• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab I Hasil Pemeriksaan Keuangan pada Pemerintah

B. Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Kementerian/

36. Departemen Perhubungan

37. Menteri Negara Perumahan Rakyat

38. Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal

39. Bapertarum

40. Badan Meteorologi dan Geofisika

Komisi VI: Perdagangan, Perindustrian, Investasi, Koperasi UKM, dan BUMN (nomor urut 41 – 46)

41. Departemen Perindustrian

42. Departemen Perdagangan

43. Kementerian Negara KUKM

44. Kementerian Negara BUMN

45. Badan Koordinasi Penanaman Modal

46. Badan Standardisasi Nasional

Komisi VII: Energi, Sumber Daya Mineral, Riset dan Teknologi, Lingkungan Hidup (nomor urut 47 - 56)

47. Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral

48. Kementerian Negara Lingkungan Hidup

49. Kementerian Negara Riset dan Teknologi

50. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

52. Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN)

53. Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN)

54. Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL)

55. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)

56. Badan Pusat Statistik (BPS)

Komisi VIII: Agama, Sosial dan Pemberdayaan Perempuan (nomor urut 57 – 61)

57. Departemen Agama

58. Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Kemenko Kesra)

59. Departemen Sosial

60. Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan

61. Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana

Komisi IX: Kependudukan, Kesehatan, Tenaga Kerja dan Transmigrasi (nomor urut 62 – 66)

62. Departemen Kesehatan

63. Departemen Nakertrans

64. BKKBN

65. Badan Pengawasan Obat dan Makanan

66. Badan Narkotika Nasional

Komisi X: Pendidikan, Pemuda, Olah Raga, Pariwisata, Kesenian dan Kebudayaan(nomor urut 71 – 78)

67. Departemen Pendidikan Nasional

68. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata

69. Kementerian Pemuda dan Olahraga

70. Perpustakaan Nasional

Komisi XI : Keuangan, Perencanaan Pembangunan Nasional, Perbankan (nomor urut 71 – 78)

71. Kementerian Negara Perekonomian

72. Departemen Keuangan

73. APP 61 (Pembayaran Bunga Utang) APP 62 (Subsidi dan Transfer Lainnya) APP 69 (Belanja Lain-Lain)

APP 70 (Dana Perimbangan)

APP 71 (Dana Otsus dan Penyesuaian) APP 96 (Cicilan Pokok Utang LN) APP 97 (Cicilan Pokok Utang DN) APP 98 (Penerusan Pinjaman) APP 99 (Penyertaan Modal Negara)

74. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

75. Badan Rehabilitasi dan Rekonsiliasi NAD-Nias

76. Setjen Badan Pemeriksa Keuangan

77. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan

78. STAR- SDP

A. Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Badan Lainnya 1. Bank Indonesia

1. Departemen Pertahanan (Dephan)

Berdasarkan hasil pemeriksaan atas Laporan Keuangan Departemen Pertahanan (Dephan) dan TNI Tahun 2007, BPK menyatakan “Tidak Memberikan Pendapat (TMP)” karena kelemahan SPI dalam penyusunan laporan realisasi anggaran, barang milik negara dan persediaan serta permasalahan yang material pada realisasi belanja modal, sehingga BPK tidak dapat menerapkan prosedur pemeriksaan yang memadai.

Laporan Realisasi Anggaran (LRA) Dephan dan TNI Tahun 2007 menunjukkan realisasi pendapatan negara dan hibah sebesar Rp121,08 miliar atau 182,29% dari anggaran yang ditetapkan yaitu sebesar Rp66,42 miliar. Realisasi belanja sebesar Rp30,61 triliun atau 92,86 % dari anggaran yang ditetapkan sebesar Rp32,96 triliun. Neraca per 31 Desember 2007 menunjukkan total aset sebesar Rp112,47 triliun, total kewajiban dan ekuitas dana investasi masing-masing sebesar Rp2,77 triliun dan sebesar Rp109,69 triliun.

Hasil pemeriksaan atas Laporan Keuangan Dephan dan TNI Tahun 2007 yang perlu mendapat perhatian antara lain sebagai berikut.

Kelemahan Sistem Pengendalian Intern

1.1Terdapat kelemahan dalam Sistem Pengendalian Intern penyusunan LRA Tahun 2007 mengakibatkan antara lain tujuan diselenggarakannya SAI dan pelaporan keuangan pemerintah tidak tercapai.

1.2 Sistem pengendalian intern barang milik negara dan persediaan pada Dephan dan TNI belum memadai sehingga saldo aset tetap dan saldo persediaan yang disajikan dalam laporan keuangan tidak dapat dinilai kewajarannya.

Ketidakpatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan

1.3 Realisasi belanja modal dan saldo akun Dana Yang Dibatasi Penggunaannya pada Laporan Keuangan Dephan Tahun 2007 tidak mencerminkan nilai yang wajar karena adanya pencairan anggaran pada akhir tahun yang dananya disimpan dalan bentuk rekening atau uang tunai namun tidak dilaporkan.

1.4 Pengelolaan dana Pelayanan Masyarakat Umum (Yankesmasum) dan hasil pelayanan jasa Jawatan Hidro Oseanografi (Janhidros) belum memperoleh ijin Menkeu, sehingga penerimaan dan pengeluaran dana tersebut tidak bisa dicatat dalam LRA sebagai PNBP dan realisasi belanja.

2. Departemen Luar Negeri

Berdasarkan hasil pemeriksaan atas Laporan Keuangan Departemen Luar Negeri (Deplu) Tahun 2007, BPK menyatakan “Tidak Memberikan Pendapat (TMP)” karena adanya kelemahan pengendalian intern yang mengakibatkan BPK tidak dapat menerapkan prosedur pemeriksaan yang memadai.

Laporan Realisasi Anggaran (LRA) Deplu Tahun 2007 menunjukkan realisasi pendapatan negara dan hibah sebesar Rp332,74 miliar atau 116,60% dari anggaran yang ditetapkan, yaitu sebesar Rp285,36 miliar. Realisasi belanja sebesar Rp3,37 triliun atau 62,07% dari anggaran yang ditetapkan sebesar Rp5,43 triliun. Neraca per 31 Desember 2007 menunjukkan total aset sebesar Rp2,80 triliun, total kewajiban dan ekuitas dana masing-masing sebesar Rp577,41 miliar dan Rp2,23 triliun.

Hasil pemeriksaan atas Laporan Keuangan Deplu Tahun 2007 yang perlu mendapat perhatian antara lain sebagai berikut.

Kelemahan Sistem Pengendalian Intern

2.1 Penerimaan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang berasal dari penerimaan PNBP non fungsional dari luar negeri sebesar Rp121,54 miliar masih belum dapat dirinci per jenis penerimaan dan belum dicatat sebagai pendapatan, sehingga penerimaan pada LRA Deplu TA 2007 tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya.

2.2 Aset tetap pada laporan keuangan Deplu tidak dapat diyakini kebenarannya karena belum dilakukan inventarisasi terhadap aset-aset tetap yang dimiliki untuk memperoleh keandalan data meliputi kuantitas, kualitas, keberadaan serta kepemilikan aset tetap dilingkungan Deplu.

2.3 Revaluasi (penilaian kembali) atas aset tetap khususnya dengan tanggal perolehan sebelum neraca awal posisi per 31 Desember 2004 pada beberapa satker perwakilan yaitu KBRI Manila, KBRI Bangkok, KBRI Tokyo dan KJRI Osaka belum pernah dilakukan, sehingga penyajian nilai aset tetap per 31 Desember 2007 belum sepenuhnya wajar.

2.4 Terdapat pengeluaran setelah perolehan awal suatu aset tetap yang memperpanjang masa manfaat atau yang kemungkinan besar memberi manfaat ekonomik di masa yang akan datang dalam bentuk kapasitas, mutu produksi atau peningkatan standar kinerja namun nilai pengeluaran pekerjaan tersebut tidak dikapitalisasi ke nilai aset tetap dalam neraca, sehingga pencatatan aset tetap khususnya gedung dan bangunan serta peralatan/mesin belum sepenuhnya wajar.

3. Departemen Komunikasi dan Informatika

Berdasarkan hasil pemeriksaan atas Laporan Keuangan Departemen Komunikasi dan Informatika (Depkominfo) Tahun 2007, BPKmemberikan pendapat ‘’Tidak Wajar (TW)’’ atas Laporan Keuangan Depkominfo Tahun 2007, karena dampak belum dikonsolidasikannya laporan keuangan Badan Layanan Umum Balai Telekomunikasi dan Informasi Perdesaan Tahun 2007 kedalam Laporan Keuangan Depkominfo Tahun 2007 serta belum dilaksanakannya revaluasi terhadap Barang Milik Negara (BMN) yang diperoleh Depkominfo sebelumnya.

Laporan Realisasi Anggaran (LRA) Tahun 2007 menunjukkan realisasi pendapatan negara dan hibah sebesar Rp4,58 triliun atau 130,00 % dari anggaran yang ditetapkan sebesar Rp3,52 triliun sedangkan realisasi belanja sebesar Rp1,01 triliun atau 41,22% dari anggaran sebesar Rp2,45triliun. Neraca per 31 Desember 2007 menunjukkan total aset sebesar Rp1,92 triliun, total kewajiban sebesar Rp4,02 miliar dan total ekuitas sebesar Rp1,92 triliun Hasil pemeriksaan atas Laporan Keuangan Depkominfo Tahun 2007 yang perlu mendapat perhatian antara lain sebagai berikut.

Kelemahan Sistem Pengendalian Intern

3.1 Pencatatan dan pelaporan persediaan tidak tertib sehingga nilai persediaan yang disajikan dalam Neraca Depkominfo per 31 Desember 2007 tidak dapat diyakini kewajarannya.

3.2 Pencatatan piutang PNBP Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi (Ditjen Postel) belum dilaksanakan secara tertib dan terdapat denda keterlambatan piutang PNBP sebesar Rp11,00 miliar tidak dipungut sehingga piutang PNBP atas biaya hak pemakaian frekuensi lebih catat sebesar Rp30,19 miliar dan pendapatan negara dari denda PNBP BHP frekuensi kurang diterima sebesar Rp11,00 miliar.

3.3 Depkominfo belum melakukan penilaian kembali barang milik negara dalam rangka menyusun neraca awal sehingga aset tetap yang diperoleh sebelum 31 Desember 2005 yang dilaporkan dalam neraca per 31 Desember 2007 belum menyajikan nilai wajar.

Ketidakpatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan

3.4 Laporan Keuangan Badan Layanan Umum Balai Telekomunikasi dan Informasi Perdesaan Tahun 2007 belum dikonsolidasikan kedalam Laporan Keuangan Depkominfo sehingga Laporan Keuangan Depkominfo tidak disajikan secara wajar.

3.5 Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit (Balmon) Makassar membeli tanah senilai Rp2,04 miliar yang status kepemilikan tanahnya tidak atas nama penjual, sehingga berpotensi merugikan keuangan negara.

4. Dewan Ketahanan Nasional

Berdasarkan hasil pemeriksaan atas Laporan Keuangan Dewan Ketahanan Nasional (Wantannas) Tahun 2007, BPK menyatakan “Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)” dalam semua hal yang material, posisi keuangan Wantannas tanggal 31 Desember 2007 dan laporan realisasi anggaran untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

Laporan Realisasi Anggaran (LRA) Wantannas Tahun 2007 menunjukkan realisasi pendapatan negara dan hibah sebesar Rp253,50 juta atau 8.450 % dari anggaran yang ditetapkan sebesar Rp3,00 juta. Realisasi belanja sebesar Rp27,54 miliar atau 91,26 % dari anggaran yang ditetapkan sebesar Rp30,18 miliar. Neraca per 31 Desember 2007 menunjukkan total aset sebesar Rp18,46 miliar, total kewajiban dan ekuitas dana investasi masing-masing sebesar nihil dan sebesar Rp18,46 miliar.

Hasil pemeriksaan atas Laporan Keuangan Wantannas Tahun 2007 yang perlu mendapat perhatian antara lain sebagai berikut.

Kelemahan Sistem Pengendalian Intern

4.1 Penggunaan gedung milik Sekretariat Negara oleh Wantannas tidak didukung dengan bukti penyerahan dan pengelolaan gedung sehingga status penggunaannya tidak jelas.

Ketidakpatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan.

4.2 Pelaksanaan kegiatan belanja barang dan perjalanan dinas sebesar Rp244,06 juta tidak dapat dipertanggungjawabkan, mengakibatkan kelebihan pembayaran honor sebesar Rp14,50 juta dan pembayaran perjalanan dinas, akomodasi dan konsumsi tidak diyakini kebenarannya sebesar Rp229,56 juta.

4.3 Pertanggungjawaban dan pelaporan realisasi anggaran dana operasional Menteri/Pejabat setingkat Menteri Tahun 2007 sebesar Rp420,00 juta belum dilaksanakan dengan benar, sehingga kebenaran material atas penggunaan dana operasional pimpinan sebesar Rp420,00 juta tidak dapat diuji.

5. Badan Intelijen Negara (BIN)

Berdasarkan hasil pemeriksaan atas Laporan Keuangan Badan Intelijen Negara (BIN) Tahun 2007, BPK menyatakan “Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)” dalam semua hal yang material, posisi keuangan BIN tanggal 31 Desember 2007 dan laporan realisasi anggaran untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

Laporan Realisasi Anggaran (LRA) BIN Tahun 2007 menunjukkan realisasi pendapatan negara dan hibah sebesar Rp303,73 juta. Realisasi belanja sebesar Rp1,04 triliun atau 97,19% dari anggaran yang ditetapkan sebesar Rp1,07 triliun. Neraca per 31 Desember 2007 menunjukkan total aset sebesar Rp2,53 triliun, total kewajiban dan ekuitas dana investasi masing-masing sebesar Rp51,40 juta dan sebesar Rp2,53 triliun.

Hasil pemeriksaan atas Laporan Keuangan BIN Tahun 2007 yang perlu mendapat perhatian antara lain sebagai berikut.

Kelemahan Sistem Pengendalian Intern

5.1 Kelebihan perhitungan beberapa jenis pekerjaan pembangunan system redundant dalam RAB sehingga berpotensi merugikan keuangan negara sebesar Rp39,20 juta.

5.2 Pembayaran honorarium dosen pelaksana diklat pada Pusdiklat BIN sebesar Rp25,50 juta dan honorarium pelaksana ujian akhir semester genap TA 2006/2007 pada Sekolah Tinggi Intelijen Negara sebesar Rp23,83 juta tidak sesuai ketentuan sehingga tidak dapat dipertanggungjawabkan / diyakini kebenarannya.

6. Lembaga Sandi Negara RI

Berdasarkan hasil pemeriksaan atas Laporan Keuangan Lembaga Sandi Negara RI (Lemsaneg) Tahun 2007, BPK menyatakan “Wajar Dengan Pengecualian (WDP)” karena tidak dilakukannya inventarisasi dan penilaian kembali aset tetap.

Laporan Realisasi Anggaran (LRA) Lemsaneg Tahun 2007 menunjukkan realisasi pendapatan negara dan hibah sebesar Rp223,56 juta atau 6.878 % dari anggaran yang ditetapkan sebesar Rp3,25 juta. Realisasi belanja sebesar Rp1,04 triliun atau 97,19 % dari anggaran yang ditetapkan sebesar Rp1,07 triliun. Neraca per 31 Desember 2007 menunjukkan total aset sebesar Rp2,52 triliun, total kewajiban dan ekuitas dana investasi masing-masing sebesar Rp7,34 juta dan sebesar Rp2,52 triliun.

Hasil pemeriksaan atas Laporan Keuangan Lemsaneg Tahun 2007 yang perlu mendapat perhatian antara lain sebagai berikut.

Kelemahan Sistem Pengendalian Intern

6.1 Sistem Pengendalian Intern (SPI) dalam penyusunan laporan keuangan belum memadai, sehingga penyajian laporan keuangan Lemsaneg belum sepenuhnya menggambarkan keadaan yang sebenarnya.

6.2 Terdapat BMN berupa tanah seluas 106.315 m2 belum bersertifikat/ belum memiliki bukti kepemilikan yang sah dan hasil pengadaan tanah Tahun 2007 seluas 75.375 m2 berlokasi di Sawangan belum dipasang batas-batas tanah, sehingga pengakuan kepemilikan atas tanah secara hukum masih lemah dan memberikan peluang timbulnya pengambilalihan atau penggunaan atas tanah tersebut oleh pihak lain.

Ketidakpatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan.

6.3 Pelaksanaan perbaikan asrama putra STSN melampaui batas anggaran yang telah ditetapkan, yakni berdasarkan SPK sebesar Rp149,72 juta menjadi sebesar Rp157,07 juta karena adanya pekerjaan tambah namun atas perubahan nilai tersebut tanpa melalui adendum, sehingga nilai aset hasil perbaikan sebesar Rp149,72 juta tidak dapat dinilai kewajarannya dan Lemsaneg mempunyai kewajiban sebesar Rp7,34 juta kepada PT ASP atas kekurangan pembayaran.

7. Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas)

Berdasarkan hasil pemeriksaan atas Laporan Keuangan Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) Tahun 2007, BPK menyatakan”Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)“ dalam semua hal yang material, posisi keuangan Lemhannas tanggal 31 Desember 2007 dan laporan realisasi anggaran untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

Laporan Realisasi Anggaran (LRA) Lemhannas Tahun 2007 menunjukkan realisasi pendapatan negara dan hibah sebesar Rp74,04 juta dari anggaran nihil. Realisasi belanja sebesar Rp126,35 miliar atau 83,42 % dari anggaran yang ditetapkan sebesar Rp151,47 miliar. Neraca per 31 Desember 2007 menunjukkan total aset sebesar Rp86,69 miliar, total kewajiban dan ekuitas dana investasi masing-masing sebesar Rp104,03 juta dan sebesar Rp86,59 miliar.

Hasil pemeriksaan atas Laporan Keuangan Lemhannas Tahun 2007 yang perlu mendapat perhatian antara lain sebagai berikut.

Kelemahan Sistem Pengendalian Intern

7.1 Fungsi dan kedudukan Inspektorat sebagai satuan pengawas intern dalam struktur organisasi Lemhannas belum optimal, karena posisi Inspektur berada dibawah Sektama dan Para Deputi, sehingga proses pemeriksaan dan pengawasan menjadi tidak optimal dan atau tidak dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan

Ketidakpatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan.

7.2 Kekurangan fisik atas pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan dan pengembangan gedung Lemhannas TA 2007 belum diperhitungkan, mengakibatkan kerugian negara sebesar Rp140,64 juta.

7.3 Terjadi kemahalan harga atas pengadaan sistem jaringan internet Lemhannas Tahun 2007 sebesar Rp22,76 juta, mengakibatkan pemborosan keuangan negara sebesar Rp22,76 juta.

8. Departemen Dalam Negeri

Berdasarkan hasil pemeriksaan atas Laporan Keuangan Departemen Dalam Negeri (Depdagri) Tahun 2007, BPK menyatakan “Tidak Memberikan Pendapat (TMP)”, karena lemahnya Sistem Pengendalian Intern terhadap pencatatan dan pelaporan aset serta pendapatan.

Laporan Realisasi Anggaran (LRA) Depdagri Tahun 2007 menunjukkan realisasi pendapatan negara dan hibah sebesar Rp9,30 miliar atau 8.859,26% dari anggaran yang ditetapkan sebesar Rp105 juta. Realisasi belanja sebesar Rp3,11 triliun atau 71,99% dari anggaran yang ditetapkan sebesar Rp4,32 triliun. Neraca per 31 Desember 2007 menunjukkan total aset sebesar Rp1,76 triliun, total kewajiban dan ekuitas dana masing-masing Rp21,12 miliar dan Rp1,74 triliun.

Hasil pemeriksaan atas Laporan Keuangan Depdagri Tahun 2007 yang perlu mendapat perhatian antara lain sebagai berikut.

Kelemahan Sistem Pengendalian Intern

8.1 Sistem Pengendalian Intern atas pencatatan dan pelaporan aset tetap kurang memadai sehingga penyajian saldo aset tetap dalam Neraca Depdagri per 31 Desember 2007 senilai Rp1,48 triliun belum dapat diyakini kewajarannya.

8.2 Pengendalian atas penyusunan rencana kegiatan dan anggaran masih lemah, anggaran belanja barang senilai Rp8,64 miliar diperuntukkan bagi pengadaan aset tetap, mengakibatkan Laporan Keuangan Depdagri Tahun 2007 dalam hal anggaran dan realisasi belanja barang dan belanja modal tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya.

Ketidakpatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan

8.3 Dana Penunjang Pembinaan (DPP) sebesar Rp244,14 miliar dikelola dan dipertanggungjawabkan di luar mekanisme APBN oleh Sekretariat Jenderal Depdagri yang mengakibatkan LRA Depdagri Tahun 2007 tidak menyajikan secara wajar realisasi pendapatan dan belanja Tahun 2007 yang benar-benar digunakan oleh Depdagri. DPP adalah upah pungut pajak dan retribusi daerah bagian Departemen Dalam Negeri yang diterima dari pemerintah daerah.

8.4 Penerimaan negara sebesar Rp108,75 miliar dikelola dan dipertanggungjawabkan di luar mekanisme APBN oleh beberapa satuan kerja di lingkungan Depdagri, sehingga Laporan Keuangan Depdagri Tahun 2007 belum dapat menyajikan secara wajar realisasi pendapatan dan belanja selama Tahun 2007 serta pengelolaan dana-dana tersebut tidak transparan dan akuntabel dan berisiko terhadap penyalahgunaan dana tersebut untuk kepentingan pribadi atau tujuan lain di luar peruntukannya.

8.5 Terjadi kelebihan pembayaran belanja modal sebesar Rp699,11 juta dalam pembangunan sarana dan prasarana fisik TA 2007 di lingkungan Depdagri, yang dapat merugikan keuangan negara sebesar Rp699,11 juta.

8.6 Terdapat kelebihan pembayaran belanja barang (perjalanan dinas) sebesar Rp2,92 miliar karena dibuat perjalanan dinas ganda dan bukti-bukti perjalanan palsu yang lebih mahal, mengakibatkan jumlah realisasi belanja barang (perjalanan dinas) yang disajikan dalam LRA Depdagri Tahun 2007 belum mencerminkan realisasi senyatanya sesuai dengan bukti-bukti yang sah dan terjadi kelebihan pembayaran.

8.7 Terjadi kelebihan pembayaran pada belanja barang (jasa konsultan) sebesar Rp967,03 juta karena pembayaran biaya langsung non personil tidak berdasarkan bukti-bukti pengeluaran yang sebenarnya (at cost). Hal ini mengakibatkan jumlah realisasi belanja barang/modal (belanja jasa konsultan) yang disajikan dalam LRA Depdagri Tahun 2007 belum mencerminkan realisasi senyatanya sesuai dengan bukti-bukti yang sah dan terjadi kelebihan pembayaran biaya jasa konsultan sebesar Rp967,03 juta.

8.8 Beberapa pekerjaan sarana dan prasarana fisik serta kegiatan jasa konsultansi terlambat diselesaikan oleh kontraktor/rekanan dan belum dipungut denda keterlambatan sebesar Rp534,57 juta yang mengakibatkan hasil pengadaan barang dan jasa di lingkungan Depdagri tidak dapat dimanfaatkan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan dan kekurangan penerimaan negara sebesar Rp534,57 juta.

9. Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara

Berdasarkan hasil pemeriksaan atas Laporan Keuangan Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (Kemeneg PAN) Tahun 2007, BPK memberikan pendapat ‘’Wajar Dengan Pengecualian’’ (WDP) atas Laporan Keuangan Kemeneg PAN Tahun 2007, karena Kemeneg PAN belum sepenuhnya menyelesaikan penilaian kembali terhadap saldo awal aset tetap sebagai basis pelaporan dalam Neraca per 31 Desember 2007.

Laporan Realisasi Anggaran (LRA) Kemeneg PAN Tahun 2007 menunjukkan realisasi pendapatan negara dan hibah adalah sebesar Rp3,54 miliar atau 11.811 % dari anggaran yang ditetapkan sebesar Rp30,00 juta, sedangkan realisasi belanja sebesar Rp79,68 miliar atau 32,19 % dari anggaran sebesar Rp247,51 miliar. Neraca per 31 Desember 2007 menunjukkan total aset sebesar Rp57,31 miliar, total kewajiban sebesar Rp13,06 juta dan total ekuitas sebesar Rp57,31 miliar.

Hasil pemeriksaan atas Laporan Keuangan Kemeneg PAN Tahun 2007 yang perlu mendapat perhatian antara lain sebagai berikut.

Kelemahan Sistem Pengendalian Intern

9.1 Nilai aset tetap yang dikelola oleh Kemeneg PAN belum disesuaikan dengan hasil Inventarisasi dan Penilaian Barang Milik Negara (BMN) yang dilakukan oleh Departemen Keuangan, sehingga nilai aset tetap yang dilaporkan dalam Neraca Kemeneg PAN per 31 Desember 2007 belum dapat diyakini kewajarannya.

9.2 Administrasi barang inventaris berupa laptop/notebook yang sudah didistribusikan kepada masing-masing pengguna tidak tertib dan terdapat sebanyak 16 unit laptop/notebook dengan nilai sebesar Rp287,03 juta dari hasil pengadaan sebelum Tahun 2006 tidak diketahui keberadaannya, sehingga keamanan aset kurang terjamin dan terjadinya potensi kehilangan BMN.

Ketidakpatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan

9.3 Penyusunan DIPA tidak sepenuhnya mengacu pada klasifikasi Mata Anggaran Pengeluaran (MAK) yang berlaku, sehingga realisasi belanja yang seharusnya diklasifikasikan sebagai belanja modal salah diklasifikasikan sebagai belanja barang sebesar Rp444,04 juta.

10. Sekretariat Negara RI

Berdasarkan hasil pemeriksaan atas Laporan Keuangan Sekretariat Negara Republik Indonesia (Setneg) Tahun 2007, BPKmemberikan pendapat ‘’Wajar Dengan Pengecualian (WDP)’’ atas Laporan Keuangan Setneg Tahun 2007, karena aset tetap Setneg sebesar Rp2,23 triliun belum dilakukan inventarisasi ulang dan penilaian kembali.

Laporan Realisasi Anggaran (LRA) Setneg Tahun 2007 menunjukkan realisasi pendapatan negara dan hibah adalah sebesar Rp10,52 miliar atau 28.966% dari anggaran yang ditetapkan sebesar Rp36,33 juta, sedangkan realisasi belanja sebesar Rp1,17 triliun atau 73,58 % dari anggaran sebesar Rp1,59 triliun. Neraca per 31 Desember 2007 menunjukkan total aset sebesar Rp2,35 triliun, total kewajiban sebesar Rp21,25 miliar dan total ekuitas sebesar Rp2,33 triliun.

Hasil pemeriksaan atas Laporan Keuangan Setneg Tahun 2007 yang perlu mendapat perhatian adalah sebagai berikut

Kelemahan Sistem Pengendalian Intern

10.1 Saldo awal aset tetap sebagai dasar pelaporan aset tetap dalam Neraca per 31 Desember 2007 tidak dapat diyakini kewajarannya, karena Setneg belum melakukan inventarisasi dan penilaian kembali aset tetap.

10.2 Tanah seluas 12.157 m2 untuk perumahan pegawai di Istana Yogyakarta tidak dicatat dalam Neraca per 31 Desember 2007 dan tidak didukung dengan bukti kepemilikan yang sah, sehingga penggunaan tanah tersebut tidak memiliki kekuatan hukum yang sah dan berpotensi terjadi sengketa dikemudian hari.

10.3 Terdapat Belanja Modal yang dibiayai dengan menggunakan mata anggaran Belanja Barang sebesar Rp23,21 miliar, dan Belanja Barang dibiayai menggunakan mata anggaran Belanja Modal sebesar Rp7,30 miliar, sehingga realisasi belanja negara sebesar Rp30,51 miliar tidak sesuai peruntukannya.

Ketidakpatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan

10.4 Sebanyak 48 rumah dinas penggunaannya tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku sehingga tujuan peruntukan rumah negara untuk pegawai yang masih aktif tidak tercapai.

10.5 Tanah milik Sekretariat Negara yang digunakan untuk Museum Satria Mandala dimanfaatkan oleh pihak ketiga tanpa seizin Sekretariat Negara sehingga pemanfaatan tersebut tidak sah dan tidak memberi kontribusi ke Kas Negara .

11. Badan Pengelola Gelora Bung Karno

Berdasarkan hasil pemeriksaan atas Laporan Keuangan Badan Pengelola Gelora Bung Karno (BPGBK) Tahun 2007, BPK menyatakan “Tidak Memberikan Pendapat (TMP)”, karena lemahnya sistem pengendalian intern dan ketidakpatuhan terhadap perundang-undangan yang material.

Laporan Surplus BPGBK Tahun 2007 menunjukkan realisasi pendapatan operasional adalah sebesar Rp77,93 miliar, sedangkan realisasi biaya operasional sebesar Rp42,83 miliar. Neraca per 31 Desember 2007 menunjukkan total aset sebesar Rp13,90 triliun, total kewajiban sebesar Rp10,92 miliar dan total ekuitas dana sebesar Rp13,89 triliun.

Hasil pemeriksaan atas Laporan Keuangan BPGBK Tahun 2007 yang perlu mendapat perhatian antara lain sebagai berikut.

Kelemahan Sistem Pengendalian Intern

11.1 Pengendalian intern pengelolaan pendapatan dan biaya BPGBK dan Direksi Pelaksana Pengelolaan Gelora Bung Karno (DPGBK) lemah, sehingga biaya asersi manajemen yang disajikan dalam laporan keuangan BPGBK/DPGBK tidak dapat diyakini kewajarannya.

11.2 Pengendalian atas hak dan kewajiban mitra usaha dari penerimaan kontribusi variabel di BPGBK lemah, sehingga penerimaan BPGBK dari kontribusi variabel berkurang sebesar Rp443,66 juta.

11.3 Pertanggungjawaban uang muka biaya DPGBK tidak tepat waktu,

Dokumen terkait