• Tidak ada hasil yang ditemukan

PADA UPACARA ADAT PERKAWINAN SUKU PESISIR

3.2 Tahap-tahap Upacara Adat Perkawinan Suku Pesisir

3.2.6 Mato Karajo

Tahap mato karajo berlangsung selama 2 hari dari pagi hingga malam hari. Sebelum tahap mato karajo dilaksanakan, keluarga pihak perempuan mengadakan budaya menghias rumah. Semua dinding rumah dihiasi dengan kain 12 warna. Bagian dalam dan luar rumah dihias oleh kaum muda dan induk inang. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan agar rumah kelihatan seperti rumah raja. Hal ini disebabkan oleh kedua pengantin dianggap seperti raja dan ratu sehari.

Tahap mato karajo dilaksanakan dengan diadakannya dua jenis upacara yaitu (1) upacara adat Pesisir; (2) upacara akad nikah. Dalam upacara adat, diadakan beberapa rangkaian acara di rumah anak daro. Upacara adat Pesisir dimulai dengan upacara barinai, tepung tawar, bakonde, dan mandi limo.

Upacara barinai dan tepung tawar dilaksanakan untuk anak daro dan

untuk anak daro. Saat ketiga proses upacara berlangsung baik anak daro maupun

marapule duduk di pelaminannya masing-masing. Seluruh rangkaian upacara

dibantu oleh induk inang yang mengetahui tiga proses upacara tersebut.

Upacara barinai dilaksanakan untuk marapule dan anak daro. Upacara ini dilakukan oleh 12 perwakilan dari masing-masing pihak keluarga kedua pengantin. 12 perwakilan tersebut yaitu kedua orang tua dan kerabat dekat kedua pengantin. Kedua orangtua merupakan pihak-pihak yang memulai upacara ini terlebih dahulu. Setelah itu, anggota keluarga lainnya melanjutkan gilirannya dalam upacara tersebut. Namun, di antara 12 perwakilan tersebut kedua ibu anak

daro dan marapule mendapat 2 giliran baik di pelaminan marapule maupun

pelaminan anak daro.

Gambar 3.1

Ayah marapule mendapat giliran pertama melakukan penaburan beras dan pemercikan air kepada marapule.

Sumber: Dokumentasi penulis (2014)

memercikkan air 12 perwakilan tersebut menyampaikan doa dan harapan mereka kepada kedua pengantin. Setelah itu, anak daro dan marapule disalami oleh 12 perwakilan tersebut.

Gambar 3.2

Kerabat dekat anak daro mendapat giliran pertama melakukan penaburan beras dan pemercikan air dengan daun pandan kepada anak daro.

Setelah seluruh perwakilan menyelesaikan bagiannya, upacara ini dilanjutkan dengan memakaikan inai kepada anak daro dan marapule. Inai

dipakaikan di seluruh jari kaki dan tangan kedua pengantin. Upacara barinai

disaksikan oleh kedua orang tua dan kerabat dekat keluarga kedua pengantin. Upacara barinai berlangsung pada hari pertama mato karajo. Upacara ini dilaksanakan di hadapan kedua orang tua dan kerabat dekat anak daro dan

marapule. Anak daro dan marapule mengenakan pakaian adat sumando Pesisir

Gambar 3.3

Marapule sedang dipakaikan inai oleh induk inang dalam upacara barinai.

Sumber: Dokumentasi penulis (2014)

Gambar 3.4

Anak daro sedang dipakaikan inai oleh indukinang di pelaminannya.

Berikutnya, upacara tepung tawar juga dilaksanakan untuk marapule dan

anak daro. Upacara ini dilakukan dengan penaburan beras kuning dan pemercikan

air dengan daun pandan. Upacara ini dilakukan oleh 12 perwakilan dari pihak keluarga, yaitu orang tua dan kerabat dekat anak daro dan marapule.

Satu per satu dari 12 perwakilan keluarga berdiri di hadapan anak daro

dan marapule. Upacara tepung tawar dimulai dengan menaburkan beras kuning

sebanyak 3 kali kepada anak daro dan marapule. Selanjutnya, masing-masing perwakilan keluarga memercikkan air dengan beberapa helai daun pandan. Pada akhir upacara ini, anak daro dan marapule disalami dan diberikan ucapan harapan dan doa.

Gambar 3.5

Kerabat dekat memercikkan air dengan daun pandan kepada anak daro

dalam upacara tepung tawar.

Gambar 3.6

Ayah anak daro memercikkan air dengan daun pandan kepada anak daro.

sumber: dokumentasi penulis (2014) Sumber: dokumentasi penulis (2014)

Gambar 3.7

Ibu marapule memercikkan air dengan daun pandan kepada marapule.

Gambar 3.8

Kerabat dekat memercikkan air dengan daun pandan kepada marapule.

Sumber: dokumentasi penulis (2014)

Selanjutnya, upacara bakonde dan mandi limo secara khusus dilaksanakan untuk anak daro. Seluruh rangkaian upacara dibantu oleh induk inang yang mengetahui proses upacara tersebut. Empat proses upacara dilaksanakan dengan tujuan untuk menghindari bahaya dan perbuatan jahat manusia terhadap kedua pengantin. Selain itu, upacara tersebut merupakan suatu penghormatan kepada kedua pengantin bahwa mereka diposisikan sebagai raja dan ratu sehari (Sitompul 2013:76).

Upacara bakonde dimulai dengan penyisiran dan pendadanan rambut bagian depan anak daro. Pendandanan rambut berjumlah 12 ikat. Setelah selesai,

ibu anak daro mengambil giliran pertama untuk menggunting ikat dandanan.

Gambar 3.9

Proses upacara bakonde dibantu oleh dua induk inang.

sumber: dokumentasi penulis (2014)

Gambar 3.10

Setelah pengguntingan 12 ikatan rambut anak daro tersebut, upacara

mandi limo dipersiapkan oleh induk inang. Upacara ini dimulai dengan penaburan

beras dan pemercikkan air dengan daun pandan oleh 12 perwakilan ibu-ibu kerabat dekat anak daro. Kemudian, ayah anak daro menyiramkan limo yang telah disiapkan. Limo tersebut disiram dari bagian kepala hingga seluruh tubuh.

Gambar 3.11

Upacara mandi limo dilakukan oleh bapak kandung anak daro.

sumber: dokumentasi penulis (2014)

Upacara adat berikutnya yaitu pemberangkatan, penyambutan, dan penerimaan marapule di rumah anak daro (mangarak marapule). Upacara pemberangkatan marapule menuju rumah anak daro dilengkapi dengan sunting pernikahan tempat sirih yang dijunjung oncu marapule, pakaian adat marapule, pasukan galombang XII sebagai pengarak marapule, payung kuning untuk memayungi marapule, dua orang pengawal marapule, panji-panji nan duo bale, bebarapa anak perawan, dan anak alek (pemusik sikambang) serta masyarakat yang turut mengantar. Setelah seluruhnya lengkap, rombongan bergerak perlahan

menuju rumah anak daro. Pemberangkatan diiringi oleh lagu dan musik

sikambang hingga tiba di rumah anak daro.

Gambar 3.12

Persiapan upacara mangarak marapule menuju rumah anak daro.

Sumber: Dokumentasi penulis (2014)

Gambar 3.13

Suasana pengarakan marapule bersama rombongan.

Rombongan pihak pengantin laki-laki disambut oleh pasukan galombang

XII pihak pengantin perempuan. Kedua pasukan tersebut bersilat untuk membela raja (marapule) dan ratu (anak daro) mereka dan dipisahkan oleh langgue. Pihak pasukan marapule harus mengalahkan pasukan anak daro untuk dapat memasuki halaman rumah anak daro.

Gambar 3.14

Pertunjukan galombang XIIdilakukan antara pihak marapule dan anak daro.

Sumber: Dokumentasi penulis (2014)

Selanjutnya, pertunjukan tari rande dilaksanakan untuk mempersiapkan penyambutan marapule. Dengan demikian, tari ini dipertunjukkan di hadapan kedua orang pengantin dan marapule. Tari ini dibawakan oleh 4 orang laki-laki.

Gambar 3.15

Tari rande disajikan di hadapan marapule.

Sumber: Dokumentasi penulis (2014)

Gambar 3.16

Suasana upacara akad nikah di rumah anak daro.

Akhirnya, marapule diterima oleh ibu anak daro dan dicuci kakinya dengan air dalam galeta. Lalu, marapule disambut dengan taburan beras kunyit dan digiring ke atas kasur kain tingkah. Sebelum melangsungkan akad nikah,

marapule mengganti pakaian adatnya dengan pakai jas.

Upacara akad nikah dilaksanakan sekitar pukul 14.00 WIB. Upacara ini dipimpin oleh kepala kecamatan dan kepala lingkungan tempat tinggal anak daro. Upacara ini disaksikan kedua orang tua, dua orang saksi dari pihak keluarga dan kerabat atau tetangga. Akad nikah dimulai dengan permohonan izin marapule dan

anak daro kepada kedua orang tuanya. Selanjutnya, ayah anak daro memimpin

ijab kabul nikah dengan marapule. Seusai ijab Kabul anak daro dan marapule

mengganti pakaiannya dengan pakaian adat Pesisir. Kemudian, anak daro diarak di sekitar daerah tempat tinggalnya. Oncu, ibu, dan ibu-ibu rombongan kerabat dekat anak daro turut mengaraknya, di mana ini merupakan suatu pernyataan bahwan anak daro telah resmi menikah.

Gambar 3.17

Anak daro dan ibu-ibu keluarga anak daro mengaraknya.

Pada malam harinya, dilakukan acara malam basikambang untuk meyakinkan dan menyandingkan pengantin di pelaminan yang sama. Upacara tersebut diisi dengan pertunjukan alat musik, lagu, dan tari dalam kesenian

sikambang untuk menghibur kedua pengantin. Upacara ini dilaksanakan di dalam

rumah pengantin perempuan. Dalam upacara ini, pihak pengantin perempuan menyediakan makanan nasi lamak untuk menjamu tamu yang datang. Pada penghujung acara, kedua pengantin melakukan upacara bersanding di pelaminan

(mampelok tampek basanding) yang menandakan pengantin laki-laki diterima

seutuhnya menjadi bagian dalam keluarga pihak perempuan.

Gambar 3.18

Malam basikambang dilaksanakan di rumah anak daro.

Sumber: Dokumentasi penulis (2014)

Penerimaan pengantin laki-laki menjadi bagian keluarga pihak pengantin perempuan menunjukkan suatu makna. Makna penerimaan tersebut yaitu kedua

belah pihak telah menjadi satu keluarga. Ini berarti bahwa segala sesuatu yang dikerjakan dalam keluarga dilaksanakan dengan rasa saling menghormati dan penuh persaudaraan.

Setelah bersanding, mereka mengikuti sub-upacara yaitu basuok-suokan

dan bacokki. Basuok-suokan merupakan acara saling suap-suapan yang bermakna

lambang tugas dan tanggung jawab istri untuk melayani suami. Selain itu juga bermakna sebagai wujud kasih sayang suami kepada istri. Sedangkan bacokki

merupakan acara bermain halma dan saling merampas buah cokki dengan malu-malu. Hal ini melambangkan makna wujud kasih sayang di antara mereka.

Dokumen terkait