• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

B. Analisis Data

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel dependen dan variabel independen. Untuk variabel independen yaitu rasio keuangan yang digunakan Altman, sedangkan variabel dependen adalah nilai Z-Score. Analisis data dilakukan berdasarkan langkah-langkah yang telah disusun sebelumnya di dalam metode penelitian, yaitu :

1. Pengumpulan data

Pengumpulan data yang dilakukan yang diambil dari laporan keuangan setiap perusahaan, berupa rasio-rasio keuangan yang digunakan dalam metode Altman. Data-data tersebut adalah total aktiva lancar, total aktiva, total hutang lancar, total hutang, laba ditahan, laba sebelum bunga dan pajak, nilai pasar ekuitas dan total penjualan.

2. Menghitung Z-Score untuk menilai kondisi perusahaan.

Dalam melakukan perhitungan Z-Score dengan melalui langkah-langkah sebagai berikut :

a) Menghitung komponen Z-Score masing-masing perusahaan : (Working Capital to Total Assets)

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan modal kerja bersih dari keseluruhan total aktiva yang dimilikinya. Rasio ini dihitung dengan membagi modal kerja bersih dengan total aktiva. Modal kerja bersih diperoleh dengan cara aktiva lancar dikurangi dengan kewajiban lancar. Modal kerja bersih yang negatif kemungkinan besar akan menghadapi masalah dalam menutupi kewajiban jangka pendeknya karena tidak tersedianya aktiva lancar yang cukup untuk menutupi kewajiban tersebut. Sebaliknya, perusahaan dengan modal kerja bersih yang bernilai positif jarang sekali menghadapi kesulitan dalam melunasi kewajibannya.

Dari hasil perhitungan modal kerja terhadap total aset yang dimiliki masing-masing perusahaan, maka dapat dikatakan bahwa perusahaan-perusahaan otomotif belum ada yang mampu menghasilkan modal kerja lebih besar dari Rp. 1000 untuk setiap Rp. 1000 aset. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel dibawah ini yaitu Tabel 5.1 merupakan hasil perhitungan rasio X1 (Working Capital to Total Assets dari tahun 2007-2011 dengan 17 perusahaan.

Tabel 5.1: (Working Capital to Total Assets) NO KODE 2007 2008 2009 2010 2011 1 ASII 0,107 0,107 0,112 0,092 0,147 2 AUTO 0,263 0,249 0,248 0,170 0,096 3 GJTL 0,213 0,113 0,175 0,178 0,188 4 GDYR 0,148 0,143 (0,112) (0,072) (0,086) 5 HEXA 0,142 0,277 0,361 0,369 0,350 6 BRAM 0,469 0,318 0,345 0,365 0,327 7 IMAS (0,107) (0,056) (0,040) 0,037 0,154 8 INDS 0,039 0,052 0,142 0,153 0,407 9 INTA 0,529 0,474 0,140 0,048 (0,102) 10 LPIN 0,297 0,160 0,385 0,404 0,426 11 MASA 0,048 (0,031) (0,047) (0,108) (0,287) 12 NIPS 0,030 0,019 (0,004) 0,009 0,046 13 ADMG 0,207 (0,006) 0,032 0,036 0,100 14 PRAS 0,033 0,006 0,292 0,145 0,062 15 SMSM 0,237 0,269 0,226 0,335 0,400 16 TURI 0,066 0,166 0,124 0,167 0,193 17 UNTR 0,138 0,219 0,194 0,189 0,230 Sumber : data diolah

Selain itu, terdapat beberapa perusahaan yang mengalami hasil perhitungan negatif, seperti PT. Goodyear Indonesia Tbk dari tahun 2009-2011, PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk tahun 2007-2009, PT. Intraco Penta Tbk pada tahun 2011, PT. Multistrada Arah Sarana Tbk tahun 2008-2011, PT. Nipress Tbk pada tahun 2009, PT. Polychem Indonesia Tbk tahun 2008, yang menunjukkan bahwa adanya modal kerja bersih negatif, jumlah aktiva lancar lebih kecil dari jumlah

Contoh perhitungan (Working Capital to Total Assets): PT. Astra Internasional Tbk (ASII) tahun 2007:

=

=

kewajiban lancar, sehingga tidak mencukupi untuk menutup kewajibannya yang mempengaruhi perhitungan .

(Retained Earnings to Total Assets)

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba ditahan dari total aktiva perusahaan. Laba ditahan merupakan laba yang tidak dibagikan kepada para pemegang saham. Dengan kata lain, laba ditahan menunjukkan berapa banyak pendapatan perusahaan yang tidak dibayarkan dalam bentuk dividen kepada para pemegang saham.

Laba ditahan menunjukkan klaim terhadap aktiva, bukan aktiva per ekuitas pemegang saham. Laba ditahan terjadi karena pemegang saham biasa mengizinkan perusahaan untuk menginvestasikan kembali laba yang tidak didistribusikan sebagai dividen. Dengan demikian, laba ditahan yang dilaporkan dalam neraca bukan merupakan kas dan tidak tersedia untuk pembayaran dividen atau yang lain.

Rasio ini juga merupakan indikator profitabilitas kumulatif yang relatif terhadap panjangnya waktu yang mengisyaratkan bahwa semakin muda suatu perusahaan semakin sedikit waktu yang dimilikinya untuk membangun laba kumulatif sehingga semakin besar kemungkinannya untuk mengalami kegagalan usaha. Bila perusahaan merugi, total dan nilai laba ditahan pada perusahaan akan mengalami penurunan.

Tabel di bawah ini merupakan hasil perhitungan rasio X2 (Retained Earnings to Total Assets.

Tabel 5.2: X2 (Retained Earnings to Total Assets) NO KODE 2007 2008 2009 2010 2011 1 ASII 0,369 0,371 0,515 0,492 0,474 2 AUTO 0,515 0,555 0,633 0,656 0,615 3 GJTL 0,021 (0,063) 0,099 0,167 0,228 4 GDYR 0,446 0,250 (0,333) (0,252) (0,239) 5 HEXA 0,199 0,249 0,373 0,397 0,376 6 BRAM 0,428 0,460 0,664 0,657 0,586 7 IMAS (0,095) (0,062) 0,003 0,077 0,317 8 INDS 0,066 0,076 0,204 0,243 0,272 9 INTA 0,113 0,106 0,144 0,140 0,088 10 LPIN 0,050 0,064 0,159 0,239 0,301 11 MASA 0,133 0,100 0,162 0,191 0,152 12 NIPS 0,191 0,269 0,289 0,332 0,291 13 ADMG (0,166) (0,259) (0,247) 0,056 0,107 14 PRAS 0,059 0,031 (0,046) 0,081 0,087 15 SMSM 0,407 0,412 0,356 0,334 0,389 16 TURI 0,214 0,247 0,485 0,511 0,522 17 UNTR 0,356 0,285 0,378 0,388 0,338 Sumber: data diolah

Dari hasil perhitungan laba ditahan terhadap total asset yang dimiliki masing-masing perusahaan, maka dapat dikatakan bahwa perusahaan-perusahaaan otomotif tidak mampu menghasilkan laba ditahan seperti yang diharapkan. Ini dapat dilihat bahwa untuk setiap Rp. 1000 aktiva, belum ada yang mampu menghasilkan laba ditahan lebih besar dari Rp.1000.

Contoh perhitungan X2 (Retained Earnings to Total Assets): PT. Astra Internasional Tbk (ASII) tahun 2007:

Pada tahun 2007, perusahaan PT. Indomobil Sukses International dan PT. Polychem Indonesia memiliki rasio X2 bernilai negatif, artinya bahwa selama ini pula perusahaan tidak pernah membukukan laba ditahan atau selalu mengakumulasikan rugi ditahan. Hal ini yang mengindikasikan bahwa kemampuan aktivanya untuk memperoleh laba ditahan sangatlah rendah dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan lainnya, disebabkan karena penghasilan yang diterima tidak mampu menutupi beban-beban yang harus ditanggung selama periode tersebut lebih mengarah kepada beban usaha dan biaya pokok penjualan. Hal tersebut juga terjadi pada PT. Gajah Tunggal Tbk, PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk, dan PT. Polychem Indonesia Tbk untuk periode tahun 2008. Hal serupa juga terjadi pada PT Goodyear Indonesia Tbk, PT. Polychem Tbk, dan PT. Prima Alloy Steel pada tahun 2009. Untuk tahun 2010-2011, PT. Goodyear Indonesia Tbk masih menunjukkan rasio (X2) bernilai negatif.

X3 ( Earning Before Interest and Tax to Total Assets)

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari aktiva perusahaan, sebelum pembayaran bunga dan pajak. Semakin kecil tingkat profitabilitas berarti semakin tidak efisien dan tidak efektif perusahaan menggunakan keseluruhan aktiva di dalam menghasilkan laba usaha begitu juga sebaliknya.

Melemahnya faktor ini merupakan indikator terbaik akan hadirnya kebangkrutan. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan perhitungan laba sebelum bunga dan pajak terhadap total asset yang dimiliki masing-masing perusahaan otomotif tersebut dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2011.

Sumber: data diolah

Tabel 5.3: X3 (Earning Before Interest and Tax to Total Assets) NO KODE 2007 2008 2009 2010 2011 1 ASII 0,167 0,190 0,184 0,186 0,168 2 AUTO 0,167 0,194 0,204 0,250 0,180 3 GJTL 0,017 (0,089) 0,143 0,108 0,074 4 GDYR 0,106 0,006 0,141 0,068 0,024 5 HEXA 0,061 0,049 0,175 0,230 0,235 6 BRAM 0,043 0,096 0,099 0,143 0,074 7 IMAS 0,006 0,030 0,045 0,076 0,092 8 INDS 0,035 0,051 0,129 0,135 0,141 9 INTA 0,018 0,041 0,061 0,072 0,045 10 LPIN 0,151 0,044 0,096 0,123 0,101 11 MASA 0,024 0,003 0,091 0,075 0,040 12 NIPS 0,025 0,013 0,022 0,052 0,055 13 ADMG 0,010 (0,085) 0,020 0,013 0,080 14 PRAS 0,008 (0,037) (0,112) 0,005 0,013 15 SMSM 0,157 0,154 0,197 0,192 0,246 16 TURI 0,077 0,100 0,232 0,166 0,169 17 UNTR 0,158 0,169 0,223 0,170 0,168

Contoh perhitungan X3 (Earning Before Interest and Tax to Total Assets) PT. Astra Internasional Tbk (ASII) tahun 2007:

=

=

Dari Hasil perhitungan laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aktiva yang dimiliki masing-masing perusahaan maka dapat terlihat bahwa aset produktif perusahaan otomotif belum mampu menghasilkan laba usaha seperti yang telah direncanakan. Ini dapat dilihat bahwa untuk setiap Rp. 1000 aktiva, belum dapat menghasilkan laba sebelum bunga dan pajak lebih besar dari Rp. 1000.

Pada tahun 2008, terdapat tiga perusahaan yang memiliki rasio X3 terendah daripada perusahaan lainnya bahkan bernilai negatif yaitu PT. Gajah Tunggal Tbk. Sebesar -0,089, PT. Polychem Indonesia Tbk sebesar -0,085 , dan PT. Prima Alloy Steel -0,037. Hal ini menunjukkan bahwa pihak manajemen tidak dapat mengelola aktivanya secara efektif. X3 yang bernilai sangat rendah disebabkan karena profitabiltas perusahaan pada tahun ini mengalami kerugian yang mana operating profit yang dicapai perusahaan terlihat bahwa biaya operasi perusahaan selalu lebih besar dari laba kotornya, akibatnya perusahaan tidak dapat membukukan laba rugi usahanya. Untuk tahun 2009, PT. Prima Alloy Steel memiliki nilai rasio X2 negatif sebesar -0,112.

X4 (Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities)

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban dari nilai pasar modal sendiri (saham biasa). Nilai pasar ekuitas sendiri diperoleh dengan mengalikan jumlah lembar saham biasa yang beredar dengan harga pasar per lembar saham biasa. Nilai

buku hutang diperoleh dengan menjumlahkan kewajiban lancar dengan kewajiban jangka panjang.

Perusahaan yang memiliki nilai X4 yang rendah menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mengakumulasikan lebih banyak hutang daripada modal sendiri dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan lainnya dalam satu jenis industri tertentu, yakni dalam penelitian ini yaitu industri otomotif.

Tabel 5.4: X4 (Market Value of Equity to Book Value of Total

Liabilities) NO KODE 2007 2008 2009 2010 2011 1 ASII 0,856 0,824 1,224 1,083 0,976 2 AUTO 2,066 2,228 2,680 2,767 2,107 3 GJTL 0,393 0,233 0,430 0,515 0,622 4 GDYR 1,069 0,409 0,523 0,567 0,556 5 HEXA 0,374 0,734 1,034 1,087 0,824 6 BRAM 1,934 2,078 5,002 4,259 2,622 7 IMAS 0,037 0,056 0,147 0,252 0,649 8 INDS 0,151 0,134 0,364 0,416 1,246 9 INTA 0,548 0,406 0,473 0,365 0,168 10 LPIN 1,267 0,824 2,058 2,430 3,023 11 MASA 2,519 1,174 1,356 1,156 0,595 12 NIPS 0,459 0,611 0,677 0,782 0,591 13 ADMG 0,464 0,356 0,415 0,905 0,962 14 PRAS 0,313 0,260 0,230 0,414 0,409 15 SMSM 1,523 1,596 1,367 1,138 1,438 16 TURI 0,344 0,400 1,298 1,369 1,362 17 UNTR 0,794 0,956 1,335 1,194 14,525 Sumber: data diolah

Contoh perhitungan X4 (Market Value of Equity to Book Value of Total

Liabilities)

PT. Astra Internasional Tbk (ASII) tahun 2007:

=

=

Dari hasil dari variabel X4 (Market Value of Equity to Book Value

of Total Liabilities) memperlihatkan seberapa banyak aset dari suatu

perusahaan dapat mengalami penurunan dalam nilainya sebelum hutangnya melebihi aset yang dimiliki. Dilihat dari tabel di atas, menunjukkan perkembangan meningkat dari nilai harga pasar saham dengan total utang yang dimiliki oleh PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk. Ada juga perusahaan yang mengalami perkembangan meningkat, tapi di tahun 2011 menurun yaitu PT. Astra Otoparts Tbk, PT. Hexindo Adiperkasa Tbk, PT. Nipress Tbk, PT. Tunas Ridean Tbk. Ada juga perusahaan yang mengalami perkembangan meningkat, tapi di tahun 2008 menurun karena krisis ekonomi yaitu PT. Gajah Tunggal Tbk, PT. Indospring Tbk, PT. Multi Prima Sejahtera Tbk, PT. Polychem Indonesia Tbk. Adanya penurunan dari hasil X4 (Market Value of Equity

to Book Value of Total Liabilities) ditandai dengan meningkatnya jumlah

utang perusahaan dan menurunnya harga saham di pasar modal.

X5 (Sales to Total Assets)

Rasio ini menunjukkan apakah perusahaan menghasilkan volume bisnis yang cukup dibandingkan investasi dalam total aktivanya. Rasio ini mencerminkan efisiensi manajemen dalam menggunakan keseluruhan aktiva perusahaan untuk menghasilkan penjualan dan mendapatkan laba. Dengan kata lain rasio ini mengukur besar kecilnya kemampuan manajemen dalam menghadapi kondisi persaingan.

Tabel 5.5: X5 (Sales to Total Assets) NO KODE 2007 2008 2009 2010 2011 1 ASII 1,105 1,202 1,108 1,152 1,059 2 AUTO 1,211 1,326 1,134 1,120 1,057 3 GJTL 0,788 0,914 0,894 0,950 1,025 4 GDYR 1,878 1,217 1,089 1,514 1,585 5 HEXA 1,264 0,282 1,559 1,971 1,626 6 BRAM 0,995 0,979 1,112 1,209 1,145 7 IMAS 1,036 1,469 1,363 1,369 1,222 8 INDS 0,942 1,049 1,160 1,334 1,084 9 INTA 0,823 0,985 1,007 1,121 0,490 10 LPIN 0,353 0,324 0,421 0,394 0,400 11 MASA 0,499 0,561 0,667 0,660 0,604 12 NIPS 1,398 1,478 0,890 1,187 1,297 13 ADMG 0,927 1,038 0,845 0,757 0,926 14 PRAS 1,212 0,740 0,383 0,622 0,686 15 SMSM 1,282 1,456 1,460 1,464 1,590 16 TURI 1,319 1,541 2,762 3,250 3,260 17 UNTR 1,397 1,221 1,198 1,257 1,185 Sumber: data diolah

Dari hasil perhitungan di atas pada masing-masing perusahaan, maka dapat terlihat hanya tiga perusahaan yang kemampuan manajemen perusahaan dalam menghadapi persaingan tergolong belum cukup baik karena belum mampu menghasilkan penjualan lebih besar dari Rp.1000 untuk setiap Rp.1000 aktiva yaitu PT. Gajah Tunggal Tbk, PT. Multi Prima Sejahtera Tbk, PT. Multistrada Arah Sarana Tbk. selain itu, 14

Contoh perhitungan X5 (Sales to Total Assets) PT. Astra Internasional Tbk (ASII) tahun 2007:

=

=

perusahaan lainnya memiliki kemampuan manajemen yang baik dalam menghadapi persaingan walaupun hasilnya cukup fluktuatif.

b) Menghitung nilai Z-score masing-masing perusahaan dan menganalisis hasil perhitungan nilai Z-score berdasarkan nilai batas kategori masing-masing perusahaan.

Hasil Model Analisis Altman Z-Score

Rumus Z-Score yang dipakai dalam penelitian ini adalah :

Z-score = 0,717 X1 + 0,847 X2 + 3,107 X3 + 0,42 X4 + 0,998 X5

Dari tabel-tabel di atas yaitu tabel 5.1 sampai dengan tabel 5.5 menunjukkan hasil perhitungan variabel X1, X2, X3, X4, dan X5. Hasil perhitungan kelima rasio di atas dikalikan dengan standar masing-masing sesuai dengan ketentuan Z-score maka akan diperoleh hasil Z-score untuk masing-masing perusahaaan pada tahun 2007-2011 sebagai berikut yang ditunjukkan dalam tabel 5.6 dibawah ini.

Tabel 5.6: Prediksi Kebangkrutan Pada Perusahaan Otomotif Tahun 2007 No Nama Perusahaan Z- Score Prediksi

Kebangkrutan 1 PT. Astra International Tbk. 2,371 Grey area 2 PT. Astra Otoparts Tbk. 3,220 Sehat 3 PT. Gajah Tunggal Tbk. 1,173 Bangkrut 4 PT. Goodyear Indonesia Tbk. 3,135 Sehat 5 PT. Hexindo Adiperkasa Tbk. 1,879 Grey area 6 PT. Indo Kordsa (d/h Branta Mulia) Tbk. 2,637 Grey area 7 PT. Indomobil Sukses International Tbk. 0,911 Bangkrut

8 PT. Indospring Tbk. 1,198 Bangkrut

9 PT. Intraco Penta Tbk. 1,582 Bangkrut 10 PT. Multi Prima Sejahtera Tbk. 1,610 Bangkrut 11 PT. Multistrada Arah Sarana Tbk. 1,779 Bangkrut

12 PT. Nipress Tbk. 1,849 Grey area

14 PT. Prima Alloy Steel Tbk. 1,438 Bangkrut 15 PT. Selamat Sempurna Tbk. 2,923 Grey area 16 PT. Tunas Ridean Tbk. 1,929 Grey area 17 PT. United Tractor Tbk. 2,618 Grey area

Sumber: data diolah

Berdasarkan perhitungan diatas ada delapan perusahaan yang berada dalam kondisi bangkrut menurut Altman Z-score ditandai dengan nilai hasilnya yang berada di bawah 1,81 dan ada tujuh perusahaan yang berada dalam kondisi grey area yang ditandai nilai hasilnya berada di 1,81 < Z-score < 2,99, dan hanya ada dua perusahaan yang berada dalam kondisi sehat yaitu PT. Astra Otoparts Tbk dan PT. Goodyear Indonesia Tbk yang ditandai nilai hasilnya diatas 2,99.

Tabel 5.7: Prediksi Kebangkrutan Pada Perusahaan Otomotif Tahun 2008 No Nama Perusahaan Z- Score Prediksi

Kebangkrutan 1 PT. Astra International Tbk. 2,528 Grey area

2 PT. Astra Otoparts Tbk. 3,510 Sehat 3 PT. Gajah Tunggal Tbk. 0,762 Bangkrut 4 PT. Goodyear Indonesia Tbk. 1,721 Bangkrut 5 PT. Hexindo Adiperkasa Tbk. 1,151 Bangkrut 6 PT. Indo Kordsa (d/h Branta Mulia) Tbk. 2,767 Grey area

7 PT. Indomobil Sukses International Tbk. 1,491 Bangkrut

8 PT. Indospring Tbk. 1,364 Bangkrut

9 PT. Intraco Penta Tbk. 1,713 Bangkrut 10 PT. Multi Prima Sejahtera Tbk. 0,974 Bangkrut 11 PT. Multistrada Arah Sarana Tbk. 1,123 Bangkrut

12 PT. Nipress Tbk. 2,013 Grey area

13 PT. Polychem Indonesia Tbk. 0,697 Bangkrut 14 PT. Prima Alloy Steel Tbk. 0,763 Bangkrut 15 PT. Selamat Sempurna Tbk. 3,145 Sehat 16 PT. Tunas Ridean Tbk. 2,343 Grey area

17 PT. United Tractor Tbk. 2,543 Grey area

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, ada dua perusahaan yang mengalami penurunan kondisi keuangan yaitu PT. Goodyear Indonesia Tbk dari sehat menjadi bangkrut dan PT. Hexindo Adiperkasa Tbk dari

grey area menjadi bangkrut. Dan hanya ada satu perusahaan yang

memperbaiki kondisi keuangan sehingga dari grey area menjadi sehat yaitu PT. Selamat Sempurna Tbk. Sehingga di tahun 2008 terdapat 10 perusahaan otomotif berada dalam kondisi bangkrut, lima perusahaan berada dalam kondisi grey area yaitu PT. Astra International Tbk, PT. Indo Kordsa (d/h Branta Mulia) Tbk, PT. Nipress Tbk, PT. Tunas Ridean Tbk, PT. United Tractor Tbk, dua perusahaan berada dalam kondisi sehat yaitu PT. Astra Otoparts Tbk dan PT. Selamat Sempurna Tbk.

Tabel 5.8: Prediksi Kebangkrutan Pada Perusahaan Otomotif Tahun 2009 No Nama Perusahaan Z- Score Prediksi

Kebangkrutan 1 PT. Astra International Tbk. 2,710 Grey area 2 PT. Astra Otoparts Tbk. 3,604 Sehat 3 PT. Gajah Tunggal Tbk. 1,728 Bangkrut 4 PT. Goodyear Indonesia Tbk. 1,381 Bangkrut 5 PT. Hexindo Adiperkasa Tbk. 3,108 Sehat 6 PT. Indo Kordsa (d/h Branta Mulia) Tbk. 4,329 Sehat 7 PT. Indomobil Sukses International Tbk. 1,536 Bangkrut

8 PT. Indospring Tbk. 1,985 Grey area

9 PT. Intraco Penta Tbk. 1,614 Bangkrut 10 PT. Multi Prima Sejahtera Tbk. 1,993 Grey area 11 PT. Multistrada Arah Sarana Tbk. 1,621 Bangkrut

12 PT. Nipress Tbk. 1,485 Bangkrut

13 PT. Polychem Indonesia Tbk. 0,894 Bangkrut 14 PT. Prima Alloy Steel Tbk. 0,302 Bangkrut 15 PT. Selamat Sempurna Tbk. 3,108 Sehat 16 PT. Tunas Ridean Tbk. 4,522 Sehat 17 PT. United Tractor Tbk. 2,909 Grey area Sumber: data diolah

Dapat dilihat bahwa perusahaan otomotif ada beberapa yang tetap bertahan dengan berada pada kondisi sehat dan ada pula yang mulai memperbaiki kondisi keuangan dengan melihat bahwa pada tahun 2009 sebanyak lima perusahaan berada dalam keadaan sehat yaitu PT. Astra Otoparts Tbk, PT. Hexindo Adiperkasa Tbk, PT. Indo Kordsa (d/h Branta Mulia) Tbk, PT. Selamat Sempurna Tbk, PT. Tunas Ridean Tbk. Ada pula yang memiliki kondisi keuangan yang tidak berkembang melainkan menurun yaitu PT. Nipress Tbk. Perusahaan ini harus mampu bertahan dengan ketatnya persaingan. Selain itu,ada empat perusahaan berada pada grey area yaitu PT. Astra International Tbk, PT. Indospring Tbk, PT. Multi Prima Sejahtera Tbk, PT. United Tractor Tbk.

Tabel 5. 9: Prediksi Kebangkrutan Pada Perusahaan Otomotif Tahun 2010 No Nama Perusahaan Z- Score Prediksi

Kebangkrutan 1 PT. Astra International Tbk. 2,666 Grey area

2 PT. Astra Otoparts Tbk. 3,732 Sehat 3 PT. Gajah Tunggal Tbk. 1,769 Bangkrut 4 PT. Goodyear Indonesia Tbk. 1,695 Bangkrut 5 PT. Hexindo Adiperkasa Tbk. 3,738 Sehat 6 PT. Indo Kordsa (d/h Branta Mulia) Tbk. 4,259 Sehat 7 PT. Indomobil Sukses International Tbk. 1,800 Bangkrut

8 PT. Indospring Tbk. 2,241 Grey area

9 PT. Intraco Penta Tbk. 1,648 Bangkrut 10 PT. Multi Prima Sejahtera Tbk. 2,288 Grey area

11 PT. Multistrada Arah Sarana Tbk. 1,462 Bangkrut

12 PT. Nipress Tbk. 1,964 Grey area

13 PT. Polychem Indonesia Tbk. 1,250 Bangkrut 14 PT. Prima Alloy Steel Tbk. 0,983 Bangkrut 15 PT. Selamat Sempurna Tbk. 3,058 Sehat 16 PT. Tunas Ridean Tbk. 4,885 Sehat 17 PT. United Tractor Tbk. 2,749 Grey area

Dapat dilihat bahwa dalam tahun 2010 ada satu perusahaan yang memperbaiki kondisi keuangannya yaitu PT. Nipress Tbk dari kondisi bangkrut menjadi grey area. Selain itu 16 perusahaan lainnya masih tetap bertahan pada kondisi dari tahun sebelumnya sehingga di tahun 2010 ini, terdapat tujuh perusahaan berada dalam kondisi bangkrut, lima perusahaan dalam kondisi grey area dan lima perusahaan dalam kondisi sehat.

Tabel 5. 10: Prediksi Kebangkrutan Pada Perusahaan Otomotif Tahun 2011 No Nama Perusahaan Z- Score Prediksi

Kebangkrutan 1 PT. Astra International Tbk. 2,495 Grey area

2 PT. Astra Otoparts Tbk. 3,090 Sehat

3 PT. Gajah Tunggal Tbk. 1,842 Grey area

4 PT. Goodyear Indonesia Tbk. 1,626 Bangkrut 5 PT. Hexindo Adiperkasa Tbk. 3,268 Sehat 6 PT. Indo Kordsa (d/h Branta Mulia) Tbk. 3,205 Sehat 7 PT. Indomobil Sukses International Tbk. 2,157 Grey area

8 PT. Indospring Tbk. 2,565 Grey area

9 PT. Intraco Penta Tbk. 0,701 Bangkrut

10 PT. Multi Prima Sejahtera Tbk. 2,544 Grey area 11 PT. Multistrada Arah Sarana Tbk. 0,899 Bangkrut

12 PT. Nipress Tbk. 1,994 Grey area

13 PT. Polychem Indonesia Tbk. 1,738 Bangkrut 14 PT. Prima Alloy Steel Tbk. 1,016 Bangkrut 15 PT. Selamat Sempurna Tbk. 3,571 Sehat

16 PT. Tunas Ridean Tbk. 4,930 Sehat

17 PT. United Tractor Tbk. 8,255 Sehat Sumber : data diolah

Dari hasil tabel diatas, terdapat tiga perusahaan yang memperbaiki kondisi keuangannya yaitu PT. Gajah Tunggal Tbk dan PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk dari kondisi bangkrut menjadi kondisi grey

sehat. Selain itu, 14 perusahaan lainnya masih berada dalam kondisi yang sama di tahun sebelumnya. Sehingga di tahun 2011 ini, terdapat lima perusahaan berada dalam kondisi bangkrut, enam perusahaan dalam kondisi grey area, dan 6 perusahaan dalam kondisi sehat.

Dokumen terkait