4.1 Analisis Desain Pengeboran
4.1.3 Desain Pemilihan Alat Pengeboran Berarah
Berikut merupakan analisis yang dilakukan penulis untuk penentuan BHA pada sumur X.
4.1.3.1 Desain Alat Pengeboran Berarah Hole Section 16”
Digunakan analisis untuk mendukung desain alat pengeboran berarah yaitu menggunakan Kepner Tregoe Decision Analysis (KTDA). Beberapa parameter digunakan pada saat melakukan analisis dengan KTDA. Tabel dibawah merupakan tabel KTDA untuk hole section 16”. X P-2 P XY Z-2 Z Y-2 Y
Universitas Pertamina - 32 Tabel 7 Analisis KTDA Hole section 16” (710 ft MDRT – 1439 ft MDRT)
Solusi RSS Mud motor
Musts
Dapat melakukan Pengeboran
Berarah GO GO
Minimal DLS 4 deg / 100 ft GO GO
Dapat bekerja optimal dengan
adanya GWD NO GO GO
Wants Bobot Rating Skor Rating Skor
Membuat kualitas
lubang lebih baik 8 9 72 6 48
Dapat membuat pengeboran lebih cepat
(ROP)
8 9 72 8 64
Lebih mudah di kontrol 7 8 56 7 49
Total 200 Total 161
Tabel 8 Analisis KTDA Hole section 16” (1439 ft MDRT – 3003 ft MDRT)
Solusi RSS Mud motor
Musts
Dapat melakukan Pengeboran Berarah
GO GO
Minimal DLS 4 deg / 100 ft GO GO
Wants Bobot Rating Skor Rating Skor
Membuat kualitas
lubang lebih baik 8 9 72 6 48
Dapat membuat pengeboran lebih cepat
(ROP)
8 9 72 8 64
Lebih mudah di kontrol 7 8 56 7 49
Total 200 Total 161
Dari analisis diatas terdapat parameter yang berbeda tergantung dari kebutuhan di setiap section. Bisa diambil kesimpulan dari setiap section berdasarkan parameter apakah “GO” atau “NO GO”.
Hole section 16" akan dilakukan pengeboran sampai casing point 13 3/8" pada kedalaman 2513ft TVDRT / 3100ft MDRT. Pada hole section 16" juga akan dimulainya kick off untuk pengeboran berarah yaitu pada kedalaman 1000 ftTVDRT / 1000 ft MDRT dan akan membentuk sudut sampai maksimum inclination 78.57 deg dengan maksimum DLS yaitu 3.70 deg/100 ft. Pada hole section 16" hanya ada build section dari KOP sampai casing point 13 3/8" dengan inclination at shoe yaitu 77.7 deg.
Dari data offset well terdapat kemungkinan gangguan atau interference dari casing yang ada di offset well terhadap survey yang akan dilakukan jika menggunakan MWD. Pengeboran dilakukan di platform, lalu memiliki jarak antar slot 3 meter, yang berarti interference berasal
Universitas Pertamina - 33 dari sumur yang berjarak 3 meter dan akan menjauh seiring dengan sumur X mulai melakukan pengeboran berarah dimulai dari kedalaman 1000 ft MD/TVD. Untuk mengatasi hal tersebut digunakanlah Gyro While Drilling (GWD) pada hole section 16" sebagai alat untuk melakukan survey selama pengeboran.
Dengan digunakannya GWD pada hole section 16", mengakibatkan penggunaan RSS tidak dapat digunakan, karena RSS tidak dapat bekerja dengan optimal saat ada GWD. RSS membutuhkan komunikasi langsung dengan MWD untuk directional control yang mana hal tersebut menjadi tidak terjadi karena adanya GWD diantara RSS dan MWD. Untuk mengatasi hal tersebut digunakanlah mud motor untuk membuat KOP pada hole section 16" yang berada pada kedalaman 1000 ft MD. Faktor lain yang diperhatikan saat membuat KOP menggunakan mud motor (PDM) karena mud motor memiliki teknik sliding dengan fix bent housing yang sudah diatur dari surface untuk membentuk sudut yang sesuai untuk membuat KOP. Pada penggunaan mud motor, akan digunakan mud motor A962M5640XP dengan ukuran 9 5/8", memiliki maksimum DLS 15 deg/100 ft, dan ukuran lobe yang digunakan yaitu 5/6.
Pada hole section 16" juga akan digunakan RSS dengan ukuran 9 5/8" saat tidak lagi digunakan GWD sebagai alat survey. RSS digunakan pada saat di kedalaman sudah tidak ada lagi interference dari casing yang terdapat pada offset well, sehingga kembali digunakan MWD untuk survey. Saat MWD kembali digunakan untuk survey, maka RSS kembali dapat bekerja dengan optimal sebagai alat pengeboran berarah. Diharapkan dengan menggunakan RSS didapatkan hasil dari lubang bor yang lebih baik daripada digunakan mud motor, selain itu karena RSS tidak perlu melakukan teknik sliding sehingga ROP akan lebih cepat. Jenis RSS yang akan digunakan yaitu 9-5/8" PowerDrive Xceed, maksimum DLS adalah 4 deg/ 100 ft dan tipe point the bit. Point the bit dipilih karena dengan point the bit diharapkan dapat membuat kondisi lubang sumur lebih baik (Mohamed Boushahri & Nadir Farhi, 2016).
4.1.3.2 Desain Alat Pengeboran Berarah Hole Section 12 1/4”
Digunakan analisis untuk mendukung desain alat pengeboran berarah yaitu menggunakan Kepner Tregoe Decision Analysis (KTDA). Beberapa parameter digunakan pada saat melakukan analisis dengan KTDA. Tabel dibawah merupakan tabel KTDA untuk hole section 12 1/4”.
Universitas Pertamina - 34 Tabel 9 Analisis KTDA Hole Section 12 1/4"
Dari analisis diatas terdapat parameter yang mendukung dalam pemilihan alat pengeboran berarah untuk hole section 12 1/4". Dari parameter diatas yang dilihat yaitu total skor yang dihasilkan dari setiap alat berdasarkan parameter pendukung. Dengan total skor tertinggi lah yang akan dipilih untuk menjadi alat pengeboran berarah. Untuk mendukung pemilihan alat pengeboran berarah, dilakukan analisis tambahan berdasarkan kondisi lapangan yang akan dihadapi dan akan dijelaskan pada paragraf selanjutnya.
Untuk hole section 12 1/4" akan dilakukan pengeboran sampai casing point 9 5/8" pada kedalaman 9320 ft MDRT / 4500 ft TVDRT /. Pada hole section 12 1/4" melewati dua section, yaitu tangent section dan drop section. Dalam membuat tanget section sepanjang 3945 ft MD dan membuat drop section dengan DLS 2.57 deg/100 ft dan DLS 3.49 deg/100 ft akan digunakan RSS dengan tipe point the bit. Menggunakan point the bit diharapkan didapatkan bentuk sumur yang baik dan pengeboran berjalan dengan lancar. Ukuran RSS yang digunakan yaitu 9" PowerDrive Xceed dengan maksimum DLS adalah 6.5 deg/ 100 ft. Digunakannya RSS karena akan memanfaatkan fully rotating dari rangkaian pengeboran untuk mempertahankan well trajektori yang sudah didesain dan juga untuk meningkatkan hole cleaning agar kualitas lubang bor terjaga dengan baik dan mengurangi kemungkinan masalah pengeboran yang dapat terjadi seperti pipe sticking. Pada drop section tetap digunakan RSS karena tangent dan drop section masih pada section yang sama. Dengan jenis alat pengeboran berarah yang direncanakan diharapkan pengeboran dapat berjalan dengan lancar. Tabel dibawah menjelaskan section yang akan dibentuk pada hole section 12 1/4".
Solusi RSS Mud motor
Musts
Dapat melakukan Pengeboran
Berarah GO GO
Minimal DLS 4 deg / 100 ft GO GO
Wants Bobot Rating Skor Rating Skor
Membuat kualitas
lubang lebih baik 8 9 72 6 48
Dapat membuat pengeboran lebih cepat
(ROP)
8 9 72 8 64
Lebih mudah di kontrol 7 8 56 7 49
Universitas Pertamina - 35 Tabel 10 Penjelasan Trajektori 12 1/4"
Digunakannya RSS untuk hole section 16” dan 12 1/4" karena ingin memanfaatkan kelebihan dari RSS dengan fully rotating untuk mendapatkan ROP yang lebih tinggi. Berdasarkan pengeboran di Gulf of Thailand, didapatkan nilai ROP RSS yang lebih tinggi dari nilai ROP mud motor, seperti yang ditampilkan pada Tabel 24 ROP RSS VS Mud Motor Pada
Pengeboran Di Gulf Of Thailand. Selain itu juga untuk meningkatkan hole cleaning sehingga
dapat mengurangi masalah pengeboran yang mungkin terjadi.
4.1.3.3 Desain Alat Pengeboran Berarah Hole Section 8 1/2”
Digunakan analisis untuk mendukung desain alat pengeboran berarah yaitu menggunakan (KTDA). Tabel dibawah merupakan tabel KTDA untuk hole section 8 1/2”. Tabel 11 Analisis KTDA Hole Section 8 1/2"
Section Mulai Pengeboran Akhir Pengeboran inclination (ᵒ) Azimuth (ᵒ) Maksimum DLS (ᵒ/100 ft) Tangent 3100 ft MDRT/ 2513 ft TVDRT 7045 ft MDRT / 3295 ft TVDRT 78.57 131.34 3.7 Drop Section 7045 ft MDRT / 3295 ft TVDRT 9320 ft MDRT / 4500 ft TVDRT 39.7 (inclination pada end of drop 56.48 (azimuth pada end of drop) 3.49
Solusi RSS Mud motor Rotary BHA
Musts
Dapat melakukan pengeboran sesuai dengan trajektori
GO GO GO
Dapat mempertahankan
inclination untuk mencapai target GO GO GO
Bobot Rating Skor Rating Skor Rating Skor Membuat kualitas
lubang lebih baik
8 9 72 6 48 7 56 Dapat membuat pengeboran lebih cepat (ROP) 8 9 72 8 64 6 48 Lebih mudah di kontrol 7 8 56 7 49 7 49
Harga lebih murah 9 2 18 5 45 9 81
Universitas Pertamina - 36 Dari analisis diatas terdapat parameter yang mendukung dalam pemilihan alat pengeboran berarah untuk hole section 8 1/2". Dari parameter diatas yang dilihat yaitu total skor yang dihasilkan dari setiap alat berdasarkan parameter pendukung. Dengan total skor tertinggi lah yang akan dipilih untuk menjadi alat pengeboran berarah. Untuk mendukung pemilihan alat pengeboran berarah, dilakukan analisa tambahan berdasarkan kondisi lapangan yang akan dihadapi dan akan dijelaskan pada paragraf selanjutnya.
Untuk hole section 8 1/2" akan dilakukan pengeboran sampai casing point 7" liner yaitu pada kedalaman 9619 ft MDRT / 4730 ft TVDRT. Selain itu pengeboran hole section 8 1/2" harus dapat mencapai 2 target di reservoir Middle Arang, yaitu Middle Arang 1 dan Middle Arang 2. Untuk mencapai dua terget reservoir tersebut dan membuat trajektori sesuai dengan desain maka hole section 8 1/2" hanya akan dilakukan pengeboran dengan membuat tangent section. Dengan hanya membuat tangent section, maka akan digunakan rotary BHA. Rotary BHA yaitu directional control dengan menggunakan stabilizer untuk membuat rangkaian pengeboran tetap berada di tengah dan mempertahankan sudut untuk mencapai casing point. Stabilizer yang akan digunakan yaitu ukuran 8 3/8" NB stabilizer yang disesuaikan dengan optimal berdasarkan ukuran dari rangkaian BHA.
4.1.3.4 Desain Alat Pengeboran Berarah Hole Section 6” x 7”
Digunakan analisis untuk mendukung desain alat pengeboran berarah yaitu menggunakan (KTDA). Beberapa parameter digunakan pada saat melakukan analisis dengan KTDA. Tabel dibawah merupakan tabel KTDA untuk hole section 6” x 7”.
Tabel 12 Analisis KTDA Hole Section 6" x 7"
Dari tabel diatas terdapat parameter yang mendukung dalam pemilihan alat pengeboran berarah untuk hole section 6” x 7". Dari parameter diatas yang dilihat yaitu total
Solusi RSS Mud motor Rotary BHA
Musts
Dapat melakukan pengeboran
sesuai dengan trajektori GO GO GO
Dapat mempertahankan
inclination untuk mencapai target GO GO GO
Wants Bobot Rating Skor Rating Skor Rating Skor
Membuat kualitas
lubang lebih baik 8 9 72 6 48 7 56
Dapat membuat pengeboran lebih cepat (ROP) 8 9 72 8 64 6 48 Lebih mudah di kontrol 7 8 56 7 49 7 49
Harga lebih murah 9 2 18 5 45 9 81
Universitas Pertamina - 37 skor yang dihasilkan dari setiap alat berdasarkan parameter pendukung. Dengan total skor tertinggi lah yang akan dipilih untuk menjadi alat pengeboran berarah. Untuk mendukung pemilihan alat pengeboran berarah, dilakukan analisa tambahan berdasarkan kondisi lapangan yang akan dihadapi dan akan dijelaskan pada paragraf selanjutnya.
Untuk hole section 6" x 7" akan dilakukan pengeboran menggunakan BI-center bit dengan pilot cutter ukuran 6" dan pengeboran sampai kedalaman 4840 ft TVDRT / 9762 ft MDRT. Perencanaan pada section 6” memiliki kesamaan dengan section 8 1/2" dalam hal operasi pengeboran. Perbedaannya yaitu untuk pengeboran hole section 6" x 7" hanya akan menembus 1 target reservoir, yaitu Middle Arang 3 yang memiliki karakteristik berbeda dengan 2 target reservoir di Middle Arang lainnya. Untuk mencapai terget reservoir tersebut dan membuat trajektori sesuai dengan desain maka hole section 6" x 7" hanya akan dilakukan pengeboran dengan membuat tangent section. Untuk membuat tangent section tersebut akan digunakan NB Stabilizer dengan ukuran 5.875 in yang disesuaikan dengan ukuran bit agar mendapatkan lubang yang optimal.
Tabel dibawah merupakan desain BHA yang digunakan untuk pengeboran berarah pada sumur X pada setiap section setelah dilakukan desain kedalaman casing point, dan desain trajektori. Desain alat pengeboran berarah sesuai dengan yang sudah dijelaskan pada bagian diatas sesuai dengan kebutuhan operasi dan juga limitasi dari setiap alat pengeboran berarah. Dengan desain BHA terutama pada alat pengeboran berarah seperti dibawah diharapkan pengeboran dapat dilakukan dengan lancar dan sumur dapat mencapai target reservoir. Tabel 13 Desain BHA dan Alat pengeboran berarah Sumur X
Bottom Hole Assembly
NO Hole Section
16" BHA#1 16" BHA#2 12 1/4" BHA 8 1/2" BHA 6" BHA 1 16" Bit MT 16"Bit PDC 12 1/4" Bit 8 1/2" Bit 6" Bi-Center Bit
Mud Motor RSS RSS Stabilizer NB Stabilizer
2 Stabilizer LWD LWD LWD LWD
3 LWD MWD MWD MWD MWD
4 GWD/MWD Stabilizer Stabilizer Stabilizer Stabilizer
5 DC DC DC DC DC
6 HWDP HWDP HWDP HWDP HWDP
7 Jar Jar Jar Jar Jar
8 HWDP HWDP HWDP HWDP HWDP
Universitas Pertamina - 38