• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Deskripsi data dalam penelitian ini memaparkan tentang harga rata-rata (mean), median, modus dan standar deviasi dari masing-masing variabel.

1. Deskripsi Responden a. Umur Counter

Berikut disajikan tabel deskripsi data umur counter HP di sepanjang jalan Gejayan dan Jogja Phone Market.

Tabel 4.1

Umur Counter Responden

Jl. Gejayan Jogja Phone Market No Umur Counter Fi Fr (%) Fi Fr (%) 1. < 3 Tahun 22 55 17 57 2. 3 - 6 Tahun 14 35 13 43 3. > 6 Tahun 4 10 0 0 Total 40 100 30 100

Sumber : data penelitian diolah

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa kebanyakkan counter berumur kurang dari 3 tahun, yaitu sebanyak 22 buah (55%) untuk counter di jalan Gejayan dan 17 buah (57 %) untuk counter yang berada di Jogja Phone Market. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar umur counter responden penelitian ini adalah kurang dari 3 tahun

b. Umur Pengusaha

Berikut disajikan tabel deskripsi umur pengusaha. counter HP di sepanjang jalan Gejayan dan Jogja Phone Market.

Tabel 4.2 Umur Pengusaha

Jl. Gejayan Jogja Phone Market No Umur Pengusaha Fi Fr (%) Fi Fr (%) 1. < 30 Tahun 23 57,5 14 47 2. 30-45 Tahun 15 37,5 16 53 3. > 45 Tahun 2 5 0 0 Total 40 100 30 100

Sumber : data penelitian diolah

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa umur pengusaha yang berada di jalan Gejayan, yaitu sebanyak 23 responden (57,5%) berumur kurang dari 30 tahun dan 16 responden (53 %) untuk umur pengusaha yang berada di Jogja Phone Market berumur antara 30-45 tahun.

2. Deskriptif Variabel Penelitian

Dalam deskripsi variabel penelitian disajikan deskripsi data mengenai permodalan, pendidikan, kultur lingkungan kerja, jiwa kewirausahaan dan efektivita mengelola usaha. Deskripsi data variabel penelitian ini memaparkan rata-rata (mean), median, modus dan standar deviasi dari variabel penelitian. Adapun bentuk pendeskripsian data tersebut disusun menggunakan tabulasi distribusi frekuensi untuk masing-masing variabel menggunakan Patokan Acuan Penilaian (PAP) tipe II. (Masidjo, 1995:157)

a. Efektivitas Mengelola Usaha

1) Ditinjau dari responden yang hanya menggunakan modal sendiri Banyaknya butir kuesioner yang sahih untuk variabel ini 21 item. Dari hasil analisis data diketahui skor tertinggi 105 dan skor terendah 21, dengan mean= 83,83, median= 84, modus= 84, standar deviasi = 8,112. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 5.

Berikut ini disajikan tabel penilaian efektivitas mengelola usaha ditinjau dari responden yang hanya menggunakan modal sendiri berdasarkan PAP II:

Tabel 4.3

Penilaian efektivitas mengelola usaha ditinjau dari responden yang hanya menggunakan modal sendiri NO Interval frekuensi fr (%) Kategori

1 > 89 13 28,88 Sangat tinggi 2 76 – 89 25 55,5 Tinggi 3 68 – 75 6 13,3 Cukup 4 60 – 67 1 2,22 Rendah 5 < 60 0 Sangat rendah Jumlah 45 100

Sumber : data penelitian diolah

Berdasarkan kategori penilaian di atas, maka rata-rata skor (mean), median, dan modus data jiwa kewirausahaan pada responden yang menggunakan modal sendiri berada pada skor 76 – 89 . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa efektivitas mengelola usaha pada responden yang menggunakan modal sendiri dikatakan tinggi.

2) Ditinjau dari responden yang hanya menggunakan modal sendiri + modal asing.

Banyaknya butir kuesioner yang sahih untuk variabel ini 21 item. Dari hasil analisis data diketahui skor tertinggi 105 dan skor terendah 21, dengan mean= 84,6, median= 87, modus= 80 standar deviasi = 7,816. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 5.

Berikut ini disajikan tabel penilaian efektivitas mengelola usaha ditinjau dari responden yang hanya menggunakan modal sendiri dan modal asing berdasarkan PAP II:

Tabel 4.4

Penilaian efektivitas mengelola usaha ditinjau dari responden yang menggunakan modal sendiri dan modal asing

NO Interval frekuensi fr (%) Kategori

1 > 89 7 28 Sangat tinggi 2 76 – 89 16 64 Tinggi 3 68 – 75 1 4 Cukup 4 60 – 67 1 4 Rendah 5 < 67 0 0 Sangat rendah Jumlah 25 100

Sumber : data penelitian diolah

Berdasarkan kategori penilaian di atas, maka rata-rata skor (mean), median, dan modus data jiwa kewirausahaan pada responden yang menggunakan modal sendiri dan modal asing berada pada skor 76 – 89. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa efektivitas mengelola usaha pada responden yang menggunakan modal sendiri dan modal asing dikatakan tinggi.

3) Ditinjau dari responden yang hanya memiliki pendidikan rendah. Banyaknya butir kuesioner yang sahih untuk variabel ini 21 pertanyaan. Dari hasil analisis data diketahui skor tertinggi 105 dan skor terendah 21, mean= 83,47, median= 83, modus= 81 standar deviasi = 10,77. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 5.

Berikut ini disajikan tabel penilaian efektivitas mengelola usaha ditinjau dari responden yang memiliki pendidikan rendah berdasarkan PAP II:

Tabel 4.5

Penilaian efektivitas mengelola usaha ditinjau dari responden yang memiliki pendidikan rendah

NO Interval frekuensi fr (%) Kategori

1 > 89 6 35,29 Sangat tinggi 2 76 – 89 7 41,18 Tinggi 3 68 – 75 3 17,65 Cukup 4 60 – 67 1 5,88 Rendah 5 < 67 0 0 Sangat rendah Jumlah 17 100

Sumber : data penelitian diolah

Berdasarkan kategori penilaian di atas, maka rata-rata skor (mean), median, dan modus data jiwa kewirausahaan pada responden yang memiliki pendidikan rendah berada pada skor 76 – 89. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa efektivitas mengelola usaha pada responden yang menggunakan pendidikan rendah dikatakan tinggi.

4) Ditinjau dari responden yang hannya memiliki pendidikanTinggi Hal ini didukung oleh kuesioner untuk mengungkap variabel efektivitas mengelola usaha yang terdiri atas 21 item. Dari hasil

analisis data diketahui skor tertinggi 105 dan skor terendah 21, dengan mean= 84, median= 84 modus= 83 standar deviasi = 7,43. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 5.

Berikut ini disajikan tabel penilaian efektivitas mengelola usaha ditinjau dari responden yang memiliki pendidikan rendah berdasarkan PAP II:

Tabel 4.6

Penilaian efektivitas mengelola usaha ditinjau dari responden yang berpendidikan tinggi

NO Interval frekuensi fr (%) Kategori

1 > 89 15 28,30 Sangat tinggi 2 76 – 89 34 64,15 Tinggi 3 68 – 75 3 5,66 Cukup 4 60 – 67 0 0 Rendah 5 < 67 1 1,89 Sangat rendah Jumlah 53 100

Sumber : data penelitian diolah

Berdasarkan kategori penilaian di atas, maka rata-rata skor (mean), median, dan modus data jiwa kewirausahaan pada responden yang memiliki pendidikan tinggi berada pada skor 76 – 89. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa efektivitas mengelola usaha pada responden yang menggunakan pendidikan tinggi dikatakan tinggi.

b. Jiwa Kewirausahaan

1) Ditinjau dari responden yang hanya menggunakan modal sendiri Banyaknya butir kuesioner yang sahih untuk variabel ini 34 pertanyaan. Dari hasil analisis data diketahui skor tertinggi 170 dan skor terendah 34, dengan mean= 130,17 median= 130 modus= 127

standar deviasi = 13,08. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 5.

Berikut ini disajikan tabel penilaian jiwa kewirausahaan ditinjau dari responden yang hanya menggunakan modal sendiri berdasarkan PAP II:

Tabel 4.7

Penilaian jiwa kewirausahaan ditinjau dari responden yang hanya menggunakan modal sendiri

NO Interval frekuensi fr (%) Kategori

1 > 144 7 15,5 Sangat tinggi 2 124 – 144 27 60 Tinggi 3 110 – 123 10 22,2 Cukup 4 97 – 109 0 0 Rendah 5 < 97 1 2,22 Sangat rendah Jumlah 45 100

Sumber : data penelitian diolah

Berdasarkan kategori penilaian di atas, maka rata-rata skor (mean), median, dan modus data jiwa kewirausahaan pada responden yang mempunyai modal sendiri berada pada skor 124-144. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jiwa kewirausahaan pada responden yang mempunyai modal sendiri dikatakan tinggi.

2) Ditinjau dari responden yang hanya menggunakan modal sendiri + modal asing

Banyaknya butir kuesioner yang sahih untuk variabel ini 34 item. Dari hasil analisis data diketahui skor tertinggi 170 dan skor terendah 34, dengan mean= 134,24, median= 137, modus= 139 standar deviasi = 10,05. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 5.

Berikut ini disajikan tabel penilaian jiwa kewirausahaan ditinjau dari responden yang menggunakan modal sendiri dan modal asing berdasarkan PAP II:

Tabel 4.8

Penilaian jiwa kewirausahaan ditinjau dari responden yang menggunakan modal sendiri dan modal asing

NO Interval frekuensi fr (%) Kategori 1 > 144 5 20 Sangat tinggi 2 124 – 144 17 68 Tinggi 3 110 – 123 2 8 Cukup 4 97 – 109 1 4 Rendah 5 < 97 0 Sangat rendah Jumlah 25 100

Sumber : data penelitian diolah

Berdasarkan kategori penilaian di atas, maka rata-rata skor (mean), median, dan modus data jiwa kewirausahaan pada responden yang menggunakan modal sendiri dan modal asing berada pada skor 124-144. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jiwa kewirausahaan pada responden yang menggunakan modal sendiri dan modal asing dikatakan tinggi.

3) Ditinjau dari responden yang hanya memiliki pendidikan rendah Banyaknya butir kuesioner yang sahih untuk variabel ini 34 item. Dari hasil analisis data diketahui skor tertinggi 170 dan skor terendah 34, dengan mean= 135,175, median= 135, modus= 144 standar deviasi = 10,095. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 5.

Berikut ini disajikan tabel penilaian jiwa kewirausahaan ditinjau dari responden yang memiliki pendidikan rendah berdasarkan PAP II:

Tabel 4.9

Penilaian jiwa kewirausahaan ditinjau dari responden yang memiliki pendidikan rendah

NO Interval frekuensi fr (%) Kategori

1 > 144 3 17,64 Sangat tinggi 2 124 – 144 11 64,71 Tinggi 3 110 – 123 3 17,65 Cukup 4 97 – 109 0 Rendah 5 < 97 0 Sangat rendah Jumlah 17 100

Sumber : data penelitian diolah

Berdasarkan kategori penilaian di atas, maka rata-rata skor (mean), median, dan modus data jiwa kewirausahaan pada responden yang mempunyai pendidikan rendah berada pada skor 124-144. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jiwa kewirausahaan pada responden yang mempunyai pendidikan rendah dikatakan tinggi.

4) Ditinjau dari responden yang hanya memiliki pendidikan tinggi Banyaknya butir kuesioner yang sahih untuk variabel ini 34 item. Dari hasil analisis data diketahui skor tertinggi 170 dan skor terendah 34, dengan mean= 132,113, median= 132 modus= 127, standar deviasi = 11,68. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 5.

Berikut ini disajikan tabel penilaian jiwa kewirausahaan ditinjau dari responden yang memiliki pendidikan tinggi berdasarkan PAP II:

Tabel 4. 10

Penilaian jiwa kewirausahaan ditinjau dari responden yang berpendidikan tinggi

NO Interval frekuensi fr (%) Kategori 1 > 144 9 16,98 Sangat tinggi 2 124 – 144 33 62,26 Tinggi 3 110 – 123 9 16,98 Cukup 4 97 – 109 1 1,89 Rendah 5 < 97 1 1,89 Sangat rendah Jumlah 53

Sumber : data penelitian diolah

Berdasarkan kategori penilaian di atas, maka rata-rata skor (mean), median, dan modus data jiwa kewirausahaan pada responden yang mempunyai pendidikan tinggi berada pada skor 124-144. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa efektivitas mengelola usaha pada responden yang mempunyai pendidikan tinggi dikatakan tinggi.

c. Permodalan

Berikut disajikan tabel deskripsi permodalan. pada counter HP di sepanjang jalan Gejayan dan Jogja Phone Market.

Tabel 4.11 Permodalan

Jl. Gejayan Jogja Phone Market

No Jenis Modal

Fi Fr (%) Fi Fr (%)

1 Modal Sendiri 25 47,17 7 41,18

2 Modal sendiri + asing 28 52,83 10 58,82

Total 53 100 17 100

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa reponden yang memiliki counter di jalan Gejayan 28 responden ( 52,83%) maupun Jogja Phone Market 10 responden (58,82%) kebanyakkan memakai modal sendiri + asing.

d. Pendidikan

Berikut disajikan tabel deskripsi pendidikan. counter HP di sepanjang jalan Gejayan dan Jogja Phone Market.

Tabel 4.12 Pendidikan

Jl. Gejayan Jogja Phone Market No Jenis Modal

Fi Fr (%) Fi Fr (%) 1 Pendidikan rendah (SMA) 6 11,32 11 64,7 2 Pendidikan Tinggi (PT) 47 88,68 6 35,3

Total 53 100 17 100

Sumber : data penelitian diolah

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa tingkat pendidikan responden pada counter di jalan Gejayan 47 responden (88,68%) adalah Perguruan Tinggi. Sedangkan counter pada Jogja Phone Market 11 responden (64,7%) adalah SMA.

e. Kultur Lingkungan Kerja

1) Responden yang memiliki power distance

Banyaknya butir kuesioner yang sahih untuk variabel ini 6 item. Dari hasil analisis data diketahui skor tertinggi 30 dan skor

terendah 6, dengan mean= 25,20, median= 25 modus= 25 standar deviasi = 2,506. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 5.

Berikut disajikan tabel deskripsi kultur lingkungan kerja pada dimensi power distance counter HP berdasarkan PAP II:

Tabel 4.13 Power Distance

NO Interval frekuensi Fr (%) Kategori

1 > 25 29 41,43 Sangat tinggi 2 22 – 25 37 52,86 tinggi 3 19 – 21 4 5,71 Sedang 4 17 – 18 0 0 Rendah 5 < 17 0 0 Sangat rendah Jumlah 70 100

Sumber : data penelitian diolah

Pada tabel 4.14, maka rata-rata skor (mean), median, dan modus data jiwa kewirausahaan pada responden yang mempunyai power distance berada pada skor 122-25. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa efektivitas mengelola usaha pada responden yang mempunyai kultur lingkungan kerja pada dimensi power distance dikatakan tinggi.

2) Responden yang memiliki collectivsm vs individualism

Banyaknya butir kuesioner yang sahih untuk variabel ini 5 item. Dari hasil analisis data diketahui skor tertinggi 25 dan skor terendah 5, dengan mean= 20,37, median= 20,50 modus= 20, standar deviasi = 2,767. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 5.

Berikut disajikan tabel deskripsi kultur lingkungan kerja pada dimensi collectivsm vs individualism counter HP berdasarkan PAP II:

Tabel 4.14

Collectivsm vs Individualism

NO Interval frekuensi fr (%) Kategori 1 > 21 22 31,43 Sangat tinggi 2 18 – 21 41 58,57 tinggi 3 16 – 17 4 5,71 Sedang 4 14 – 15 2 2,86 Rendah 5 < 14 1 1,43 Sangat rendah Jumlah 70 100

Sumber : data penelitian diolah

Pada tabel 4.15, maka rata-rata skor (mean), median, dan modus data jiwa kewirausahaan pada responden yang mempunyai collectivsm vs individualism berada pada skor 124-144. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa efektivitas mengelola usaha pada responden yang mempunyai kultur lingkungan kerja pada dimensi collectivsm vs individualism dikatakan tinggi.

3) Responden yang memiliki femininty vs masculinity

Banyaknya butir kuesioner yang sahih untuk variabel ini 6 item. Dari hasil analisis data diketahui skor tertinggi 30 dan skor terendah 6 dengan mean= 24,69, median= 25 modus= 24 standar deviasi = 2,867. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 5.

Berikut disajikan tabel deskripsi kultur lingkungan kerja pada dimensi femininty vs masculinity counter HP berdasarkan PAP II:

Tabel 4.15

Femininty vs Masculinity

NO Interval frekuensi fr (%) Kategori

1 > 25 26 37,14 Sangat tinggi 2 22 – 25 38 54,28 tinggi 3 19 – 21 2 2,86 Sedang 4 17 – 18 4 5,71 Rendah 5 < 17 0 Sangat rendah Jumlah 70 100

Sumber : data penelitian diolah

Pada tabel 4.16, maka rata-rata skor (mean), median, dan modus data jiwa kewirausahaan pada responden yang mempunyai femininity vs masculinity berada pada skor 22-25. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa efektivitas mengelola usaha pada responden yang mempunyai kultur lingkungan kerja pada dimensi femininity vs masculinity dikatakan tinggi.

4) Responden yang memiliki uncertainty avoidance

Banyaknya butir kuesioner yang sahih untuk variabel ini 4 item. Dari hasil analisis data diketahui skor tertinggi 20 dan skor terendah 4, dengan mean= 16,30, median= 16 modus= 16 standar deviasi = 2,404. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 5.

Berikut disajikan tabel deskripsi kultur lingkungan kerja pada dimensi uncertainty avoidance counter HP berdasarkan PAP II:

Tabel 4.16 Uncertainty Avoidance

NO Skor-skor Frekuensi Fr (%) Kategori 1 > 17 20 28,57 Sangat tinggi 2 15 – 17 40 54,14 tinggi 3 13 – 14 5 7,14 Sedang 4 11 – 12 4 5,71 Rendah 5 < 11 1 1,43 Sangat rendah Jumlah 70 100

Sumber : data penelitian diolah

Pada tabel 4.17, maka rata-rata skor (mean), median, dan modus data jiwa kewirausahaan pada responden yang memiliki uncertainty avoidance berada pada skor 15-17. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa efektivitas mengelola usaha pada responden yang mempunyai kultur lingkungan kerja pada dimensi uncertainty avoidance dikatakan tinggi.

B. Analisis Data

1. Uji Normalitas

Pengujian normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah data setiap variabel berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas dilakukan dengan program SPSS. Dari hasil pengujian one-sample kolmogorof-smirnov dapat diketahui bahwa data untuk variable efektivitas

mengelola usaha, jiwa kewirausahaan dan kultur lingkungan kerja berdistribusi normal karena asymp.sig (2 tailed) lebih besar dari α =0.05. Berikut ini disajikan tabel ringkasan hasil pengujian normalitas:

Tabel 4.17

Ringkasan Hasil Pengujian Normalitas

No. Variabel Asymp.sig

(2-tailed) α Kesimpulan

1. Efektivitas Mengelola Usaha 0, 756 0,05 Normal 2. Jiwa Kewirausahaan 0, 805 0,05 Normal 3. Kultur Lingkungan Kerja 0, 639 0,05 Normal

Sumber : data penelitian diolah

2. Pengujian Hipotesis

a. Pada Counter HP di Sepanjang Jalan Gejayan

1) Pengaruh permodalan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.

a) Rumusan Hipotesis

Ho : tidak ada pengaruh permodalan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha. Ha : ada pengaruh permodalan terhadap hubungan antara jiwa

kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha. b) Pengujian Hipotesis dan Penarikan Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, diperoleh koefisien regresi (β 3) adalah 0,960 lebih besar dari taraf signifikansi α= 0,05 maka Ho gagal ditolak. Hasil pengujian hipotesis I adalah sebagai berikut: (lihat lampiran 6)

Y = 36,137 + 0,389X1- 3,482X + 0,010 X2 1X 2 Keterangan:

Y = Efektivitas Mengelola Usaha X1 = Variabel Jiwa Kewirausahaan X 2 = Variabel Permodalan

X1X = Nilai Interaksi antara Variabel Jiwa Kewirausahaan dengan Variabel Permodalan

2

Hasil pengujian regresi ini menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi (β 3) dari interaksi variabel jiwa kewirausahaan dengan variabel permodalan adalah 0,010. Nilai signifikansi koefisien regresi (β 3) dari interaksi jiwa kewirausahaan dengan permodalan terhadap efektivitas mengelola usaha menunjukkan lebih tinggi dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini (ρ= 0,960 > α= 0,05). Artinya hasil analisis ini tidak dapat digeneralisasikan pada seluruh populasi pemilik counter HP di sepanjang jalan Gejayan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa modal sendiri mempengaruhi derajat hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha tidak berbeda dengan responden yang menggunakan modal sendiri dan modal asing pada counter HP di sepanjang jalan Gejayan.

2) Pengaruh pendidikan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.

a) Rumusan Hipotesis

Ho : tidak ada pengaruh pendidikan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha. Ha : ada pengaruh pendidikan terhadap hubungan antara jiwa

b) Pengujian Hipotesis dan Penarikan Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, diperoleh koefisien regresi (β 3) adalah 0,314 lebih besar dari taraf signifikansi α= 0,05 maka Ho gagal ditolak. Hasil dari Hipotesis II sebagai berikut: (lihat lampiran 6)

Y = 39,165 +0,356X1- 25,768X + 0,180 X2 1X 2 Keterangan:

Y = Efektivitsa Mengelola Usaha X1 = Variabel Jiwa Kewirausahaan X = Variabel 2 Pendidikan

X1X = Nilai Interaksi antara Variabel Jiwa Kewirausahaan dengan Variabel Pendidikan

2

Hasil pengujian regresi ini menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi (β 3) dari interaksi variabel jiwa kewirausahaan dengan variabel pendidikan adalah 0,180. Nilai signifikansi koefisien regresi (β 3) dari interaksi jiwa kewirausahaan dengan pendidikan terhadap efektivitas mengelola usaha menunjukkan lebih tinggi dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini (ρ= 0,314 > α= 0,05). Artinya hasil analisis ini tidak dapat digeneralisasikan pada seluruh populasi pemilik counter HP di sepanjang jalan Gejayan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendidikan rendah mempengaruhi derajat hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha tidak berbeda pada

responden yang memiliki pendidikan tinggi pada counter HP di sepanjang jalan Gejayan.

3) Pengaruh kultur lingkungan kerja (power distance) terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.

a) Rumusan Hipotesis

Ho : tidak ada pengaruh kultur lingkungan kerja (power distance) terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan

dengan efektivitas mengelola usaha.

Ha : ada pengaruh kultur lingkungan kerja (power distance) terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.

b) Pengujian Hipotesis dan Penarikan Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, diperoleh koefisien regresi (β 3) adalah 0,261 lebih besar dari taraf signifikansi α= 0,05 maka Ho gagal ditolak. Hasil dari Hipotesis III sebagai berikut: (lihat lampiran 6)

Y = 44,952 + 0,314X1-32,003X + 0,234 X2 1X 2 Keterangan:

Y = Efektivitas Mengelola Usaha X1 = Variabel Jiwa Kewirausahaan X 2 = Variabel Power Distance

X1X = Nilai Interaksi antara Variabel Jiwa Kewirausahaan dengan Variabel Power Distance.

Hasil pengujian regresi ini menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi (β 3) dari interaksi variabel jiwa kewirausahaan dengan variabel kultur lingkungan kerja pada dimensi power distance adalah 0,234. Nilai signifikansi koefisien regresi (β 3) dari interaksi jiwa kewirausahaan dengan kultur lingkungan kerja pada dimensi power distance terhadap efektivitas mengelola usaha menunjukkan lebih tinggi dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini (ρ= 0,261 > α= 0,05). Artinya hasil analisis ini tidak dapat digeneralisasikan pada seluruh populasi pemilik counter HP di sepanjang jalan Gejayan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa power distance rendah menmpengaruhi derajat hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha tidak berbeda pada responden yang memiliki power distance tinggi pada counter HP di sepanjang jalan

Gejayan.

4) Pengaruh kultur lingkungan kerja (individualism vs collectivsm) terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.

a) Rumusan Hipotesis

Ho : tidak ada pengaruh kultur lingkungan kerja (individualism vs collectivsm) terhadap hubungan antara jiwa

Ha : ada pengaruh kultur lingkungan kerja (individualism vs collectivsm) terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan

dengan efektivitas mengelola usaha. b) Pengujian Hipotesis dan Penarikan Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, diperoleh koefisien regresi (β 3) adalah 0,110 lebih besar dari taraf signifikansi α= 0,05 maka Ho gagal ditolak. Hasil dari Hipotesis III sebagai berikut (lihat lampiran 6):

Y = 29,365 + 0,429X1+ 36,377X - 0,313 X2 1X 2 Keterangan:

Y = Efektivitas Mengelola Usaha X1 = Variabel Jiwa Kewirausahaan

X = Variabel 2 Indivdualism vs Collectivsm

X1X = Nilai Interaksi antara Variabel Jiwa Kewirausahaan dengan Variabel Indivdualism vs Collectivsm

2

Hasil pengujian regresi ini menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi (β 3) dari interaksi variabel jiwa kewirausahaan dengan variabel kultur lingkungan kerja pada dimensi indivdualism vs collectivsm adalah -0,313. Nilai signifikansi koefisien regresi (β 3) dari interaksi jiwa kewirausahaan dengan indivdualism vs collectivsm terhadap efektivitas mengelola usaha menunjukkan lebih tinggi dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini (ρ= 0,110 > α= 0,05). Artinya hasil analisis ini tidak dapat digeneralisasikan pada seluruh populasi pemilik counter HP

di sepanjang jalan Gejayan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa individualism mempengaruhi derajat hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha tidak berbeda pada responden yang memiliki collectivism pada counter Hp di sepanjang jalan Gejayan.

5) Pengaruh kultur lingkungan kerja (Femininity vs masculinity) terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.

a) Rumusan Hipotesis

Ho : tidak ada pengaruh kultur lingkungan kerja (femininity vs masculinity) terhadap hubungan antara jiwa

kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.

Ha : ada pengaruh kultur lingkungan kerja (femininity vs masculinity) terhadap hubungan antara jiwa

kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha. b) Pengujian Hipotesis dan Penarikan Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, diperoleh koefisien regresi (β 3) adalah 0,771 lebih besar dari taraf signifikansi α= 0,05 maka Ho gagal ditolak. Hasil dari Hipotesis III sebagai berikut (lihat lampiran 6):

Keterangan:

Y = Efektivitas Mengelola Usaha X1 = Variabel Jiwa Kewirausahaan X = Variabel 2 Femininity vs Masculinity

X1X = Nilai Interaksi antara Variabel Jiwa Kewirausahaan dengan Variabel Femininity vs Masculinity

2

Hasil pengujian regresi ini menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi (β 3) dari interaksi variabel jiwa kewirausahaan dengan variabel kultur lingkungan kerja pada dimensi femininity vs masculinity adalah -0,114. Nilai signifikansi koefisien regresi (β 3) dari interaksi jiwa kewirausahaan dengan femininity vs masculinity terhadap efektivitas mengelola usaha menunjukkan lebih tinggi dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini (ρ= 0,771 > α= 0,05). Artinya hasil analisis ini tidak dapat digeneralisasikan pada seluruh populasi pemilik counter HP di sepanjang jalan Gejayan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa femininity mempengaruhi derajat hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha tidak berbeda pada responden yang memiliki masculinity pada counter HP di sepanjang jalan Gejayan.

6) Pengaruh kultur lingkungan kerja (uncertainty avoidance) terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.

a) Rumusan Hipotesis

Ho : tidak ada pengaruh kultur lingkungan kerja (uncertainty avoidance) terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan

dengan efektivitas mengelola usaha.

Ha : ada pengaruh kultur lingkungan kerja (uncertainty avoidance) terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan

Dokumen terkait