BAB V PEMBAHASAN
B. Densitas Jaringan
186
lain, maupun dalam keterlibatan secara keseluruhan dalam komunikasi matematika tersebut. Hal ini sesuai dengan tujuan pembelajaran kooperatif, di mana Jigsaw adalah salah satu di antara tipe-tipenya. Tujuan pembelajaran kooperatif yang dimaksud adalah pengembangan sikap kooperatif dan keterampilan sosial lainnya. Salah satu keterampilan sosial peserta didik yang dikembangkan dalam pembelajaran kooperatif adalah keterampilan dalam berkomunikasi, termasuk komunikasi matematika.
Selain dari segi tujuannya, dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, setiap peserta didik diberi kewajiban untuk menyampaikan hasil diskusi di kelompok ahlinya masing-masing kepada teman-teman di kelompok asalnya dan tidak hanya memahami topiknya sendiri saja, melainkan semua topik yang dibahas dalam pembelajaran Jigsaw, mulai dari awal hingga akhir. Karena adanya kewajiban ini, peserta didik berusaha untuk aktif dalam komunikasi matematika, baik
menyampaikan ide-ide matematika, mendengarkan,
memperhatikan, dan menerima penyampaian ide-ide matematika dari peserta didik lain, dan terlibat dalam komunikasi matematika secara menyeluruh, saat diskusi di kelompok ahli, di kelompok asal, dan di luar diskusi kelompok agar dapat benar-benar memahami topik yang dibahas di kelompok ahlinya, dapat menyampaikannya saat di kelompok asalnya, dan memahami semua topik yang dibahas dalam pembelajaran tersebut.
B. Densitas Jaringan
1. Densitas Jaringan Komunikasi Matematika Peserta Didik dalam Diskusi Kelompok Ahli
Berdasarkan hasil analisis data di bagian sebelumnya, diperoleh simpulan bahwa intensitas komunikasi matematika antar peserta didik selama berlangsungnya diskusi di kelompok ahli adalah sebesar 36% dari intensitas komunikasi matematika yang seharusnya dapat dimaksimalkan. Selain itu, diperoleh juga bahwa potensi komunikasi matematika peserta didik yang mampu dimunculkan selama diskusi di kelompok ahli berlangsung adalah sebesar 36% dari total potensi yang bisa dimaksimalkan.
187
Kurangnya intensitas dan potensi komunikasi matematika peserta didik yang dapat dimaksimalkan saat diskusi di kelompok ahli dalam pembelajaran Jigsaw dapat disebabkan karena kurang maksimalnya peran guru dan peran peserta didik dalam pembelajaran tersebut, khususnya saat diskusi di kelompok ahli. Peran guru dalam pembelajaran di antaranya adalah : 1) sebagai fasilitator; 2) sebagai motivator; 3) sebagai pemacu; 4) sebagai perekayasa pembelajaran; dan 5) sebagai inspirator pembelajaran. Sedangkan peserta didik adalah sebagai pemeran utama dalam pembelajaran. Artinya peserta didik harus aktif terlibat dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran, kedua komponen tersebut harus dapat menjalankan perannya masing-masing mulai dari awal hingga akhir pembelajaran, termasuk dalam pembelajaran Jigsaw. Dalam diskusi di kelompok ahli, guru harus memberikan stimulus, motivasi, dan dorongan agar peserta didik lebih aktif dalam diskusi.
Dalam diskusi kelompok ahli, ada kemungkinan guru hanya mengandalkan lembar kerja yang diberikan sebagai pemandu peserta didik dalam diskusi, sedangkan perannya sebagai fasilitator dan motivator serta pendorong dalam terjalinnya komunikasi matematika yang aktif masih kurang dijalankan dengan baik. Dengan kurangnya arahan dan dorongan langsung dari guru secara kontinu, maka peserta didik pun hanya beberapa yang secara mandiri berusaha aktif dalam komunikasi matematika selama berlangsungnya diskusi di kelompok ahli, sehingga dapat lebih memaksimalkan potensi komunikasi matematikanya. Sedangkan peserta didik yang lain kurang terdorong untuk lebih aktif dalam komunikasi matematika tersebut, sehingga kurang mampu memaksimalkan potensi komunikasi matematika yang dimilikinya. Pada akhirnya hal ini berimplikasi pada rendahnya intensitas komunikasi matematika peserta didik selama diskusi kelompok ahli berlangsung.
2. Densitas Jaringan Komunikasi Matematika Peserta Didik dalam Diskusi Kelompok Asal
Berdasarkan hasil analisis datanya, diperoleh simpulan bahwa intensitas komunikasi matematika antar peserta didik selama berlangsungnya diskusi di kelompok asal adalah sebesar
188
42% dari intensitas komunikasi matematika yang seharusnya dapat dimaksimalkan. Selain itu, diperoleh juga bahwa potensi komunikasi matematika peserta didik yang mampu dimunculkan selama diskusi di kelompok asal berlangsung adalah sebesar 42% dari total potensi yang bisa dimaksimalkan. Sehingga dapat dapat dikatakan bahwa intensitas komunikasi matematika antar peserta didik dan potensi komunikasi matematika peserta didik yang dapat dikeluarkan selama diskusi di kelompok asal mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan saat peserta didik berdiskusi dalam kelompok ahli.
Adanya peningkatan intensitas dan potensi komunikasi matematika peserta didik yang dapat dimaksimalkan dalam diskusi di kelompok asal dibandingkan saat diskusi di kelompok ahli menunjukkan bahwa guru dan peserta didik mampu menjalankan perannya masing-masing dengan lebih baik. Guru cukup memberikan instruksi kepada peserta didik secara keseluruhan untuk menyampaikan hasil diskusinya di kelompok ahli kepada teman-temannya di kelompok asal. Guru juga memberikan dorongan, motivasi, dan penekanan bahwa setiap peserta didik harus menyampaikan hasil diskusi tentang topiknya masing-masing dan harus memahami semua topik yang dibahas. Sehingga karena adanya penekanan dan dorongan dari guru tersebut, peserta didik menjadi lebih terdorong untuk lebih memaksimalkan potensi mereka dalam komunikasi matematika selama berlangsungnya diskusi di kelompok asal. Pada akhirnya, hal itu mampu meningkatkan intensitas komunikasi matematika peserta didik selama berlangsungnya diskusi di kelompok asal.
3. Densitas Jaringan Komunikasi Matematika Peserta Didik dalam Keseluruhan Proses Pembelajaran Jigsaw
Berdasarkan hasil analisis datanya di BAB IV, diperoleh simpulan bahwa intensitas komunikasi matematika antar peserta didik selama berlangsungnya pembelajaran Jigsaw, mulai dari awal hingga akhir adalah sebesar 47% dari intensitas komunikasi matematika yang seharusnya dapat dimaksimalkan. Selain itu, diperoleh juga bahwa potensi komunikasi matematika peserta didik yang mampu dimunculkan selama
189
pembelajaran Jigsaw berlangsung adalah sebesar 47% dari total potensi yang bisa dimaksimalkan.
Berdasarkan simpulan hasil penelitian dapat dapat dikatakan bahwa intensitas komunikasi matematika antar peserta didik dan potensi komunikasi matematika yang dapat dikeluarkan selama berlangsungnya pembelajaran Jigsaw secara keseleluruhan merupakan yang tertinggi jika dibandingkan dengan saat peserta didik berdiskusi saja, baik dalam kelompok ahli maupun kelompok asal. Artinya, intensitas dan potensi komunikasi matematika peserta didik secara keseluruhan yang dapat dimaksimalkan melalui pembelajaran Jigsaw tersebut lebih tinggi jika hanya melalui diskusi di kelompok ahli saja atau melalui diskusi di kelompok asal saja. Peran guru dan peserta didik dapat dijalankan oleh masing-masing komponen dengan lebih baik lagi selama berlangsungnya pembelajaran Jigsaw secara keseluruhan jika dibandingkan saat diskusi di kelompok ahli saja atau di kelompok asal saja. Oleh karena itu, keseluruhan tahap dalam pembelajaran Jigsaw penting sekali untuk diperhatikan keterlaksanaanya dalam rangka memaksimalkan peran guru dan peserta didik dalam pembelajaran, sehingga peserta didik secara keseluruhan dapat terdorong untuk lebih aktif dalam komunikasi matematika. Peserta didik dapat lebih maksimal dalam mengeluarkan potensi komunikasi matematikanya, yang pada akhirnya dapat meningkatkan intensitas komunikasi matematika peserta didik selama berlangsungnya pembelajaran Jigsaw mulai dari awal hingg akhir.