• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.4. Densitas

Densitas merupakan kerapatan suatu material atau sering didefinisikan sebagai perbandingan massa dengan volume (Yosephin, 2012). Resin akrilik memiliki massa jenis yaitu sekitar 0,9975 g/cm3 (ISO 1183). Hal ini disebabkan resin akrilik terdiri dari kumpulan atom-atom ringan, seperti karbon, oksigen dan hidrogen.

Secara matematis, perhitungan densitas dapat dituliskan sebagai berikut : (2.1)

dengan : = densitas (g/cm3) = massa sampel (g) = volume sampel (cm3)

2.4.1. Pengukuran Densitas

Pengukuran densitas yang dilakukan adalah untuk mendapatkan hasil resin akrilik polimerisasi panas yang memiliki densitas 0,9975 g/cm3 (ISO 1183). Densitas dapat dihitung dengan rumus pada persamaan (2.1).

Cara pengukuran:

1. Disiapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan.

2. Sampel yang akan diuji, dikeringkan di dalam oven dengan suhu 1000C selama 1 jam

3. Sampel yang telah dikeringkan kemudian ditimbang massanya dengan menggunakan neraca analitik (m).

4. Diisi air sebanyak 15 mL (v) ke dalam gelas ukur 25 mL 5. Dimasukkan sampel ke dalam gelas ukur yang telah diisi air

6. Ditimbang massa sampel

2.5. Daya Serap Air

Daya serap air merupakan persentase daya serap sampel terhadap zat cair. Poli(metal metakrilat) memiliki nilai penyerapan air sebesar 0,69 mg/cm2. Penyerapan air yang terjadi adalah secara difusi. Difusi merupakan berpindahnya suatu substansi melalui rongga, atau melalui substansi kedua.

Secara matematis, perhitungan densitas dapat dituliskan sebagai berikut :

DSA = x 100% (2.2)

dengan : mb = massa basah sampel (gr) mk = massa kering sampel (gr)

2.5.1. Pengukuran Daya Serap Air (DSA)

Pengujian penyerapan air dilakukan dengan cara membandingkan massa air yang terserap ke dalam sampel setelah direndam dan dibandingkan dengan sampel tanpa perendaman. Pengujian daya serap air mengacu pada ASTM C 373. Daya serap air (DSA) sampel terhadap zat cair dapat dihitung dengan persamaan (2.2).

Cara pengukuran:

1. Disiapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan.

2. Sampel yang akan diuji, ditimbang massanya sebagai massa kering (mk) dengan menggunakan neraca analitik.

3. Sampel direndam sesuai waktu perendaman masing-masing.

4. Sampel yang telah direndam dalam ekstrak daun sirih (Piper betle L.) dilap terlebih dahulu.

5. Kemudian timbang massa sampel sebagai massa basah (mb) dengan menggunakan neraca analitik.

2.6. Kekuatan Impak

Kekuatan impak adalah besar energi yang diserap oleh suatu material ketika material tersebut patah oleh tekanan yang tiba-tiba (Manappallil 1998). Salah satu penyebab mudahnya terjadi fraktur gigi tiruan adalah kekuatan resin akrilik yang rendah (Goguta et al. 2006). Basis gigi tiruan resin akrilik seharusnya memiliki kekuatan impak yang tinggi untuk mencegah terjadinya fraktur apabila terjatuh, seperti saat gigi tiruan dibersihkan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh El-Sheikh dan Al-Zahrani (2006), diperoleh data bahwa patahnya gigitiruan akibat kekuatan impak yang rendah merupakan kasus yang paling sering terjadi, yaitu sebesar 80,4%.

Kekuatan impak suatu bahan dapat diukur dengan cara menjepit kedua ujung sampel pada alat penguji kekuatan impak. Pendulum yang ada pada alat dilepaskan hingga membentur sampel sehingga menjadi patah. Energi yang tertera pada alat penguji di catat, lalu dilakukan perhitungan kekuatan impak (Combe,1986).

2.6.1. Pengukuran Kekuatan Impak

Pengukuran kekuatan impak dilakukan dengan metode Charpy menggunakan alat

Gotec Impact.

Cara pengukuran (McCabe 1985):

1. Sampel diletakkan pada posisi horizontal dan bertumpu pada kedua ujung alat penguji.

2. Lengan pemukul dikunci.

3. Kunci lengan pemukul dilepaskan sehingga pemukul membentur sampel pada bagian tengahnya hingga terjadi fraktur.

4. Catat nilai yang terlihat pada alat pengukur kekuatan impak. Kekuatan impak dapat dihitung dengan rumus:

Is = (2.3)

dengan : Is : Kekuatan impak E : energi (Joule) b : lebar sampel (mm) d : ketebalan sampel (mm)

2.7. Kekuatan Transversal

Kekuatan transversal atau fleksural adalah beban yang diberikan pada sebuah benda berbentuk batang yang bertumpu pada kedua ujungnya dan beban tersebut diberikan ditengah-tengahnya, selama batang ditekan maka beban akan meningkat secara beraturan dan berhenti ketika batang uji patah. Dapat diartikan juga bahwa kekuatan transversal merupakan ketahanan suatu batang uji yang ditumpu pada kedua ujungnya dan diberikan beban hingga sampel menjadi patah (Anusavice, 2003).

Kekuatan transversal dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti berat molekul polimer, ukuran partikel polimer, monomer sisa, komposisi plasticizer, jumlah cross-link agent, internal porositas, ketebalan basis gigi tiruan, faktor pasien, dan teknik pemolesan gigi tiruan (Titi, 2006). Ketahanan gigi tiruan terhadap fraktur juga dipengaruhi oleh kekuatan transversal. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh El-Sheikh dan Al-Zahrani (2006), diketahui bahwa sebesar 16,1% kasus fraktur yang terjadi disebabkan oleh tekanan pengunyahan.

Uji kekuatan transversal dapat memberikan gambaran tentang ketahanan benda dalam menerima beban pada waktu pengunyahan. Sifat fisik dan mekanis bahan mempengaruhi kenyamanan pemakai gigi tiruan dan alat piranti ortodonsia pada saat pengunyahan. Uji kekuatan transversal lebih banyak digunakan dari pada uji kekuatan tarik, karena uji kekuatan transversal dapat mewakili tipe – tipe kekuatan yang diterima alat dalam mulut selama pengunyahan (Orsi dan Andrade, 2004).

Pengukuran kekuatan transversal ini merupakan sekumpulan pengukuran tekanan tarik, kompresi dan geseran secara simultan. Bila beban diberikan, bahan akan melengkung. Regangan yang dihasilkan diwakili oleh berkurangnya panjang permukaan atas (regangan kompresi) dari batangan, contoh (penurunan diameter lempeng) dan kenaikan panjang atau diameter permukaan bawah (regangan tarik). Akibatnya tekanan utama permukaan atas adalah kompresi, sedangkan pada permukaan bawah adalah tarikan (Titi, 2006).

2.7.1. Pengukuran Kekuatan Transversal

Pengukuran kekuatan transversal dilakukan dengan metode uji statik bending 3 (tiga) titik menggunakan UniversalTesting Machine Shimadzu Servopulser 100kN, Tokyo-Japan.

Cara pengukuran (Consani et al. 2008) :

1. Sampel diletakkan ditengah - tengah alat dengan crosshead 5mm/menit. 2. Jarak antar kedua batang pendukung 50 mm.

3. Sampel diberi tekanan sampai terjadi fraktur.

4. Catat nilai yang terlihat pada monitor alat pengukur kekuatan transversal. Kekuatan transversal dihitung dengan rumus :

F =

(2.4)

dengan: F : kekuatan transversal (kgf/cm2) W : beban (kgf)

L : jarak antar batang pendukung (mm) b : lebar sampel (nm)

d : ketebalan sampel (nm)

Kekuatan transversal yang diperoleh kemudian dikonversikan ke dalam satuan MPa dengan mengalikan nilai yang diperoleh dalam satuan kgf/cm2 dengan 0,098.

2.8. Pembersihan Gigi Tiruan

Terdapat beberapa metode pembersihan gigi tiruan, yaitu secara mekanis, kemis, dan kombinasi antara keduanya (Zarb et al. 2004).

1. Mekanis

Gigi tiruan dapat dibersihkan dengan penyikatan dengan menggunakan bulu sikat yang lembut dan pasta gigi. Cara ini berguna untuk membersihkan sisa makanan, tetapi tidak dapat membunuh mikroorganisme. Selain itu, dapat juga dengan menggunakan alat ultrasonic cleanser, tetapi alat ini tidak lebih efektif daripada penyikatan dengan menggunakan sikat dan pasta gigi.

2. Kimia

Pembersihan secara kemis dapat meminimalkan kemungkinan abrasi pada basis dan anasir gigi tiruan, dan mencegah gigi tiruan terjatuh pada saat dibersihkan. Pembersihan secara kemis dapat dengan menggunakan larutan perendam, seperti alkaline peroksida, alkalin hipoklorit, enzim, larutan cuka, dan efferverscent, tetapi larutan perendam seperti ini biasanya mempunyai kekurangan seperti dapat menimbulkan terjadinya perubahan warna dan efek korosi terhadap bahan logam. Selain itu, juga dapat menimbulkan aroma yang tidak sedap sebagai akibat perendaman di dalam larutan cuka.

3. Kombinasi

Pembersihan gigi tiruan secara kombinasi merupakan pembersihan gigi tiruan yang paling efektif. Metode ini menggunakan dua atau lebih cara diatas, misalnya pembersihan dengan penyikatan dikombinasikan dengan perendaman di dalam

efferverscent.

2.9.Daun Sirih / Piper betle L. 2.9.1. Klasifikasi Ilmiah

Klasifikasi ilmiah atau taksonomi dari daun sirih adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae Division : Magnoliphyta Class : Magnoliopsida Ordo : Piperales Family : Pipeaceae Genus : Piper Spesies : P.Betle 2.9.2. Gambaran Umum

Sirih (Piper betle L.) merupakan tanaman merambat mencapai ketinggian 15 m dan mempunyai batang berwarna cokelat kehijauan yang beruas-ruas sebagai tempat keluarnya akar. Helaian daun berbentuk jantung, tumbuh berselang-seling, bertangkai, dan dilengkapi dengan daun pelindung. Bila daun diremas memberikan

aroma sedap. Bunga berupa bulir terdapat diujung cabang dan berhadapan dengan daun. Buah ini, berbentuk bulat dan berbulu. Tanaman ini tumbuh pada daerah dengan ketinggian mencapai 300 m dpl., tumbuh subur pada tanah yang kaya zat organik dan cukup air. Terdapat 4 macam sirih di Indonesia, yaitu (Mursito, 2001): a. Daun sirih berwarna hijau tua, rasa pedas (terdapat di Jawa Tengah dan Jawa

Timur)

b. Daun sirih berwarna kuning (terdapat di Sumatera dan Jawa Barat) c. Sirih kaki merpati, daun berwarna kuning dengan tulang daun merah d. Sirih hitam yang ditanam khusus untuk obat

2.9.3. Kandungan Daun Sirih (Piper betle L.)

Daun sirih (Piper betle L.) telah dikenal sebagai obat tradisional karena memiliki kandungan antiplak, antioksidan, antiseptik, antijamur, dan antidiabetes. Penggunaan secara tradisional biasanya dilakukan dengan cara merebus daun sirih kemudian air rebusan digunakan untuk kumur atau membersihkan bagian tubuh lain, atau daun sirih dilumatkan kemudian ditempelkan pada luka (Kristiana, 2007).

Tabel 2.1 Kandungan Kimia pada Daun Sirih

No. Kandungan Kimia Presentase

1 2 Minyak atsiri Hidrosikavikol 1%-4,2% 3 4 Kavikol Kavibetol 7,2 – 16,7% 2,7 – 6,2% 5 6 Allypyrokatekol Karvakrol 0 – 9,6% 2,2 – 5,6% 7 Eugenol 26,8 42,5 %

8 Eugnenol methyl eter 4,2 – 15,8%

9 p-cymene 1,2 – 2,5% 10 Cineole 2,4 – 4,8% 11 Caryophyllene 3,0 – 9,8% 12 Cadinene 2,4 – 15,8% 13 Diastase 0,8 – 15,8% Sumber : Andarwulan, 2000

Daun sirih (Piper betle L.) memiliki kemampuan untuk mencegah proses terjadinya pembentukan plak dari awal (antiplak) dengan bekerja terhadap bakteri plak, sehingga berperan dalam menjaga kesehatan rongga mulut. Mekanisme kerja sirih dalam mencegah terjadinya plak adalah dengan cara (Hermawan, 2009):

1. Mengurangi kemampuan pelikel yang terbentuk pada permukaan gigi untuk mengikat bakteri sehingga fase awal pembentukan plak tidak terjadi.

2. Mengurangi sifat hidrofobik permukaan sel bakteri yang sangat penting dalam proses perlekatan bakteri.

BAB 3

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratories.

3.2. Desain Penelitian

Desain penelitian ini merupakan posttest only control group.

3.3. Sampel dan Besar Sampel Penelitian 3.3.1. Sampel Penelitian

Sampel pada penelitian ini menggunakan resin akrilik polimerisasi panas dengan bentuk batang uji berukuran 64 mm x 10 mm x 2,5 mm untuk menguji kekuatan transversal dan 50 mm x 6 mm x 4 mm untuk menguji kekuatan impak, sesuai dengan spesifikasi ADA no.12 (Hanna, 2010).

Gambar 3.1 Bentuk dan ukuran sampel untuk uji kekuatan transversal

Gambar 3.2 Bentuk dan ukuran sampel untuk uji kekuatan impak

3.3.2. Besar Sampel Penelitian

Jumlah sampel penelitian ditentukan berdasarkan rumus sebagai berikut: (Hanafiah KA 2003).

(t – 1) (r – 1) 15

Keterangan :

r : jumlah ulangan

Dalam penelitian ini akan diberikan perlakuan pada ekstrak daun sirih dengan lama perendaman 5 menit, 15 menit, 25 menit untuk setiap pengujian serta kelompok kontrol sehingga t = 4, dan jumlah sampel (r) setiap kelompok dapat ditentukan sebagai berikut: (4 – 1) (r – 1) 15 3 (r - 1) 15 (3r - 3) 15 3r 15 + 3 r 18 / 3 r 6

Besar sampel untuk masing-masing kelompok sebanyak 6 buah, maka total sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 96 sampel (4 kelompok), yang terdiri atas 1 kelomok sebagai kontrol dan 3 kelompok lainnya direndam dalam ekstrak daun sirih (Piper betle L.).

3.4. Kriteria Sampel 3.4.1. Inklusi

a. Permukaan sampel halus b. Tidak ada porus

3.4.2. Eksklusi

a. Permukaan sampel kasar b. Sampel yang porus

3.5. Variabel Penelitian 3.5.1. Klasifikasi Variabel 3.5.1.1. Variabel Bebas

Bahan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam ekstrak daun sirih (Piper betle L.) dengan lama perendaman yang berbeda (5 menit, 15 menit, 25 menit).

3.5.1.2. Variabel Terikat

a. Kekuatan transversal basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas b. Kekuatan impak basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas

c. Densitas dan daya serap air basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas

3.5.1.3. Variabel Terkendali

a. Ratio gyps stone dan air, 150 gram : 75 ml untuk kuvet bawah dan 200 gram : 100 ml untuk kuvet atas

b. Ratio polimer : monomer resin akrilik polimerisasi panas (2 : 1) c. Larutan ekstrak daun sirih (Piper betle L.) 25%

d. Ukuran sampel

e. Suhu dan waktu kuring f. Suhu dan waktu perendaman

3.5.1.4. Variabel Takterkendali

a. Tekanan pengepresan b. Vibrator

c. Jenis dan asal tumubuhan daun sirih (Piper betle L.)

3.6. Definisi Operasional

1. Resin akrilik polimerisasi panas adalah bahan resin akrilik yang terdiri atas bubuk dan cairan yang setelah pencampuran dan pemanasan membentuk suatu bahan padat yang kaku.

2. Ekstrak daun sirih (Piper betle L.) adalah daun tanaman Sirih yang diekstrak dengan menggunakan metode maserasi.

3. Kekuatan transversal adalah ketahanan suatu batang uji yang ditumpu pada kedua ujungnya dan diberikan beban hingga sampel menjadi patah.

4. Kekuatan impak adalah besarnya energi yang diperlukan untuk mematahkan suatu material dengan tekanan impak.

5. Densitas adalah ukuran kepadatan dari suatu material atau sering didefinisikan sebagai perbandingan antara massa (m) dengan volume (v).

6. Daya serap air adalah besarnya persentase air yang terserap oleh sampel yang direndam dalam hal ini perbandingan antara massa sampel yang tidak direndam dan massa sampel yang direndam dalam ekstrak daun sirih (Piper betle L.) 25%. 7. Ukuran sampel adalah 64 mm x 10 mm x 2,5 mm untuk uji kekuatan transversal

dan 50 mm x 6 mm x 4 mm untuk uji kekuatan impak, keduanya berbentuk batang uji.

8. Kelompok kontrol yakni tanpa perlakuan perendaman.

3.7. Tempat dan Waktu Penelitian 3.7.1. Tempat Pembuatan Sampel

Departemen Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi USU Medan

3.7.2. Tempat Pembuatan Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.)

Laboratorium Kimia Bahan Alam FMIPA USU Medan

3.7.3. Tempat Pengujian Sampel

Laboratorium Magister Teknik Mesin USU Medan

3.7.4. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan September – Desember 2013.

3.8. Alat dan Bahan Penelitian 3.8.1. Alat Penelitian

3.8.1.1. Alat yang Digunakan untuk Menghasilkan Sampel

a. Model induk dari logam dengan ukuran 64 mm x 10 mm x 2,5 mm untuk uji kekuatan transversal, 50 mm x 6 mm x 4 mm untuk uji kekuatan impak.

b. Kuvet besar untuk menanam model (Smic, China) c. Rubber bowl dan spatula

d. Pres hidrolik (OL 57 Manfredi, Italy) e. Gelas beker ((Pyrex(R), USA))

g. Spatula semen untuk mengaduk resin akrilik dan pot pengaduk porselen h. Mata bur freser

i. Unit kuring (Fili Manfredi, Italy)

j. Timbangan digital (Sartorius AG Gottingen, Germany) k. Timbangan biasa (Lion Star, Indonesia)

3.8.1.2. Alat yang Digunakan untuk Pembuatan Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.)

a. Tabung Erlenmeyer

b. Rotary Evaporator (Buchi, Switzerland) c. Timbangan biasa (Lion Star,Indonesia) d. Blender (Panasonic, Indonesia)

e. Kertas saring (Whatman no 42, England) f. Gelas beker ((Pyrex(R), USA))

g. Corong kaca (Royal Woorrester, England) h. Plastik selopan

i. Labu takar 150 mL dan botol Viyal j. Waterbath

k. Timbangan digital (Sartorius AG Gottingen, Germany)

3.8.1.3. Alat yang Digunakan untuk Menguji Sampel

a. Alat uji kekuatan transversal : Universal Testing Machine Shimadzu Servopulser 100kN, Tokyo-Japan

b. Alat uji kekuatan impak : Gotec Impact

c. Alat uji densitas dan daya serap air : Neraca Analitik dan Beaker glass

3.8.2. Bahan Penelitian

3.8.2.1. Bahan Pembuatan Sampel

a. Resin akrilik polimerisasi panas (QC 20, England) b. Cold mould seal (QC 20, England)

c. Gips keras d. Air

e. Vaselin f. Plastik selopan g. Aquades

h. Kertas pasir waterproof dengan ukuran 600

i. Dental shine

3.8.2.2. Bahan Pembuatan Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.)

a. Daun sirih (Piper betle L.) 1 kg

b. Metanol 96% 1 liter (Kimia Farma, Indonesia)

3.9. Cara Pembuatan

3.9.1. Pembuatan Model Induk

Model induk dibuat dari logam stainless steel dengan ukuran 64 mm x 10 mm x 2,5 mm untuk uji kekuatan transversal, 50 mm x 6 mm x 4 mm untuk uji kekuatan impak, agar mendapatkan mould sampel resin akrilik polimerisasi panas.

3.9.2. Pembuatan Sampel

3.9.2.1. Pembuatan Sampel untuk Uji Kekuatan Transversal

Model induk untuk uji kekuatan transversal berukuran 64 mm x 10 mm x 2,5 mm.

A. Pembuatan Mould

1. Gips keras dicampur air dengan perbandingan 150 gram gips keras : 75 ml air dan diaduk dengan menggunakan spatula selama 60 detik sampai adonan tercampur homogen.

2. Adonan gips keras dituang ke dalam kuvet bawah dan biarkan beberapa menit diatas vibrator.

3. Model induk dibenamkan sampai setinggi permukaan adonan gips keras dalam kuvet bawah dan didiamkan sampai mengeras selama 60 menit.

4. Permukaan gips keras, model induk, dan kuvet atas diolesi vaselin.

5. Lalu kuvet atas disatukan dengan kuvet bawah dan diisi dengan adonan gips keras yang telah diaduk hingga homogen dengan perbandingan 200 gram gips keras : 100 ml air.

6. Kuvet diletakkan di atas vibarator dan vibrator dinyalakan.

7. Diamkan selama 60 menit hingga gips mengeras, lalu kuvet dibuka dan model induk diangkat dengan menggunakan lekron mass.

8. Setelah kering, permukaan gips pada kuvet bawah dan kuvet atas diolesi dengan

cold mould seal, kemudian dibiarkan selama 20 menit.

B. Pengisian Resin Akrilik pada Mould

1. Dicampur polimer dan monomer ke dalam pot porselen dengan perbandingan 2:1, lalu diaduk perlahan-lahan dengan menggunakan spatula semen sampai polimer dan monomer tercampur dengan baik.

2. Setelah adonan mencapai dough stage, adonan dimasukkan ke dalam mould yang berada pada kuvet bawah.

3. Plastik selopan diletakkan diantara kuvet atas dan bawah, kemudian kuvet ditutup dan ditekan dengan menggunakan pres hidrolik dengan tekanan 1000 psi.

4. Kuvet atas dibuka dan kelebihan akrilik dipotong, lalu kuvet ditutup kembali. 5. Dilakukan penekan kedua dengan tekanan 2200 psi, kemudian prosedur ke empat

diulang, lalu baut dipasang untuk mempertahankan kuvet atas dan bawah agar dapat beradaptasi dengan baik, kemudian dibiarkan selama 15 menit.

C. Kuring

Kuvet dimasukkan ke dalam waterbath. Pada tahap pertama, kuvet dibiarkan pada suhu kamar, kemudian diatur suhu 700C dan dibiarkan selama 90 menit. Selanjutnya suhu dinaikkan menjadi 1000C dan dibiarkan selama 30 menit. Lalu kuvet dibiarkan hingga mencapai suhu kamar.

D. Penyelesaian

Sampel dikeluarkan dari kuvet, lalu kelebihan akrilik dibuang dan dirapikan untuk menghilangkan bagian yang tajam dengan menggunakan bur fraser dan sampel dihaluskan dengan kertas pasir waterproof berukuran 600 dan dipolis dengan dental shine.

3.9.2.2. Pembuatan Sampel untuk Uji Kekuatan Impak

Prosedur pembuatan sampel untuk uji kekuatan impak sama dengan prosedur pembuatan sampel untuk uji kekuatan transversal, yang berbeda adalah ukuran sampel yang digunakan, yaitu 50 mm x 6 mm x 4 mm untuk uji kekuatan impak.

3.9.3. Pembuatan Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.)

1. Proses mengekstrak dimulai dengan menyediakan daun sirih (Piper betle L.) sebanyak 1 kg.

2. Daun sirih (Piper betle L.) di cuci bersih kemudian ditiriskan.

3. Daun sirih (Piper betle L.) dikeringkan selama 10 hari pada suhu kamar. Setelah dikeringkan maka diperoleh daun sirih yang kering dan disebut dengan simplisia. 4. Simplisia kering dihaluskan dengan menggunakan blender kemudian ditimbang. 5. Kemudian daun sirih (Piper betle L.) dimasukkan ke dalam erlenmeyer lalu

ditambahkan metanol 96% kemudian diaduk dan ditutup rapat dengan plastik selopan.

6. Didiamkan selama 2 x 24 jam, dan dilakukan pengadukan setiap harinya.

7. Setelah 2 hari lalu disaring dengan menggunakan kertas saring dan diperoleh ekstrak cair daun sirih (Piper betle L.).

8. Ampas daun sirih (Piper betle L.) dimaserasi kembali (remaserasi) selama 2 hari dengan menambahkan metanol 96% dan diperoleh ekstrak cair daun sirih (Piper betle L.).

9. Setiap ekstrak cair daun sirih (Piper betle L.) diuapkan dengan menggunakan

rotary evaporator untuk memperoleh ekstrak kental daun sirih (Piper betle L.) 10. Proses ekstraksi selesai dan diperoleh ekstrak kental daun sirih (Piper betle L.).

3.10. Analisis Data

Data dari setiap perlakuan dianalisis secara statistik dengan tingkat kemaknaan (p = 0,05), dengan memakai uji statistik yaitu Uji One Way ANOVA, untuk melihat perbedaan kekuatan transversal, kekuatan impak, densitas serta daya serap air setelah perendaman ekstrak daun sirih (Piper betle L.) pada semua kelompok perlakuan.

3.11. Diagram Alir

3.11.1. Pembuatan Sampel Resin Akrilik

A. Pembuatan Mould

150 gr Gips 75 ml air

diaduk dengan spatula selama 60 detik hingga homogen

Adonan gips

dituang kedalam kuvet bawah diatas vibrator

dibenamkan Model Induk setinggi permukaan gips

diolesi vaselin

disatukan kuvet atas dan kuvet bawah

didiamkan selama 60 menit

diisi adonan gips (200 gr gips : 100 ml air ) ke dalam kuvet atas

didiamkan selama 60 menit kuvet dibuka dan diangkat Model Induk

diolesi cold mould seal

dibiarkan selama 20 menit

B. Pembuatan Resin Akrilik

Polimer 6 gr Monomer 3 ml

dicampur, diaduk dengan spatula semen

dimasukkan ke dalam pot porselen Adonan dough stage

dimasukkan ke mould yang berada pada kuvet bawah diletakkan plastik selopan diatas mould

ditutup dengan kuvet atas ditekan dengan pres hidrolik sebesar 1000 psi

dibuka kuvet atas dan dipotong kelebihan akrilik

ditutup kuvet dan dilakukan penekanan kembali sebesar 2200 psi

dibiarkan selama 15 menit dimasukkan ke dalam

waterbath

diatur suhu 70 C dan dibiarkan selama 90 menit dinaikkan suhu 100 C dan dibiarkan selama 30 menit dibiarkan hingga mencapai suhu kamar

dihaluskan menggunakan micromotor dan kertas pasir waterproof 600

dikeluarkan sampel dari kuvet

dipolis dengan dental shine

3.11.2. Pembuatan Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.) ! " # " $ % $ $ ! " & $ ! " &'

3.11.3. Pengujian Sampel

Resin Akrilik

diuji sifat fisis dan mekanis

Sifat Fisis Sifat Mekanis

Kuat Impak Kuat Transversal Daya Serap Air Densitas Analisis Data Hasil

direndam selama 5, 15 dan 25 menit dalam ekstrak daun sirih (Piper betle L.)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Densitas (density)

Uji densitas dilakukan enam kali pengukuran pada setiap perlakuan resin akrilik polimerisasi panas. Hasil pengukuran pada seluruh sampel uji dapat dilihat pada tabel 4.1.1.

Tabel 4.1.1. Densitas Basis Gigi Tiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Tanpa dan Direndam dengan Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.)

No Waktu

(menit) Massa (gr) Volume (cm

3 ) Densitas(gr/ cm3) 1 0 1,5380 1,6 0,9570 2 5 1,5617 1,6 0,9790 3 15 1,5733 1,6 1,0026 4 25 1,5933 1,6 0,9976

Data pengukuran perendaman basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas setelah dilakukan perendaman dalam larutan ekstrak daun sirih (Piper betle L.) dianalisis secara statistik menggunakan uji One Way ANOVA dengan tingkat kemaknaan (( = 0,05). Hasil uji statistik ini selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.1.2.

4.1.2. Hasil Uji Statistik Densitas Basis Gigi Tiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Tanpa dan Direndam dengan Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.)

Waktu (menit) N Mean ± SD Mean-Difference(I-J) Sig.

0 6 0,9570 ± 0,0058

5 6 0,9790 ± 0,0185 -0,0220(*) 0,007

15 6 1,0026 ± 0,0110 -0,0456(*) 0,000

25 6 0,9976 ± 0,0218 -0,0406(*) 0,000

pol ga G pe P pa m 25 s di s s pa Perbe polimerisasi gambar 4.1. Gambar 4.1 Po (P Uji perendaman. Perbedaan ra panas yaitu menit, 1,002 25 menit. Dari sampel resin dibandingka sampel resin selama 5 me pada setiap p rbedaaan rata si panas pad 4.1. Grafik Hu Polimerisasi Piper betle L i densitas di an. Perhitunga rata-rata densi u 0,9570 g/cm 026 g/cm3 pad ri data yang in akrilik men kan dengan k sin akrilik yan menit. Hasil perlakuan pe ata-rata hasil pada masing-m Hubungan si Panas Tanp L.) dilakukan en gan nilai den nsitas hasil pe cm3 pada 0 m ada perendam g terkumpul eningkat pada kelompok ko yang direndam sil juga menun

perendaman.

il perendama masing wak

n Densitas npa dan Dire

enam kali p ensitas dapat pengukuran p menit (kontro man 15 menit l bahwa rata da setiap perla kontrol. Dari am selama 15 unjukkan ada man basis g aktu perendam Basis Gigi irendam deng pengukuran t ditentukan pada sampel trol), 0,9790 g nit, dan 0,9976 ta-rata nilai p rlakuan perend ri hasil terseb 15 menit dan da perbedaan gigi tiruan aman dapat Gigi Tiruan R ngan Ekstrak n pada setia n dengan persa el resin akrilik g/cm3 pada p 76 g/cm3 pada i perubahan d ndaman 5, 15

Dokumen terkait