• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sifat Fisis dan Mekanis Basis Gigi Tiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Setelah Perendaman Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Sifat Fisis dan Mekanis Basis Gigi Tiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Setelah Perendaman Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.)"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

SIFAT FISIS DAN MEKANIS BASIS GIGI TIRUAN RESIN AKRILIK

POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN EKSTRAK

DAUN SIRIH (

Piper betle L

)

SKRIPSI

ARVILLA MIKARTINI

090801003

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

SIFAT FISIS DAN MEKANIS BASIS GIGI TIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN

EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

ARVILLA MIKARTINI 090801003

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : Sifat Fisis dan Mekanis Basis Gigi Tiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Setelah Perendaman Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.)

Kategori : Skripsi

Nama : Arvilla Mikartini Nomor Induk Mahasiswa : 090801003

Program Studi : Sarjana (S1) Fisika Departemen : Fisika

Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Disetujui di Medan, 17 Februari 2014

Komisi Pembimbing :

Pembimbing 2, Pembimbing 1,

Lasminda Syafiar, drg., M.Kes Drs. Syahrul Humaidi, M.Sc NIP : 195408031980032001 NIP. 196505171993031009

Disetujui Oleh

Departemen Fisika FMIPA USU Ketua,

(4)

PERNYATAAN

SIFAT FISIS DAN MEKANIS BASIS GIGI TIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN

EKSTRAK DAUN SIRIH (PIPER BETLE L.)

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri. Kecuali beberapa kutipan dan singkatan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, 17 Februari 2014

(5)

PENGHARGAAN

Alhamdulillahi rabbil’alamin, puji syukur penulis ucapkan kepada kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan untuk memenuhi salah satu persyaratan guna mendapatkan gelar Sarjana Sains pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih dan rasa hormat yang tiada terhingga penulis persembahkan kepada Ibu tercinta Ariani dan Papa tersayang Asril K. atas kasih sayang, do’a, moril maupun materil yang selalu tercurah untuk penulis. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada adik-adik penulis Fauzal Arika dan Farhan Arika serta segenap keluarga yang senantiasa memberi motivasi, dukungan dan inspirasi terutama kepada nenek tercinta Almh. Nurmaini.

Dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan, pengarahan, saran, kritik serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Drs. Syahrul Humaidi M.Si selaku dosen pembimbing I penulis yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama penelitian maupun penulisan skripsi ini hingga selesai.

2. Hj. Lasminda Syafiar, drg., M.Kes selaku dosen pembimbing II penulis serta selaku ketua Departemen Ilmu Material dan Teknologi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing, membantu dan memberikan arahan dalam penelitian maupun penulisan skripsi ini hingga selesai.

3. Dr. Marhaposan Situmorang selaku Ketua Departemen Fisika S1 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

4. Sutarman M.Sc selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

5. Prof. H.Nazruddin,drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

6. Dr. Lamek Marpaung, M.Phil selaku Kepala Laboratorium Kimia Bahan Alam Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

7. Bapak Zulfikar selaku Kepala Laboratorium Megister Teknik Mesin.

8. Seluruh Staf Pengajar dan pegawai Departemen Fisika S1 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

9. Terkhusus kepada bang Margo S.Kg, kak Sari S.Kg, Linir S.Kg, Pak Mulyadi, dan teman-teman dari FKG USU yang senantiasa membantu dan memberikan masukan kepada penulis.

10.Terkhusus untuk stambuk BreaVing’09 yang lebih kurang empat tahun merasakan suka, duka dan senang bersam and love you all.

(6)

12.Terkhusus kepada Kakanda drh. Masrury yang senantiasa membantu baik dari segi do’a, moril serta kasih sayang yang tercurah kepada penulis. Semoga dengan ketulusan perjalanan ini cita dan cinta akan terwujud.

13.Dan terimakasih kepada seluruh keluarga serta teman-teman yang tidak mungkin disebutkan satu per satu.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan memberikan kemudahan kepada kita semua. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat kesalahan selama penelitian dan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua, Amin ya rabbal’Alamin.

Medan,17 Februari 2014

Arvilla Mikartini

(7)

SIFAT FISIS DAN MEKANIS BASIS GIGI TIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN

EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.)

ABSTRAK

Resin akrilik polimerisasi panas adalah bahan yang umum digunakan sebagai basis gigi tiruan, karena memiliki banyak kelebihan di antaranya biokompatibel, mudah direparasi, estetis, namun jenis ini memiliki kekurangan yaitu menyerap cairan, porus, ketahanan fraktur dan abrasi rendah. Pemeliharaan dan kebersihan gigi tiruan juga penting dalam menjaga kesehatan khususnya rongga mulut. Penelitian ini menggunakan ekstrak daun sirih (Piper betle L.) sebagai pembersih gigi tiruan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sifat fisis dan mekanis resin akrilik polimerisasi panas setelah perendaman pada ekstrak daun sirih (Piper betle L.). Sampel berjumlah 96 buah dan dibagi menjadi 4 kelompok, 1 kelompok sebagai kontrol dan 3 kelompok direndam dalam ekstrak daun sirih (Piper betle L.) selama 5, 15 dan 25 menit. Kuat impak diukur menggunakan alat uji Gotec Impact dengan metode pengukuran Charpy dan kuat transversal menggunakan alat uji UTM Shimadzu Servopulser 100kN dengan metode pengukuran uji bending

tiga titik. Data hasil penelitian di analisis menggunakan One way ANOVA dengan tingkat kemaknaan (p < 0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai yang paling optimum adalah densitas 1,0026 g/cm3 (p = 0,000), daya serap air 0,055% (p = 0,018), kekuatan impak 8,126 J/m2 (p = 0,009) dan kekuatan transversal 68,698 MPa (p = 0,002) dengan perendaman selama 15 menit. Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa lama perendaman resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak daun sirih (Piper betle L.) berpengaruh terhadap sifat fisis dan mekanis.

(8)

PHYSICAL AND MECHANICAL PROPERTIES OF HEAT CURED ACRYLIC RESIN DENTURE BASE MATERIAL IMMERSED

IN BETEL LEAF EXTRACT (Piper betle L.)

ABSTRACT

Heat cured acrylic resin is a material commonly used as a denture base, because it has many advantages such as biocompatible, easy to reparation, esthetic, but this type also has the disadvantges such as absorbs liquids, porous, abration and fracture resistance. Maintenance and denture hygiene is very important to maintain oral health in particular oral cavity. This study used a betel leaf extract (Piper betle L.) as a denture cleanser. The purpose of this study to determine the physical and mechanical properties of heat cured acrylic resin immersed in betel leaf extract (Piper betle L.). We made 96 samples divided into 4 groups, 1 group control, 3 groups were immersed betel leaf extract (Piper betle L.) for 5, 15 and 25 minutes. The impact strength was measured using test equipment Gotec Impact with Charpy

methodand transversal strength used UTM Shimadzu Servopulser 100kN with three point bending method. The data were analyzed using One way ANOVA degree significance (p<0,05). The result of the studied showed that the optimum is density of 1,0026 g/cm3 (p = 0,000), water absorption 0,055% (p = 0,018), impact strength 8,126 J/m2 (p = 0,009) and transversal strength 68,698 MPa (p = 0,002) with immersion for 15 minutes. Based on this result, conclusion that can be drawn is a long immersion heat cured acrylic resin in a betel leaf extract (Piper betle L.) effect physical and mechanical properties.

(9)

DAFTAR ISI 2.3. Resin Akrilik Polimerisasi Panas 10 2.3.1. Komposisi 10 2.3.2. Sifat 11 2.3.2.1. Sifat Fisis 11 2.3.2.2. Sifat Biologis 12 2.3.2.3. Sifat Mekanis 13 2.3.2.4. Sifat Kimia 13 2.3.3. Keuntungan 13 2.3.4. Kerugian 14

2.4. Densitas 14 2.4.1. Pengukuran Densitas 14

(10)

2.5.1. Pengukuran Daya Serap Air 15

2.6. Kekuatan Impak 16

2.6.1. Pengukuran Kekuatan Impak 16

2.7. Kekuatan Transversal 17

2.6.1. Pengukuran Kekuatan Transversal 18

2.8. Pembersih Gigi Tiruan 19

2.9. Daun Sirih (Piper betle L.) 19 2.9.1. Klasifikasi Ilmiah 19

2.9.2. Gambaran Umum 20

2.9.3. Kandungan Daun Sirih (Piper betle L.) 20

BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN 22

3.1. Jenis Penelitian 22

3.2. Desain Penelitian 22

3.3. Sampel dan besar Sampel Penelitian 22

3.3.1. Sampel Penelitian 22

3.3.2. Besar Sampel Penelitian 22

3.4. Kriteria Sampel 23

3.4.1. Inklusi 23

3.4.2. Eksklusi 23

3.5. Variabel Penelitian 23

3.5.1. Klasifikasi Variabel 23 3.5.1.1. Variabel Bebas 23 3.5.1.2. Variabel Terikat 24 3.5.1.3. Variabel Terkendali 24 3.5.1.4. Variabel Tak Terkendali 24

3.6. Definisi Operasional 24

3.7. Tempat dan Waktu Penelitian 25 3.7.1. Tempat Pembuatan Sampel 25 3.7.2. Tempat Pembuatan Daun Sirih (Piper betle L.) 25 3.7.3. Tempat Pengujian Sampel 25

3.7.4. Waktu Penelitian 25

3.8. Alat dan Bahan Penelitian 25

3.8.1. Alat Penelitian 25

3.8.1.1. Alat yang Digunakan untuk Menghasilkan Sampel 26 3.8.1.2. Alat yang Digunakan untuk Pembuatan Ekstrak

Daun Sirih (Piper betle L.) 26 3.8.1.3. Alat yang Digunakan untuk Menguji Sampel 26

3.8.2. Bahan Penelitian 26

3.8.2.1. Bahan Pembuatan Sampel 26 3.8.2.2. Bahan Pembuatan Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.) 27

3.9. Cara Pembuatan 27

3.9.1. Pembuatan Model Induk 27

3.9.2. Pembuatan Sampel 27

(11)

3.9.2.2. Pembuatan Sampel untuk Uji Kekuatan Impak 29 3.9.3. Pembuatan Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.) 29

3.10. Analisis Data 30

3.11. Diagram Alir 31

3.11.1. Pembuatan Sampel Resin Akrilik 31 3.11.2. Pembuatan Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.) 33

3.11.3. Pengujian Sampel 34

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 35

4.1. Densitas (density) 35

4.2. Daya Serap Air (DSA) 37

4.3. Kekuatan Impak 40

4.4. Kekuatan Transversal 44

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN 47

5.1. Kesimpulan 47

5.2. Saran 47

DAFTAR PUSTAKA

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

2.1. Kandungan Kimia pada Daun Sirih (Piper betle L.) 20 4.1.1. Densitas Basis Gigi Tiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas

Tanpa dan Direndam dengan Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.) 35 4.1.2. Hasil Uji Statistik Densitas Basis Gigi Tiruan Resin Akrilik

Polimerisasi Panas Tanpa dan Direndam dengan Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.) 35 4.2.1. Daya Serap Air Basis Gigi Tiruan Resin Akrilik Polimerisasi

Panas Tanpa dan Direndam dengan Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.) 38 4.2.2. Hasil Uji Statistik Daya Serap Air Basis Gigi Tiruan Resin Akrilik

Polimerisasi Panas Tanpa dan Direndam dengan Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.) 38 4.3.1. Kekuatan Impak Basis Gigi Tiruan Resin Akrilik Polimerisasi

Panas Tanpa dan Direndam dengan Ekstrak Daun Sirih (Piper

betle L.) 40

4.3.2. Hasil Uji Statistik Kekuatan Impak Basis Gigi Tiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Tanpa dan Direndam dengan Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.) 41 4.4.1. Kekuatan Transversal Basis Gigi Tiruan Resin Akrilik Polimerisasi

Panas Tanpa dan Direndam dengan Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.) 44 4.4.2. Hasil Uji Statistik Kekuatan Transversal Basis Gigi Tiruan Resin

(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

3.1. Bentuk dan ukuran sampel untuk uji kekutan transversal 22 3.2. Bentuk dan ukuran sampel untuk uji kekutan impak 22 4.1. Grafik Hubungan Densitas Basis Gigi Tiruan Resin Akrilik

Polimerisasi Panas Tanpa dan Direndam dengan Ekstrak

Daun Sirih (Piper betle L.) 36 4.2. Grafik Hubungan Daya Serap Air Basis Gigi Tiruan Resin Akrilik

Polimerisasi Panas Tanpa dan Direndam dengan Ekstrak Daun

Sirih (Piper betle L.) 39 4.3. Grafik Hubungan Kekuatan Impak Basis Gigi Tiruan Resin Akrilik

Polimerisasi Panas Tanpa dan Direndam dengan Ekstrak Daun

Sirih (Piper betle L.) 42 4.4. Grafik Hubungan Densitas Basis Gigi Tiruan Resin Akrilik

Polimerisasi Panas Tanpa dan Direndam dengan Ekstrak Daun

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

(15)

SIFAT FISIS DAN MEKANIS BASIS GIGI TIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN

EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.)

ABSTRAK

Resin akrilik polimerisasi panas adalah bahan yang umum digunakan sebagai basis gigi tiruan, karena memiliki banyak kelebihan di antaranya biokompatibel, mudah direparasi, estetis, namun jenis ini memiliki kekurangan yaitu menyerap cairan, porus, ketahanan fraktur dan abrasi rendah. Pemeliharaan dan kebersihan gigi tiruan juga penting dalam menjaga kesehatan khususnya rongga mulut. Penelitian ini menggunakan ekstrak daun sirih (Piper betle L.) sebagai pembersih gigi tiruan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sifat fisis dan mekanis resin akrilik polimerisasi panas setelah perendaman pada ekstrak daun sirih (Piper betle L.). Sampel berjumlah 96 buah dan dibagi menjadi 4 kelompok, 1 kelompok sebagai kontrol dan 3 kelompok direndam dalam ekstrak daun sirih (Piper betle L.) selama 5, 15 dan 25 menit. Kuat impak diukur menggunakan alat uji Gotec Impact dengan metode pengukuran Charpy dan kuat transversal menggunakan alat uji UTM Shimadzu Servopulser 100kN dengan metode pengukuran uji bending

tiga titik. Data hasil penelitian di analisis menggunakan One way ANOVA dengan tingkat kemaknaan (p < 0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai yang paling optimum adalah densitas 1,0026 g/cm3 (p = 0,000), daya serap air 0,055% (p = 0,018), kekuatan impak 8,126 J/m2 (p = 0,009) dan kekuatan transversal 68,698 MPa (p = 0,002) dengan perendaman selama 15 menit. Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa lama perendaman resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak daun sirih (Piper betle L.) berpengaruh terhadap sifat fisis dan mekanis.

(16)

PHYSICAL AND MECHANICAL PROPERTIES OF HEAT CURED ACRYLIC RESIN DENTURE BASE MATERIAL IMMERSED

IN BETEL LEAF EXTRACT (Piper betle L.)

ABSTRACT

Heat cured acrylic resin is a material commonly used as a denture base, because it has many advantages such as biocompatible, easy to reparation, esthetic, but this type also has the disadvantges such as absorbs liquids, porous, abration and fracture resistance. Maintenance and denture hygiene is very important to maintain oral health in particular oral cavity. This study used a betel leaf extract (Piper betle L.) as a denture cleanser. The purpose of this study to determine the physical and mechanical properties of heat cured acrylic resin immersed in betel leaf extract (Piper betle L.). We made 96 samples divided into 4 groups, 1 group control, 3 groups were immersed betel leaf extract (Piper betle L.) for 5, 15 and 25 minutes. The impact strength was measured using test equipment Gotec Impact with Charpy

methodand transversal strength used UTM Shimadzu Servopulser 100kN with three point bending method. The data were analyzed using One way ANOVA degree significance (p<0,05). The result of the studied showed that the optimum is density of 1,0026 g/cm3 (p = 0,000), water absorption 0,055% (p = 0,018), impact strength 8,126 J/m2 (p = 0,009) and transversal strength 68,698 MPa (p = 0,002) with immersion for 15 minutes. Based on this result, conclusion that can be drawn is a long immersion heat cured acrylic resin in a betel leaf extract (Piper betle L.) effect physical and mechanical properties.

(17)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kehilangan gigi merupakan hal yang normal dari proses menua, dan dapat dianggap sebagai suatu penyakit biasa. Meningkatnya usia dengan penyakit gigi dan mulut serta hilangnya gigi geligi harus ditangani secara baik. Gigi dapat hilang karena karies yang melanjut, penyakit periodontal atau kerusakan karena trauma. Menurut WHO harapan usia untuk hidup sekarang akan terus meningkat dan sampai menjelang tahun 2020 nanti, Indonesia termasuk 10 negara dengan jumlah penduduk lanjut usia terbesar ke empat (29 juta) setelah China (231 juta), India (150 juta) dan Brazil (30 juta). Hasil survei pada orang lanjut usia 60 tahun ke atas menunjukkan frekuensi kehilangan gigi antara 84% - 97% (Margo, 2008). Gigi yang hilang harus segera diganti untuk menjaga kesehatan mulut (Prajitno, 1991). Gigi tiruan yang baik harus dapat menggantikan jaringan yang hilang dalam bentuk dan ketebalan yang kira-kira sama dengan jaringan yang digantikannya.

Gigi tiruan adalah alat yang dibuat untuk menggantikan gigi yang hilang dan jaringan lunak disekitarnya. Salah satu bagian dari gigi tiruan adalah basis (Kratochvil, 1988).Basis gigi tiruan adalah bagian dari gigi tiruan yang bersandar pada permukaan jaringan lunak dan merupakan tempat melekatnya anasir gigi tiruan (Zarb et al. 2004). Anasir gigi tiruan adalah bagian dari gigi tiruan yang ditempatkan sedemikian rupa sehingga sesuai dengan susunan gigi asli yang hilang dan berfungsi untuk memperbaiki estetika serta mengembalikan fungsi pengunyahan (Noort, 2007). Basis gigi tiruan terbuat dari bahan logam ataupun non-logam (Combe, 1986). Bahan logam yang dapat digunakan sebagai bahan basis gigi tiruan, antara lain kobal kromium, aloi emas, aluminium, dan stainless steel (Anusavice, 2003). Berdasarkan sifat termal, bahan non-logam dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu

(18)

yang ideal harus memenuhi sifat-sifat, antara lain tidak toksik dan tidak mengiritasi, mempunyai kekuatan transversal yang tinggi, tahan terhadap abrasi, konduktivitas termal yang tinggi, dimensi yang stabil dan akurat, estetis dan stabilitas warna yang baik, perlekatan yang baik dengan anasir gigi tiruan dan bahan lining, mudah dibuat, mudah direparasi apabila fraktur, harga murah, dan mudah dibersihkan, namun sampai saat ini tidak ada satupun bahan basis gigi tiruan yang memenuhi semua persyaratan diatas (Kratochvil, 1988).

Bahan basis gigi tiruan yang umumnya dipergunakan dalam pembuatan gigi tiruan adalah resin akrilik polimerisasi panas (Hatrick et al. 2011). Resin akrilik polimerisasi panas mempunyai sifat yang cukup baik yaitu tidak toksik, tidak mengiritasi, mudah direparasi apabila terjadi fraktur, estetis, tetapi bahan ini memiliki kekurangan, yakni menyerap cairan dan memiliki sifat porus sehingga dapat mempermudah melekatnya sisa makanan dan terjadi penumpukan plak. Hal ini menyebabkan kepadatan koloni Candida albicans meningkat yang akan memicu terjadinya denture stomatitis. Denture stomatitis merupakan proses inflamasi dari mukosa rongga mulut, terutama mukosa palatum dan gingival. Denture stomatitis

disebabkan oleh gigi tiruan yang tidak retentif, tidak stabil, trauma akibat gigi tiruan, dan pemeliharaan gigi tiruan yang tidak baik.

Selain memiliki sifat porus, resin akrilik juga memiliki kekurangan yang lain, seperti dapat terjadi perubahan dimensi, ketahanan terhadap abrasi yang kurang serta memiliki kekuatan impak dan kekuatan transversal yang rendah. Kekuatan impak merupakan besar energi yang diperlukan untuk mematahkan suatu material dengan tekanan yang tiba-tiba (Manappallil 1998). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh El-Sheikh dan Al-Zahrani (2006), menunjukkan bahwa gigi tiruan dengan kekuatan impak yang rendah akan mudah mengalami fraktur apabila terjatuh dan merupakan kasus yang paling sering terjadi, yaitu sebesar 80,4%. Selain itu, ketahanan gigi tiruan terhadap fraktur juga dipengaruhi oleh kekuatan transversal, dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa kasus fraktur yang terjadi disebabkan oleh tekanan pengunyahan yang berulang-ulang adalah sebesar 16,1%.

(19)

dapat dibersihakan secara mekanis dengan sikat gigi berbulu halus. Desain maupun bentuk bulu tidak berpengaruh pada tingkat kebersihan gigi tiruan, namun dapat berpengaruh pada abrasi basis gigi tiruan. Secara kimia, yakni perendaman dalam larutan hipoklorit ataupun larutan peroksida alkalin (Margo, 2008). Saat ini terdapat berbagai jenis bahan pembersih gigi tiruan (denture cleanser) yang diperdagangkan dan terbukti dapat membersihkan gigi tiruan karena dapat menghilangkan noda dengan sangat cepat. Namun, dapat juga menimbulkan abrasi yang parah dan menyebabkan basis gigi tiruan akrilik menjadi tipis dan juga dapat merusak estetik.

Seiring dengan tumbuhnya kesadaran akan dampak buruk berbagai produk sintesis, maka saat ini banyak dilakukan penelitian untuk memanfaatkan bahan alam (tanaman tradisional) yang bertujuan untuk menghasilkan obat-obatan dalam upaya mendukung program kesehatan khususnya kesehatan gigi. Tumbuhan yang biasa dipakai sebagai obat tradisional diantarnya adalah daun semanggi, gambir, daun saga, daun jinten, daun kacapiring, dan daun sirih.

Daun sirih (Familia Piperaceae) memiliki nama binomial Piper betle Linn, merupakan salah satu tanaman yang diketahui berkhasiat sebagai antiseptik dan desinfektan. Hermawan (2009) melaporkan konsentrasi daun sirih 25%, memproduksi zona hambat yang besar dan paling efektif mencegah Candida albicans. Suci (2011) juga melaporkan bahwa ekstrak daun sirih juga dapat menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans yang merupakan salah satu bakteri patogen penyebab karies. Sirih dan mengunyah sirih juga merupakan bagian yang melengkapi struktur kebudayaan dan biasanya berkaitan erat dengan kebiasaan yang terdapat pada masyarakat tertentu. Kebiasaan mengunyah sirih menjadi daya tarik para penggunanya, seperti stimulant atau efek euphoria, efek untuk menstimulasi air ludah, obat untuk saluran pernafasan dan menghilangkan rasa lapar, serta memiliki efek untuk menguatkan gigi serta gusi dan sebagai penyegar nafas.

Hal yang perlu diperhatikan pada denture cleanser adalah kemungkinannya mengubah sifat resin akrilik. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemakaian

(20)

perendaman resin akrilik heat cured dalam eugenol 0,4% terhadap kekuatan transversal. Juga pada penelitian Weny (2012) tentang pengaruh lama perendaman resin akrilik setelah di rendam dalam ekstrak rosela (Hibiscus sabdariffa).

Usaha pengembangan tanaman untuk pengobatan perlu dilakukan karena tanaman lebih mudah diperoleh dan murah dibandingkan obat-obatan konvensional, tetapi penggunaan tanaman perlu didasari oleh data-data penelitian dari tanaman tersebut sehingga khasiatnya secara ilmiah tidak diragukan lagi dan dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti fungsi lain dari daun sirih dengan judul “ Sifat Fisis dan Mekanis Basis Gigi Tiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Setelah Perendaman Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.)”.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana densitas dan daya serap air (DSA) basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas setelah perendaman ekstrak daun sirih (Piper betle L.) 25% dengan waktu perendaman 5 menit, 15 menit, dan 25 menit.

2. Bagaimana kekuatan impak dan kekuatan transversal basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas setelah perendaman ekstrak daun sirih (Piper betle L.) 25% dengan waktu perendaman 5 menit, 15 menit, dan 25 menit.

1.3. Batasan Masalah

Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, maka penulis perlu membatasi masalah yang akan diteliti. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Perendaman basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan lama perendaman yang berbeda-beda (5 menit, 15 menit, 25 menit).

2. Pengujian bahan dilakukan melalui pengujian fisis yakni uji densitas dan daya serap air (DSA) serta pengujian mekanis yakni uji kekuatan impak dan uji kekuatan transversal.

1.4. Tujuan Penelitian

(21)

1. Untuk mengetahui besar densitas dan daya serap (DSA) basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas setelah perendaman ekstrak daun sirih (Piper betle L.) 25%.

2. Untuk mengetahui besar kekuatan impak dan kekuatan transversal basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas setelah perendaman ekstrak daun sirih (Piper betle L.) 25%.

1.5. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu informasi mengenai fungsi daun sirih. Bukan hanya sebagai antibakteri, tetapi daun sirih juga dapat dijadikan sebagai alternatif perendaman untuk kebersihan basis gigi tiruan tanpa mempengaruhi sifat fisis maupun mekanisnya.

2. Sebagai bahan masukan bagi industri yang memproduksi bahan pembersih gigi tiruan agar dapat meningkatkan dan memanfaatkan bahan-bahan tradisional untuk memproduksi bahan pembersih gigi tiruan.

3. Sebagai bahan masukan untuk penelitian lebih lanjut.

1.6. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah :

BAB I Pendahuluan

Bab ini mencakup latar belakang penelitian, perumusan masalah, batasan masalah yang akan diteliti, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan

BAB II Tinjauan Pustaka

Bab ini membahas tentang landasan teori yang menjadi acuan untuk proses pengembilan data, analisa data serta pembahasan.

BAB III Metodologi Penelitian

(22)

BAB IV Hasil dan Pembahasan Penelitian

Bab ini membahas tentang data hasil penelitian dan anlisa data yang diperoleh dari penelitian.

BAB V Kesimpulan dan Saran

(23)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Basis Gigi Tiruan 2.1.1. Pengertian

Basis gigi tiruan adalah bagian gigi tiruan yang bersandar pada jaringan lunak rongga mulut, terutama pada bagian yang mengalami kehilangan gigi dan bagian dimana gigi tiruan dilekatkan. Basis gigi tiruan berfungsi untuk tempat melekatnya anasir gigi tiruan yang akan mengembalikan fungsi pengunyahan (mastikasi) dan untuk mendapatkan dukungan dari sendi Temporo Mandibula (Kratochvil, 1988).

Berbagai macam bahan telah digunakan dalam pembuatan basis gigi tiruan seperti kayu, tulang, ivory, keramik, logam, logam aloi dan berbagai polimer telah diaplikasikan untuk basis gigi tiruan. Bahan basis harus bersifat biokompatibel, mudah didapat, relatif murah, sederhana dalam pemanipulasian dengan prosedur teknik yang mudah dikontrol, stabilitas warna yang baik, tingkat porositas yang rendah, mempunyai stabilitas dimensi yang baik, nontoksik, penyerapan air yang rendah, tahan terhadap daya mastikasi. Hal ini bertujuan untuk mengembangkan bahan basis gigi tiruan yang memiliki fungsi efektif dan estetis yang baik. (Manappalil, 1998).

2.1.2. Bahan Basis Gigi Tiruan

Bahan yang digunakan sebagai basis gigi tiruan dibagi menjadi dua kelompok yaitu logam dan non-logam:

2.1.2.1. Logam

Bahan logam biasanya keras, berkilat, padat penghantar listrik dan panas yang baik (Combe, 1986). Beberapa jenis logam yang dapat digunakan sebagai bahan basis gigi tiruan, antara lain kobal kromium, aloi emas, aluminium, dan stainless steel

(24)

2.1.2.2. Non-Logam

Berdasarkan sifat termalnya, bahan non-logam dibagi menjadi dua kelompok, yaitu

thermohardening dan thermoplastic (Kratochvil 1988).

1. Thermohardening

Bahan thermohardening adalah bahan yang mengalami perubahan kimia selama proses pembuatannya dimana produk yang terbentuk berbeda dari bahan awalnya. Setelah proses pembuatan selesai, bahan thermohardening tidak dapat menjadi lunak oleh pemanasan. Contoh bahan thermohardening adalah vulkanit, fenol-formaldehide, dan resin akrilik.

2. Thermoplastic

Bahan thermoplastic adalah bahan yang tidak mengalami perubahan kimia selama proses pembuatannya dimana produk yang terbentuk sama dengan bahan awalnya, kecuali dalam hal bentuk. Bahan ini dapat dilunakkan dan dibentuk menjadi bentuk yang lain. Contoh bahan thermoplastic yang pernah digunakan sebagai basis gigi tiruan adalah seluloid, nitrat selulosa, resin vinil, nilon, polikarbonat, dan resin akrilik.

2.1.3. Persyaratan Basis Gigi Tiruan

Persyaratan bahan basis gigi tiruan yang ideal untuk pembuatan basis gigi tiruan adalah (Gunadi, dkk 1994):

1. Tidak toksis dan tidak mengiritasi

2. Tidak terpengaruh oleh cairan mulut : tidak larut dan tidak mengabsorbsi 3. Mempunyai sifat-sifat yang memadai, antara lain:

a. Modulus elastisitas tinggi

b. Proportional limit tinggi : tidak mudah mengalami perubahan secara permanen jika menerima tekanan

c. Kekuatan transversal tinggi

d. Kekuatan impak tinggi : basis gigi tiruan tidak mudah pecah apabila terjatuh e. Kekuatan fatique tinggi

(25)

g. Konduktivitas termal yang baik

4. Estetis dan stabilitas warna yang cukup baik

5. Hal-hal lain yang menjadi pertimbangan antara lain : a. Radiopak

b. Mudah dimanipulasi dan direparasi c. Tidak mengalami dimensi

d. Mudah dibersihkan

Sampai saat ini belum ada satu pun bahan basis gigi tiruan yang memnuhi semua persyaratan diatas.

2.2. Resin Akrilik 2.2.1. Pengertian

Resin akrilik adalah turunan etilen yang mengandung gugus vinil dalam rumus strukturnya. Sedikitnya ada 2 kelompok resin akrilik. Satu kelompok adalah turunan asam akrilik, CH2=CHOOH, dan kelompok lain dari asam metakrilik CH2=C(CH3)COOH. Kedua senyawa ini berpolimerisasi tambahan dengan cara yang sama.

Sejak pertengahan tahun 1940-an, kebanyakan basis gigi tiruan dibuat menggunakan resin poli(metal metakrilat). Resin-resin tersebut merupakan plastik lentur yang dibentuk menggabungkan molekul-molekul metal metakrilat multiple. Poli(metal metakrilat) murni adalah tidak berwarna, transparan dan padat. Satu keuntungan poli(metal metakrilat) sebagai bahan basis gigi tiruan adalah relatif mudah pengerjaannya. Bahan basis gigitiruan poli(metal metakrilat) biasanya dikemas dalam sistem bubuk-cairan (Anusavice, 2003).

(26)

2.2.2. Jenis Resin Akrilik

Resin akrilik dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu resin akrilik polimerisasi panas, resin akrilik polimerisasi sinar, dan resin akrilik swapolimerisasi (Kratochvil, 1988).

Produk resin akrilik polimerisasi panas bersifat padat dan memiliki warna yang stabil, poros dan bila digunakan polimer yang tidak berwarna akan terbentuk bahan yang transparan dan bening. Resin akrilik polimerisasi panas digunakan untuk hampir semua basis gigi tiruan. Bahan basis gigi tiruan ini memerlukan energi panas untuk proses polimerisasi, dapat dengan menggunakan waterbath, ataupun

microwave oven (Anusavice, 2003).

Resin akrilik polmerisasi sinar adalah resin akrilik dalam bentuk lembaran dan benang serta dibungkus dengan kantung kedap cahaya atau dalam bentuk pasta dan sebagai inisiator polimerisasi ditambah camphhoroqinone. Polimerisasi terjadi di dalam suatu unit kuring khusus yang menggunakan lampu halogen dengan panjang cahaya 400-500 nm selama kira-kira 10 menit (Kratochvil, 1988).

Resin akrilik swapolimerisasi merupakan resin akrilik yang mengalami polimerisasi pada suhu kamar. Kekuatan resin akrlik swapolimerisasi cukup rendah, stabilitas warna yang kurang baik, dan jumlah monomer sisa yang dihasilkan lebih banyak daripada monomer sisa yang dihasilkan oleh resin akrilik polimerisasi panas (Kratochvil, 1988).

2.3. Resin Akrilik Polimerisasi Panas 2.3.1. Komposisi

Komposisi resin akrilik polimerisasi panas dan fungsinya, yaitu (Noort, 2007):

a. Bubuk

1. Polimetil metakrilat : polimer 2. Benzoil peroksida : inisiator 3. Titanium oksida : opacfier

4. Dibutil phthalate : plasticizer

5. Pigmen : pewarna

(27)

b. Cairan

1. Metil metakrilat : monomer

2. Hidroquinone : inhibitor untuk mencegah polimerisasi selama penyimpanan 3. Etilen glikol dimetakrilat : ikatan silang (cross-linked) berfungsi sebagai

jembatan atau ikatan kimia yang menyatukan 2 rantai polimer dan akan memberikan peningkatan ketahanan terhadap deformasi serta mengurangi solubilitas dan penyerapan air.

2.3.2. Sifat

Sifat bahan basis gigi tiruan terbagi atas sifat fisis, sifat biologis, sifat mekanis dan sifat kimia (McCabe, 1985).

2.3.2.1. Sifat Fisis

Sifat yang perlu diperhatikan adalah polimerisasi, keporusan, penyerapan air, kelarutan, tekanan selama proses dan retakan atau goresan (Anusavice, 2003).

1. Pengerutan polimerisasi

Ketika monomer metal metakrilat terpolimerisasi untuk membentuk poli(metal metakrilat), kepadatan massa bahan berubah dari 0,94 menjadi 1,19 g/cm3. Perubahan kepadatan ini mengakibatkan terjadinya penyusutan sebesar 21%.

2. Porositas

(28)

buruknya kebersihan rongga mulut, penampilan gigi tiruanpun menjadi berkurang (Anusavice, 2003).

3. Penyerapan Air

Penyerapan air yang terjadi adalah difusi. Difusi merupakan berpindahnya suatu substansi melalui rongga, atau melalui substansi kedua. Poli(metal metakrilat) memiliki nilai penyerapan air sebesar 0,69 mg/cm2. Meskipun jumlah ini mungkin nampak kecil, namun dapat menimbulkan efek nyata pada dimensi basis gigi tiruan yang terpolimerisasi.

4. Kelarutan

Spesifikasi ADA No. 12 merumuskan pengujian untuk kelarutan resin. Menurut Spesifikasi, kehilangan berat harus tidak melebihi 0,04 mg/cm2 dari permukaan lempeng. Kehilangan berat dalam jumlah tersebut dapat diabaikan dari pertimbangan klinis, tetapi reaksi jaringan yang merugikan dapat terjadi.

5. Crazing

Merupakan goresan atau retakan mikro pada suatu gigi tiruan. Secara klinis, crazing

terlihat sebagai garis retakan kecil yang nampak timbul pada permukaan gigi tiruan.

Crazing pada resin transparan menimbulkan penampilan ‘berkabut’ atau ‘tidak terang’. Pada resin berwarna, crazing menimbulkan gambaran putih. Crazing dapat mengakibatkan gigi tiruan menjadi lebih mudah mengalami fraktur.

2.3.2.2. Sifat Biologis

Resin akrilik yang telah mengalami polimerisasi harus biokompotibel dengan jaringan disekitar rongga mulut. Reaksi alergi terhadap resik akrilik dapat terjadi, akan tetapi dalam jumlah yang kecil. Hal ini disebabkan oleh adanya monomer sisa, yang berkisar 0,4 % dari gigi tiruan (Kratochvil, 1988).

2.3.2.3. Sifat Mekanis

(29)

apabila menerima tekanan pengunyahan yang besar. Hal ini disebabkan oleh desain gigi tiruan yang tidak baik mengakibatkan gigi tiruan melengkung setiap menerima tekanan pengunyahan (McCabe, 1985).

2.3.2.4. Sifat Kimia

Polimetil metakrilat dapat menyerap air, dengan nilai penyerapan sebesar 0,69 mg/cm2. Penyerapan air dipengaruhi oleh polaritas dari molekul polimetil metakrilat dan mekanisme difusi. Koefesien difusi resin akrilik polimerisasi panas adalah sebesar 0,011 x 10-6 cm2/detik pada suhu 370C. Molekul air berpenetrasi ke dalam resin akrilik dan menempati posisi diantara rantai polimer sehingga memisahkan ikatan rantainya. Hal ini mengakibatkan terjadinya ekspansi dan mengganggu ikatan rantai polimer (Anusavice, 2003).

2.3.3. Keuntungan

Keuntungan bahan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas adalah (Combe, 1986):

1. Tidak larut dalam cairan rongga mulut

2. Temperatur pelunakan lebih tinggi daripada suhu makanan dan minuman 3. Koefesien termal ekspansi tinggi

4. Ikatan yang baik antara basis dengan anasir gigi tiruan resin akrilik 5. Tidak toksik

6. Tidak mengiritasi 7. Estetis

8. Pembuatan dan pemolesan mudah 9. Mudah direparasi apabila terjadi fraktur 10.Murah

2.3.4. Kerugian

Kerugian bahan basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas adalah (Combe, 1986) :

(30)

3. Konduktivitas termal yang rendah

4. Adanya monomer sisa yang dapat mengakibatkan reaksi alergi 5. Dapat menyerap cairan

6. Dapat terjadi perubahan dimensi 7. Dapat terjadi distorsi

2.4. Densitas

Densitas merupakan kerapatan suatu material atau sering didefinisikan sebagai perbandingan massa dengan volume (Yosephin, 2012). Resin akrilik memiliki massa jenis yaitu sekitar 0,9975 g/cm3 (ISO 1183). Hal ini disebabkan resin akrilik terdiri dari kumpulan atom-atom ringan, seperti karbon, oksigen dan hidrogen.

Secara matematis, perhitungan densitas dapat dituliskan sebagai berikut :

(2.1)

dengan : = densitas (g/cm3) = massa sampel (g) = volume sampel (cm3)

2.4.1. Pengukuran Densitas

Pengukuran densitas yang dilakukan adalah untuk mendapatkan hasil resin akrilik polimerisasi panas yang memiliki densitas 0,9975 g/cm3 (ISO 1183). Densitas dapat dihitung dengan rumus pada persamaan (2.1).

Cara pengukuran:

1. Disiapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan.

2. Sampel yang akan diuji, dikeringkan di dalam oven dengan suhu 1000C selama 1 jam

3. Sampel yang telah dikeringkan kemudian ditimbang massanya dengan menggunakan neraca analitik (m).

(31)

6. Ditimbang massa sampel

2.5. Daya Serap Air

Daya serap air merupakan persentase daya serap sampel terhadap zat cair. Poli(metal metakrilat) memiliki nilai penyerapan air sebesar 0,69 mg/cm2. Penyerapan air yang terjadi adalah secara difusi. Difusi merupakan berpindahnya suatu substansi melalui rongga, atau melalui substansi kedua.

Secara matematis, perhitungan densitas dapat dituliskan sebagai berikut :

DSA = x 100% (2.2)

dengan : mb = massa basah sampel (gr) mk = massa kering sampel (gr)

2.5.1. Pengukuran Daya Serap Air (DSA)

Pengujian penyerapan air dilakukan dengan cara membandingkan massa air yang terserap ke dalam sampel setelah direndam dan dibandingkan dengan sampel tanpa perendaman. Pengujian daya serap air mengacu pada ASTM C 373. Daya serap air (DSA) sampel terhadap zat cair dapat dihitung dengan persamaan (2.2).

Cara pengukuran:

1. Disiapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan.

2. Sampel yang akan diuji, ditimbang massanya sebagai massa kering (mk) dengan menggunakan neraca analitik.

3. Sampel direndam sesuai waktu perendaman masing-masing.

4. Sampel yang telah direndam dalam ekstrak daun sirih (Piper betle L.) dilap terlebih dahulu.

(32)

2.6. Kekuatan Impak

Kekuatan impak adalah besar energi yang diserap oleh suatu material ketika material tersebut patah oleh tekanan yang tiba-tiba (Manappallil 1998). Salah satu penyebab mudahnya terjadi fraktur gigi tiruan adalah kekuatan resin akrilik yang rendah (Goguta et al. 2006). Basis gigi tiruan resin akrilik seharusnya memiliki kekuatan impak yang tinggi untuk mencegah terjadinya fraktur apabila terjatuh, seperti saat gigi tiruan dibersihkan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh El-Sheikh dan Al-Zahrani (2006), diperoleh data bahwa patahnya gigitiruan akibat kekuatan impak yang rendah merupakan kasus yang paling sering terjadi, yaitu sebesar 80,4%.

Kekuatan impak suatu bahan dapat diukur dengan cara menjepit kedua ujung sampel pada alat penguji kekuatan impak. Pendulum yang ada pada alat dilepaskan hingga membentur sampel sehingga menjadi patah. Energi yang tertera pada alat penguji di catat, lalu dilakukan perhitungan kekuatan impak (Combe,1986).

2.6.1. Pengukuran Kekuatan Impak

Pengukuran kekuatan impak dilakukan dengan metode Charpy menggunakan alat

Gotec Impact.

Cara pengukuran (McCabe 1985):

1. Sampel diletakkan pada posisi horizontal dan bertumpu pada kedua ujung alat penguji.

2. Lengan pemukul dikunci.

3. Kunci lengan pemukul dilepaskan sehingga pemukul membentur sampel pada bagian tengahnya hingga terjadi fraktur.

4. Catat nilai yang terlihat pada alat pengukur kekuatan impak. Kekuatan impak dapat dihitung dengan rumus:

Is = (2.3)

(33)

2.7. Kekuatan Transversal

Kekuatan transversal atau fleksural adalah beban yang diberikan pada sebuah benda berbentuk batang yang bertumpu pada kedua ujungnya dan beban tersebut diberikan ditengah-tengahnya, selama batang ditekan maka beban akan meningkat secara beraturan dan berhenti ketika batang uji patah. Dapat diartikan juga bahwa kekuatan transversal merupakan ketahanan suatu batang uji yang ditumpu pada kedua ujungnya dan diberikan beban hingga sampel menjadi patah (Anusavice, 2003).

Kekuatan transversal dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti berat molekul polimer, ukuran partikel polimer, monomer sisa, komposisi plasticizer, jumlah cross-link agent, internal porositas, ketebalan basis gigi tiruan, faktor pasien, dan teknik pemolesan gigi tiruan (Titi, 2006). Ketahanan gigi tiruan terhadap fraktur juga dipengaruhi oleh kekuatan transversal. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh El-Sheikh dan Al-Zahrani (2006), diketahui bahwa sebesar 16,1% kasus fraktur yang terjadi disebabkan oleh tekanan pengunyahan.

Uji kekuatan transversal dapat memberikan gambaran tentang ketahanan benda dalam menerima beban pada waktu pengunyahan. Sifat fisik dan mekanis bahan mempengaruhi kenyamanan pemakai gigi tiruan dan alat piranti ortodonsia pada saat pengunyahan. Uji kekuatan transversal lebih banyak digunakan dari pada uji kekuatan tarik, karena uji kekuatan transversal dapat mewakili tipe – tipe kekuatan yang diterima alat dalam mulut selama pengunyahan (Orsi dan Andrade, 2004).

(34)

2.7.1. Pengukuran Kekuatan Transversal

Pengukuran kekuatan transversal dilakukan dengan metode uji statik bending 3 (tiga) titik menggunakan UniversalTesting Machine Shimadzu Servopulser 100kN, Tokyo-Japan.

Cara pengukuran (Consani et al. 2008) :

1. Sampel diletakkan ditengah - tengah alat dengan crosshead 5mm/menit. 2. Jarak antar kedua batang pendukung 50 mm.

3. Sampel diberi tekanan sampai terjadi fraktur.

4. Catat nilai yang terlihat pada monitor alat pengukur kekuatan transversal. Kekuatan transversal dihitung dengan rumus :

F =

(2.4)

dengan: F : kekuatan transversal (kgf/cm2) W : beban (kgf)

L : jarak antar batang pendukung (mm) b : lebar sampel (nm)

d : ketebalan sampel (nm)

Kekuatan transversal yang diperoleh kemudian dikonversikan ke dalam satuan MPa dengan mengalikan nilai yang diperoleh dalam satuan kgf/cm2 dengan 0,098.

2.8. Pembersihan Gigi Tiruan

Terdapat beberapa metode pembersihan gigi tiruan, yaitu secara mekanis, kemis, dan kombinasi antara keduanya (Zarb et al. 2004).

1. Mekanis

(35)

2. Kimia

Pembersihan secara kemis dapat meminimalkan kemungkinan abrasi pada basis dan anasir gigi tiruan, dan mencegah gigi tiruan terjatuh pada saat dibersihkan. Pembersihan secara kemis dapat dengan menggunakan larutan perendam, seperti alkaline peroksida, alkalin hipoklorit, enzim, larutan cuka, dan efferverscent, tetapi larutan perendam seperti ini biasanya mempunyai kekurangan seperti dapat menimbulkan terjadinya perubahan warna dan efek korosi terhadap bahan logam. Selain itu, juga dapat menimbulkan aroma yang tidak sedap sebagai akibat perendaman di dalam larutan cuka.

3. Kombinasi

Pembersihan gigi tiruan secara kombinasi merupakan pembersihan gigi tiruan yang paling efektif. Metode ini menggunakan dua atau lebih cara diatas, misalnya pembersihan dengan penyikatan dikombinasikan dengan perendaman di dalam

efferverscent.

2.9.Daun Sirih / Piper betle L. 2.9.1. Klasifikasi Ilmiah

Klasifikasi ilmiah atau taksonomi dari daun sirih adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae

Division : Magnoliphyta Class : Magnoliopsida Ordo : Piperales Family : Pipeaceae Genus : Piper Spesies : P.Betle

2.9.2. Gambaran Umum

(36)

aroma sedap. Bunga berupa bulir terdapat diujung cabang dan berhadapan dengan daun. Buah ini, berbentuk bulat dan berbulu. Tanaman ini tumbuh pada daerah dengan ketinggian mencapai 300 m dpl., tumbuh subur pada tanah yang kaya zat organik dan cukup air. Terdapat 4 macam sirih di Indonesia, yaitu (Mursito, 2001): a. Daun sirih berwarna hijau tua, rasa pedas (terdapat di Jawa Tengah dan Jawa

Timur)

b. Daun sirih berwarna kuning (terdapat di Sumatera dan Jawa Barat) c. Sirih kaki merpati, daun berwarna kuning dengan tulang daun merah d. Sirih hitam yang ditanam khusus untuk obat

2.9.3. Kandungan Daun Sirih (Piper betle L.)

Daun sirih (Piper betle L.) telah dikenal sebagai obat tradisional karena memiliki kandungan antiplak, antioksidan, antiseptik, antijamur, dan antidiabetes. Penggunaan secara tradisional biasanya dilakukan dengan cara merebus daun sirih kemudian air rebusan digunakan untuk kumur atau membersihkan bagian tubuh lain, atau daun sirih dilumatkan kemudian ditempelkan pada luka (Kristiana, 2007).

Tabel 2.1 Kandungan Kimia pada Daun Sirih

No. Kandungan Kimia Presentase

(37)

Daun sirih (Piper betle L.) memiliki kemampuan untuk mencegah proses terjadinya pembentukan plak dari awal (antiplak) dengan bekerja terhadap bakteri plak, sehingga berperan dalam menjaga kesehatan rongga mulut. Mekanisme kerja sirih dalam mencegah terjadinya plak adalah dengan cara (Hermawan, 2009):

1. Mengurangi kemampuan pelikel yang terbentuk pada permukaan gigi untuk mengikat bakteri sehingga fase awal pembentukan plak tidak terjadi.

(38)

BAB 3

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratories.

3.2. Desain Penelitian

Desain penelitian ini merupakan posttest only control group.

3.3. Sampel dan Besar Sampel Penelitian 3.3.1. Sampel Penelitian

Sampel pada penelitian ini menggunakan resin akrilik polimerisasi panas dengan bentuk batang uji berukuran 64 mm x 10 mm x 2,5 mm untuk menguji kekuatan transversal dan 50 mm x 6 mm x 4 mm untuk menguji kekuatan impak, sesuai dengan spesifikasi ADA no.12 (Hanna, 2010).

Gambar 3.1 Bentuk dan ukuran sampel untuk uji kekuatan transversal

Gambar 3.2 Bentuk dan ukuran sampel untuk uji kekuatan impak

3.3.2. Besar Sampel Penelitian

Jumlah sampel penelitian ditentukan berdasarkan rumus sebagai berikut: (Hanafiah KA 2003).

(t – 1) (r – 1) 15

Keterangan :

(39)

r : jumlah ulangan

Dalam penelitian ini akan diberikan perlakuan pada ekstrak daun sirih dengan lama perendaman 5 menit, 15 menit, 25 menit untuk setiap pengujian serta kelompok kontrol sehingga t = 4, dan jumlah sampel (r) setiap kelompok dapat ditentukan sebagai berikut:

(4 – 1) (r – 1) 15 3 (r - 1) 15 (3r - 3) 15

3r 15 + 3 r 18 / 3 r 6

Besar sampel untuk masing-masing kelompok sebanyak 6 buah, maka total sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 96 sampel (4 kelompok), yang terdiri atas 1 kelomok sebagai kontrol dan 3 kelompok lainnya direndam dalam ekstrak daun sirih (Piper betle L.).

3.4. Kriteria Sampel 3.4.1. Inklusi

a. Permukaan sampel halus b. Tidak ada porus

3.4.2. Eksklusi

a. Permukaan sampel kasar b. Sampel yang porus

3.5. Variabel Penelitian 3.5.1. Klasifikasi Variabel 3.5.1.1. Variabel Bebas

(40)

3.5.1.2. Variabel Terikat

a. Kekuatan transversal basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas b. Kekuatan impak basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas

c. Densitas dan daya serap air basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas

3.5.1.3. Variabel Terkendali

a. Ratio gyps stone dan air, 150 gram : 75 ml untuk kuvet bawah dan 200 gram : 100 ml untuk kuvet atas

b. Ratio polimer : monomer resin akrilik polimerisasi panas (2 : 1) c. Larutan ekstrak daun sirih (Piper betle L.) 25%

d. Ukuran sampel

e. Suhu dan waktu kuring f. Suhu dan waktu perendaman

3.5.1.4. Variabel Takterkendali

a. Tekanan pengepresan b. Vibrator

c. Jenis dan asal tumubuhan daun sirih (Piper betle L.)

3.6. Definisi Operasional

1. Resin akrilik polimerisasi panas adalah bahan resin akrilik yang terdiri atas bubuk dan cairan yang setelah pencampuran dan pemanasan membentuk suatu bahan padat yang kaku.

2. Ekstrak daun sirih (Piper betle L.) adalah daun tanaman Sirih yang diekstrak dengan menggunakan metode maserasi.

3. Kekuatan transversal adalah ketahanan suatu batang uji yang ditumpu pada kedua ujungnya dan diberikan beban hingga sampel menjadi patah.

4. Kekuatan impak adalah besarnya energi yang diperlukan untuk mematahkan suatu material dengan tekanan impak.

(41)

6. Daya serap air adalah besarnya persentase air yang terserap oleh sampel yang direndam dalam hal ini perbandingan antara massa sampel yang tidak direndam dan massa sampel yang direndam dalam ekstrak daun sirih (Piper betle L.) 25%. 7. Ukuran sampel adalah 64 mm x 10 mm x 2,5 mm untuk uji kekuatan transversal

dan 50 mm x 6 mm x 4 mm untuk uji kekuatan impak, keduanya berbentuk batang uji.

8. Kelompok kontrol yakni tanpa perlakuan perendaman.

3.7. Tempat dan Waktu Penelitian 3.7.1. Tempat Pembuatan Sampel

Departemen Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi USU Medan

3.7.2. Tempat Pembuatan Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.)

Laboratorium Kimia Bahan Alam FMIPA USU Medan

3.7.3. Tempat Pengujian Sampel

Laboratorium Magister Teknik Mesin USU Medan

3.7.4. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan September – Desember 2013.

3.8. Alat dan Bahan Penelitian 3.8.1. Alat Penelitian

3.8.1.1. Alat yang Digunakan untuk Menghasilkan Sampel

a. Model induk dari logam dengan ukuran 64 mm x 10 mm x 2,5 mm untuk uji kekuatan transversal, 50 mm x 6 mm x 4 mm untuk uji kekuatan impak.

b. Kuvet besar untuk menanam model (Smic, China) c. Rubber bowl dan spatula

d. Pres hidrolik (OL 57 Manfredi, Italy) e. Gelas beker ((Pyrex(R), USA))

(42)

g. Spatula semen untuk mengaduk resin akrilik dan pot pengaduk porselen h. Mata bur freser

i. Unit kuring (Fili Manfredi, Italy)

j. Timbangan digital (Sartorius AG Gottingen, Germany) k. Timbangan biasa (Lion Star, Indonesia)

3.8.1.2. Alat yang Digunakan untuk Pembuatan Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.)

a. Tabung Erlenmeyer

b. Rotary Evaporator (Buchi, Switzerland) c. Timbangan biasa (Lion Star,Indonesia) d. Blender (Panasonic, Indonesia)

e. Kertas saring (Whatman no 42, England) f. Gelas beker ((Pyrex(R), USA))

g. Corong kaca (Royal Woorrester, England) h. Plastik selopan

i. Labu takar 150 mL dan botol Viyal j. Waterbath

k. Timbangan digital (Sartorius AG Gottingen, Germany)

3.8.1.3. Alat yang Digunakan untuk Menguji Sampel

a. Alat uji kekuatan transversal : Universal Testing Machine Shimadzu Servopulser 100kN, Tokyo-Japan

b. Alat uji kekuatan impak : Gotec Impact

c. Alat uji densitas dan daya serap air : Neraca Analitik dan Beaker glass

3.8.2. Bahan Penelitian

3.8.2.1. Bahan Pembuatan Sampel

a. Resin akrilik polimerisasi panas (QC 20, England) b. Cold mould seal (QC 20, England)

(43)

e. Vaselin f. Plastik selopan g. Aquades

h. Kertas pasir waterproof dengan ukuran 600

i. Dental shine

3.8.2.2. Bahan Pembuatan Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.)

a. Daun sirih (Piper betle L.) 1 kg

b. Metanol 96% 1 liter (Kimia Farma, Indonesia)

3.9. Cara Pembuatan

3.9.1. Pembuatan Model Induk

Model induk dibuat dari logam stainless steel dengan ukuran 64 mm x 10 mm x 2,5 mm untuk uji kekuatan transversal, 50 mm x 6 mm x 4 mm untuk uji kekuatan impak, agar mendapatkan mould sampel resin akrilik polimerisasi panas.

3.9.2. Pembuatan Sampel

3.9.2.1. Pembuatan Sampel untuk Uji Kekuatan Transversal

Model induk untuk uji kekuatan transversal berukuran 64 mm x 10 mm x 2,5 mm.

A. Pembuatan Mould

1. Gips keras dicampur air dengan perbandingan 150 gram gips keras : 75 ml air dan diaduk dengan menggunakan spatula selama 60 detik sampai adonan tercampur homogen.

2. Adonan gips keras dituang ke dalam kuvet bawah dan biarkan beberapa menit diatas vibrator.

3. Model induk dibenamkan sampai setinggi permukaan adonan gips keras dalam kuvet bawah dan didiamkan sampai mengeras selama 60 menit.

4. Permukaan gips keras, model induk, dan kuvet atas diolesi vaselin.

(44)

6. Kuvet diletakkan di atas vibarator dan vibrator dinyalakan.

7. Diamkan selama 60 menit hingga gips mengeras, lalu kuvet dibuka dan model induk diangkat dengan menggunakan lekron mass.

8. Setelah kering, permukaan gips pada kuvet bawah dan kuvet atas diolesi dengan

cold mould seal, kemudian dibiarkan selama 20 menit.

B. Pengisian Resin Akrilik pada Mould

1. Dicampur polimer dan monomer ke dalam pot porselen dengan perbandingan 2:1, lalu diaduk perlahan-lahan dengan menggunakan spatula semen sampai polimer dan monomer tercampur dengan baik.

2. Setelah adonan mencapai dough stage, adonan dimasukkan ke dalam mould yang berada pada kuvet bawah.

3. Plastik selopan diletakkan diantara kuvet atas dan bawah, kemudian kuvet ditutup dan ditekan dengan menggunakan pres hidrolik dengan tekanan 1000 psi.

4. Kuvet atas dibuka dan kelebihan akrilik dipotong, lalu kuvet ditutup kembali. 5. Dilakukan penekan kedua dengan tekanan 2200 psi, kemudian prosedur ke empat

diulang, lalu baut dipasang untuk mempertahankan kuvet atas dan bawah agar dapat beradaptasi dengan baik, kemudian dibiarkan selama 15 menit.

C. Kuring

Kuvet dimasukkan ke dalam waterbath. Pada tahap pertama, kuvet dibiarkan pada suhu kamar, kemudian diatur suhu 700C dan dibiarkan selama 90 menit. Selanjutnya suhu dinaikkan menjadi 1000C dan dibiarkan selama 30 menit. Lalu kuvet dibiarkan hingga mencapai suhu kamar.

D. Penyelesaian

(45)

3.9.2.2. Pembuatan Sampel untuk Uji Kekuatan Impak

Prosedur pembuatan sampel untuk uji kekuatan impak sama dengan prosedur pembuatan sampel untuk uji kekuatan transversal, yang berbeda adalah ukuran sampel yang digunakan, yaitu 50 mm x 6 mm x 4 mm untuk uji kekuatan impak.

3.9.3. Pembuatan Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.)

1. Proses mengekstrak dimulai dengan menyediakan daun sirih (Piper betle L.) sebanyak 1 kg.

2. Daun sirih (Piper betle L.) di cuci bersih kemudian ditiriskan.

3. Daun sirih (Piper betle L.) dikeringkan selama 10 hari pada suhu kamar. Setelah dikeringkan maka diperoleh daun sirih yang kering dan disebut dengan simplisia. 4. Simplisia kering dihaluskan dengan menggunakan blender kemudian ditimbang. 5. Kemudian daun sirih (Piper betle L.) dimasukkan ke dalam erlenmeyer lalu

ditambahkan metanol 96% kemudian diaduk dan ditutup rapat dengan plastik selopan.

6. Didiamkan selama 2 x 24 jam, dan dilakukan pengadukan setiap harinya.

7. Setelah 2 hari lalu disaring dengan menggunakan kertas saring dan diperoleh ekstrak cair daun sirih (Piper betle L.).

8. Ampas daun sirih (Piper betle L.) dimaserasi kembali (remaserasi) selama 2 hari dengan menambahkan metanol 96% dan diperoleh ekstrak cair daun sirih (Piper betle L.).

9. Setiap ekstrak cair daun sirih (Piper betle L.) diuapkan dengan menggunakan

rotary evaporator untuk memperoleh ekstrak kental daun sirih (Piper betle L.) 10. Proses ekstraksi selesai dan diperoleh ekstrak kental daun sirih (Piper betle L.).

3.10. Analisis Data

(46)

3.11. Diagram Alir

3.11.1. Pembuatan Sampel Resin Akrilik

A. Pembuatan Mould

150 gr Gips 75 ml air

diaduk dengan spatula selama 60 detik hingga homogen

Adonan gips

dituang kedalam kuvet bawah diatas vibrator

dibenamkan Model Induk setinggi permukaan gips

diolesi vaselin

disatukan kuvet atas dan kuvet bawah

didiamkan selama 60 menit

diisi adonan gips (200 gr gips : 100 ml air ) ke dalam kuvet atas

didiamkan selama 60 menit kuvet dibuka dan diangkat Model Induk

diolesi cold mould seal

dibiarkan selama 20 menit

(47)

B. Pembuatan Resin Akrilik

Polimer 6 gr Monomer 3 ml

dicampur, diaduk dengan spatula semen

dimasukkan ke dalam pot porselen

Adonan dough stage

dimasukkan ke mould yang berada pada kuvet bawah diletakkan plastik selopan diatas mould

ditutup dengan kuvet atas ditekan dengan pres hidrolik sebesar 1000 psi

dibuka kuvet atas dan dipotong kelebihan akrilik

ditutup kuvet dan dilakukan penekanan kembali sebesar 2200 psi

dibiarkan selama 15 menit dimasukkan ke dalam

waterbath

diatur suhu 70 C dan dibiarkan selama 90 menit dinaikkan suhu 100 C dan dibiarkan selama 30 menit dibiarkan hingga mencapai suhu kamar

dihaluskan menggunakan micromotor dan kertas pasir waterproof 600

dikeluarkan sampel dari kuvet

dipolis dengan dental shine

(48)

3.11.2. Pembuatan Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.)

!

"

#

"

$ % $ $

!

"

&

$

!

(49)

3.11.3. Pengujian Sampel

Resin Akrilik

diuji sifat fisis dan mekanis

Sifat Fisis Sifat Mekanis

Kuat Impak

Kuat Transversal Daya Serap

Air Densitas

Analisis Data

Hasil

(50)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Densitas (density)

Uji densitas dilakukan enam kali pengukuran pada setiap perlakuan resin akrilik polimerisasi panas. Hasil pengukuran pada seluruh sampel uji dapat dilihat pada tabel 4.1.1.

Tabel 4.1.1. Densitas Basis Gigi Tiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Tanpa dan Direndam dengan Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.)

No Waktu

(menit) Massa (gr) Volume (cm

3

) Densitas(gr/ cm3)

1 0 1,5380 1,6 0,9570

2 5 1,5617 1,6 0,9790

3 15 1,5733 1,6 1,0026

4 25 1,5933 1,6 0,9976

Data pengukuran perendaman basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas setelah dilakukan perendaman dalam larutan ekstrak daun sirih (Piper betle L.) dianalisis secara statistik menggunakan uji One Way ANOVA dengan tingkat kemaknaan (( = 0,05). Hasil uji statistik ini selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.1.2.

4.1.2. Hasil Uji Statistik Densitas Basis Gigi Tiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Tanpa dan Direndam dengan Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.)

Waktu (menit) N Mean ± SD Mean-Difference(I-J) Sig.

0 6 0,9570 ± 0,0058

5 6 0,9790 ± 0,0185 -0,0220(*) 0,007

15 6 1,0026 ± 0,0110 -0,0456(*) 0,000

25 6 0,9976 ± 0,0218 -0,0406(*) 0,000

(51)
(52)

Perendaman selama 5 menit yakni 0,9790 g/cm3 (p = 0,007) terlihat meningkat dibandingkan dengan kontrol (0,9570 g/cm3). Juga pada perendaman selama 15 menit dengan densitas sebesar 1,0026g/cm3 (p = 0,000) terlihat semakin meningkat dibandingkan dengan perendaman selama 5 menit (0,9790 g/cm3) dan kontrol (0,9570 g/cm3). Namun pada perendaman selama 25 menit yakni 0,9976 g/cm3 (p = 0,000) terlihat nilai densitas menurun dibandingkan dengan perendaman selama 15 menit 1,0026g/cm3.

Densitas merupakan kerapatan suatu material atau sering didefinisikan sebagai perbandingan massa dengan volume. Sesuai referensi ISO 1183, resin akrilik memiliki massa jenis 0,9975 g/cm3 (Yosephin, 2012). Pada hasil penelitian ini, perendaman selama 15 menit yakni 1,0026 g/cm3 menunjukkan nilai densitas tertinggi di bandingkan dengan waktu perendaman lain, namun pada waktu perendaman selama 25 menit densitas menurun yakni sebesar 0,9976 g/cm3. Hal ini dapat disebabkan terdapatnya rongga atau kekosongan pada sampel tersebut. Hubungan densitas suatu bahan adalah berbanding terbalik dengan nilai porositasnya, di mana semakin besar nilai densitas maka semakin sedikit terbentuknya rongga atau poros dalam bahan tersebut. Densitas suatu bahan dapat menunjukkan tingkat kekuatan mekanis dalam bahan tersebut. Semakin tinggi kerapatan suatu bahan maka semakin bagus pula sifat mekanisnya. Hasil penelitian ini menunjukkan nilai densitas sebesar 1,0026 g/cm3 (p = 0,000) merupakan nilai terbesar setelah perendaman dalam ekstrak daun sirih (Piper betle L.).

4.2. Daya Serap Air (Water absorption)

(53)

Tabel 4.2.1. Daya Serap Air Basis Gigi Tiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Tanpa dan Direndam dengan Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.)

Data pengukuran perendaman basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas setelah dilakukan perendaman dalam larutan ekstrak daun sirih (Piper betle L.) dianalisis secara statistik menggunakan uji One Way ANOVA dengan tingkat kemaknaan (( = 0,05). Hasil uji statistik ini selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.2.2.

4.2.2. Hasil Uji Statistik Daya Serap Air Basis Gigi Tiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Tanpa dan Direndam dengan Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.)

Perbedaaan rata-rata hasil perendaman basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas pada masing-masing waktu perendaman dapat di lihat pada gambar 4.2.

No Waktu (menit) Massa Kering (gr)

Massa Basah (gr)

Penyerapan air (%)

1 0 1,610

2 5 1,690 1,691 0,059

3 15 1,810 1,811 0,055

4 25 1,738 1,739 0,057

Waktu (menit) N Mean ± SD Sig.

0 6

5 6 0,059 ± 0,015

0,018(*)

15 6 0,055 ± 0,003

25 6 0,057 ± 0,000

(54)
(55)

yang menyatakan bahwa polifenol yang bersifat asam dapat melarutkan atau menurunkan daya tarik antara molekul resin akrilik dan reaksi polifenol menyebabkan banyak rantai polimer terputus.

Salah satu kandungan daun sirih (Piper betle L.) adalah minyak atsiri dimana komponen utamanya terdiri atas fenol (Hermawan, 2009). Apabila fenol berkontak dengan resin akrilik akan menyebabkan kerusakan pada resin akrilik secara kimiawi (Tarida, 2011). Senyawa fenol dapat berdifusi ke dalam resin akrilik dan terjadi pemutusan rantai panjang polimer resin akrilik sehingga mengakibatkan beberapa hal yaitu ikatan antar molekul menurun, perusakan secara kimia, retak atau crazing, penurunan kekerasan termasuk kekuatan transversal dan kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas (Weny, 2012).

4.3. Kekuatan Impak

Uji kekuatan impak dilakukan enam kali pengukuran pada setiap perlakuan resin akrilik polimerisasi panas. Hasil pengukuran pada seluruh sampel uji dapat dilihat pada tabel 4.3.1.

Tabel 4.3.1. Kekuatan Impak Basis Gigi Tiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Tanpa dan Direndam dengan Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.)

Data pengukuran perendaman basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas setelah dilakukan perendaman dalam larutan ekstrak daun sirih (Piper betle L.) dianalisis secara statistik menggunakan uji One Way ANOVA dengan tingkat kemaknaan (( = 0,05). Hasil uji statistik ini selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.3.2.

No Waktu Perendaman

(menit)

Kuat Impak (J/m2)

1 0 7,562

2 5 8,021

3 15 8,126

(56)
(57)

(3.2). Perbedaan rata-rata kekuatan impak hasil pengukuran pada sampel resin akrilik polimerisasi panas yaitu 7,562 J/m2 pada 0 menit (kontrol), 8,021 J/m2 pada perendaman 5 menit, 8,126 J/m2 pada perendaman 15 menit, dan 8,040 J/m2 pada perendaman 25 menit.

Dari data yang terkumpul bahwa rata-rata nilai perubahan kekuatan impak pada sampel resin akrilik meningkat pada setiap perlakuan perendaman 5, 15 dan 25 menit dibandingkan dengan kelompok kontrol. Dari hasil tersebut nilai terbesar adalah sampel resin akrilik yang direndam selama 15 menit dan yang terkecil direndam selama 5 menit. Hasil juga menunjukkan ada perbedaan yang bermakna (p<0,05) pada setiap perlakuan perendaman. Berarti jenis larutan desinfektan yang digunakan berpengaruh terhadap perubahan kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas.

(58)

L.) ikut terserap dan menyebabkan resin akrilik akan menjadi crazing (retak) sehingga menyebabkan penurunan kekuatan impak. Rindy (2013) juga menunjukkan senyawa polifenol yang terdapat dalam kopi robusta dapat menurunkan kekuatan impak.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan perubahan yang bermakna (p<0,05). Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Umar (2011) yang menyatakan tidak ada pengaruh lama perendaman infusa daun sirih 35% terhadap kekuatan impak. Hal ini mungkin dapat disebabkan karena ukuran sampel yang berbeda, yaitu ukuran sampel yang digunakan dalam penelitian Umar adalah (65 x 10 x 2,5) mm, sedangkan pada penelitian ini digunakan ukuran (50 x 6 x 4 ) mm. Menurut Bashi dan Al-Newa (2009), ketebalan bahan basis resin akrilik merupakan faktor yang menentukan kekuatan gigi tiruan.

4.4. Kekuatan Transversal

Uji kekuatan transversal dilakukan enam kali pengukuran pada setiap perlakuan resin akrilik polimerisasi panas. Hasil pengukuran pada seluruh sampel uji dapat dilihat pada tabel 4.4.1.

Tabel 4.4.1. Kekuatan Transversal Basis Gigi Tiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Tanpa dan Direndam dengan Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.)

Data pengukuran perendaman basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas setelah dilakukan perendaman dalam larutan ekstrak daun sirih (Piper betle L.) dianalisis secara statistik menggunakan uji One Way ANOVA dengan tingkat kemaknaan (( = 0,05). Hasil uji statistik ini selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.4.2.

No Waktu Perendaman

(menit)

Kuat Transversal (MPa)

1 0 52,110

2 5 63,611

3 15 68,698

(59)
(60)

Dari data yang terkumpul bahwa rata-rata nilai perubahan kekuatan transversal pada sampel resin akrilik meningkat pada setiap perlakuan perendaman 5, 15 dan 25 menit dibandingkan dengan kelompok kontrol. Dari hasil tersebut nilai terbesar adalah sampel resin akrilik yang direndam selama 15 menit dan yang terkecil direndam selama 5 menit. Hasil juga menunjukkan ada perbedaan yang bermakna (p<0,05) pada setiap perlakuan perendaman. Berarti jenis larutan desinfektan yang digunakan berpengaruh terhadap perubahan kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi panas.

Gambar

Tabel 2.1 Kandungan Kimia pada Daun Sirih
Gambar 3.2 Bentuk dan ukuran sampel untuk uji kekuatan impak
tabel 4.1.1.
gambar 4.2.
+3

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan tabel 4 diperoleh gambaran perilaku seksual berupa petting di kalangan mahasiswa dengan frekuensi selalu 2 orang (6,67%), kadang-kadang 1 orang (3,33%), pernah 5

Armour layer memiliki ukuran butir yang hampir s~ragam, namun bergradasi butir yang bervariasi diantara butiran penyusunnya, Struktur amlOur layer yang terbentuk,

Opinion leader dalam sistem kegiatan dakwah islamiyah memiliki peran sentral dalam upaya mempengaruhi pemahaman dan pikiran orang lain yang berbeda dengan dirinya

Ia senang mengurus anak-anak dan rumah tangganya dengan baik termasuk mencari nafkah, Ibu Priska Sirait juga tidak mau menceritakan ketidakadilan yang ia alami di

Metode LD adalah suatu metode yang dikembangkan dengan cara menghilangkan pengamatan yang diduga outlier secara bertahap, Metode LR adalah suatu metode yang didasarkan

Teori yang digunakan dalam menganalisis sistem pengaduan pelanggan adalah pengacu pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor

Data yang telah diperoleh dengan menggunakan sistem komputerisasi yang meliputi nilai pH dan laju alir saliva yang distimulasi oleh cokelat dan keju cheddar pada subjek

Pengawasan yang dilakukan adalah (1) mengembangkan sistem informasi pengawasan secara transparan dan terukur (accountable); (2) meningkatkan kualitas informasi sistem