan lugu sering terlontar dari perempuan yang juga menjadi ikon sebuah produk shampoo ini.

Berikut petikan obrolan saya dengan Raisa.

Awal mulanya bagaimana sehingga sekarang bias berada di dunia tarik suara?

Jadi, memang dari dulu tuh aku udah suka nyanyi. Ibu aku bilang, dari umur 3 tahun aku sudah mulai nyanyi seperti penyanyi profesional, maklum masih anak-anak khayalannya sudah berlebihan hehe…. Ketika kelas 3 SD, ada ekstrakurikuler wajib yang harus diikuti seluruh siswa, dan aku pilih paduan suara. Di situ, guru paduan suara bilang suaraaku bagus, dan aku dikasih porsi untuk solo. Dari sana, aku belajar menyanyi private sama beliau untuk lebih mengasah kemampuan vokal.

Berawal dari paduan suara, sekarang Raisa sudah punya dua album yang sukses di pasar. Bagaimana

perasaan Raisa setelah kesuksesan itu?

Alhamdulillah sekali kedua album itu sukses. Aku tidak melihat dari berapa pendapatan, berapa hasil dari manggung, berapa materi yang didapat. Yang bikin perasaan ini luar biasa adalah penghargaan dari para penggemar. Melihat lagu dinyanyiin sama penonton saat aku di atas panggung itu luar biasa sekali rasanya.

Terakhir Raisa mengisi acara di Java Jazz Festival 2014 ya? Bagaimana perasaannya bias ada di panggung sebesar itu?

Kemarin saat di Java Jazz Festival rasanya sangat luar biasa. Itu kali keempat aku manggung di Java Jazz, dan yang terbesar. Tahun ini yang tergila, aku dapat dua panggung dijadikan satu dan mulai nyanyi jam 11.30 malam. Sempat berpikir, malam gini nyanyi apa banyak orang datang? Akhirnya aku jalanin aja, ternyata yang nonton banyak sekali dan semua berjalan lancar. Yang paling luar biasa, ketika aku sudah selesai dan mau

LEBIH DEKAT

LEBIH DEKAT

DENGAN RAISA

DENGAN RAISA

Penyanyi anggun ini bercerita mengenai pengalaman di bandara, perlunya boneka saat terbang, besarnya tekanan tampil di Java Jazz Festival, dan kepuasannya dapat menghibur penggemar.

Naskah: Adam K. Rumanda & Raydion Subiantoro Foto: Belia Hapsarini

38

FA_Maj. AP2_(hal isi).indd 38

keluar dari panggung, penonton teriak we want more, we want more… Belum pernah merasa seperti itu sebelumnya. Itu tuh salah satu yang paling wahhhh.

Penggemar Raisa sepertinya semakin banyak ya? Apa tidak mengganggu kehidupan pribadi apalagi sekarang kan sudah ada sosial media jadi penggemar lebih mudah untuk berkomunikasi?

Sebetulnya kalau terganggu sih tidak, hanya lebih terbebani dengan segala hal yang ada di posting. Sekarang kalau saya lebih kaku kalau lihat Twitter karena harus hati-hati. Rasanya mau upload semua foto, tapi sekarang harus berpikir 10.000 kali sebelum melakukan itu.

Mungkin banyak yang mau dapat komentar dari Raisa di akun sosial media mereka?

Ya… ada aja, caper-caper itu atau apalah, hahahaha..

Kalau untuk mengisi waktu luang biasanya apa yang dilakukan Raisa?

Biasanya di rumah, masak, ngobrol sama orang rumah, pergi sama teman, nonton. Aku dan keluarga juga suka travelling, kadang mengunjungi keluarga yang ada di Belanda. Aku dan keluarga lebih sering ke Surabaya, sampai-sampai hapal nama petugas di bandara hahahaha

Kalau ke daerah Sumatra pernah?

Besok saya ke Medan, untuk yang kelima kalinya.

Berarti pernah dong ke Bandara Internasional Kualanamu? Apa kesan-kesannya saat ada di sana?

Bandara Internasional Kualanamu itu besar tapi masih kosong. Saat pertama mendarat di sana, awalnya mau ke hotel naik kereta dari bandara, tapi akhirnya batal karena cuma beberapa menit sudah sampai hotel.

Kalau Bandara Internasional Soekarno-Hatta menurut Raisa bagaimana?

Bandara Internasional Soekarno-Hatta menurut saya bagus kalau dilihat dari sisi desain arsitektur, sangat melambangkan Indonesia. Desainnya melambangkan bangsa kita, jadi kalau WNA mendarat di Bandara Internasional Soekarno-Hatta mereka bias langsung paham sedikit kultur kita. Hanya saja, untuk terminalnya pasti sangat kurang kapasitasnya. Selain itu, runway juga kurang, ngantrinya Masya Allah..

Apa Raisa punya saran atau harapan supaya Bandara Internasional Soekarno-Hatta bias lebih baik ke depannya?

Harapannya semoga tambah terminal lagi atau mungkin memaksimalkan Terminal 3, dan runway juga ditambah supaya pesawat tidak ngantri terus kalau mau take off. Terminal yang ada sekarang sebaiknya dimaksimalkan karena berkaca dari banyak bandara-

bandara lain semisal Changi, yang mampu menyediakan berbagai fasilitas. Kalau saya ke Changi merasa tidak apa-apa menunggu lama sebelum terbang karena banyak yang bias dilakukan, aku tidak merasakan itu di Bandara Internasional Soekarno- Hatta.

Apa Raisa punya sedikit tips untuk para traveler yang ingin bepergian jauh?

Kalau bias pilih i rst fl ight, untuk menyiasati tidak kena macet di perjalanan menuju bandara. Selain itu, kalau i rst fl ight kemungkinan delay juga lebih kecil dibandingkan dengan penerbangan di jam lainnya. Lalu kalau untuk kenyamanan selama penerbangan, jangan lupa bawa bantal. Saya biasanya bawa bantal besar yang biasa untuk tidur hahahaa.. Atau, saya bawa boneka yang besar. Saya punya boneka lumba-lumba yang bentuknya agak melengkung jadi dipeluk enak sekali. Boneka itu belinya di bandara juga.

39

FA_Maj. AP2_(hal isi).indd 39

Dalam dokumen A Magazine.compressed (Halaman 38-40)

Dokumen terkait