• Tidak ada hasil yang ditemukan

Derajat Kerusakan Hati dan Ginjal Secara Mikroskopis

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3 Derajat Kerusakan Hati dan Ginjal Secara Mikroskopis

Perubahan jaringan secara mikroskopis dapat terlihat pada tabel dibawah ini : Tabel 7. Derajat kerusakan jaringan hati dan ginjal secara mikroskopis setelah

pemberian Pb asetat 100mg/kgBB/oral/hari dengan jangka waktu bertingkat

Derajat Kerusakan Jaringan Secara mikroskopis (% )

Hati Ginjal Kelompok Waktu (mgg) 0 + ++ +++ 0 + ++ +++ K (kontrol) 0 100 - - - 100 - - - P1 4 100 - - - 80 20 - - P2 8 - 80 20 - - - 60 40 P3 12 - - 80 20 - - 60 40 P4 16 - - 80 20 - - 40 60 Keterangan :

Derajat kerusakan hati

0 = tidak terjadi kerusakan jaringan hepar

+ = bila ditemukan salah satu kriteria; degenerasi lemak atau halo disekitar inti sel atau vena sentralis dan sinusoid tidak utuh

++ = bila ditemukan adanya halo disekitar inti sel hepar dan degenerasi lemak

+++= bila ditemukan adanya halo disekitar inti sel, degenerasi lemak, serta vena sentralis dan sinusoid tidak utuh

∗∗Derajat kerusakan ginjal

0 = tidak terjadi kerusakan jaringan ginjal (tidak terjadi pelebaran lumen tubulus, akumulasi sel-sel debris dalam lumen, vakuolisasi lumen tubulus, pelebaran ruang Bowman, degenerasi, hiperplasi, karyomegali dan benda-benda inklusi).

+ = bila ditemukan 1-2 kriteria diatas ++ = bila ditemukan 3-5 kriteria diatas +++ = bila ditemukan 6-8 kriteria diatas

Dari tabel diatas kerusakan hati mulai terlihat secara mikroskopis pada kelompok P2 (jangka waktu 8 minggu) abnormal (+) sebesar 80% dan abnormal (++) sebesar 20%. Adanya halo disekitar inti sel yang tampak pada jaringan hati hewan uji karena ada substansi yang bersifat toksik yang menyebabkan masuknya cairan

ekstrasel ke intrasel dengan jumlah yang banyak. Hal ini dapat terjadi apabila membran sel, yang merupakan salah satu komponen sel yang terpenting terganggu permeabilitasnya, sehingga memudahkan masuknya molekul air dari ekstrasel ke intrasel secara berlebihan. Diduga bila terjadi akumulasi air yang cukup banyak didalam sel hati mengakibatkan terbentuknya vakuola besar disekitar inti sel dan tampak seperti cincin (halo). Sel hati biasanya tampak membengkak pada kejadian ini.

Menurut Chang (1986), masuknya air biasanya akan membentuk vakuola-vakuola jernih, kecil, dan banyak selanjutnya vakuola-vakuola tersebut dapat bersatu dan menghasilkan vakuola lebih besar atau vakuola tunggal yang menempati didalam sitoplasma dan menggantikan inti sel. Perubahan ini biasanya diikuti dengan sel mengalami pembengkakan dan sitoplasma tampak keruh. Kejadian tersebut sering disebut dengan Hydropic Degeneration. Pada pengamatan ultrastruktural, degenerasi hidropik ini menunjukkan terjadinya pembengkakan mitokondria. Organel ini sangat berperan penting dalam menghasilkan energi atau ATP. Bila terjadi penurunan jumlah ATP tentunya akan mengganggu proses-proses metabolisme yang penting, diantaranya pengaturan permeabilitas membran dan mekanisme transport aktif sel.

Degenerasi lemak yang terjadi sejak dari kelompok perlakuan P2 (jangka waktu 8 minggu) sampai pada kelompok P4 (jangka waktu 16 minggu) merupakan peningkatan dari perubahan diatas. Hal ini terjadi karena adanya akumulasi lemak didalam sel hati, biasanya ditandai dengan adanya vakuola-vakuola kecil didalam

sitoplasma, vakuola-vakuola ini dapat membesar dan mendesak inti sel ke bagian tepi sel hati. Degenerasi lemak tampaknya meluas seiring dengan semakin lama perlakuan yang diberikan pada hewan uji. Selain itu hal tersebut juga berdampak terhadap perubahan struktur jaringan yang lain, diantaranya keutuhan vena sentralis dan sinusoid. Biasanya perlemakan dimulai pada bagian sentral lobulus hati, kemudian meluas cepat. Degenerasi lemak dapat reversibel, namun bila terjadi secara terus menerus dapat mengakibatkan gangguan sampai berupa kematian sel atau nekrosis.

Perubahan struktur jaringan hati pada kelompok perlakuan P1, P2, P3 dan P4 memiliki derajat kerusakan yang berbeda-beda. Namun secara keseluruhan dengan menggunakan uji Kruskal Wallis Test, menunjukkan derajat kerusakan jaringan yang bermakna p=0.000 (p<0,05).

Penelitian yang dilakukan oleh Hariono (2005) terhadap tikus percobaan menunjukkan bahwasanya terlihat perubahan pada jaringan hati tikus berupa degenerasi hidrofik dari tingkat ringan sampai sedang pada minggu ke-12 sampai minggu 16 pada kelompok perlakuan dan kerusakan ginjal terjadi pada minggu ke-8 berupa perubahan pada epitel tubulus konvulatus proksimal ginjal berupa degenerasi, hiperplasi, kariomegali dan pelebaran ruang Bowman.

Kerusakan awal yang terjadi pada ginjal akibat terpapar Pb baik secara akut ataupun kronis, terlihat pada tubulus atau tubulo-interstitial ginjal, Sel-sel pada tubulus proksimal mengalami kerusakan yang ditandai dengan menurunnya fungsi resorpsi ginjal. Disfungsi tubulus proksimal yang berat dapat terjadi pada pekerja dengan kronik nephropathy akibat terpapar Pb (Goyer & Rhyne, 1973). Penelitian

Victery, dkk. (1982) melaporkan efek toksik Pb pada level minimal terhadap tikus terlihat pada penurunan aktifitas plasma renin.

Sementara itu pada penelitian ini terlihat derajat kerusakan ginjal terjadi lebih awal dibandingkan dengan jaringan hati. Kerusakan sudah mulai terlihat pada minggu ke-4 (kelompok P1) dimana sudah terjadi degenerasi, vakuolisasi lumen tubulus sebesar 20%. Kerusakan ginjal yang terjadi meningkat terus sampai akhir penelitian minggu ke-16 (kelompok P4). Secara statistik juga menunjukkan ada perbedaan pada semua kelompok uji p=0,001 (p<0,05).

Gambaran mikroskopis hati selama penelitian terlihat bahwa pada kelompok kontrol dan kelompok P1 (4 minggu) terlihat normal, tidak terjadi kerusakan (gambar 17 dan 18). Pada kelompok P2 (8 minggu) mulai tampak kelainan pada struktur hati yaitu vena sentralisnya tidak utuh lagi disertai sinusoid yang melebar (gambar 19), pada kelompok P3 (12 minggu) terjadi degenerasi lemak serta adanya halo pada inti sel (gambar 20), sedangkan pada minggu ke 16 (kelompok P4) terjadi degenerasi lemak, halo pada inti sel, serta vena sentralis dan sinusoidnya sudah tidak utuh lagi (gambar 21).

Gambar 17. Jaringan hati pada kelompok kontrol dengan pembesaran 20x10, vena sentralis utuh, sinusoid utuh, sel-sel hati tersusun secara radier

Gambar 18. Jaringan hati pada kelompok P1 (4 minggu) dengan pembesaran 20x10, jaringan hati tampak normal , vena sentralis dan sinusoid tampak utuh.

Gambar 19. Jaringan hati pada kelompok P2 (8 minggu) dengan pembesaran 20x10, 1.sinusoid memanjang & melebar 2.vena sentralis tidak utuh

Gambar 20. Jaringan hati pada kelompok P3 (12 minggu) dengan pembesaran 40x10, 1.halo pada inti sel 2.degenerasi lemak

Gambar 21. Jaringan hati pada kelompok P4 (16 minggu) dengan pembesaran 40x10, 1.degenerasi lemak 2.vena sentralis tidak utuh 3.halo pada inti sel

Gambaran mikroskopis ginjal selama penelitian dapat dilihat pada gambar di bawah ini, bahwasanya pada kelompok kontrol jaringan ginjal tampak normal (gambar 22). Pada kelompok P1 (4 minggu) sudah dijumpai adanya perubahan pada struktur ginjal, yaitu terjadi vakuolisasi dan akumulasi sel debris pada lumen tubulus (gambar 23). Pada gambar 24 terlihat kerusakan ginjal pada kelompok P2 (8 minggu) yaitu adanya pelebaran lumen tubulus, akumulasi sel debris dalam lumen, karyomegali disertai hiperplasi. Pada kelompok P3 (12 minggu) terlihat akumulasi sel debris, pelebaran dan vakuolisasi lumen tubulus, degenerasi lemak disertai dengan pelebaran ruang Bowman (gambar 25). Pada kelompok terakhir yaitu kelompok P4 (16 minggu) terjadi pelebaran lumen tubulus, vakuolisasi dan akumulasi sel debris dalam lumen, pelebaran ruang Bowman, hiperplasi dan degenerasi sel epitel tubulus, serta akumulasi sel radang pada tubulus (gambar 26).

Gambar 22. Jaringan ginjal pada kelompok kontrol dengan pembesaran 40x10, 1.glomerulus 2.tubulus proximal 3.tubulus distal 4.tubulus koligens

Gambar 23. Jaringan ginjal pada kelompok P1 (4 minggu) dengan pembesaran 40x10, 1.vakuolisasi dan 2.akumulasi sel debris pada lumen tubulus

Gambar 24. Jaringan ginjal pada kelompok P2 (8 minggu) dengan pembesaran 40x10, 1.pelebaran lumen tubulus, 2.akumulasi sel debris dalam lumen, 3.karyomegali, 4.hiperplasi

Gambar 25. Jaringan ginjal pada kelompok P3 (12 minggu) dengan pembesaran 40x10, 1.akumulasi sel debris pada lumen tubulus, 2.pelebaran ruang Bowman, 3.degenerasi lemak, 4.vakuolisasi lumen , 5. pelebaran lumen tubulus

Gambar 26. Jaringan ginjal pada kelompok P4 (16 minggu) dengan pembesaran 40x10, 1.pelebaran lumen tubulus, 2.pelebaran ruang Bowman, 3.hiperplasi, 4.vakuolisasi lumen, 5.degenerasi, 6.akumulasi sel radang dan 7.akumulasi sel debris dalam lumen

Dokumen terkait