• Tidak ada hasil yang ditemukan

III METODE PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.5 Konsep Pengembangan Obyek Wisata Minat Khusus

Obyek wisata Gua Gudawang merupakan obyek wisata yang memiliki sumber daya berupa kawasan karst yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai obyek wisata minat khusus. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, potensi yang ada khususnya gua-gua yang termasuk ke dalam kawasan karst Gudawang maka kawasan obyek wisata Gua Gudawang dapat dikembangkan dengan membuat suatu konsep wisata berupa wisata minat khusus sehingga konsep tersebut dapat mendorong dalam peningkatan pelestarian kawasan karst dan pendapatan masyarakat sekitar serta pemerintah daerah.

Penentuan suatu konsep wisata harus disesuaikan dengan kondisi alam atau potensi yang ada. Kawasan karst merupakan kawasan yang tidak dapat

61

diperbaharui. Oleh karena itu konsep yang dapat diterapkan untuk pengembangan Obyek Wisata Gua Gudawang harus meliputi aspek ekologis, ekonomis, dan kemanusiaan atau sosial (Samodra 2001). Potensi obyek yang ada berupa gua-gua yang dapat dimungkinkan untuk dikembangkan sebagai obyek wisata minat khusus. Dikembangkan sebagai minat khusus agar menjadi suatu jalan alternatif dalam upaya pelestarian kawasan karst tersebut dibandingkan dengan kegiatan wisata masal.

Kegiatan yang dapat dikembangkan sebagai kegiatan wisata minat khusus salah satunya dapat berupa penelusuran gua yang menjadi kegiatan utama (Wisata Petualangan) dan pengamatan biota-biota gua (Wisata Pendidikan). Kegiatan wisata ini diharapkan dapat memberikan pemahaman bagi pengunjung dan masyarakat dalam hal pelestarian sumber daya alam yang ada (kawasan karst).

Wisata Petualangan lebih ditekankan pada sesuatu yang lebih memuaskan keinginan sendiri. Menghadapi suatu bahaya sebagai suatu tantangan sehingga keberhasilan dalam melewatinya akan memberikan kepuasan tersendiri. Sedangkan Wisata Pendidikan merupakan sebuah kegiatan wisata yang memiliki muatan pendidikan khususnya pendidikan lingkungan dalam pelaksanaanya.

Diantara 8 gua yang ada, gua Si Garaan merupakan gua yang banyak memiliki biota gua yaitu kelelawar, jangkrik dan jenis ikan. Oleh karena itu Si Garaan dapat dikembangkan sebagai gua yang difokuskan wisata pendidikan yaitu untuk meneliti biota gua. Selain itu gua Si Garaan merupakan gua dapat dikembangkan untuk penelitian yang berhubungan dengan kondisi hidrologi gua. (tata air di kawasan tersebut).

Wisata petualangan disesuaikan dengan konsep perencanaan yaitu tidak merusak kondisi kawasan yang ada. Kegiatan wisata yang dapat dikembangkan adalah konsep penelusuran dengan memberikan batasan jumlah pengunjung yang masuk. Hal ini dilakukan untuk menjaga agar kondisi fisik gua tetap alami dan menghindari kekurangan oksigen ketika melakukan penelusuran.

Jumlah gua yang ada, seluurhnya dapat digunakan untuk kegiatan wisata minat khusus, terutama wisata petualangan. Masing-masing gua memiliki daya tarik tersendiri seperti gua Si Aul Ujung dengan ornamen-ornamen gua yang berukuran besar merupakan obyek yang menarik. Selain itu Si Cayur dengan

lekukan lorongnya yang utama, Si Aul Tengah dengan kondisi air dan lumpurnya memberikan petualangan yang menegangkan, Si Parat 2 dengan kondisi lorongnya yang sempit dan atap gua yang rendah, Si Parat 1 dengan batuan-batuan tajamnya dan Si kembar dengan kondisi air yang deras serta gua Si Patahunan dengan mulut gua yang lebar tetapi dengan atap yang pendek atau rendah.

Konsep pengembangan wisata Gua Gudawang dapat juga dilakukan dengan mengembangkan program wisata. Program wisata yang dikembangkan berupa paket yang khusus yaitu jumlah peminat dibatasi hanya untuk beberapa penelusur. Jumlah penelusur dalam melakukan penelusuran gua belum dapat ditentukan dengan pasti tetapi dianjurkan tidak dilakukan oleh seorang diri, hal ini untuk mempermudah penyelamatan ketika terjadinya suatu kecelakaan. selain itu adanya orang menunggu di luar gua dianjurkan pula karena ketika terjadi hujan dan ada kemungkinan air meluap orang yang menunggu di luar dapat segera melakukan pemberitahuan penelusur yang masuk.

Penyediaan sarana dan prasarana penunjang bukanlah hal yang penting. Keaslian suatu obyek merupakan sasaran utama dalam wisata minat khusus. Hal ini dilakukan untuk meminimalisasi kerusakan akibat kegiatan wisata tersebut.

Program wisata seperti di atas dilakukan pula oleh pengelola obyek wisata Gua Pawon, tepatnya dalam pelaksanaan paket Wisata Bandung Purba di Gua Pawon, Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung. konsep tersebut dapat dilihat dari sarana penunjang wisata yang tidak memadai, seperti terbatasnya rambu-rambu penunjuk jalan. Selain itu tidak tersedia tali yang aman (safety) dan permanen untuk naik ke tebing gua termasuk fasilitas-fasilitas penunjang lain seperti jalan yang licin. Akibatnya, paket wisata ini masih minim peminat (Anonim 2007).

Berbeda dengan wisata yang terrdapat di Australia, yaitu Jenolan Caves yang merupakan salah satu kompleks gua penting di Negara Bagian New South Wales. Konsep wisata yang diberikan berupa penelusuran gua yang disatukan dengan wisata gunung, hutan dan sungai disertai fasilitas penunjang seperti rumah makan, wisma penginapan, museum, karavan dan jalan akses. Konsep ini dapat menarik pengunjung sebesar 200.000 - 300.000 turis dalam setiap tahunya, yang merupakan angka kunjungan tertinggi dari seluruh kompleks gua di Australia (Laksono 2001).

63

Banyaknya pengunjung bukan ukuran suatu keberhasilan dalam pengembangan wisata minat khusus di Indonesia. Di Indonesia wisata minat khusus merupakan wisata yang mahal sehingga tidak terlalu mengutamakan jumlah pengunjung yang banyak. Oleh karena itu pengembangan Gua Gudawang diarahkan untuk wisata minat khusus dengan tujuan memberikan pendapatan yang lebih besar bagi pihak yang terkait dan melestarikan kawasan karst sebagai obyek wisata utamanya. Jika diarahkan menjadi wisata masal dikhawatirkan akan merusak keaslian gua seperti yang terjadi pada gua yang telah dikembangkan Pemda, yaitu Gua Si Menteng dan Si Pahang.

6.1. Kesimpulan

1. Derajat kesulitan gua terbagi menjadi 4 kelas yaitu mudah, sedang, sulit dan sangat sulit. Termasuk gua kelas mudah (M) adalah Si Kembar dan Si Patahunan, kelas sedang (SD) Si Aul Ujung dan Si Garaan, kelas sulit (S) Si Parat 1 dan Si Cayur dan kelas sangat sulit (SS) Si Parat 2 dan Si Aul Tengah. Sedangkan bahaya-bahaya yang dapat diidentifikasi diantaranya amoniak berlebih, banjir, binatang, licin, batu-batu gua yang tajam, lumpur yang sangat lengket, sesak nafas, jatuh dan terpeleset.

2. Berdasarkan derajat kesulitan dan bahaya-bahaya yang dimiliki setiap gua, maka gua-gua Si Kembar dan Si Patahunan dapat dimasuki para penelusur pemula diantara usia 10-50 tahun dengan kelas peminat anak-anak dan usia lanjut karena terkait dengan keterampilan dan kondisi tubuh penelusur. Gua Si Garaan dan Si Aul Ujung diantara umur 13-45 tahun gua. Dengan kelompok peminat usia sekolah SLTP dan umum yang masih pemula. Sedangkan Si Cayur dan Si Parat 1 antara umur 15-40 tahun dengan kelompok peminat usia SMU dan umum dengan keterampilan lebih. Sementara gua Si Aul Tengah dan Si Parat 2 dapat dikunjungi pengunjung berumur 17-35 tahun dengan kelompok peminat pecinta alam yang telah memiliki keterampilan yang cukup dalam penelusuran.

3. Berdasarkan penilaian gua didapatkan 3 klasifikasi kelayakan gua untuk dikembangkan sebagai wisata minat khusus yaitu sangat layak, layak dan kurang layak.Gua Si Aul tengah, Si Garaan dan Si Parat 2 termasuk klasifikasi gua sangat layak. Si Aul ujung, Si Parat 1, Si Cayur merupakan gua dengan klasifikasi layak. Selanjutnya Gua Si Kembar dan Si Patahunan termasuk gua yang kurang layak untuk dikembangkan.

6.2. Saran

1. Untuk mempermudah dan mempercepat proses pertolongan ketika ada kecelakaan maka setiap gua yang diperuntukan untuk wisata sebaiknya dipetakan.

65

2. Potensi-potensi yang dimiliki kawasan karst Gudawang seperti dari segi wisata, batu kapur, dan kondisi sosial masyarakatnya sangat dimungkinkan untuk lebih dikembangkan, maka sudah sepatutnya Pemerintah Daerah untuk lebih memperhatikan sebagai suatu masukan untuk daerahnya. 3. Mengadakan penelitian lebih lanjut tentang kawasan karst diantaranya

dengan tema jumlah minimal dan maksimal penelusur dalam kegiatan wisata minat khusus penelusuran gua dan dampak yang akan terjadi dari kegiatan wisata tersebut bagi ekosistem karst.

Adji TN, Haryono E, Woro S. 2005. Kawasan Karst dan Prospek Pengembangannya di Indonesia. Diakses dari www. Indocover.org. pada tanggal 23 Maret 2006

Admin. 2005. Perlindungan Fungsi Kawasan Karst. Diakses dari www. Indocover.org. pada tanggal 23 Maret 2006

Anonim. 2007. Wisata Purba Minim Sarana Penunjang. Diakses dari http//www.pikiranrakyat.com. pada tanggal 21 April 2007

Apriandi J. 2004. Keanekaragaman dan Kekerabatan Jenis Kelelawar Berdasarkan Kondisi Fisik-Mikroklimat Tempat Bertengger Pada Beberapa Gua Di Kawasan Gua Gudawang. Skripsi Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan. Fakultas Kehutanan. Insitut Pertanian Bogor

Aristiyanto MH. 2005. Introduksi Speleologi. Diakses dari http//www.Indocover.org. pada tanggal 23 Maret 2006

Gema. 2004. Sejarah Penelusuran Gua. Pecinta Alam Universitas Katolik-St Thomas Sumatera Utara. Diakses dari http//www.highcamp. web.id/file/artikelanda/file02.htm pada tanggal 23 Maret 2006

Departemen Kehutanan. 2004. Peraturan Perundangan-undangan Bidang Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. Departemen Kehutanan. Jakarta

Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam.. 2003. Penilaian Analisis Daerah Operasi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ADO-ODTWA). Departemen Kehutanan. Jakarta

Djaendi. 2004. Kumpulan Makalah Workshop Nasional Pengelolaan Kawasan Karst. Direktorat Tata Lingkungan Geologi dan Kawasan Pertambangan. Kabupaten Wonogiri.

Kasri N, Tuti H, Wahyu I, Marta A, Subono S, Ardina P, Isti F, Asep S. 1999. Kawasan Karst di Indonesia :Potensi dan Pengelolaan lingkunganmnya. Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup. Jakarta

Ko RKT. 2001. Objek Wisata Alam (Pedoman Identifikasi, pengembangan, pengelolaan, pemeliharaan dan pemasaran).Yayasan Buena Vista. Bogor Laksono SM. 2001.Wisata Gua di Australia. Diakses dari

http//www.indomedia.com/intisari/2001/Des/khas. pada tanggal 21 April 2007.

67

Nin. 2006. Menelusuri Gua Leang Pute diakses dari http://www.fajar.co.id/news.php?newsid=16963 pada tanggal 16 juni 2006

Pendit SN.1999. Ilmu Pariwisata sebuah pengantar Perdana. PT Pradnya Paramita. Jakarta

Persatuan Peminat dan Ahli Kehutan. 1987. Buku Induk Wisata Alam. Bogor Oktadiyani P. 2006. Alternatif Strategi Pengelolaan Taman Wisata Kawah

Kamojang Kabupaten Bandung Propinsi Jawa Barat. Skripsi Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan. Fakultas Kehutanan. Insitut Pertanian Bogor

Romani S. 2006. Penilaian Potensi Obyek dan Daya tarik Wisata Alam serta Alternatif Perencanaannya di Taman Nasional Bukit Dua belas Propinsi Jambi. Skripsi Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan. Fakultas Kehutanan. Insitut Pertanian Bogor

Samodra H. 2001. Nilai Strategis Kawasan Karst di Indonesia Pengelolaan dan Perlindungan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. Bandung Sudarto G. 1999. Ekowisata Wahana Pelestarian Alam, Pengembangan Ekonomi

Berkelanjutan dan Pemberdayaan Masyarakat. Yayasan Kalpataru Bahari. Jakarta

Wacik J.2004. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata di akses dari http://www.budpar.go.id/filedata/1487. pada tanggal 10 Maret 2007 Widagti N. 2003. Pengembangan Wisata Alam Di Taman Wisata Plawangan

Turgo Kaliurang Propinsi daerah Istimewa Yogyakarta. Skripsi Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan. Fakultas Kehutanan. Insitut Pertanian Bogor

Yoeti OA. 1997. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. PT Pradnya Paramita. Jakarta

69

Lampiran 1. Kriteria-kriteria Penilaian Gua yang Telah Dimodifikasi 1. Daya Tarik

Bobot : 6

No Unsur/ Sub Unsur Nilai 1 Keunikan dan Kelangkaan Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1

a. Sulit ditemukan ditempat lain

b. Memiliki daya pesona 30 20 15 10 c. Ada bentuk-bentuk yang unik

d. Bertingkat dan panjang/lebar

2 Keaslian Asli Sedikit perubahan Banyak perubahn Rusak Rusak 30 25 20 15

3 Keindahan/Keragaman > 5 Ada 5 Ada 4 Ada 3 Ada 1-2 a. Konfigurasi menarik

b. Ada banyak stalaktit

c. Ada banyak stalagmit 30 25 20 15 10 d. Ada gourdam

e. Ada pilar

f. Ada sungai/danau di bawah

4 Keutuhan tata lingkungan Ada 5 Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1 a. Masih terlindung hutan

b. Terdapat binatang khas dalam gua

c. Tidak dipengaruhi pemukiman 30 25 20 15 10 d. Tidak dipengaruhi kegiatan

industri e. Tidak ada pengaruh lain yang

merusak 5 Kepekaan Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1

a. Ada nilai pengetahuan

b. Ada nilai budaya 30 25 20 15 c. Ada nilai pengobatan

d. Ada nilai kepercayaan 2. Iklim

Bobot : 5

No Unsur/ Sub Unsur Nilai 1 Pengaruh iklim terhadap

Kunjungan 10 – 12 bulan 7 – 9 bulan 4 – 6 bulan 2 – 3 bulan < 2 bulan 30 25 20 15 10

2 Suhu udara pada musim hujan

dalam gua 20,0 - 22,9 .23,0 - 25,9 26,0 - 28,9 29,0 – 31 > 31

30 25 20 15 10

3 Kelembaban rata - rata dalam gua 40-50 60-70 80-90 90-100 >100

30 25 20 15 10

4 Jumlah bulan kering rata-rata per

tahun 8 bulan 7 bulan 6 bulan 5 bulan 4 bulan

3. Aksesibilitas Bobot : 4

No Unsur/ Sub Unsur Nilai

1

Kondisi dan jarak dari pusat kota Bogor Baik a. 0 - 15 km 30 b. 16 - 30 km 25 c. 31 - 45 km 20 d. 46 - 60 km 10

2 Jarak dari pemukiman (km) > 5 3,0- 5 2,0 - 2,9 1,0 - 1,9 0,0-0,9

30 25 20 15 10

3

Jarak dari jalan raya Bogor –

Jasinga (km) > 11,0 10,0 - 11,0 9,0 - 9,9 8,0 - 8,9 7,0 - 7,9

30 25 20 15 10

4

Jarak dari obyek wisata yang

telah dikembangkan (km) 0 - 0,5 0,6 - 0,1 1,1 - 1,5 1,6 - 2 > 2

30 25 20 15 10

4. Sarana Bobot : 1

No Unsur/ Sub Unsur Nilai

1 Sarana 5 macam 4 macam 3 macam 2 macam 1 macam a. Jalan mobil

b. Jalan setapak

c. Shelter 30 25 20 15 10 d. Warung

e. Mushola

5. Kondisi Sekitar Kawasan Bobot : 3

No Unsur/ Sub Unsur Nilai

1

Tanggapan terhadap orang

asing

a. Terbuka 30

b. Kurang terbuka 20

c. Tertutup 10

2 Tata ruang wilayah

.Ada dan sesuai

.Ada tapi tidak sesuai

proses

penyusunan Tidak Ada a. Ada dan sesuai

b. Ada tapi tidak sesuai 30 245 20 10 c. Dalam proses penyusunan

d. Tidak ada

3 Pengangguran >15% 10-15 % 5-9 % <5

30 245 20 10

4

Mata pencaharian

penduduk Buruh Berdagang Bertani Pegawai

30 245 20 10

5 Pendidikan SLTA SLTP SD Tidak lulus SD 30 245 20 10 6 Status lahan

Hutan

Negara Hutan milik Hutan Adat Tanah milik 30 245 20 10

71

6. Hubungan dengan obyek wisata di sekitarnya Bobot : 2

No Jarak (km) Obyek Wisata Jumlah Obyek Jumlah

0 1 2 3 4 5 6 1 s/d 25 km Sejenis 100 80 60 40 20 1 Tidak sejenis 100 95 90 80 70 60 50 2 26- 50 km Sejenis 80 100 80 60 40 20 1 Tidak Se jenis 70 80 90 100 90 80 70 3 51-75 km Sejenis 60 80 100 80 60 40 20 Tidak Sejenis 50 60 70 80 90 100 90 4 76-100 km Sejenis 40 60 80 100 80 60 40 Tidak sejenis 30 40 50 60 70 80 90 7. Keamanan Bobot : 3

No Unsur/ Sub Unsur Nilai

1 Keamanan pengunjung Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1

a. Ada binatang pengganggu

b. Luapan air 30 20 15 10

c. Jarang gangguan kamtibmas d, Tanah labil

2 Pertambangan Tidak ada Ada 1 Ada 2 Ada 3 Ada 4

a. Sendiri

b. Kepentingan umum 30 25 20 15 10 c. Diperjualbelikan

d. Skala besar

3 Penggunaan lahan Hutan Perladangan Perkebunan Persawahan Pemukiman

30 25 20 15 10

8. Daya Dukung Kawasan Bobot :

No Unsur/ Sub Unsur Nilai

1 Jumlah pengunjung < 20 orang 21 – 40 orang 41 - 60 orang 61 - 80 orang > 80 orang 30 25 20 15 10

2 Jenis kegiatan Aad 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1 a. Penelitian

b. Penelusuran 30 20 15 10 c. Berkemah

9. Pengaturan Pengunjung Bobot : 1

No Unsur/ Sub Unsur Nilai

1 Kenyamanan Ada 5 Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1 a. Pembatasan pengunjung

b. Lama tinggal kunjungan

c. Musim kunjungan 30 25 20 15 10 d. Distribusi pengunjungan

e. Pemusatan kegiatan

pengunjung 10. Ketersediaan Air Bersih

Bobot : 3

No Unsur/ Sub Unsur Nilai

1 Volume Banyak Cukup BAnyak Sedikit

Sangat Sedikit

30 20 15 10

2 Kelayakan dikonsumsi Dapat langsung

Perlu perlakukan sederhana Perlakuan zat kimia Tidak layak a. Dapat langsung b. Perlu perlakuan sederhana 30 20 15 10

c. Perlakuan dengan bahan

kimia d. Tidak layak

73

Dokumen terkait