• Tidak ada hasil yang ditemukan

III METODE PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.2 Derajat Kesulitan dan Bahaya Penelusuran Gua

Setiap gua memiliki keunikan dan derajat kesulitan tersendiri. Dari 15 gua berair yang ada, terdapat 8 gua yang dapat dilakukan kajian dan berpotensi untuk dikembangkan untuk kegiatan wisata minat khusus. Dari 8 gua tersebut, dapat dibagi menjadi beberapa kelas. Pembagian kelas-kelas gua ini dapat dilakukan melalui penilaian derajat kesulitan pada masing-masing gua. Penilaian derajat kesulitan gua berdasarkan 4 parameter yang diukur, yaitu aktivitas tubuh, kondisi air (debit air), panjang gua dan bentuk mulut gua.

Bentuk aktivitas tubuh berupa berdiri, merunduk, jongkok, merangkak, merayap dan berenang. Semakin sulit aktivitas tubuh untuk dilakukan dalam penelusuran, maka semakin tinggi nilai yang diberikan. Aktivitas berupa berenang dianggap paling sulit karena membutuhkan keterampilan yang lebih dibandingkan yang lain sehingga memiliki nilai paling besar.

Kondisi air (debit air) dalam gua menjadi parameter penilaian yang penting karena akan menentukan tingkat kesulitan dalam penelusuran gua. Debit air yang lebih besar lebih menyulitkan untuk ditelusuri dibandingkan dengan gua yang memiliki debit air yang kecil. Semakin tinggi debit air, maka semakin besar nilai yang diberikan.

Panjang lorong gua merupakan salah satu parameter yang penting dalam penilaian derajat kesulitan. Semakin panjang lorong gua semakin tinggi nilai yang diberikan. Gua yang panjang akan membutuhkan daya tahan tubuh yang lebih dibandingkan dengan gua yang pendek karena semakin ke dalam gua ketersediaan oksigen semakin menipis.

Bentuk mulut gua merupakan parameter yang cukup menentukan dalam penelusuran gua. Bentuk mulut gua yang vertikal akan lebih membutuhkan keterampilan, daya tahan tubuh dan ketersediaan alat lengkap dibandingkan dengan bentuk mulut gua yang horisontal. Oleh karena itu, bentuk mulut gua yang vertikal memiliki nilai kesulitan yang lebih besar dibandingkan dengan mulut gua horisontal. Lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Hasil Kriteria penentuan derajat kesulitan gua No. Parameter Nilai Si

Kembar Si Parat 1 Si Parat 2 Si Aul Tengah Si Aul Ujung Si Garaan Si Cayur Si Patahunan 1 Aktivitas Berdiri 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Merunduk 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 Jongkok 1 0 1 1 1 0 1 1 0 Merangkak 1.5 0 1.5 1.5 1.5 0 1.5 1.5 1,5 Merayap 2 0 2 2 2 2 0 2 0 Berenang 2.5 0 0 2.5 2.5 0 0 0 0 Jumlah 7.5 0 0 0 0 0 0 0 0 2 Kondisi Air 0 – 40 0 0 0 0 0 0 0 0 0 41 – 80 0.5 0 0 0 0 0 0 0 0 81 – 120 1 0 0 0 0 0 0 0 0 121 –160 1.5 1.5 0 0 0 0 0 0 0 > 160 2 0 2 2 2 0 0 0 0 Jumlah 2 3 Panjang Gua 0 – 50 0 0 0 0 0 0 0 0 0 51 – 100 0.5 0.5 0 0.5 0 0.5 0 0 0 101 – 150 1 0 0 0 0 0 0 0 0 151 – 200 1.5 0 0 0 1.5 0 1.5 1.5 0 > 200 2 0 0 0 0 0 0 0 0 Jumlah 2 0 4 Mulut Gua 0 Horisontal 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Vertikal 0.5 0 0 0 0.5 0.5 0 0.5 0 Jumlah 0.5 0 0 0 0 0 0 0 0 Total Jumlah 12 2.5 7 10 11.5 3.5 4.5 7 2 Kategori Mudah Sulit Sangat

Sulit

Sangat

Sulit Sedang Sedang Sulit Mudah

Pembagian kelas derajat kesulitan gua untuk wisata minat khusus berupa penelusuran gua terdiri atas kelas mudah, sedang, sulit dan sangat sulit. Pembagian kelas masing-masing gua didasarkan atas hasil penilaian derajat kesulitan gua. Nilai terendah berdasarkan penilaian derajat kesulitan gua untuk gua-gua yang dikaji adalah 2 yaitu Gua Si Patahunan dan nilai tertinggi adalah 11,5 yaitu gua Si Aul Tengah. Nilai derajat kesulitan dibagi menjadi 4 interval nilai, yaitu kelas mudah dengan interval nilai kesulitan 0,0- 3,0. Untuk kriteria sedang nilai berkisar dari 3,1-6,0. Kriteria sulit dari nilai 6,1-9,0. Sedangkan untuk penilaian gua yang memiliki kriteria sangat sulit 9,1-12,0. Data secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 7.

39

Tabel 7 Kategori tingkat kesulitan gua

Kategori Derajat Interval Nilai

Mudah (M) 0.0-3.0

Sedang (SD) 3.1-6.0

Sulit (S) 6.1-9.0

Sangat Sulit (SS) 9.1-12

Kondisi bahaya dalam suatu penelusuran gua merupakan hal yang penting untuk diidentifikasi di lapangan. Berdasarkan pengamatan, kondisi bahaya di dalam gua diantaranya adalah atap dan dinding gua mudah runtuh, amoniak berlebih yang dihasilkan dari kotoran kelelawar, binatang gua, kepala terbentur, banjir, licin, kondisi lorong yang sempit dan batu-batuan yang tajam.

5.2.1 Gua Si Kembar

Berdasarkan hasil penilaian skoring kriteria derajat kesulitan, gua Si Kembar memiliki derajat kesulitan mudah dengan nilai skoring sebesar 2,5. Gua ini merupakan gua yang pendek sehingga skoring nilai yang yang diberikan adalah 1. Bentuk mulut gua Si Kembar horisontal sehingga nilai yang diberikan adalah 0. Aktivitas gerakan tubuh yang dilakukan dalam gua ini adalah berdiri dan jongkok. Oleh karena itu, gua ini tidak memberikan dan tidak memperlihatkan adanya bahaya yang cukup besar sehingga nilai skoring yang diberikan adalah 1.

Penelusuran gua Si Kembar tidak memerlukan peralatan yang khusus melainkan hanya menggunakan peralatan yang sederhana seperti senter, sepatu dan pelindung kepala. Kegiatan dalam penelusuran gua ini termasuk mudah dengan kondisi lorong-lorong yang lebar dan tinggi. Hal yang perlu diperhatikan pada gua Si Kembar adalah kondisi air dan kondisi tanah gua yang licin. Ketika musim hujan, air di dalam gua akan semakin tinggi karena debit air yang naik.

5.2.2 Gua Si Parat 1

Gua Si Parat 1 memiliki derajat kesulitan penelusuran yang sulit dengan nilai skoring sebesar 7. Gua ini termasuk dalam kategori sulit karena ketika melakukan penelusuran pengunjung banyak melakukan aktivitas tubuh seperti merayap dan jongkok. Hal ini disebabkan oleh lorong-lorong gua yang sempit dan atap yang rendah.

Gua ini termasuk gua yang pendek sehingga nilai skoring panjang gua sebesar 0. Adanya batuan yang tajam dan lorong yang rendah dengan aliran air yang cukup deras akan menyulitkan bagi penelusur. Dengan kondisi demikian akan memberikan risiko bahaya yang cukup besar bagi penelusur gua ketika melakukan penelusuran.

Nilai skoring kondisi air adalah 2 karena air yang terdapat di dalam gua ini dapat mencapai kepala penelusur ketika melakukan kegiatan merangkak sehingga diperkirakan dalam kondisi hujan air akan memenuhi lorong gua.

Gua ini sedikit rapuh dilihat dari adanya sisa-sisa runtuhan gua sehingga kondisi lorong gua menjadi sempit. Selain itu, bau guano sangat menyengat sehingga kemungkinan amoniak berlebih dapat timbul dari kotoran kelelawar. Mulut gua yang dimiliki gua Si Parat 1 merupakan mulut gua horisontal sehingga nilai yang diberikan untuk bentuk mulut gua adalah 0.

Gambar 20 Reruntuhan batu di dalam Gua Si Parat 1

5.2.3 Gua Si Parat 2

Gua Si Parat 2 memiliki derajat kesulitan penelusuran yang sangat sulit dengan nilai skoring 10. Mulut gua ini mencapai ± 80 cm. Kondisi mulut gua yang ada telah memberikan tantangan yang menarik. Nilai skoring mulut gua 0 karena mulut gua yang dimiliki merupakan mulut gua horisontal. Beberapa meter ke dalam gua, tubuh penelusur harus berjongkok dengan melewati aliran air dan kerikil-kerikil yang cukup banyak. Gua ini memiliki 2 cabang dengan cabang yang satu kondisinya tidak terdapat aliran air, terdapat batuan-batuan yang cukup besar serta dilengkapi dengan lumpur dengan kondisi udara yang lembab. Selain itu, lorong yang dimiliki cabang ini memiliki tinggi sekitar ± 1 meter sehingga

41

penelusur harus melaluinya dengan berjalan jongkok yang sesekali harus merangkak. Sedangkan cabang yang lainnya pada lorong dialiri air. Cabang ini hanya dapat dilalui dengan merayap dan berenang karena kondisi ketinggian lorong gua mencapai ± 75 cm. Nilai skoring gua dalam melakukan aktivitas tubuh sebesar 2,5 karena banyaknya aktivitas gerakan tubuh yang harus dilakukan dalam penelusuran gua.

Berdasarkan pengamatan, bahaya yang terdapat di gua ini adalah kondisi batuannya yang tajam sehingga ada kemungkinan penelusur mengalami luka. Selain itu, atap gua yang cukup rendah dan lorong yang sempit memberikan bahaya terjadinya benturan terhadap kepala. Kondisi air juga perlu diperhatikan karena dengan kondisi lorong yang sempit dan atap yang rendah memungkinkan meluapnya air sampai atap gua, khususnya ketika musim hujan. Kondisi air gua memiliki nilai 2. Panjang yang dimiliki gua ini tidak terlalu panjang. Nilai skoring gua ini untuk panjang gua adalah 0,5.

5.2.4 Gua Si Aul Tengah

Gua Si Aul Tengah memiliki derajat kesulitan penelusuran yang sangat sulit dengan nilai skoring 11,5. Bentuk mulut gua vertikal sehingga nilai skoring bentuk mulut gua adalah 0,5. Semakin ke dalam lorong gua, ketinggian gua mulai rendah sehingga badan tidak lagi berdiri tetapi harus merangkak dan merayap dengan kondisi air masih dalam keadaan deras. Nilai skoring untuk aktivitas tubuh yang dilakukan adalah mencapai nilai 2,5.

Kondisi air dekat mulut gua mencapai betis orang dewasa tetapi semakin ke dalam lorong gua, kondisi air mencapai dada orang dewasa dengan lumpur yang sangat tebal. Kondisi demikian akan sedikit mengganggu dalam penelusuran. Nilai skoring kondisi air gua ini mencapai nilai 2. Gua ini termasuk gua terpanjang ke-3 dari 8 gua yang dikaji yaitu dengan panjang 175,02 meter. Nilai skoring gua ini untuk panjang adalah 1,5.

5.2. 5 Gua Si Aul Ujung

Gua Si Aul Ujung memiliki derajat kesulitan penelusuran yang sedang dengan nilai kriteria adalah 3,5. Memasuki gua ini harus melewati mulut gua yang vertikal sehingga nilai skoring mulut gua adalah 0,5. Kondisi lantai gua agak

curam sehingga kehati-hatian sangat diperlukan oleh para penelusur atau wisatawan. Ketika penelusur semakin ke dalam lorong gua maka akan menemukan ceruk yang cukup besar dan mulut gua yang lain dengan bentuk mulut gua vertikal. Semakin ke dalam penelusur akan menemukan genangan air setinggi lutut orang dewasa. Nilai kondisi air gua ini 0 karena tidak memiliki debit air. Tetapi perlu diperhatikan ketika musim hujan air dapat meningkat karena air hujan yang turun melalui mulut-mulut gua yang vertikal.

Aktivitas tubuh di dalam gua hanya berdiri dan merunduk sehingga nilai yang diberikan hanya 0,5. Sedangkan nilai skoring untuk panjang gua 0,5 karena berada pada kisaran antara 50-100 m yaitu 77,07 meter.

Berdasarkan pengamatan, bahaya yang terdapat pada gua ini adalah kondisi air dan batuan yang tajam serta kondisi batuan yang kering karena banyaknya ornamen-ornamen mati sehingga ada kemungkinan ornamen tersebut mengalami kerapuhan.

5.2.6 Gua Si Garaan

Gua Si Garaan memiliki derajat kesulitan penelusuran sedang dengan nilai skoring kriteria adalah 4,5. Untuk memasuki gua Si Garaan harus melalui tangga yang telah dibuat oleh masyarakat. Pada bulan-bulan mendekati idul adha sering dikunjungi pendatang walaupun gua ini belum dikembangkan sebagai salah satu gua untuk kegiatan wisata. Pada mulut gua cukup sempit sehingga penelusur harus jongkok dengan lumpur yang cukup memberikan kesulitan untuk berjalan. Setelah beberapa meter ke dalam gua, maka penelusur akan menemukan cabang gua. Pada posisi ini kondisi tubuh dapat berdiri. Nilai skoring untuk aktivitas tubuh mencapai nilai 2. Si Garaan merupakan gua yang cukup menarik untuk dikembangkan sebagai wisata minat khusus yang berbasis pendidikan.

Si Garaan merupakan gua yang terpanjang dari 8 gua yang dikaji selama penelitian yaitu mencapai ±183,51 meter. Maka nilai yang diberikan untuk panjang gua ini adalah 1,5. Sedangkan bentuk mulut gua yang dimiliki adalah mulut gua horisontal maka nilai yang diberikan adalah nilai 0. Si Garaan merupakan gua dengan sumber air perkolasi dengan kondisi menggenang maka nilai kondisi airnya adalah 0.

43

Bahaya-bahaya yang terdapat pada gua ini berdasarkan pengamatan adalah dengan keberadaan kelelawar yang banyak dimungkinkan amoniak berlebih yang dihasilkan dari kotorannya merupakan salah satu bahaya yang dapat teridentifikasi. Banyaknya fauna gua dari jenis lain dimungkinkan adanya binatang berbisa seperti kalajengking. Selain itu, kondisi batuan yang sedikit licin akan memungkinkan terjadinya kecelakaan.

5.2.7 Gua Si Cayur

Gua Si Cayur memiliki derajat kesulitan yang sulit dengan nilai skoring adalah 7. Kondisi gua yang memiliki mulut gua berbentuk vertikal sehingga nilai yang dimiliki adalah nilai 0,5. Kondisi lorong yang sempit mengharuskan penelusur untuk berjalan jongkok dan merangkak ketika melewatinya. Gua Si Cayur berbeda dengan kondisi gua lainnya yaitu kondisi lorongnya yang sempit. Nilai untuk aktivitas tubuh adalah 2. Kondisi air gua ini mengalir dengan nilai skoring yang diberikan adalah nilai 0. Si cayur ini merupakan gua yang terpanjang ke-2 dari 8 gua yang dikaji dengan nilai yang diberikan untuk gua ini adalah 1,5.

Si Cayur memiliki lorong yang semakin ke dalam gua semakin menyempit sehingga oksigen yang tersedia semakin berkurang. Selain itu bau guano semakin meningkat sehingga ada kemungkinan penelusur mengalami sesak napas. Semakin ke dalam penelusur berada di atas aliran sungai atau berjalan pada dinding gua.

5.2. 8 Si Patahunan

Si Patahunan merupakan gua dengan derajat kesulitan mudah dengan nilai skoring 0,5 karena gua ini hanya memiliki panjang sekitar 12,19 meter dengan kondisi gua yang buntu. Pada lorong gua ini penelusur dapat berdiri tegak. Pada beberapa titik terdapat atap yang rendah sehingga penelusur harus merunduk. Nilai yang diberikan untuk aktivitas tubuh adalah nilai 0,5. Mulut gua yang dimiliki Si Patahuanan berupa mulut horisontal sehingga nilai yang diberikan untuk bentuk mulut gua adalah 0. Gua ini merupakan gua terpendek dari 8 gua yang dikaji dengan nilai skoring 0. Dengan kondisi air menggenang maka kondisi air dinilai 0.

Bahaya yang mesti diperhatikan dalam gua ini adalah kondisi air, dengan kondisi genangan air yang cukup besar akan adanya kemungkinan luapan air sehingga terjadi banjir. Selain itu kondisi lumpur yang lengket perlu diperhatikan.

5.2.9 Si Langir dan Si Leseh Si Delon, Legok Picung

Si Langir dan Si Leseh merupakan gua dengan kondisi air yang sangat dalam sehingga kedua gua ini sangat sulit untuk dilakukan penelusuran tanpa alat dan keterampilan khusus. Berdasarkan wawancara dengan masyarakat setempat, pada tahun 2004 Si Delan merupakan gua yang pendek menyerupai sumur yang dapat dimasuki manusia akan tetapi pada tahun 2007 gua ini tidak ditemukan.

Dokumen terkait