• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

RINGKASAN

LUKMANUL HAKIM. Distribusi Hutan Alam dan Laju Perubahannya Menurut Kabupaten di Indonesia. Di bawah bimbingan Dr. Ir. M. Buce Saleh, MS.

Indonesia merupakan negara yang memiliki hutan dengan keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Ketergantungan yang sangat besar terhadap hutan membawa dampak negatif terhadap kelestariannya. Untuk dapat mengelola hutan dengan prinsip kelestarian, maka diperlukan data yang akurat serta tepat waktu mengenai kondisi hutan alam Indonesia. Kegiatan pengumpulan data dan informasi tersebut dapat dilakukan dengan memanfaatkan teknologi penginderaan jauh satelit. Keberadaan satelit sumberdaya alam dengan resolusi spasial yang relatif rendah serta mudah diperoleh seperti SPOT 4 Vegetasi akan mempermudah pengumpulan informasi untuk areal yang luas, seperti wilayah Indonesia. Citra SPOT 4 Vegetasi dapat digunakan untuk monitoring hutan alam karena mempunyai resolusi yang rendah (1Km x 1Km) dan periode perekaman yang pendek (10 harian).

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui distribusi hutan alam dan laju perubahannya menurut kabupaten di Indonesia tahun 2001 dan 2004 serta menganalisis faktor yang mempengaruhi laju perubahan hutan alam yaitu luas hutan alam tahun 2001, jumlah penduduk dan pendapatan per kapita.

Bahan yang digunakan adalah citra satelit SPOT 4 Vegetasi bulan Juni-Juli 2001 dan Juli-Agustus 2004. Selain itu digunakan data pendukung berupa Peta rupabumi Indonesia skala 1:1.000.000 dan peta administrasi Indonesia skala 1:50.000 tahun 1999. Metode penelitian meliputi 4 tahap utama. Tahap pertama adalah pengolahan awal citra yang terdiri atas kegiatan import data, layer stack, koreksi geometrik, cropping, penghilangan awan, dan interpretasi visual citra satelit. Tahap kedua adalah pengolahan citra yang meliputi kegiatan pengenalan pola spektral dan klasifikasi knowledge based dengan teknik Fuzzy. Tahap ketiga adalah analisis perubahan hutan alam dengan membandingkan luas hutan alam tahun 2001 dan 2004. Tahap terakhir adalah analisis faktor yang mempengaruhi perubahan hutan alam yaitu luas hutan alam tahun 2001, jumlah penduduk dan pendapatan per kapita.

Citra SPOT 4 Vegetasi pada kombinasi band 4-3-2 dapat membedakan dengan baik 5 kelas penutupan lahan yaitu hutan alam, vegetasi non hutan alam, areal terbuka, badan air dan awan. Tiap kelas penutupan lahan mempunyai pola spektral yang berbeda-beda. Perbedaan pola spektral ini disebabkan perbedaan panjang gelombang yang dipantulkan oleh tiap kelas penutupan. Untuk mengamatinya dapat dilihat dari nilai digital (digital number) masing-masing kelas.

Berdasarkan penelitian sebelumnya oleh Prasetyo dan Fitria (2005), telah diambil beberapa training area untuk tiap kelas penutupan pada citra SPOT 4 Vegetasi di Pulau Sumatra dan Kalimantan. Nilai digital dari tiap kelas penutupan ini akan digabung sehingga mendapatkan nilai digital yang baru yang akan digunakan untuk melihat pola spektral seluruh Indonesia.

Untuk menyusun fungsi keanggotaan fuzzy, digunakan nilai digital piksel dari gabungan training area yang telah dibuat pada penelitian sebelumnya. Aturan yang telah disusun telah diuji secara temporal sehingga dapat digunakan untuk klasifikasi pada citra dengan periode perekaman yang berbeda. Nilai digital dari band penentu akan digunakan dalam penyusunan aturan dengan logika Fuzzy. Fungsi keanggotaan masing-masing kelas penutupan lahan bernilai benar, apabila termasuk ke dalam rentang spektral yang telah diidentifikasi. Fungsi keanggotaan untuk nilai spektral dibawah atau diatas rentang tersebut dihitung dengan menggunakan rumus sehingga didapatkan fungsi keanggotaan antara 0 sampai 1 yang merupakan piksel fuzzy.

Setelah aturannya tersusun, klasifikasi dilakukan terhadap citra SPOT 4 Vegetasi hasil perekaman tahun 2001 dan tahun 2004. Klasifikasi ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan dari aturan yang telah dibuat dalam mengklasifikasikan setiap kelas penutupan lahan pada tahun yang berbeda. Aturan dibuat pada citra tahun 2001 karena nilai digital yang digunakan dalam penyusunan aturan menggunakan nilai digital citra SPOT 4 Vegetasi tahun 2001. Klasifikasi citra SPOT 4 vegetasi tahun 2004 dilakukan setelah klasifikasi pada citra tahun 2001 dapat digunakan dalam membedakan kelas penutupan lahan.

Citra yang diklasifikasi adalah citra yang sudah diperbaiki tingkat keawanannya dengan metode komposit time series. Pada citra tahun 2001 digunakan citra hasil perekaman bulan Juni dan bulan Juli tahun 2001 karena pada bulan tersebut tingkat keawanannya lebih rendah dibandingkan dengan bulan lainnya. Pada citra tahun 2004 digunakan citra hasil perekaman bulan Juli dan Agustus 2004 karena tingkat keawanannya juga lebih rendah dibandingkan dengan bulan lainnya.

Hasil klasifikasi menunjukkan perbedaan yang sangat jelas antara citra tahun 2001 dengan citra tahun 2004. Perbedaaan ini dapat dilihat dari beberapa kelas penutupan yang tidak dapat terklasifikasi dengan baik. Kelas penutupan hutan alam tidak terklasifikasi dengan baik pada tahun 2001 dimana luas hutan alam tahun 2001 lebih kcil dibandingkan dengan luas hutan alam 2004. Hal ini disebabkan banyak daerah yang tertutup haze pada tahun 2001 yang seharusnya kelas penutupannya hutan alam terklasifikasi sebagai kelas penutupan selain hutan alam. Sementara pada tahun 2004 daerah tersebut kelas penutupannya hutan alam. Berdasarkan hasil klasifikasi citra SPOT 4 Vegetasi didapatkan bahwa hutan alam yang terdapat di Indonesia pada tahun 2001 seluas 85.126.400 Ha, sedangkan hutan alam tahun 2004 seluas 67.910.500 Ha. Selama kurun waktu tiga tahun, hutan alam Indonesia berkurang seluas 17.215.900 Ha atau sekitar 5.738.633 Ha per tahunnya. Hutan alam yang paling luas pada tahun 2004 terdapat di provinsi Papua yaitu 20.304.700 Ha atau 29,90 % dari total luas hutan alam Indonesia dengan laju perubahan hutan per tahun nya sekitar 1.332.200 Ha/tahun. Untuk tingkat kabupaten yang memiliki luas hutan alam terbesar adalah kabupaten Kapuas Hulu di Kalimantan Barat yaitu sekitar 2.178.900 Ha dengan laju perubahan hutan alam per tahunnya seluas 8.200 Ha/tahun. Kabupaten yang memiliki tingkat laju perubahan hutan alam yang paling tinggi adalah Kabupaten Waropen di Provinsi Papua yaitu sekitar 356.267 Ha/tahun.

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju perubahan hutan alam yaitu sisa hutan alam tahun 2001, jumlah penduduk dan pendapatan per kapita. Sisa hutan alam tahun 2001 mempunyai nilai korelasi positif dan berpengaruh sangat nyata

terhadap laju perubahan hutan alam dengan model regresi y= 6.087 + 0,0431x. Jumlah penduduk mempunyai nilai korelasi negatif dan berpengaruh sangat nyata terhadap laju perubahan hutan alam dengan model regresi y= 24.342 - 0,0124x, sedangkan pendapatan per kapita mempunyai nilia korelasi positif dan berpengaruh sangat nyata terhadap laju perubahan hutan alam dengan model regresi y= 3.007 + 0,0126x. Dalam analisis regresi berganda terhadap ketiga faktor tersebut diperoleh model regresi y=1.630 + 0,0346x1 - 0,00082x2 + 0,0112x3.

DISTRIBUSI HUTAN ALAM DAN LAJU PERUBAHANNYA

MENURUT KABUPATEN DI INDONESIA

Dokumen terkait