• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. Mengedit gambar (video rekaman)

2.3 Deskripsi Bagian / Divisi Tempat PKL

Analisa Aktivitas Praktek Kerja Lapangan di Divisi Pemberitaan (News) PT. Bandung Media Televisi Indonesia (Bandung TV)

Perkembangan teknologi pertelevisian saat ini sudah sedemikan pesat sehingga dampak siarannya menyebabkan seolah-olah tidak ada batas lagi antara satu negara dengan negara lainnya terlebih setelah digunakannya satelit untuk memancarkan signal televisi.

Dari semua media komunikasi yang ada, televisilah yang paling berpengaruh pada kehidupan manusia dan saat ini sedikitnya terdapat sepuluh produk teknologi pertelevisian dunia yang digunakan orang sebagai media untuk menyampaikan pesan atau hiburan. Adapun karakteristik televisi menurut Ardianto dan Lukiati dalam bukunya yang berjudul Komunikasi Massa adalah “audio-visual, berpikir dalam gambar, dan pengoperasian yang lebih kompleks” (Ardianto dan Lukiati, 2007 : 128).

Disuatu negara yang demokratis tredapat enam fungsi pers dan media massa, yakni:

1. Menyampaikan fakta

2. Menyajikan opini dan analisis 3. Melakukan investigasi

4. Hiburan 5. Kontrol

6. Analisis kebikajan (Muda, 2003:10)

Apapun bentuk media massa, semua memiliki sebuah produk yang sama, yakni berita, yang dihasilkan dari sebuah kegiatan yang dinamakan kegiatan jurnalistik. “Adapun istilah jurnalistik berasal dari bahasa Belanda journalistiek yang bersumber pada kata journal yang merupakan terjemahan dari bahas Latin diurna yang berarti “harian” atau “setiap hari” (Effendy, 2006 :151).

“Pada mulanya kegiatan jurnalistik berkisar pada hal-hal yang sifatnya informatif saja. Saat ini kegiatan jurnalistik merupakan suatu proses yang harus dilihat sebagai proses komunikasi” (Effendy, 2006 : 153).

Dalam sebuah kegiatan apapun pasti menghasilkan sesuatu baik berupa barang ataupun jasa. Dalam hal ini, jurnalistik yang dikatakan sebagai suatu kegiatan jurnalistik juga menghasilkan suatu karya yang pada disebut dengan karya jurnalistik.

Hampir semua ilmuan sependapat bahwa unsur-unsur yang dikandung dalam suatu berita meliputi cakupan dari dua definisi di atas, yakni fakta, akurat, ide, tepat waktu, menarik, penting, opini, dan sejumlah pembaca, merupakan hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa “berita adalah suatu fakta atau ide atau opini aktual yang menarik dan akurat serta dianggap penting bagi sejumlah besar masyarakat”. Jadi, walaupun ada fakta tapi tidak dinilai penting,

aktual, dan menarik bagi sejumlah besar orang, maka hal tersebut masih belum bisa dikemas menjadi bahan berita.

Sebuah opini juga dapat dijadikan sebagai bahan penulisan berita asalkan opini tersebut berasal dari orang lain, bukan opini wartawan yang bersangkutan. Wartawan memang sangat tidak dibenarkan untuk memasukkan opini pribadi ke dalam berita yang ditulisnya. Apa yang ditulis wartawan di medianya harus selalu mengandung kebenaran berdasarkan fakta yang akurat serta otentik di lapangan bukan diwarnai oleh opini pribadinya.

Untuk mewujudkan hal itu, seorang wartawan harus sangat dianjurkan untuk melakukan check and recheck. Artinya, setiap informasi dari sumber berita harus dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Langkah tersebut sangat penting dilakukan dalam rangka memenuhi objektivitas dari bahan berita. Adapun tujuannya adalah agar dapat menyajikan berita yang objektif sehingga akan dapat tetap memelihara tingkat kepercayaan pembaca, pendengar, atau penonton.

Penyajian berita di media televisi terasa lebih singkat, jika dilihat dari segi durasinya. Cara-cara menulis beritanya berbeda dengan media cetak, namun keduanya memliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. “Persamaannya terletak pada tujuannya, yaitu sebagi sumber informasi, menghibur, maupun mendidik. Sedangkan, perbedaan antara media televisi dengan media cetak, misalnya pada media cetak, pembacanya dituntut untuk memiliki kemampuan membaca”. Pada media televisi, pemirsanya tidak wajib dituntuk untuk dapat membaca, asalkan mereka dapat mendengar dan melihat serta mengerti bahasa yang disiarkan.

Nilai berita merupakan hal terpenting agar sebuah berita dapat dikatakan menarik dan enak dibaca, didengar atau ditonton. Apakah semua kejadian, kepribadian, dan ide bisa bernilai berita? Untuk menguji apakah suatu informasi layak menjadi berita Mencher membaginya ke dalam tujuh nilai berita:

1. Timeless: Event that are immediate recent

Artinya, kesegaran waktu. Peristiwa yang baru – baru ini terjadi atau actual. 2. Simpack: Event that are likely to effect many people

Artinya, suatu kejadian yang dapat memberikam dampak terhadap orang banyak. 3. Prominence: Event ivolwing well-know people or institutions.

Artinya, sutu kejadian yang mengandung nilai keagungan bagi sesorang maupun lembaga.

4. Proximity: Events geographically or emotionally close to the reader, viewer or listener.

Artinya, suatu peristiwa yang ada kedekatannya dengan seseorang, baik secara geografis maupun emosional.

5. Conflic: Event that reflect clashes between people or institution.

Artinya, suatu peristiwa atau kejadian yang mengandung pertentangan antara seseorang, masyarakat atau lembaga.

6. The unusual: Event that deviate sharply from the expected and the experiences of everyday life.

Artinya, sesuatu kejadian atau peristiwa yang tidak biasanya tetjadi dan merupakan pengecualian dari pengalaman sehari-hari.

Artinya, hal-hal yang sedang menjadi bahan pembicaraan orang banyak. (Mencher, 1997)

Pada umumnya jenis berita dikategorikan menjadi tiga bagian, yakni : 1. Hard news (berita berat)

Adalah “berita tentang peristiwa yang dianggap penting bagi masyarakat”. 2. Soft news (berita ringan)

Adalah “berita yang tidak terikat dengan aktualitas namun memiliki daya tarik bagi pemirsanya”. Bagi televisi, berita ringan sangat diperlukan dalam setiap penyajian buletin berita. Hal ini karena berita ringan juga dapat berfungsi sebagai selingan di antara berita-berita berat yang disiarkan pada awal sajian

3.Investigative report (laporan penyelidikan)

Adalah “jenis berita yang ekskludif karena datanya tidak dapat diperoleh di permukaan, tapi dilakukan berdasarkan penyelidikan”. Sehingga penyajian beritanya membutuhkan waktu yang lama. Di televisi Indonesia, berita penyelidikan masih relatif kecil, karena memang tidak mudah dalam penyajiannya.

“Siaran berita dalam media televisi sifatnya hanya sekilas atau istilahnya transitori, yakni informasi tersebut hanya dapat didengar atau dilihat dengan sepintas saja karena tidak dapat diulang”.

Untuk itulah teknik penulisan berita di media televisi dibedakan dengan cara penulisan berita untuk media cetak. Alasannya adalah karakter media televisi adalah spesifik yaitu audio visual, sehingga perlu mendesain cara-cara penulisan agar mudah dimengerti dan dipahami oleh penontonnya.

Pada umumnya struktur berita dibagi menjadi tiga, yakni : 1. Piramida

Penulisan dilakukan dengan mengetengahkan informasi yang kurang penting, jadi klimaksnya berada pada bagian akhir.

2. Kronologis

Masing-masing bagian dalam berita memiliki nilai yang sama, tidak bisa diselang-seling, namun harus runtut.

3. Piramida terbalik

Desain piramida terbalik didesain terutama untuk penulisan berita di televisi, tujuannya agar penyajian beritanya menjadi lebih menarik karena ditulis dari hal-hal yang sangat penting ke hal-hal-hal-hal yang kurang penting. Dengan kata lain, pemirsanya dapat langsung memperoleh informasi isi berita yang paling inti.

Seperti telah dipaparkan tentang kelayakan dari penulisan berita, Divisi Pemberitaan (News) PT. Bandung Media Televisi Indonesia (Bandung TV) mempunyai standardisasi naskah dan gambar berita, yaitu :

1. Berita menggunkan bahasa Indonesia yang baik dan benar, mudah dimengerti masyarakat. Hindari penggunaan istilah asing, kecuali istilah serapan yang sudah lumrah.

2. Lead atau intro berita memuat hal terpenting dari peristiwa yang diliput

Dokumen terkait