• Tidak ada hasil yang ditemukan

KELOMPOK TANI HUTAN TUNAS MANDIRI

BUSINESS 

PLAN   

 

USAHA KOPI BUBUK SELANGIT

DESA KARANG PANGGUNG 

KELOMPOK TANI HUTAN TUNAS MANDIRI 

PROFIL USAHA KOPI BUBUK SELANGIT

 Nama Unit Usaha: Kopi Bubuk Selangit  Nama Lengkap Pelaksana Usaha: Fatkhurrozi

 Alamat Industri: Desa Karang Panggung, Kecamatan Selangit, Kab. Musi Rawas, Provinsi Sumatera Selatan, Indonesia

 Nomor Kontak Bisnis: +62852 7345 1418. E-mail : rozifatkhur8@gmail.com

 Tujuan Usaha: Pembelian biji kopi siap sangrai, penggorengan/sangrai, pengilingan, pengepakan, labelisasi, penjualan langsung ke pedagang pengumpulan dan pengecer  Target Penjualan: 25 Kg kopi bubuk/minggu, harga penjualan Rp.60.000,-/Kg.

 Keuntungan yang diharapkan pada setiap produksi: Rp.3.157.000,-/bulan untuk kelompok  Modal Awal: Rp 10.650.000,-

 Status Hukum: Unit Industri Kecil

Latar Belakang dibentuknya Usaha Kopi dan Lokasi Usaha

Hampir 90% warga Karang Panggung beprofesi sebagai petani dengan tanaman karet menjadi andalan sumber pendapatan dengan system agroforestry. Namun harga karet yang mengalami penurunan harga jual di pasaran, menjadikan warga memilih hasil pertsnisn ysng lain seperti kopi sebagai sumber pendapatan.

Metode penanaman karet di Karang Panggung dilakukan dengan sistem agroforestry yaitu menanam karet yang bersamaan dengan menanam kopi. Sebanyak 70% petani menggunakan metode ini dan sebanyak 30% petani menanam dengan metode mono kultur (hanya kopi). Karet yang ditanam dapat dipanen setelah berumur 6 tahun, sedangkan tanaman kopi yang telah ditanam dapat dipanen ketika memasuki umur 2 tahun. Pengalaman di lapangan pada periode 2012-2016, hasil kopi memiliki nilai jual yang lebih tinggi daripada karet. Selama ini kopi merupakan pilihan kedua warga untuk mengembangkan produksi, namun setelah harga karet menurun, petani lebih memperhatikan kopi dan menjadi andalan warga dalam meningkatan perekonomian petani.

Komoditas kopi di karang panggung ditanam dengan sistem organik alami dengan jenis robusta. Kandungan nutrisi tanah di Desa Karang Panggung yang kaya akan unsur hara, menjadikan penanaman kopi tidak perlu diberikan pupuk, karena dapat memenuhi pertumbuhan kopi dengan baik. Selama ini petani menjual biji kopi kering dan belum diolah secara maksimal dalam bentuk bubuk, padahal kopi memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi bila diolah menjadi bubuk kopi. Hal inilah menjadi tujuan utama kelompok tani hutan “TUNAS HARAPAN” desa Karang Panggung untuk meningkatkan nilai ekonomi dari pengolahan kopi bubuk.

Situasi Saat ini

Komoditi kopi merupakan jenis komoditi yang terpilih berdasarkan hasil baseline survey yang dilakukan di Desa Karang Panggung untuk dikembangkan sebagai sebagai salah satu usaha penggerak ekonomi masyarakat di wilayah ini. Dari analisis terhadap hasil survey lapangan menunjukkan bahwa pemasaran kopi di Desa Karang Panggung Kabupaten Musi Rawas dilakukan dalam bentuk produk kopi bubuk.

Petani yang mengusahakan kopi di Desa Karang Panggung ini tergabung dalam kelompok tani dengan produksi kopi bubuk yang dijual hasil penggilingan dari biji kopi yang diusahakan oleh anggota kelompok. Pengembangan usaha kopi bubuk ini sudah lama dilakukan oleh masyarakat, sejak lebih kuran 5 tahun yang lalu, namun penjemuran, penggorengan dan penggilingan biji kopi masih dilakukan secara tradisional dengan peralatan seadanyan. Karena keterbatasan peralatan bahkan banyak petani kopi di wilayah ini hanya menjual dalam bentuk biji kopi saja. Peningkatan pemasaran kopi bubuk ini menjadi produk yang mulai terkoordinir dilakukan sejak adanya program bantuan dan binaan dari Dinas Perkebunan dan Dinas Perindustrian Kabupaten Musi Rawas. Binaan dan bantuan tersebut bertambahan dengan adanya program bantuan dan binaan juga dari GIZ Bioclime dan KPH Lakitan, hingga menjadi Unit Usaha Masyarakat Produksi Kopi Selangit.

RENCANA PEMASARAN Deskripsi Produk

Komoditas kopi di Desa Karang Panggung ditanam dengan sistem organik alami dengan jenis robusta. Kandungan nutrisi tanah di Desa Karang Panggung yang kaya akan unsur hara, menjadikan penanaman kopi tidak perlu diberikan pupuk, karena dapat memenuhi pertumbuhan kopi dengan baik. Kopi bubuk yang dihasilkan oleh kelompok tani ini adalah kopi bubuk murni tanpa campuran apapun, yang berasal dari kebun kopi masing-masing anggota kelompok.

Tabel 1: Deskripsi Kopi Selangit

Nama Nama Lokal Nama Latin Habitat Musim Kualitas

Kopi Selangit

Kopi bubuk Coffee

robusta Tempat tumbuh antara 400–500 m dpl, curah hujan rata-rata 2.000– 3.000 mm per tahun, tanah gembur, subur (podsolik) dan kaya bahan organik.

Sepanjang musim hujan, antara April – Oktober per tahun (panen utama pada April– Juni; 4 bulan berikutnya penen selang)

Layak konsumsi

Data Pesaing (Competitors)

Dari aspek persaingan, untuk pasar tingkat desa dan kecamatan, produksi kopi selangit ini belum memiliki persaingan yang berarti. Produksi kopi dari kelompok tani Desa Karang Panggung termasuk jenis kopi yang diminati konsumen di tingkat desa dan kecamatan. Namun untuk pasar tingkat kabupaten (Kota Lubuk Linggau) tingkat persaingan produsen kopi sangat tinggi. Hal ini dikarenakan Kota lubuk Linggau sebagai ibukota Kabupaten Musi Rawas merupakan wilayah perlintasan yangberbatasan langsung dengan kabupaten dan provinsi lain, sehingga produsen kopi yang ada di kota ini cukup banyak dan variatif. Berbagai macam produk dan merk kopi dijual di pasara Lubuk Linggau. Secara keseluruhan produk kopi selangit ini masih kalah bersaing dengan kopi bubuk lainnya di pasar Kota lubuk Linggau karena produk ini terkendala belum ada izin BPOM dan bentuk izin lain yang melegalkan produk makanan di pasaran, sehingga kalah bersaing dengan produk kopi lainnya yang telah memiliki izin, yang tentu saja lebih dipercaya konsumen dan mau diterima oleh toko pengecer.

Sangat disadari bahwa usaha produksi kopi bubuk bukan merupakan usaha baru. Di Kabupaten Musi Rawas misalnya, sudah ada pusat pengolahan kopi bubuk dalam skala besar. Namun dalam hal ini, usaha kopi selangit mencoba menitikberatkan bahwa kopi yang diproduksi adalah kopi organik yang bebas bahan kimia. Di Kecamatan Selangit setidaknya belum ada pengusaha kopi sejenis yang mengembangkan produknya.

Table 2: Analisis Pesaing Produk dari

Pesaing

Harga Jual dari Pesaing (Rp/kg)

Kualitas dari

Produk Mereka Target Pembeli Target Pasar Kopi bubuk dengan

merek dagang

60.000 Kopi bubuk dengan labelisasi BPOM, Label Halal Seluruh lapisan masyarakat mulai dari tingkat lokal, regional, dan nasional Global

Target Segmen Pasar dan Kebutuhan Konsumen/Pembeli Tabel 3: Daftar Target Pembeli

Daftar Target Pembeli dan persentase per produk

per pembeli Jarak antara pembeli dengan lokasi industri di desa (jam)

Pengumpul Lokal Lubuk Linggau 30% 18 jam

Pembeli di luar Lubuk Linggau 10% 1,5 jam

Pembeli tingkat desa/kecamatan 60% 0–1 jam

Harga

Tabel 4: Harga per produk kopi bubuk Selangit

Jenis Produk Harga Penjualan (Rp/kg)

Kopi Bubuk Selangit 60.000

Promosi

Usaha produksi kopi organik dengan merk Kopi Selangit, dengan slogan KOPI SELANGIT, RASA SELANGIT, HARGA MEMBUMI, adalah kopi yang diolah dari biji kopi lokal yang dihasilkan petani Desa Karang Panggung Kecamatan Selangit Kabupaten Musi Rawas. Salah satu keunggulan kopi ini adalah merupakan kopi organik yang tidak menggunakan bahan kimia dalam proses produksi dan pengolahannya. Kopi yang dihasilkan dari kebun anggota kelompok tani, bahkan hanya menggunakan pupuk organik yang berasal dari kotoran hewan dan kompos. Nama Selangit dalam merk kopi dimaksudkan untuk membawa entitas geografis sebagai asal biji kopi dihasilkan.

Promosi produk salah satunya dilakukan dengan berpartisipasi dalam pameran. Selain itu promosi dari mulut ke mulut masih merupakan power utama produk kami. Perkembangan dunia sosial telah membuka jalur promosi melalui akun media sosial seperti facebook dan tweeter yang dikhususkan untuk membidik pasar di tingkat propinsi dan nasional.

RENCANA OPERASIONAL

Produksi kopi bubuk Kelompok Tani Hutan Tunas Harapan yang berada di Desa Karang Panggung ini berproduksi setiap minggu, dengan rerata kopi bubuk yang dihasilkan sebanyak 35 Kg, melalui bahan baku biji kopi sebanyak 50 Kg biji kopi kering per minggu. Rerata per bulan produksi yang dihasilkan adalah sebanyak 140 Kg kopi bubuk.

Tabel 5: Kalender Musim Pemanenan Biji Kopi Berkualitas dan Produksi Kopi Bubuk

Produk J F M A M J J A S O N D

Biji Kopi Kering x x x x x x x

Kopi Bubuk x x x x x x x x x x x x

RENCANA MANAJEMEN BISNIS Status Hukum

Unit usaha akan dikembangkan untuk memperoleh izin resmi dari BPOM dan memiliki izin usaha resmi (SIUP/SITU), terintegrasi dengan Izin Pendirian Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), dan membuka peluang kerjasama kemitraan dengan KPH untuk memudahkan dukungan modal.

Pelaku Usaha dalam Manajemen Bisnis

Operasional Bisnis ini akan dikelola dengan struktur berikut: Manajer Produksi : Yendra

Gaji dan Upah

Gaji diberikan untuk 2 orang manajer, yakni manajer produksi dan manajer pemasaran. Upah kerja hanya diberikan untuk 1 orang bendahara. Untuk kegiatan pemanenan, pengeringan dan penyimpanan bahan baku tidak diperhitungkan karena menjadi tanggung jawab masing-masing petani yang ingin menjual daun keringnya ke penyulingan.

Tabel 6: Gaji dan Upah Kerja

Kategori Pelaku Usaha Jumlah Orang Gaji per hari (Rp) Jumlah Hari Kerja Total Biaya (Rp) Tim Pekerja 4 50.000 40 2.000.000 Pekerja 2 40.000 40 3.200.000 Bendahara 1 400.000 Total 5.600.000

RENCANA MANAJEMEN SUMBERDAYA

Produktivitas tanaman kopi dan produksi kopi bubuk bervariasi tergantung pada:  Sumberdaya: tanaman, tanah/lahanl, iklim

 Teknik Pemanenan: menggunakan sistem selektif dalam pemanenan, pengeringan biji kopi, dan penanganan pasca panen. Sejak dipanen, dijemur/dikeringkan, dan disortie untuk biji-biji berkualitas.

 Teknik Penggilingan dan pengepakkan: sistem panggang konvensional dengan tungku bakar, dengan bahan bakar menggunakan kayu bakar, dan sistem pengairan yang bersumber dari PAM.

 Waktu panen terbaik untuk kualitas biji kopi kering adalah pada Bulan April–Juni per tahun (Panen Raya).

 Biaya untuk pelatihan tentang wirausahawan kopi: Rp 1.200.000,- RENCANA PEMBANGUNAN SOSIAL

Pembangunan perkebunan kopi rakyat dalam skala besar akan mampu menyerap tenaga kerja yang cukup banyak, mulai dari tahap persiapan, konstruksi sampai pasca konstruksi. Dengan demikian aktivitas pembangunan perkebunan ini akan berdampak positif terhadap penduduk di sekitar lokasi proyek maupun para petani peserta proyek.

Pengembangan usaha perkebunan ini akan memberikan contoh positif bagi sistem usahatani yang intensif dan lebih maju kepada masyarakat sekitar lokasi proyek, yang bersifat praktis yaitu melalui learning by doing dan seeing is be leaving. Sebagaimana diuraikan dalam analisis finansial, pengembangan proyek perkebunan kopi rakyat ini akan meningkatkan pendapatan petani, yang pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan petani. Secara lebih luas proyek perkebunan ini akan memberikan dampak positif terhadap peningkatan aktivitas perekonomian daerah setempat, seperti peningkatan jasa transportasi, jasa perdagangan dan aktivitas ekonomi lainnya, serta peningkatan perolehan devisa negara, karena komoditas kopi ini termasuk salah satu komoditas ekspor.

Terbukanya hutan atau termanfaatkan 'lahan tidur' yang dikembangkan menjadi areal produktif yang diiringi berkembangnya pemukiman dan pusat perekonomian, serta semakin baiknya aksebilitas akan berdampak positif terhadap pengembangan wilayah dan tata ruang wilayah tersebut.

RENCANA MANAJEMEN RISIKO

Peristiwa yang tidak diharapkan dapat berdampak pada proses bisnis yang sedang berjalan dengan baik, dan cara penyelesaian perlu diidentifikasi menanganan dampak negatif, sebagai berikut:

Table 7: Perkiraan risiko dan potensi penyelesaian Pasar Bahan Baku / Pengelolaan Sumberdaya Ranah Sosial Ranah Kelembagaan dan Hukum Ranah Teknologi Risiko Usaha   Kalah saingan, lemah jaringan bisnis Kebakaran Hutan, klaim kepemilikan lahan Konflik antar anggota tani, dan konflik penggunaan lahan Kebijakan terkait jaminan mutu Teknologi tidak ramah lingkungan Penyelesaian Mengembangkan kopi organik sepenuhnya dengan jaminan kelestarian dan perlindungan lingkungan Pelatihan tentang pencegahan kebakaran, sistem penilaian cepat pada kasus-kasus klaim lahan Musyawarah untuk mufakat Membangun kemitraan untuk mendapatkan payung hukum, dan pengakuan jaminan mutu produk Penggunaan teknologi ramah lingkungan: tenaga surya, atau briket arang

PROYEKSI KELAYAKAN FINANSIAL

Perhitungan keuntungan dari unit bisnis ini adalah: produksi kopi bubuk Selangit ini berproduksi setiap minggu, dengan rerata kopi bubuk yang dihasilkan sebanyak 35 Kg, melalui bahan baku biji kopi sebanyak 50 Kg biji kopi kering per minggu. Rerata per bulan produksi yang dihasilkan adalah sebanyak 140 Kg kopi bubuk..

Tabel 8 Biaya investasi usaha Kopi

No Keterangan Unit/satuan Harga/unit

(Rp)

Jumlah (Rp)

1 Mesin sangrai kopi 1/unit 4.200.000 4.200.000

2 Sealer portable 1/unit 500.000 500.000

3 Mesin penggilingan manual 1/unit 3.300.000 3.300.000

4 Rak penjemur kopi 1/unit 1.150.000 1.150.000

5 Timbangan 1/unit 300.000 300.000

6 Peningkatan kapasitas (pelatihan wirausaha)

Keterangan : maksimal lingkup propinsi, 2 hari pelatihan termasuk transport lokal, biaya kursus dan biaya operasional lainnya (akomodasi, konsumsi, dll)

1 /orang 1.200.000 1.200.000

Total 10.650.000

Tabel 9 Biaya produksi Kopi Selangit per bulan

No Uraian Nilai

Biaya Tetap Rp. 83.000/bulan

1. Penyusutan peralatan Rp. 83.000/bulan

Biaya Variabel Rp. 4.726.000/bulan

2. Bahan baku biji kopi (200 Kg) Rp. 4.400.000/bulan 3. Upah tenaga kerja (4 orang) Rp. 560.000/bulan

No Uraian Nilai

5. Total Biaya Produksi Rp.5.243.000/bulan

6. Produksi 140 Kg

7. Harga Jual Kopi Bubuk Rp. 60.000/Kg

8. Penerimaan Rp. 8.400.000/bulan

9. Pendapatan Rp.3.157.000/bulan

B/C 1,27 RENCANA FINANSIAL

Sumber Modal

Sumber modal dalam pembiayaan usahatani kopi ini diasumsikan berasal dari dana mandiri petani, tidak ada dana pinjaman. Dengan demikian perhitungan biaya produksi tidak mengeluarkan pembayaran (cicilan) biaya pinjaman.

                                                      Gambar 1.

Komoditas Nilam yang dibudidayakan di Desa Napal Licin

Gambar 2.

   

Gambar 3.

 

Gambar 4.

Hasil Penyulingan Nilam di Desa Napal Licin

Gambar 5.

   

Gambar 2. 

Komoditas Kopi di Desa Karang Panggung  Gambar 1. 

   

Gambar 3. 

Perkebunan Kopi di Desa Karang Panggung 

Gambar 4. 

      Gambar 6.  Proses Penimbangan dan Pengemasan Kopi Selangit  Gambar 5.  Unit Usaha Masyarakat Produksi Kopi Selangit, Desa Karang Panggung  Gambar 6.  Proses Penimbangan dan Pengemasan Kopi Selangit 

   

Gambar 7. 

Kopi Selangit dalam berbagi kemasan dan ukuran yang telah siap untuk 

   

Gambar 8. 

Gambar 9. 

   

Gambar 10. 

Rumbia, alternative komoditas yang potensial dikembangkan di Desa  Karang Panggung 

                                                Gambar 11.  Proses FGD dan penggalian data di Desa Karang Panggung 

   

Gambar 1.

 

Gambar 2.

Gambar 1.

Kondisi infrastruktur jalan menuju lokasi bengkel rotan di Dusun 1 Desa Pangkalan Bulian

Gambar 2. Balai Desa Pangkalan Bulian

Gambar 3.

Gambar 4.

Gambar 5.

 

Gambar 6.

     

Gambar 7.

Gambar 8.

Dokumen terkait