• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

B. Desain Penelitian

D. Pengumpulan Data E. Penyesunan Instrumen F. Analisis Data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

B. Pembahasan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran.

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pemahaman Konsep

Pemahaman berasal dari kata dasar paham.Paham berarti mengerti langkah maupun cara dengan sunguh-sunguh, sedangkan pemahaman adalah proses memahami.

Konsep pecahan dalam matematika adalah suatu langkah pembelajaran yang memanfaatkan alat peraga, sehingga anak dapat menyelidiki, menerapkan, dan memahami dalam pecahan. Dengan konsep akan menjadi pengalaman siswa di dalam menemukan makna dari pecahan.

B. Pecahan

1. Pengertian pecahan

Pecahan adalah sebagai bagian dari sesuatu yang utuh (Heruman,2007:43). Apabila ada seorang ibu mempunyai satu buah mangga yang akan diberikan kepada kedua anaknya, maka harus dibagi menjadi dua bagian yang sama besar yang nilainya

2 1

, 2 1

mewakili besar dari

masing-masing ukuran. 2 menunjukkan banyaknya bagian yang sama dari keseluruhan yang disebut penyebut, sedangkan 1 besarnya bagian dari keseluruhan yang disebut pembilang.

Alat peraga dapat menggunakan pecahan yang berbentuk lingkaran dan persegi. Alat peraga ini dapat sebagai sarana bagi siswa sebagai objek

yang dapat digunakan memperagakan konsep pecahan, pecahan senilai, penjumlahan dan pengurangan pecahan

2 1 Konsep 6 3 Konsep Senilai 2. Macam-macam Pecahan

a. Pecahan Murni (Pecahan Biasa)

Pecahan murni (pecahan biasa) adalah pecahan yang penyebutnya lebih besar daripada pembilang (Kamus Besar Bahasa Indonesia,1991:739).

Sesuatu yang utuh di bagi 4, setiap bagian sama besar yang nilainya

4 1

yang disebut pecahan murni.

b. Pecahan Campuran

Pecahan campuran merupakan pecahan yang lambang bilangannya terdiri dari bilangan asli dan pecahan murni.

+ = 1 + 4 1 = 1 4 1 c. Pecahan Senilai

Dua pecahan dikatakan senilai jika kedua pecahan itu menunjukkan nilai yang sama. Jika ada 2 alat peraga, yang satu

dibagi 2 yang menunjukkan nilai 2 1

, kemudian yang satunya

dibagi 6 yang kemudian diarsir 3 bagian yang menunjukkan nilai 6 3 Pecahan 2 1 dan 6 3

mempunyai nilai yang

sama, maka dikatakan senilai d. Pecahan Desimal

Pecahan desimal adalah suatu pecahan yang penyebutnya merupakan perpangkatan dari bilanga10. Dalam desimal, terdapat tanda koma yang memisahkan antara bilangan cacah pada pecahan campuran dengan bilangan pecahannya.

Contoh : 1,25 = 1 + 10 2 + 100 5 = 1 + 100 20 + 100 5 = 1 100 25 Bilangan 1 100 25

dapat diubah ke dalam bentuk bilangan

desimal 1,25 dengan penjelasan sebagai berikut: satuan 1, 2 5 perseratusan

e. Pecahan Persen (%)

Persen berarti perseratus. Pecahan persen adalah pecahan yang penyebutnya per seratus.

Contoh : 20% = 100 20 5% = 100 5

3. Perjumlahan dan Pengurangan a. Penjumlahan

Penjumlahan pada pecahan dapat dibagi menjadi 6, yaitu bilangan bulat dengan pecahan biasa, contohnya 4 +

3 1 = 4 3 1 ,

pecahan biasa dengan pecahan biasa, contohnya 2 1 + 3 1 = 6 5 ,

pecahan campuran dengan pecahan biasa, contohnya 1 2 1 + 3 1 = 1 6 5 ,

desimal dengan desimal, contohnya 0,5 + 0,2 = 0,7, desimal dengan pecahan biasa, contohnya 0,5 +

2 1

=1, persen dengan persen,

contohnya 3% + 100

5

=8%. Penjumlahan pecahan dapat diajarkan

dengan menggunakan alat peraga. Alat peraga yang digunakan dapat berupa potongan kertas berbentuk persegi dan diberi arsiran.

Contoh konsep penjumlahan pecahan dengan bilangan bulat dengan menggunakan alat peraga

+ = 3 1 + 1 = 1 3 1 Jadi, 3 1 + 1 = 1 3 1

Contoh penjumlahan bilangan bulat dengan pecahan dengan menggunakan alat peraga

1 + 2 1 = ... 1 + 2 1 = 1 2 1 Jadi, 1 + 2 1 = 1 2 1

Contoh konsep penjumlahan pecahan dengan pecahan dengan menggunakan alat peraga

2 1 + 4 1 = ... + =

2 1 4 1 4 3 Jadi, 2 1 + 4 1 = 4 3 b. Pengurangan

Pengurangan pada pecahan dapat dibagi menjadi 7, yaitu pengurangan bilangan bulat dengan pecahan biasa, contohnya 1 -

2 1

= 2 1

, pecahan biasa dengan pecahan biasa, contohnya 6 3 - 6 1 = 6 2 ,

pecahan campuran dengan pecahan biasa, contohnya 1 2 1 - 4 1 =1 4 1 ,

pecahan dengan desimal, contohnya 1 – 0,25 = 1,00 – 0,25 = 100 100 - 100 25 = 100 75

= 0,75, desimal dengan desimal, contohnya 0,5 - 0,2 =

0,3, desimal dengan pecahan biasa, contohnya 0,7-2 1

=0,2, persen

dengan persen, contohnya 10%-100

5

=5% Pengurangan pecahan

dapat diajarkan dengan menggunakan alat peraga. Alat peraga yang digunakan dapat berupa potongan kertas berbentuk persegi dan diberi arsiran.

Contoh pengurangan bilangan bulat dengan pecahan dengan menggunakan alat peraga

1 - 4 1 = ... - = Jadi, 1 - 4 1 = 4 3

Contoh pengurangan pecahan dengan pecahan dengan menggunakan alat peraga 2 1 -4 1 = ... - = Jadi, 2 1 - 4 1 = 4 1 C. Pendekatan CTL 1. Pengertian CTL

Dalam belajar, anak akan lebih mampu apabila dihadapkan pada situasi yang lebih nyata dan mengalaminya sendiri. Siswa diberikan kebebasan, dalam menemukan dan mengkonstruksi dalam ingatannya.

Menurut Muslich (2007, 40) Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching And Learning) adalah model belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi pembelajaan dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Sebagai seorang guru mempunyai tugas membantu siswa dalam menemukan pengalaman baru bagi siswa di dalam belajarnya. Guru disini lebih berperan dalam menyiapkan strategi pembelajaran yang sesuai bukan sebatas memberikan materi.

2. HakekatCTL

Menurut Muslich (2007, 40) Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pendekatan kontekstual memiliki tujuh komponen utama yakni :

a. Konstruktivisme (Contructivism).

. Kontruktivisme adalah landasan berfikir pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Dalam pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi, bukan menerima pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajar. Siswa menjadi pusat kegiatan, bukan guru. Sebagai guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan :

• Memberi kesempatan siswa menemukan dan menerpakan idenya sendiri, dan

• Menyadarkan siswa agar menerapakan strategi mereka sendiri dalam belajar.

b. Menemukan (Inquiry).

Menemukan merupakan kegiatan inti dari kegiatan CTL, karena pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri.

Siklus Inquiry: ƒ Observation ƒ Questionin ƒ Hipotesis ƒ Data Gathering ƒ Conclusion.

Langkah-langkah kegiatan menemukan (inquiry) :

ƒ Merumuskan masalah.

ƒ Mengamati atau melakukan observasi.

ƒ Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar laporan, bagan, tabel, atau karya lainnya.

ƒ Mengomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru, atau audensi lain.

c. Bertanya (Questioning).

Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu dimulai dari bertanya. Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran berbasis CTL. Bertanya dipandang sebagai sebagai kegiatan guru untuk mendorong membimbing dan menilai kemampuan berfikir siswa.Bertanya berguna untuk :

o Menggali informasi

o Mengecek pemahaman siswa

o Membangkitkan respon kepada siswa

o Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa

o Mengetahui hal-hal yang sudah siketahui siswa

o Menfokuskan perhatian pada sesuatu yang dikehendaki guru.

o Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa.

o Menyegarkan kambali pengetahuan siswa. d. Masyarakat belajar ( Learning Community).

Konsep masyarakat belajar diharapkan diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Siswa akan menemukan hal yang baru berupa pengalaman baik dari teman, guru, maupun dengan masyarakat melalui komunikasi. Dalam komunikasi tersebut akan terjadi pertukaran informasi yang menambah wawasan baru. Siswa dapat bertanya langsung pada nara sumber yang bersangkutan, sehingga dapat memperoleh banyak informasi yang tepat.

e. Pemodelan (Modeling).

Dalam pembelajaran ketrampilan dan pengetahuan, model bukan hany guru, melainkan dapat dari siswa. Model berarti sebagai contoh, dimana guru dapat menjadi contoh bagi siswa, dan juga seorang siswa dapat menjadi contoh bagi siswa yang lain. Dengan melihat, diharapkan siswa dapat mencontoh yang kemudian dapat diterapkan dalam dirinya sendiri. Di dalam penelitian ini peneliti menggunakan alat peraga (model) kertas dan plastik yang telah diarsir. Kertas dan plaslik yang diarsir dapat digunakan untuk melakukan operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Alat peraga ini biasanya berbentuk persegi. Dalam penelitian ini alat peraga tersebut terbuat dari kertas asturo warna putih dan kertas mika warna putih. Masing-masing berbentuk persegi dengan ukuran 12x12 cm.

f. Refleksi (Reflection).

Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berfikir ke belakang tentang apa yang sudah dilakukan di masa yang lalu. Refleksi bertujuan menemukan pengalaman baru yang penting selama dalam proses. Siswa diharapkan mampu merefleksikan hal-hal yang dialami, yang kemudian dapat membuat kesimpulan yang bermanfaat.

g. Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberi gambaran mengenai perkembangan belajar siswa.

Penilain bukan hanya berupa nilai, tetapi merupakn keseluruhan data yang diperoleh selama proses pembelajaran dilaksanakan.

3. Komponen Contextual Teaching and Learning(CTL).

a) Melakukan hubungan yang bermakna (making meaningful conections), adalah menjadikan pembelajaran antara siswa dengan yang dipelajari mempunyai kesan yang menarikdan bermakna melalui pengalaman dan kehidupan nyata siswa.

b) Melakukan pekerjaan atau kegiatan-kegiatan yang signifikan (doing significant work). adalah dapat melaksanakan suatu tindakan yang berguna untuk mencapai tujuan.

c) Menurut Johnson dalam Supinah (2002:82-84), belajar yang diatur sendiri (self regulated learning) dapat membangun minat individual siswa untuk bekerja sendiri atau pun kelompok dalam rangka mencapai tujuan yang bermakna dengan mengaitkan antara materi ajar dan konteks kehidupan sehari-hari.

d) Bekerja sama (collaborating) ), adalah kegiatan pembelajaran yang melibatkan siswa dengan siswa, maupun siswa dengan guru yang bertujuan agar siswa dapat saling mengerti melalui interaksi dan komunikasi yang dapat menciptakan suatu kerjasama yang baik. e) Menurut Johnson dalam Supinah (2002:100-101), berpikir kritis

dan kreatif (critical and creative thinking, siswa diwajibkan untuk memanfaatkan berpikir kritis dan kreatifnya dalam pengumpulan,

analisis dan sintesis data, memahami suatu isu atau fakta dan pemecahan masalah.

f) Menurut Johnson dalam Supinah (2002:127-128), memelihara atau membina pribadi (nurturing the individual), adalah memberikan pendampingan terhadap perkembangan siswa. Pendampingan dalam proses pembelajaran dapat memotivasi siswa dalam belajar. Guru dapat membina kerjasama yang baik dengan siswa dalam pendampingan, sehingga perkembangan siswa dapat terarah dan berkembang. Hubungan ini penting dan memberi makna pada pengalaman siswa nantinya didalam kelompok dan dunia kerja. g) Mencapai standar yang tinggi (reaching high standards). adalah

membangun motivasi siswa, tanggap terhadap perkembangan jaman, mempunyai tanggungjawab, berani serta siap di dalam penguasaan teknologi, informasi, dan ketrampilan.

h) Menurut Johnson dalam Supinah (2002:165), penilaian yang sesungguhnya (authentic assesment. Bertujuan untuk memberikan kesadaran pada siswa akan tanggung jawab di dalam belajar, baik belajar yang didasarkan pada akal dan budi berdasarkan ketrampilan yang sudah diperoleh yang kemudian dikembagkan guna mencapai hasil yang tinggi.

E. Kerangka Berfikir

Siswa belajar dari apa yang dilihat, dan diamati. Berdasarkan dari apa yang dilihat, diamati, kemudian dipelajari siswa akan memperoleh suatu konsep. Media pembelajaran merupakan media yang bertujuan menyampaikan pesan kepada siswa sehingga apa yang diharapkan guru dapat tercapai.

Kontekstual merupakan model belajar yang mengkaitkan antara materi pembelajaan dengan situasi nyata siswa, sehingga mendorong siswa mengaitkan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka. Pecahan adalah sebagai bagian dari sesuatu yang utuh. Alat peraga berupa kertas transparan sebagai sarana bagi siswa sebagai objek yang dapat digunakan memperagakan konsep pecahan, pecahan senilai, penjumlahan dan pengurangan pecahan.

F. Hipotesis Tindakan

Pendekatan pembelajaran dengan CTL dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas IV SD Tarakanita Ngembesan dalam mengerjakan soal berkaitan dengan konsep penjumlahan dan pengurangan pecahan pada mata pelajaran matematika.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Seting Penelitian

Penelitian ini berdasarkan dengan penelitian payung yang dilaksanakan oleh Th. Sugiarto dan A. Sardjana. Dalam penelitian ini, peneliti sekaligus sebagai guru kelas memodifikasi alat peraga dan merencanakan proses pembelajaran yang akan dilaksanakan yang dibantu guru kelas V sebagai kolabolator. Adapun rinciannya sebagai berikut :

1. Waktu penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Maret 2010 2. Tempat penelitian

SD Tarakanita Ngembesan - Wonokerto, Turi - Sleman 3. Subjek penelitian

Siswa kelas IV SD Tarakanita Ngembesan 4. Objek penelitian

Kemampuan mengerjakan konsep penjumlahan dan pengurangan pecahan

B. Desain Penelitian

1. Deskripsi model yang dipilih yaitu model Kemmis dan Taggart

Dalam penelitian ini peneliti memilih model penelitian dari Kemmis dan Taggart yang diambil dari buku ”Metode Penelitian Tindakan Kelas”

karangan Wiraatmadja (2005;66) seperti yang terlihat dalam gambar di bawah ini.

Gambar. 3.1 Model Desain Penelitian Kemmis dan Taggart dalam Wiraatmaja (2005;66)

Dokumen terkait