• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PARTAI POLITIK DALAM DEMOKRATISASI DI DAERAH

1. Desentralisasi Pemerintahan Daerah

. Di antara kedua teori itu muncul teori politico (politico) yang mengkombinasikan antara mandat dan kebebasan.

Pelaksanaan desentralisasi yang diwujudkan dengan otonomi daerah bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, pemerataan, keadilan, peran serta masyarakat, peningkatan daya saing daerah,efisiensi dan efektivitas, keanekaragaman daerah menurut prinsip-prinsip demokrasi dengan memperhatikan aspirasi melalui partisipasi masyarakat. Secara etimologi istilah desentralisasi berasal dari bahasa Latin, yaitu ”de” berarti lepas dan centrum berarti pusat. Jadi menurut perkataan berasal dari desentralisasi adalah melepaskan dari pusat159

Setiap negara kesartuan (unitary state, eenheidsstaat) dapat disusun dan diselengarakan menurut asas dan sistem sentralisasi, dapat sepenuhnya dilaksanakan oleh dan dari pusat pemerintahan (single centralized government) atau oleh Pusat bersama-sama organnya yang dipencarkan di daerah-daerahnya

.

160

158 Arbi Sanit, Perwakilan Politik di Indonesia, (Penerbit CV Rajawali: Jakarta, 1985), hlm. 37.

159 Juanda, Hukum Pemerintahan Daerah ,Pasang Surut Hubungan Kewenangan antara

DPRD dan Kepala Daerah, (PT. Alumni : Bandung,2004). hlm. 117.

160 Ni’matul Huda, Otonomi Daerah (Filosofi, Sejarah Perkembangan dan Problematika)., cetakan ke II ( Penerbit: Pustaka Pelajar Yogyakarta, 2009., hlm. 85.

. Misalnya Pemerintah provinsi, kabupaten dan kota memiliki kepala daerah sebagai kepala pemerintahan. Kepala daerah provinsi disebut

82

Gubernur, kepala daerah kabupaten disebut Bupati dan kepala daerah kota disebut Walikota. Kepala Daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah melaksanakan desentralisasi yang merupakan penyerahan kewenangan urusan pemerintahan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah Indonesia sebagai negara kesatuan menganut desentralisasi,tugas pembantuan dan dekonsentrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, dengan memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah. Begitu pula dengan implementtasi otonomi memiliki prinsip demokrasi, otonomi luas dan kewenangan yang luas, keadilan, pembagian kekuasaan, pengaturan kewenangan, dan penghormatan atas hak-hak asli,yang merupakan salah satu dari asas-asas penyelenggaraan pemerintahan negara yang menekankan adanya pemberian kewenangan kepada pemerintahan daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat. Bachrul Elmi, memberikan penjelasan lebih lanjut tentang

governance bahwa kewenangan yang diamanatkan kepada pemerintahan

daerah, dilaksanakan untuk mengelola sumber daya sosial dan ekonomi dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah161

Secara Yuridis Ruang lingkup pemerintah daerah terdapat dalam Pasal 3 ayat (1) dan (2) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Ayat (1) menyatakan bahwa Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) adalah Pemerintahan daerah provinsi yang terdiri atas pemerintah daerah provinsi dan DPRD provinsi.

.

161 Bachrul Elmi, Keuangan Pemerintah Daerah Otonom di Indonesia, (Universitas Indonesia Press,:Jakarta.2002), hlm. 14.

83

Pemerintahan daerah kabupaten/kota yang terdiri atas pemerintah daerah kabupaten/kota dan DPRD kabupaten/kota. Pada ayat (2) dijelaskan bahwa “Pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas kepala daerah dan perangkat daerah”162

Sentralisasi seperti yang telah diuraikan diatas, yang disertai pemencaran organ-organ yang menjalankan sebagian wewenang Pemerintah Pusat didaerah dikenal sebagai dekonsentrasi (centralisatie men deconsentratie). Desentralisasi akan didapat apabila kewenangan mengatur dan mengurus penyelengaraan pemerintahan tidak semata-mata dilakukan oleh pemerintah Pusat (central government), melainkan juga oleh kesatuan-kesatuan pemerintah yang lebih rendah yang mandiri (zelftanding), bersifat otonomi (territorial ataupun Fungsional)

.

163

. Jadi, desentralisasi bukan sekedar pemencaran kewenangan-kewenangan, tetapi juga pembagian kekuasaan untuk mengatur dan mengurus penyelengaraan pemerintah negara antara pemerintah Pusat dan satuan-satuan pemerintah tingkat lebih rendah164

Ada beberapa alasan mengapa pemerintah perlu melaksanakan desentralisasi kekuasaan kepada pemerintah daerah. Alasan-alasan ini didasarkan pada kondisi ideal yang diinginkan, sekaligus memberikan landasan filosofis bagi penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai sistem

.

162 Lihat: Pasal 3 ayat (1) dan (2) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

163 Ni’matul Huda, Otonomi…, Op. Cit., hlm. 85.

84

pemerintahan yang dianut negara. Mengenai alasan-alasan ini Joseph Riwu Kaho menyatakan sebagai berikut165

a. Dilihat dari sudut politik sebagai permainan kekuasaan, desentralisasi dimaksudkan untuk mencegah penumpukan kekuasaan pada satu pihak saja yang pada akhirnya menimbulkan tirani.

:

b. Dalam bidang politik, penyelenggaraan desentralisasi dianggap sebagai tindakan pendemokrasian, untuk menarik untuk ikut serta dalam pemerintahan dan melatih diri dalam mempergunakan hak-hak demokrasi. c. Dari sudut teknik organisatoris pemerintahan, alasan mengadakan

pemerintahan daerah ( desentralisasi ) adalah semata-mata untuk mencapai pemerintahan yang efisien. Apa yang dianggap lebih utama untuk diurus oleh pemerintah setempat, pengurusannya diserahkan kepada daerah. d. Dari sudut cultural, desentralisasi perlu diadakan supaya perhatian dapat

sepenuhnya dapat ditumpukan kepada kekhususan suatu daerah, seperti geografi, keadaan penduduk, kegiatan ekonomi, watak kebudayaan atau latar belakang sejarahnya.

e. Dari sudut kepentingan pembangunan ekonomi, desentralisasi diperlukan karena pemerinthan Daerah dapat lebih banyak dan secara langsung membantu pembangunan tersebut.

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, tampak bahwa tujuan yang akan diwujudkan dengan dianutnya konsep desentralisasi adalah agar tidak terjadi penumpukan kekuasaan (concentration of power) pada satu pihak saja, yakni Pemerintah Pusat. Dan dengan desentralisasilah diharapkan terjadi distribusi kekuasaan (distribution of power) maupun transfer kekuasaan (transfer of power) dan terciptannya pelayanan masyarakat (public services) yang efektif, efisien dan ekonomis, serta terwujudnya pemerintahan yang demokratis (democratic government) sebagai model pemerintahan modern serta menghindari lahirnya pemerintahan sentralistik yang sebenarnya sudah tidak popular di era demokarsi ini.

165 Josef Riwu Kaho, Prospek otonomi daerah di Negara Republik Indonesia, (Rajawali Pers: Jakarta 1991). Hlm. 28

85

Dengan demikian, sistem desentralisasi mengandung makna pengakuan penentu kebijaksanaan pemerintah terhadap potensi dan kemampuan daerah dengan melibatkan wakil-wakil rakyat didaerah dalam menyelengarakan pemerintahan dan pembangunan, dengan melatih diri dengan mengunakam hak yang seimbang dengan kewajiban masyarakatyang demokratis166. Menurut Bagir Manan, dasar-dasar hubungan antara pusat dan daerah dalam kerangka desentralisasi ada 4 (empat) macam, yaitu167

a. Dasar-dasar permusyawaratan dalam sistem pemerintahan negara. Yang berarti Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menghendaki kerakyatan dilaksanakan pada pemerintah tingkat daerah, berarti Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menghendaki keikutsertaan rakyat dalam penyelengaraan pemerintahan tingkat daerah, keikutsertaan rakyat pada pemerintahan tingkat daerah hanya dimungkinkan oleh desentralisasi.

:

b. Dasar pemeliharaan dan pengambangan prinsip-prinsip pemerintahan asli, pada tingkat daerah, susunan pemerintah asli yang ingin dipertahankan adalah yang sesuai dengan dasar pemusyawaratan dalam sistem pemerintahan negara.

c. Dasar kebhinekaan, yaitu “Bineka Tunggal Ika”, melambangkan keragaman Indonesia, otonomi, atau desentralisasi merupakan salah satu cara untuk mengendorkan “spanning” yang timbul dari keragaman.

d. Dasar negara hukum, dalam perkembangannya, paham Negara hukum tidak dapat dipisahkandari paham kerakyatan. Sebab pada akhirnya, hukum yang mengatur dan membatasi kekuasaan negara atau pemerintah diartikan sebagai hukum yang dibuat atas dasar kekuasaan atau kedaulatan rakyat.

Sistem otonomi daerah yang memberikan sebagian wewenang yang tadinya harus diputuskan pada pemerintah pusat kini dapat di putuskan di tingkat pemerintah daerah. Kelebihan sistem ini adalah sebagian besar keputusan dan kebijakan yang berada di daerah dapat diputuskan di daerah

166 Ni’matul Huda, Otonomi…, Op. Cit., hlm. 86.

167 Bagir Manan, Hubungan antara Pusat dan Daerah Menurut Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, (Sinar Harapan: Jakarta, 1994)., sebagai mana dikutif kembali oleh Ni’matul Huda, Otonomi Daerah…, Op. Cit., hlm. 86-87.

86

tanpa adanya campur tangan dari pemerintahan di pusat. Namun kekurangan dari sistem desentralisasi pada otonomi khusus untuk daerah adalah euforia yang berlebihan di mana wewenang tersebut hanya mementingkan kepentingan golongan dan kelompok serta digunakan untuk mengeruk keuntungan pribadi atau oknum. Hal tersebut terjadi karena sulit untuk dikontrol oleh pemerintah di tingkat pusat. Pemberian otonomi daerah sebagai perwujudan dari desentralisasi pada hakekatnya memberikan kewenangan kepada daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat168

Pada hakekatnya pemerintahan daerah melaksanakan asas desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan penyelenggaraan pemerintahan wajib dan pilihan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sedangkan otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan peraturan perundang-undangan. Pemerintah daerah dalam fungsi mengatur bersifat

. Desentralisasi diselenggarakan untuk mewakili kepentingan nasional, desentralisasi juga diselenggarakan untuk mewakili kepentingan masyarakat setempat (lokal) di daerah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Mengingat masyarakat lokal memiliki keunikan masing-masing, dengan demikian hanya cocok jika instrumen desentralisasi diterapkan.

168 Lihat: Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

87

menetapkan peraturanperaturan terhadap kepentingan daerah yang bersifat abstrak berisi norma perintah dan larangan, sedangkan tindakan mengurus bersifat peristiwa konkrit serta tindakan mengadili yaitu mengambil tindakan dalam bentuk keputusan untuk menyelesaikan sengketa dalam hukum publik, privat dan hukum adat. Sistem daerah otonom berdasarkan asas desentralisasi, pemerintahan daerah melakukan urusan penyelenggaraan rumah tangga sendiri telah didelegasikan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah169