• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deskripsi AKB dan Variabel yang Mempengaruhinya dari Sudut Pandang Kewilayahan

Dalam dokumen analisis angka kematian bayi di NTT deng (Halaman 27-35)

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Deskripsi AKB dan Variabel yang Mempengaruhinya dari Sudut Pandang Kewilayahan

Provinsi NTT mempunyai luas daratan 47.350,00 km2 yang terdiri dari gugusan pulau besar dan kecil, jumlah seluruh pulau mencapai 1.192 buah, termasuk 4 (empat) pulau besar yaitu Flores, Sumba, Timor dan Alor (FLOBAMORA). Kedudukan Astronomis terletak pada 80 - 120 Lintang Selatan dan 1180 - 1250 Bujur Timur. Selanjutnya Nusa Tenggara Timur memiliki kondisi geografis yang bervariasi, seperti Pulau Flores dan Alor serta pulau-pulau sekitarnya vulkanik. Sedangkan Pulau Sumba dan Timor dan pulau-pulau sekitarnya di selatan merupakan daerah karang, karena terbentuk dari dasar laut yang terangkat ke permukaan. Dengan kondisi seperti ini maka pulau-pulau yang terletak pada jalur vulkanik dapat dikategorikan sebagai daerah yang subur, sedangkan daerah karang pada umumnya kurang subur.

Berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik Provinsi NTT jumlah penduduk di Provinsi NTT Tahun 2012 sebanyak 4.899.260 jiwa yang tersebar di 21 Kabupaten/Kota dengan angka pertambahan penduduk sebesar 105.460 jiwa jika dibandingkan dengan jumlah penduduk tahun 2011 (4.793.800 jiwa). Sementara itu Kabupaten/Kota pada tahun 2012 yang memiliki jumlah penduduk yang tertinggi adalah Kabupaten TTS sebesar 453.386 jiwa dan terendah di Kabupaten

Sumba Tengah sebanyak 65.606 jiwa. Sedangkan Laju Pertumbuhan Penduduk di Provinsi NTT cenderung mengalami peningkatan dari tahun 1990 – 2000 rata-rata sebesar 1,86 persen. Kabupaten/Kota pada tahun 2012 yang memiliki kepadatan tertinggi adalah Kota Kupang 2008,7 jiwa/km2 dan kepadatan penduduk yang terendah di Kabupaten Sumba Timur 34,0 jiwa/km. Secara keseluruhan, jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak dari penduduk berjenis kelamin laki-laki. Hal ini tercermin dari angka ratio jenis kelamin laki-laki yang lebih kecil dari 100.

4.1.1 Angka Kematian Bayi (AKB)

AKB banyak sekali manfaatnya, selain sebagai alat monitoring situasi kesehatan disuatu wilayah, dapat juga digunakan input perhitungan proyeksi penduduk yang mempunyai resiko kematian tinggi.

AKB adalah jumlah bayi yang mati per 1000 kelahiran. Sedangkan bayi adalah anak yang berusia sebelum 1 tahun atau berumur 0-11 bulan. Tahun 2012, NTT mempunya AKB sebesar 1.450 kematian atau 15,1 kematian per 1000 kelahiran bayi. Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) dan Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) memiliki AKB tertinggi (125 kematian bayi per 1000 kelahiran), terendah di Kabupaten Alor dengan 39 kematian bayi per 1000 kelahiran.

Gambar 4.1 menjelaskan persebaran dari AKB menurut kabupaten di NTT. Degradasi Warna menunjukan besaran nilai AKB, semakin abu-abu maka AKB semakin rendah, sebaliknya semakil merah warnanya semakin tinggi AKB-nya. Ternyata beberapa daerah-daerah yang berdekatan dan atau terpisah oleh lautan cenderung mempunyai rentang nilai AKB yang sama, sehingga tampaknya terjadi pengelompokan-pengelompokan wilayah berdasarkan nilainya. Semua kabupaten di NTT mempunyai AKB diatas angka nasional yaitu 34 kelahiran per 1000 kelahiran dimana AKB yang sangat tinggi terjadi pulau Timor yaitu di kabupaten TTS dan TTU, hal ini diduga karena tidak ada sosialisasi terkait kesehatan di beberapa daerah terpencil di TTS dan TTU, kurangnya fasilitas kesehatan yang memadai dan terbatasnya tenaga medis, faktor lainnya berupa pendidikan penduduk di NTT yang masih belum merata sehingga tidak mudah dalam menyerap informasi khususnya mengenai kesehatan.

4.1.2 Persentase Bayi yang Lahir Dengan Berat Badan Rendah (BBLR) BBLR (kurang dari 2500 gram) merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap resiko kematian bayi. BBLR juga sering digunakan dalam mengukur status gizi buruk balita di suatu wilayah sebagai salah satu indicator dalam mengukur deraat kesehatan suatu wilayah.

Tahun 2012, tercatat bahwa jumlah bayi dengan BBLR sebanyak 3.911 bayi atau sekitar 4,6 persen dari total bayi baru lahir yang ditimbang.

Gambar 4.2 memperlihatkan persentase BBLR di provinsi NTT pada tahun 2012. Kabupaten dengan persentase BBLR ditunjukan dengan degradasi warna diatas, semakin berwarna coklat maka semakin rendah presentase BBLR wilayah tersebut. BBLR tertinggi terdapat di pulau Flores yaitu Kabupaten Sikka sebesar 8,8 persen dan terendah di Kabupaten Sumba Barat sebesar 1,7 persen sedangkan Kabupaten Alor tidak memiliki data BBLR pada tahun 2012. Tanpa melihat batasan lautan, cenderung beberapa daerah yang berdekatan memiliki warna yang sama dimana mengisyaratkan persentase BBLR dari daerah-daerah yang berdekatan tersebut berada pada range persentase BBLR yang sama. Sedangkan, jika dilihat secara keseluruhan,cenderung presentase BBLR di provinsi NTT memiliki pola uniform. Hal ini diduga diakibatkan kurangnya pemerataan penyebaran tenaga kesehatan di provinsi NTT Sehingga antar kelompok yang berdekatan memiliki rentang presentase BBLR yang besar.

4.1.3 Persentase Bayi yang Memperoleh ASI Eksklusif

ASI eksklusif adalah Air Susu Ibu sebagai satu-satunya asupan yang diberikan kepada bayi tanpa ditambah dengan makanan atau minuman yang lain. ASI Eksklusif sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi. Selain merupakan makanan terbaik yang tak tergantikan, ASI eksklusif mampu meningkatkan kekebalan tubuh/imunitas bagi bayi.

Gambar 4.3 Persebaran Persentase Bayi yang Memperoleh Asi Eksklusif di Provinsi NTT Tahun 2012

Dari gambar 4.3, tanpa melihat batasan lautan antar pulau, tampak beberapa daerah yang berwarna merah muda cenderung mengelompok sedangkan

jika dibandingkan dengan daerah yang berwarna lain terlihat bahwa persebaran presentase bayi yang mendapat ASI eksklusif berpola uniform. Persentase terendah bayi yang memperoleh ASI eksklusif terdapat pada Kabupaten Sumba Barat, Ende dan Alor sedangkan Ngada, Sikka, Flores Timur dan TTU memiliki persentase tertinggi bayi yang mendapat ASI eksklusif. Sedangkan sebagian pulau Timor memiliki presentase bayi yang mendapat ASI eksklusif 14,8 persen sampai 51,8 persen.

4.1.4 Persentase Rumah Tangga yang Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat Persentase Rumah tangga yang berperilaku hidup bersih dan sehat mencerminkan status kesehatan suatu wilayah. Semakin banyak rumah tangga yang berperilaku hidup bersih dan sehat maka semakin tinggi pula derajat kesehatan wilayah tersebut. Dengan berperilaku hidup bersih dan sehat rumah tangga tersebut dapat mengurangi dampak terkena penularan penyakit.

Gambar 4.4 Persebaran Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat di Provinsi NTT Tahun 2012

Berdasarkan gambar 4.4 terlihat bahwa kabupaten pada pulau FLOBAMORA cenderung mengelompok. Persentase tertinggi rumah tangga yang berperilaku hidup bersih dan sehat terdapat di Kabupaten Belu sebesar 73,9 persen, sedangkan persentase terendah rumah tangga yang berperilaku hidup bersih dan sehat terdapat di Kabupaten terdapat di Kabupaten Timur Tengah Utara (TTU) sebesar 28,5 persen. Kabupaten Ende dan Kabupaten Sikka tidak memiliki data mengenai persentase rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat pada

tahun 2012. Secara umum dapat dikatakan bahwa Pulau Alor dan Pulau Sumba memiliki persentase rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat lebih tinggi dibandingkan dengan pulau Flores dan Pulau Timor.

4.1.5 Persentase Keluarga Menurut Sumber Air Bersih yang Digunakan Sumber air bersih terdiri dari air minum kemasan, leding, pompa, sumur terlindung dan mata air terlindung. Air bersih disini adalah air yang memenuhi syarat kesehatan dengan sifat jernih, tidak berbau dan tidak berasa.

Gambar 4.5 Persebaran Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Bersih yang Digunakan di Provinsi NTT Tahun 2012

Gambar 4.5 menjelaskan persebaran daerah ditinjau dari persentase rumah tangga menurut sumber air bersih yang digunakan cenderung mengelompok. Daerah dengan kategori rendah (47,3-57,96 persen) terdapat pada pulau Sumba dan Kabupaten TTS di pulau Timor. Hal ini diduga karena kondisi geografis dari kedua pulau yang merupakan daerah karang atau daerah kering air sehingga hanya mengandalkan sumber air bersih dari air minum kemasan, leding ataupun pompa. Rata-rata pulau Timor berada pada kategori sedang (57,96-84,59 persen) bersama dengan pulau Alor dan juga beberapa kabupaten di pulau Flores. Daerah yang memiliki persentase rumah tangga menurut sumber air bersih yang digunakan adalah kabupaten Ende dan Kabupaten Flores Timur.

4.1.6 Persentase Persalinan Ibu ditolong Tenaga Kesehatan

Penolong persalinan ibu adalah tenaga kesehatan adalah penolong persalinan ibu merupakan tenaga terdidik dan mempunyai keterampilan medis

yang meliputi dokter spesialis, dokter umum, perawat, bidan dan tenaga medis lainnya.

Gambar 4.6 Persebaran Persentase Persalinan ditolong Tenaga Kesehatan di Provinsi NTT Tahun 2012

Degradasi warna pada gambar 4.6 menunjukan besarnya persentase persalinan ditolong tenaga kesehatan. Semakin berwarna ungu maka semakin tinggi pula persentase persalinan ditolong tenaga kesehatan. Kabupaten Ngada, Sikka dan Flores Timor memiliki persentase persalinan ditolong tenaga kesehatan tertinggi yang berada pada range 91,5 sampai 96,5 persen. Pulau Sumba, pulau Alor dan sebagian pulau Timor berada pada kategori sedang dengan range 76,5-91,5 persen. Tanpa melihat batasan lautan antar pulau, tampak bahwa berdasarkan nilai persentase persalinan seorang ibu ditolong oleh tenaga kesehatan, kabupaten di NTT cenderung mengelompok. Secara umum dapat dikatakan bahwa sebagian besar kabupaten di Provinsi NTT berada pada kategori sedang.

4.1.7 Persentase Ibu Hamil yang Mendapatkan Tablet FE3

Pelayanan pemberian tablet FE3 dimaksudkan untuk mengatasi kasus anemia serta meminimalisir akibat kekurangan zat besi (FE3) khususnya pada ibu hamil. Kekurangan darah pada ibu hamil dapat mengakibat kematian pada bayi atau ibunya pasca melahirkan. Indikator ini sering digunakan dalam menentukan Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) disuatu daerah.

10 5 0 0 50 1000 40 80 120 100 80 60 40 100 75 50 120 100 80 60 40 100 80 60 60 75 90 X1 A K B X2 X3 X4 X5 X6 Scatterplot of AKB vs X1; X2; X3; X4; X5; X6

Gambar 4.7 Persebaran Persentase Ibu Hamil yang Mendapatkan Tablet FE3 di Provinsi NTT Tahun 2012

Berdasarkan gambar 4.7 tampak bahwa daerah-daerah di provinsi NTT mengelompok berdasarkan persentase ibu hamil yang mendapatkan tablet FE3. Pulau Timor dan pulau-pulau kecil disekitarnya merupakan pulau yang semua daerahnya masuk dalam kategori sedang dengan kisaran nilai 66,5 sampai 78,3 persen. Kategori tinggi beranggotakan beberapa daerah dari pulau Flores yaitu kabupaten Ngada, Sikka dan Flores Timur. Sedangkan daerah pulau Sumba menempati kategori rendah bersama dengan pulau Alor dengan kisaran nilainya 58,8 sampai 66,5 persen.

Gambar 4.8 Scatterplot hubungan antara variabel respon dan prediktor Diagram scatter plot pada Gambar 4.8 di atas memperlihatkan pola hubungan antara variabel prediktor yang terdiri dari lima variabel dan satu variabel respon.

Secara grafis terlihat bahwa pola variabel prediktor bervariasi. Ada yang memiliki pola yang menyebar dan ada yang tidak.

Tabel 4.1 Korelasi AKB ( )y dengan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya

Variabel Korelasi

rxy

P-value Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR)

(X1)

0.411 0.092*

Pemberian ASI Eksklusif (X2) 0.342 0.138*

RT Berperilaku Hidup Bersih & Sehat (X3) -0.074 0.41 RT yang menggunakan sumber air bersih

(X4)

-0.12 0.355 Persalinan Ibu ditolong tenaga kesehatan

(X5)

-0.103 0.375

Ibu hamil mendapat FE3 (X6) 0.193 0.274

Hubungan antara AKB dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya ditunjukan pada tabel 4.1. terlihat pada tabel 4.1 sebagian besar faktor tidak memiliki korelasi dengan AKB di provinsi NTT. Hal ini terlihat dari P-value lebih besar dari  0.20. Terdapat dua variabel yang memiliki korelasi signifikan dengan AKB yaitu Persentase BBLR (X1) dan Presentase bayi yang memperoleh asi eksklusif (X2). Beberapa variabel memiliki pola hubungan yang berkontradiksi dengan kaidah atau teori umum yang berlaku. Terlihat bahwa pola hubungan antara masing-masing variabel X2 dan X6 terhadap AKB memiliki pola hubungan yang positif padahal seharusnya menurut kaidah yang berlaku (semakin tinggi persentase bayi memperoleh asi eksklusif ataupun persentase ibu hamil mendapatkan tablet FE3 disuatu daerah maka semakin rendah AKB di daerah tersebut) pola hubungan hubungan yang terjadi haruslah negatif. Kondisi ini perlu dilakukan kajian lebih lanjut.

Dalam dokumen analisis angka kematian bayi di NTT deng (Halaman 27-35)

Dokumen terkait