• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tabel 6. Pengaruh dosis BMD terhadap derajat penetasan (%) Lele Sangkuriang Clarias sp Ulangan Kontrol 30 mg BMD/ kg ikan 50 mg BMD/kg ikan 70 mg BMD/kg ikan 1 90 41,04 80 78 2 89,5 36,1 89 93,5 3 65 4,2 50 94,2 Rerata 81,5 27,11 73 88,57 (±) Sd 11,67 16,33 16,67 7,477

Pada Tabel 6 tampak bahwa persentase HR dari kontrol menurun di perlakuan 30 mg BMD/kg ikan, kemudian meningkat hingga pelakuan 70 mg BMD/kg ikan.

81 Persentase HR paling rendah terdapat pada perlakuan 30 mg BMD/kg ikan, yaitu sebesar (27,11 ± 16,33) % dan yang paling tinggi terdapat pada pelakuan 70 mg BMD/kg ikan yaitu sebesar (88,57 ± 7,477) %. Dengan semakin tingginya dosis perlakuan maka persentase derajat penetasan juga semakin tinggi dan peningkatan ini tidak berbeda nyata. Perbedaan yang cukup signifikan terjadi pada perlakuan 30 mg BMD/kg ikan. Perbedaan ini disebabkan karena telah terjadi kegagalan hidup dari embrio yang disebabkan karena gagalnya embrio dalam melakukan pembelahan mitosis hingga pembentukan organ yang disebabkan karena kualitas sperma yang membuahi sel telur kurang berkualitas.

Antara kontrol dan perlakuan peningkatan dosis BMD dalam Egg Stimulant tidak signifikan kecuali pada perlakuan 30 mg BMD/kg ikan. Pada perlakuan 30 mg BMD/kg ikan (Gambar 15) terjadi penyimpangan hasil yang menyebabkan nilai HR- nya jauh lebih rendah dari pada kontrol. Penyimpangan hasil yang terjadi disebabkan karena kualitas dari sperma yang membuahi telur kurang baik. Kualitas sperma yang buruk akan mempengaruhi perkembangan embrio dalam telur, diduga karena pada saat terjadi pembuahan, sperma dengan kualitas yang buruk tidak memiliki cukup energi untuk melakukan pembelahan didalam sel telur. Energi itu telah habis digunakan untuk berenang mencapai sel telur. Dari segi genetik sperma dengan kualitas yang buruk terdapat ketidaklengkapan struktur basa nitrogen akibat kurang sempurnanya proses pindah silang karena hormon atau mineral dalam proses spermatogenesis bekerja tidak optimal, sehingga terdapat salah satu gen yang berperan terhadap pembelahan zigot tidak tersedia.

0 20 40 60 80 100 persentase HR kontrol 30 mg/kg 50 mg/kg 70 mg/kg

82

Gambar 15. Histogramderajat penetasan (%) telur ikan Le le Sangkuriang clarias sp

Pada umumnya, menurut Affandi (2002), derajat penetasan dipengaruhi oleh faktor non mekanik dan faktor mekanik. Faktor non mekanik terdiri dari faktor hormonal dan volume kuning telur. Faktor hormonal dipengaruhi oleh hipotalamus dan kelenjar tiroid. Faktor mekanik dipengaruhi oleh gerakan larva dalam telur dan enzim korionase.

Semakin tinggi dosis BMD maka penyerapan kalsium, magnesium dan fosfor juga semakin baik. Kalsium, magnesium dan fosfor merupakan mineral yang diperlukan dalam pembentukan cangkang telur. Cangkang telur merupakan organ penting dalam mempengaruhi kelangsungan hidup embrio. Cangkang telur berperan dalam melindungi telur dari tekanan lingkungan yang berada di sekitar embrio.

83

DAFTAR PUSTAKA

Affandi R., Tang MU.2002. Fisiologi Hewan Air. UNRI Press. Pekan Baru,Hlm 213.

Anggarodi, R. 1979. Ilmu Makanan Ternak Umum. Edisi ke Dua Cetakkan ke-3. Penerbit PT Gramedia. Jakarta.

Balinsky SI.1970. An Introduction to Embriology. WB.International Review of Cytology,12:361-403.Saunders Company. London. Hlm 219-253.

Brander, G.C., and D.M. Pugh.1977. Veterinary Applied Pharmacology And Therapeutics, 3rd Ed. The English Language Book Society and Bailliere Tindal, London.

Coates, M.E. and G.F. Harisson.1962. Zinc Bacitracin and Chick Growth, The Veterinary Record 74(44): 1191-1192.

Daghighian,P. and P.E. Waibel. 1982. The Efficacy of Bacitracin Methylene Disalisilat and Zinc Bacitracin in Turkey Nutrition. Poultry Science 61 : 962-975.

Djuwita I., Boediono A., Mohammad K. 2000. Embriologi. Laboratorium Embriologi Bagian Anatomi. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Effendi I.2004. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya, Jakarta.

Epler P.1981. Effect of Steroid Gonadotropin Hormone the Matur ation of Carp Oocyte Maturation and Ovulation. Pol. Arch hydroid,28: 127-133.

Federal Food, Drug and Cosmetic Act (FFDAC). 2006. For The Prevention of Coccidiosis by Eimeria acervulina, E. maxima, E. mivati, E. necatrik and

E. tenella and Improved Food Efficiency In Broiler.

http://www.fda.gov/cvm/FOI/1470.htm. Freedom of Information Officer

Center For Veterinari Medicine. Rockville.

Fujaya Y.2004. Fisiologi Ikan, Dasar-dasar Pengembangan Teknologi Perikanan. Rineka Cipta Press. Jakarta.

Gan, S.1980. Farmakologi dan Terapi. Bagian Farmakologi Universitas Indonesia,Jakarta.

84 Kedi, S. 1980. Mencegah Necrotic Enteritis pada Broiler dengan Zinc Bacitracin.

Majalah Ayam dan Telur, Nomor 7, Thn IX, Halaman 36-37.

John H., Postlet W., Janet L., Hopson, Ruth C, Veres. 1991. Biology. Bringing Science to Life. MC Graw-Hill, Inc, Hlm 207.

Jones, L.M.A.B. 1957. Veterinary Pharmacology and Therapeutics. Second Ed. Iowa State University Press Ames, Iowa. USA.

Martati, E. 2006. Efektivitas Madu Terhadap Nisbah Kelamin Ikan Gapi (Poecilia reticulate peters). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Bogor.

Maynard, L.A., J.K. Loosli, H.F. Hintz and R.G. Warner. 1983. Animal Nutrition. Seventh Ed. Tata McGraw Hill Publishing Co., Limeted. New Delhi. Nagahama,Y. 1987. Gonadotropin Action on Gametogenesis and Steroidogenesis

in Teleost Gonad. Zoological Science,4 : 209-222.

Nagahama Y., M. Yoshikuni, M. Yamashita, T. Tokumoto, Y. Katsu. 1995. Regulasi of Oocyte Growth and Maturation In Fish Developmental Biology. Vol.30. Academic press, inc. P:103-245.

Nayak P.K., and T.P. Singh.1992. Seasonal Change in Plasma Level of Reproductive Steroid Hormones in Female Tropical Catfish Clarias batracus. Zoologische Jahrbucher, Abteilung-fur Allgemeine Zoologie-und Physiologi-dertiere.

Purdom, C.E. 1993. Genetics and Fish Breeding. Ministry of Agriculture, Fisheries and Food. Fisheries Laboratory. Lowestoff. Suffolk. UK.

Rosen,D.G.,1976. Zinc Bacitracin for Laye rs. Poultry International. January Ed. : 24-30

Sumantadinata, K. 1981. Pengembangan Ikan-Ikan Peliharaan di Indonesia. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institute Pertanian Bogor.

Sumantri, D. 2006. Efektivitas Ovaprim, dan Aromatase Inhibitor Dalam Mempercepat Pemijahan Pada Ikan Lele Dumbo Clarias Sp. Skripsi. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Institute Pertanian Bogor.

Sunarma,A. 2004. Peningkatan Produktifitas Usaha Ikan Lele Sangkuriang

(Clarias sp). Makalah Disampaikan Pada Temu Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) dan Temu Usaha Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya,

85 Departemen Kelautan dan Perikanan, Bandung 04-07 Oktober 2004. Bandung. 13 Halaman.

Vanston, A., Arthur P. Arnold and B.A. Schlinger.1996. 3β-Hydroxysteroid Dehidrogenase/Isomerase and Aromatase Activity in Primary Culture of Developing Zebra Finch Telencepalone: Dehydroepiandrosterone as Substrat for Sintesis of Androstenedione and Estrogens. General and Comparative Endocrinology,102:342-350.

Wood bine, M. 1977. Antibiotics and Antibiosis In Agriculture, Butter Worth. London.

Woynarovich E. dan L. Horvath. 1990. The Artificial Propagation of Warm-Water Finfish a Manual for Extension. FAO Fisheries Technical Paper No. 201.183 p. Food Agricultural Organization of The United Nation. Roma. Yaron Z. 1995. Endocrine Control of Gametogenesis and Spawning Induction in

86

LAMPIRAN

87

Lampiran 1. Pergerakan inti telur (%) pada sampling1

Perlakuan

Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Rata-rata

Tengah Tepi GVBD Tengah Tepi GVBD Tengah Tepi GVBD Tengah Tepi GVBD

Kontrol 0 100 0 100 0 0 100 0 0 66,67 33,33 0 30 mg BMD/kg ikan 0 0 0 72,97 27,02 0 81,25 18,75 0 51,41 15,26 0 50 mg BMD/kg ikan 79,31 20,69 0 100 0 0 89,65 10,35 0 89,65 10,35 0 70 mg BMD/kg ikan 100 0 0 100 0 0 100 0 0 100 0 0

88

Lampiran 2. Pergerakan inti telur (%) pada sampling2

PERLAKUAN

Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Rata-rata

Tengah Tepi GVBD Tengah Tepi GVBD Tengah Tepi GVBD Tengah Tepi GVBD

Kontrol 90 10 0 90.9 9.1 0 81.1 18.9 0 87,32 12,7 0 30 mg BMD/kg ikan 55.9 33.3 7.1 78,6 21,4 0 37,8 62,2 0 58,63 39 2,6 50 mg BMD/kg ikan 54,5 45,5 0 64,7 35,3 0 47,4 52,6 0 55,53 44,5 0 70 mg BMD/kg ikan 43,3 56,7 0 54,8 45,2 0 65,4 34,6 0 54,5 45,5 0

89

Lampiran 3. Tabel Sidik Ragam diameter telur (mm) pada sampling1

SK Db JK KT Fhit Ftab

Perlakuan 3 0,083 0,028 1,474 4,07

Sisa 8 0,155 0,019

Total 11 0,238

H0 = Peningkatan pemberian dosis BMD dalam Egg Stimulant berbeda tidak mempengaruhi parameter pengamatan.

H1 = Peningkatan pemberian dosis BMD dalam Egg Stimulant berbeda mempengaruhi parameter pengamatan.

Fhit < F tab, gagal tolak H0

Kesimpulan : peningkatan pemberian dosis BMD dalam Egg Stimulant yang berbeda tidak mempengaruhi penambahan diameter telur pada

90

Lampiran 4 Tabel Sidik Ragam diameter telur (mm) pada sampling2

SK Db JK KT Fhit Ftab

Perlakuan 3 0,062 0,021 2,896 4,07

Sisa 8 0,058 7,25 x 10-3

Total 11 0,12

H0 = Peningkatan pemberian dosis BMD dalam Egg Stimulant berbeda tidak mempengaruhi parameter pengamatan.

H1 = Peningkatan pemberian dosis BMD dalam Egg Stimulant berbeda mempengaruhi parameter pengamatan.

Fhit<Ftab, gagal tolak H0

Kesimpulan : peningkatan pemberian dosis BMD dalam Egg Stimulant tidak mempengaruhi peningkatan diameter telur pada sampling2.

91

Lampiran 5 Tabel Sidik Ragam pergerakan inti telur (%) pada sampling1

• tengah df SS MS F Significance F Regression 1 824.2999086 824.3 2.632447 0.246167969 Residual 2 626.2613664 313.131 Total 3 1450.561275 Coefficients Standard

Error t Stat P-value

Intercept 56.11579439 15.58511352 3.6006 0.069221 X Variable 1 0.55511215 0.342137691 1.62248 0.246168

H0 = Peningkatan pemberian dosis BMD dalam Egg Stimulant berbeda tidak mempengaruhi pergerakan inti telur.

H1 = Peningkatan pemberian dosis BMD dalam Egg Stimulant berbeda mempengaruhi pergerakan inti telur.

Fhit < Ftab dan P>0,05 ; gagal tolak H0

Kesimpulan : peningkatan pemberian dosis BMD dalam Egg Stimulan berbeda tidak mempengaruhi pergerakan inti telur.

• tepi df SS MS F Significance F Regression 1 570.13 570.13 92.96 0.010587241 Residual 2 12.267 6.1333 Total 3 582.4 Coefficients Standard Error t Stat P-value Intercept 32.0473832 2.181202476 14.693 0.005 X Variable 1 -0.4616636 0.047883615 -9.641 0.011

H0 = Peningkatan pemberian dosis BMD dalam Egg Stimulant berbeda tidak mempengaruhi pergerakan inti telur.

H1 = Peningkatan pemberian dosis BMD dalam Egg Stimulant berbeda mempengaruhi pergerakan inti telur.

Fhit > F tab dan P=0.05 ; tolak H0

Kesimpulan : peningkatan dosis BMD mempengaruhi pergerakan inti telur agar terjadi perpindahan ke tepi.

92

Lampiran 6. Tabel Sidik Ragam pergerakan inti telur (%) pada sampling2

• tengah df SS MS F Significance F Regression 1 583.04 583.04 7.69 0.10914276 Residual 2 151.61 75.806 Total 3 734.65 Coefficients Standard Error t Stat P-value Intercept 81.502243 7.668303027 10.628 0.0087 X Variable 1 -0.46685981 0.168341121 -2.773 0.1091

H0 = Peningkatan pemberian dosis BMD dalam Egg Stimulant berbeda tidak mempengaruhi parameter pengamatan.

H1 = Peningkatan pemberian dosis BMD dalam Egg Stimulant berbeda mempengaruhi parameter pengamatan.

Fhit > Ftab, Phit < 0.05 ; tolak H0

Kesimpulan : peningkatan dosis BMD dalam egg stimulant mempengaruhi pergerakan inti telur.

• tepi

df SS MS F Significance F

Regression 1 599.4 599.4 10.55 0.08316276

Residual 2 113.67 56.835

Total 3 713.07

H0 = Peningkatan pemberian dosis BMD dalam Egg Stimulant berbeda tidak mempengaruhi parameter pengamatan.

H1 = Peningkatan pemberian dosis BMD dalam Egg Stimulant berbeda mempengaruhi parameter pengamatan.

Fhit > Ftab, tolak H0

Kesimpulan : peningkatan dosis BMD mempengaruhi pergerakan inti telur.

• GVBD

df SS MS F Significance F

Regression 1 0.14 0.14 0.06 0.832556328

Residual 2 4.93 2.46

93

Coefficients

Standard

Error t Stat P-value

Intercept 0.923364486 1.382486566 0.6679 0.57295 X Variable 1 -0.00728972 0.030349523 -0.2402 0.83256

Fhit<Ftab, gagal tolak H0

94

Lampiran 7.Tabel Sidik Ragam (%) fekunditas

SK Db JK KT Fhit Ftab

Perlakuan 3 0,694 x 1011 2,313 x 1010 27,618 4,07 Sisa 8 0,067 x 1011 8,375 x 108

Total 11 0,761 x 1011

H0 = Peningkatan pemberian dosis BMD dalam Egg Stimulant berbeda tidak mempengaruhi parameter pengamatan.

H1 = Peningkatan pemberian dosis BMD dalam Egg Stimulant berbeda mempengaruhi parameter pengamatan.

Fhit > Ftab, tolak H0

Kesimpulan : peningktan pemberian dosis BMD dalam Egg Stimulant yang berbeda mempengaruhi fekunditas.

Uji lanjut BNT

BNT = t (0,025;8) v(2 x 8,375x108 /3) = 54488,654

Kontrol 30mg BMD/kg ikan 50mg BMD/kg ikan 70mg BMD/kg ikan

X rata-rata 65858,667 70550,3 156215,83 252314,667 4691,633

90357,166*

186456*

Kesimpulan : pada perlakuan 50 mg BMD/kg ikan dan 70mg BMD/kg ikan yang berpengaruh nyata terhadap kontrol apabila diberikan BMD dalam pakan yang menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah telur induk atau fekunditas.

95

Lampiran 8. Tabel Sidik Ragam derajat pembuahan atau FR

SK Db JK KT Fhit Ftab

Perlakuan 3 881,808 293,936 1,1556 4,07

Sisa 8 1508,274 188,534

Total 11 2390,082

H0 = Peningkatan pemberian dosis BMD dalam Egg Stimulant berbeda tidak mempengaruhi parameter pengamatan.

H1 = Peningkatan pemberian dosis BMD dalam Egg Stimulant berbeda mempengaruhi parameter pengamatan.

Fhit<Ftab,gagal tolak H0

Kesimpulan : peningkatan pemberian dosis BMD dalam Egg Stimulant yang berbeda tidak mempengaruhi persentase FR.

96

Lampiran 9.Tabel Sidik Ragam derajat penetasan atau HR

SK Db JK KT Fhit Ftab

Perlakuan 3 6903,388 2301,129 8,33 4,01

Sisa 8 2209,96 276,245

Total 11 9113,348

H0 = Peningkatan pemberian dosis BMD dalam Egg Stimulant berbeda tidak mempengaruhi parameter pengamatan.

H1 = Peningkatan pemberian dosis BMD dalam Egg Stimulant berbeda mempengaruhi parameter pengamatan.

Fhit>Ftab, tolak H0 Uji Lanjut BNT = t(0,025;8) v(2 x 276,245/3) = 15,877 X rata kontrol = 81,5 > BNT X rata 30mg BMD/kg ikan = 27,113 > BNT X rata 50 mg BMD/kg ikan = 73 > BNT X rata 70mg BMD/kg ikan = 88,567 > BNT

97

Lampiran 10. Contoh perhitungan dosis Egg Stimulant pada perlakuan 30 mg BMD/kg ikan.

Dik : Dosis BMD 30 mg/1 kg ikan.

1 kg Egg Stimulant mengandung 55.000 mg BMD = 55.000 mg BMD/1 kg Egg stimulant.

Maka :

Dosis Egg Stimulant untuk 30 mg BMD/kg ikan =

1 kg Egg Stimulant x 30 mg BMD / 1 kg ikan = 0,55 g Egg Stimulant/ kg ikan 55.000 mg BMD

Penambahan 5 % untuk antisipasi kehilangan akibat terbuang (leaching) = 5/100 x 0,55 g Egg Stimulant/kg ikan = 0,03 g Egg Stimulant/kg ikan Sehingga dosis Egg Stimulant untuk 1 kg ikan menjadi =

0,55 g Egg Stimulant/kg ikan + 0,03 g Egg Stimulant/kg ikan = 0,58 g Egg Stimulant/kg ikan

Biomassa ikan = 2,5 kg

Dosis Egg Stimulant untuk 2,5 kg ikan =

0,58 g Egg Stimulant/kg ikan x 2,5 kg ikan = 1,45 g Egg Stimulant

Pakan ya ng diberikan = 3/100 x 2,5 kg = 75 g Pakan

98

Lampiran 11. Contoh perhitungan dosis Egg Stimulant pada perlakuan 50 mg BMD/kg ikan.

Dik : Dosis BMD 50 mg/1 kg ikan.

1 kg Egg Stimulant menga ndung 55.000 mg BMD = 55.000 mg BMD/1 kg Egg stimulant.

Maka :

Dosis Egg Stimulant untuk 50 mg BMD/kg ikan =

1 kg Egg Stimulant x 50 mg BMD / 1 kg ikan = 0,91 g Egg Stimulant/ kg ikan 55.000 mg BMD

Penambahan 5 % untuk antisipasi kehilangan akibat terbuang (leaching) = 5/100 x 0,91 g Egg Stimulant/kg ikan = 0,05 g Egg Stimulant/kg ikan Sehingga dosis Egg Stimulant untuk 1 kg ikan menjadi =

0,91 g Egg Stimulant/kg ikan + 0,05 g Egg Stimulant/kg ikan = 0,96 g Egg Stimulant/kg ikan

Biomassa ikan = 3,1 kg

Dosis Egg Stimulant untuk 3,1 kg ikan =

0,96 g Egg Stimulant/kg ikan x 3,1 kg ikan = 2,98 g Egg Stimulant

Pakan yang diberikan = 3/100 x 3,1 kg = 93 g Pakan

99

Lampiran 12. Contoh perhitungan dosis Egg Stimulant pada perlakuan 70 mg BMD/kg ikan.

Dik : Dosis BMD 70 mg/1 kg ikan.

1 kg Egg Stimulant mengandung 55.000 mg BMD = 55.000 mg BMD/1 kg Egg stimulant.

Maka :

Dosis Egg Stimulant untuk 70 mg BMD/kg ikan =

1 kg Egg Stimulant x 70 mg BMD / 1 kg ikan = 1,27 g Egg Stimulant/ kg ikan 55.000 mg BMD

Penambahan 5 % untuk antisipasi kehilangan akibat terbuang (leaching) = 5/100 x 1,27 g Egg Stimulant/kg ikan = 0,06 g Egg Stimulant/kg ikan Sehingga dosis Egg Stimulant untuk 1 kg ikan menjadi =

0,27 g Egg Stimulant/kg ikan + 0,06 g Egg Stimulant/kg ikan = 1,33 g Egg Stimulant/kg ikan

Biomassa ikan = 3,5 kg

Dosis Egg Stimulant untuk 3,5 kg ikan =

1,33 g Egg Stimulant/kg ikan x 3,5 kg ikan = 4,67 g Egg Stimulant

Pakan yang diberikan = 3/100 x 3,5 kg = 105 g Pakan

100

Dokumen terkait