• Tidak ada hasil yang ditemukan

DI RPH JATIREJO, KECAMATAN PUNCU, KABUPATEN KEDIR

DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

[Anonim]. 2011. Pengaruh cahaya terhadap diameter dan tinggi tanaman. [terhubung berkala]. http://www.silvikultur.com/pengaruh_cahaya_ terhadap_diameter_tinggi.html [5 Mei 2012].

Anas I, Bangun P. 2010. Mikroorganisme tanah dari budidaya pertanian olah tanah minimum. [terhubung berkala]. http://repository.ipb.ac.id/bitstream /handle/23456789/25568/Iswandi%20Anas_Aat%%286%20hal%29.pdf?s equence=1 [2 Mei 2012].

Andayani W. 2005. Ekonomi Agroforestri. Yogyakarta: Debut Press.

Atmosuseno BS. 1999. Budidaya, Kegunaan dan Prospek Sengon. Jakarta: Penebar Swadaya.

Badan Kerjasama Ilmu Tanah BKSPTN. 1991. Kesuburan Tanah. Palembang: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebu- dayaan.

Desa Gadungan. 2010. Profil Desa Tahun 2010. Kediri: Desa Gadungan, Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri

Dirjen Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial. 2011. BPDAS Serayu Opak Progo. [terhubung berkala]. http://bpdasserayuopakprogo.dephut.go.id/ infodas/konsep-das [5 Mei 2012].

Foth HD. 1984. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Purbayanti ED, Lukiwati DR, Trimulatsih R, penerjemah; Hudoyo SAB, editor. Yogyakarta: UGM Press. Terjemahan dari: Fundamentals of Soil Science.

Gardner FP, Pearce RB, Mitchel RL. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Susilo H, penerjemah; Jakarta: UI Press. Terjemahan dari: Physiology of Crop Plants.

Hafif B. 2011. Peningkatan kualitas tanah masam dan hasil ubi kayu dengan brachiaria, mikoriza, dan kompos jerami padi diperkaya kalium [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Hairiah K, van Noorwijk M, Suprayogo D. 2002. Interaksi antara pohon-tanah tanaman semusim: Kunci keberhasilan kegagalan dalam sistem agroforestri. Di dalam: Hairiah K, Widianto, Utami SR, Lusiana B, editor. Wanulacs: Model Simulasi Untuk Sistem Agroforestri. Bogor: International Center for Research in Agroforestry. Hlm. 19-42.

Hairiah K, Sardjono MA, Sabarnurdin S. 2003. Pengantar Agroforestry. Bahan Ajaran 1. Bogor : World Agroforestry Centre (ICRAF).

Hanafiah KA. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hardjowigeno S. 2003. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo.

Hartini KS, Anna N. 2010. Modul pemeliharaan hutan. [terhubung berkala]. http://bpphp2.dephut.go.id/index.php?option=com_content&view=article &id=156:pemeliharaan-hutan&catid=105:diklatpembinaanhutan&Utemid =159 [20 Mei 2012].

Indriyanto. 2008. Pengantar Budidaya Hutan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Irawan F. 2012. Kriteria penilaian sifat kimia tanah (Bagian II). [terhubung berkala]. http://www.scribd.com/doc/34148906/60/Kriteria-Penilaian-Sifat -Kimia-TanahBagian-II [10 Mei 2012].

Irwanto. 2008. Peningkatan produktivitas lahan dengan sistem agroforestri. [terhubung berkala]. http://indonesiaforest.net/agroforestri_irwanto.pdf [22 Apr 2012].

Isphandi A. 2003. Pemupukan P, K dan waktu pemberian pupuk K pada tanaman ubikayu lahan kering vertisol. Jurnal Ilmu Pertanian 10(2):35-50.

Isphandi A, Munip A. 2005. Efektifitas pengapuran terhadap serapana hara dan produksi beberapa klon ubi kayu di lahan kering masam. Jurnal Ilmu Pertanian 12:125-139.

Krisnawati H, Varis E, Kallio M, Kanninen M. 2011. Paraserienthes falcataria (L.) Nielsen: ekologi, silvikultur dan produktivitas. Bogor: CIFOR.

Kurniawansyah R. 2012. Sisa hutan alam Indonesia tinggal 60 juta hektare. [terhubung berkala]. http://www.mediaindonesia.com/read/2012/04/12/ 312428/89/14/Sisa-HutanAlamIndonesia-Tinggal-60-Juta Hektare [25 April 2012].

Mahendra F. 2009. Sistem Agroforestri dan Aplikasinya. Yogyakarta: Graha Ilmu. Matatula J. 2009. Upaya rehabilitasi lahan kritis dengan penerapan teknologi

agroforestry sistem silvopastoral di Desa Oebola Kecamatan Fatuleu Kabupaten Kupang. Inotek 13(1):63-74.

Martawijaya A, Kartasujana I, Kadir K, Prawira SA. 1989. Atlas Kayu Indonesia Jilid II. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan.

Martinsari T, Wijayanti YW, Purwanti E. 2010. Optimalisasi fermentasi urine sapi dengan aditif tetes tebu (Molasses) untuk menghasilkan pupuk organic cair yang berkualitas tinggi. [terhubung berkala]. Kemahasiswaan.um.ac.id /.../PKM-GT10UM-Tri-Optimalisasi-Freme [2 Mei 2012].

Priyadarshini R. 2011. Keragaman vegetasi, penutupan tajuk, dan pengaruhnya terhadap populasi cacing tanah dan infiltrasi pada agroforestri kopi. Berk Penel Hayati Edisi Khusus 5F:25-28.

Pulungan SI, Mardisadora O, Nurmansyah, Madudin D, Herwauti TE. 2008. Pengaruh aplikasi foliar metanol terhadap peningkatan pertumbuhan vegetate dan generate tanaman cabai (Capsicum annuum L.). [terhubung

berkala]. http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/36574/ pengaruh%20aplikasi%20foliar%20metanol_abstract.pdf [10 Mei 2012]. Purnomo D. 2005. Tanggapan varietas tanaman jagung terhadap irradiasi rendah.

Agrosains 7(1):86-93.

[Puslitbang Tanah] Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah. 2004. Cara pengambilan contoh tanah untuk analisis (uji tanah). [terhubung berkala]. http://www.soilclimate.ir.id/uii_tanah.htm [27 Nov 2011].

Rahayu S. 1999. Penyakit Tanaman Hutan di Indonesia, Gejala, Penyebab dan Teknik Pengendaliannya. Yogyakarta: Kanisius.

Rifai M. 2010. Pertumbuhan tanaman pokok gmelina (Gmelina arborea Roxb.) pada beberapa pola agroforestri di Desa Cikanyere, Kecamatan Sukares- mi, Kabupaten Cianjur [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Santoso HB. 1992. Budidaya Sengon. Yogyakarta: Kanisius.

[SPH III Jombang] Seksi Perencanaan Hutan III Jombang. 2004. Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan (RPKH) Kelas Perusahaan Sengon. Jombang: Perum Perhutani Unit II Jawa Timur.

Siahaya L. 2007. Penanaman dan pemeliharaan. [terhubung berkala]. http://indonesiaforest.webs.com/tanam_lady.pdf [10 Mei 2012].

Siswanto BE. 2008. Pengaruh bentuk dan ukuran plot serta intensitas penarikan contoh terhadap kesalah dugaan dalam inventarisasi hutan tanaman. Mitra Hutan Tanaman 3(3):163-168.

Sitompul SM. 2003. Radiasi dalam sistem agroforestri. Di dalam: Hairiah K, Widianto, Utami SR, Lusiana B, editor. Wanulacs : Model Simulasi Untuk Sistem Agroforestri. Bogor: International Center for Research in Agroforestry. Hlm. 79-103.

Subandi, Widodo Y, Saleh N, Santoso LJ. 2006. Inovasi teknologi produksi ubi kayu untuk agroindustri dan ketahanan pangan.[terhubung berkala]. http://balitkabi.bimasakti.malang.te.net.id/PDF/06-Subandi.pdf [10 Mei 2012].

Sudaryono. 2009. Tingkat kesuburan tanah ultisol pada lahan pertambangan batubara Sangatta, Kalimantan Timur. J Tek Ling 10(3):337-346.

Supriyanto, Irawan US. 2001. Teknik Pengukuran Tajuk dan Pembukaan Tajuk Tegakan dengan Menggunakan Spherical Densiometer. Bogor: Laboratorium Silvikultur SEAMEO BIOTROP.

Wijayanto N, Rifa’i M. 2010. Pertumbuhan tanaman pokok gmelina (Gmelina arborea Roxb.) pada beberapa pola agroforestri di Desa Cikanyere, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur. Jurnal Silvikultur Tropika 01(1): 29-34.

Yudilastari T, Sujiprihati S, Syukur M. 2010. Evaluasi Hasil cabai persilangan half diallel dan pendugaan parameter genetik populasinya. [terhubung berkala]. http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/36754 [27 Jun 2012].

DI RPH JATIREJO, KECAMATAN PUNCU,

KABUPATEN KEDIRI

REALITA DENIK PURWOHANDINI

DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

DI RPH JATIREJO, KECAMATAN PUNCU,

KABUPATEN KEDIRI

REALITA DENIK PURWOHANDINI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada

Departemen Silvikultur

DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

iii

RINGKASAN

REALITA DENIK PURWOHANDINI. Pertumbuhan Tanaman Pokok Sengon pada Beberapa Pola Agroforestri di RPH Jatirejo, Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri. Dibimbing oleh NURHENI WIJAYANTO.

Agroforestri merupakan salah satu sistem penggunaan lahan yang diterapkan oleh RPH Jatirejo dalam rangka menekan laju kerusakan hutan serta konflik lahan yang sering terjadi antara masyarakat dengan pihak perhutani. Pola agroforestri yang berbeda memungkinkan terjadinya perbedaan respon bagi pertumbuhan tanaman pokok. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh kombinasi pola agroforestri dan sistem pengelolaan lahan terhadap pertumbuhan tanaman pokok sengon (Paraserianthes falcataria).

Kombinasi tanaman pada masing-masing pola agroforestri meliputi: pola AF1 (sengon, mindi, cabai, jagung), AF2 (sengon, mindi, jagung, singkong), dan AF3 (sengon, mindi, cabai, jagung, nanas). Pola AF3 memiliki rata-rata pertumbuhan yang paling baik, walaupun memiliki kombinasi tanaman yang paling banyak. Hal ini diduga dari kegiatan pemupukan yang lebih intensif.

Pola AF2 menunjukkan rata-rata pertumbuhan paling rendah. Pada pola ini yang mendapat perlakuan pupuk hanya tanaman jagung, sedangkan tanaman singkong memiliki sifat yang rakus terhadap unsur hara terutama unsur P dan K, sehingga terjadi defisiensi unsur tersebut bagi tanaman pokok.

Persentase penutupan tajuk, rata-rata lebar dan panjang tajuk, serta LCR pada pola AF2 menunjukkan nilai terkecil. Hal ini dapat mengurangi luasan penyerapan cahaya matahari untuk fotosintesis yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman pokok.

Pada tanah dengan pH rendah banyak ditemukan unsur Al yang mengikat unsur P, sehingga P tidak dapat diserap oleh tanaman. Hal ini dapat terjadi pada pola AF2. Walaupun kandungan P lebih tinggi dibanding pola AF1, namun apabila tanahnya lebih masam, maka unsur P makin sulit diserap tanaman. Nilai Kejenuhan Basa (KB) tertinggi pada pola AF3 menunjukkan bahwa tanah tersebut belum banyak mengalami pencucian dan merupakan tanah yang subur.

iv

SUMMARY

REALITA DENIK PURWOHANDINI. The growth of sengon on some patterns in Agroforestri Subdistrict, RPH Jatirejo, Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri. Supervised by NURHENI WIJAYANTO.

Agroforestri is one of land use system that have applied by RPH Jatirejo in order to decrease the rate of damage forest and land conflict that often occurring between the society with Perhutani. Different pattern of agroforestry system can make different response for staple crops growth. The goal of this researches are to review the combined effect of agroforestry pattern and land management system to the growth of sengon (Paraserianthes falcataria).

A combination of plants on each pattern agroforestri includes: pattern AF1 (sengon, mindi, chilli, corn), AF2 (sengon, mindi, corn, cassava), and AF3 Saturday (sengon, mindi, chili, corn, pineapple). AF3 pattern has the best average growth, although have more combination of plants. It suggest from more intensive activities of fertilizing.

Pattern of AF2 show the lowest average growth. In this pattern just corn that get fertilizer treatment, cassava plants while having a voracious properties of nutrient elements in particular elements of P and K so that element for staple crops could be decrease.

The percentage of the closing header, width and length average headers, as well as LCR at the smallest value shows the pattern of AF2. It can reduce the absorption of sunlight to expressing the photosynthesis which can inhibit the growth of staple crops.

On the ground with low pH found elements Al that will binding P element, so P can’t be absorbed by the plants. This can occur in AF2 pattern. Although AF2 have P higher than AF1, but if the soil is more sour, P elements will be absorbed more difficult by the plants. The highest overfullness basa (KB) on the AF3 pattern shows that the land on AF3 pattern is not yet occure many land leaching and show fertile land.

v

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Pertumbuhan Tanaman Pokok Sengon pada Beberapa Pola Agroforestri di RPH Jatirejo, Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri” adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juni 2012

Realita Denik Purwohandini

vi

Dokumen terkait