• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Deskripsi Data

Jumlah kepala keluarga masyarakat Betawi di RT/RW 003/003 kelurahan Pondok Cabe Udik sebanyak 80. Dengan rincian jumlah penduduk sebagai berikut: laki-laki 162 jiwa, dan perempuan 116 jiwa, dengan total keseluruhan penduduk Betawi 278 jiwa.

Tabel 4.1

Kelompok Penduduk Betawi Menurut Usia

No Kelompok Usia Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 0 - 4 8 4 12 2 4 - 9 11 8 19 3 10 - 14 13 9 22 4 15 - 19 14 10 24 5 20 - 24 17 13 30 6 25 - 29 15 10 25 7 30 - 34 12 18 30 8 35 - 39 20 12 32 9 40 - 44 18 15 33 10 45 - 49 13 9 22 11 50 - 54 8 3 11 12 55 - 59 7 3 10 13 60 - 64 4 1 5 14 65 – ke atas 2 1 3

51

162 116 278

Sumber data: RT 003 Tahun 2014 Tabel 4.2

Mata Pencaharian Penduduk Betawi RT. 003 Tahun 2014 No Jenis Pekerjaan Laki-Laki Perempuan

1 Petani 3

2 Buruh tani 5

3 Buruh migran

4 Buruh pabrik 11 4

5 Pegawai Negeri Sipil 1

6 Pengrajin industri rumah tangga 1

7 Pedagang 2 5 8 Peternak 2 9 Nelayan 10 Montir 1 11 Dokter swasta 12 Bidan swasta 13 Perawat swasta 14 TNI 15 POLRI 1 16 Pensiunan PNS/TNI/POLRI 17 Pengusaha kecil dan menengah 18 Pengacara

19 Notaris

20 Dukun kampung terlatih

21 Jasa pengobatan alternatif 1 2

22 Dosen swasta 23 Guru swasta 24 Pengusaha besar

25 Arsitek

26 Seniman/Artis

27 Karyawan swasta 29 11

28 Ojek 15

29 Parkir 10

30 Pembantu rumah tangga 20

31 Pekerja serabutan 10

Jumlah 92 42

Sumber data: RT 003 Tahun 2014

Jika dilihat dari tabel di atas mata pencaharian masyarakat Betawi mayoritas bekerja pada sektor informal yang tidak membutuhkan pendidikan tinggi. Atau bisa dikatakan pendidikan bukan lah menjadi hal utama untuk seseorang bisa memperoleh pekerjaan. Namun demikian, kemampuan yang mereka dapatkan dari luar sekolah itu yang digunakan untuk menjadi bekal keahlian dalam menjalankan suatu pekerjaan demi mendapatkan penghasilan.

C. Deskripsi Masyarakat Betawi Pondok Cabe Udik

Tabel 4.3

Data Responden Masyarakat Betawi

No Nama Usia Pekerjaan Pendidikan 1 Amsar 25 tahun Karyawan Swasta8 SD

2 Armah 50 tahun PRT SD

3 Ahmad

Alfian 30 tahun Polisi D3

4 Yunih 45 tahun Pedagang SD

5 Babas 52 tahun Jasa Pengobatan

Alternatif SMP

8

53

6 Dalih 34 tahun Karyawan Swasta9 SMP 7 Ina Rosita 23 tahun Karyawan

Swasta10 SD

8 Narin 38 tahun Satpam SD

9 Simin 42 tahun Ojek SD

10 Uka 29 tahun Montir SMP

Pertama, Amsar merupakan warga Betawi asli yang tinggal di Pondok Cabe Udik sejak ia lahir. Ia bekerja sebagai karyawan swasta di PT. Bina Karya yang bergerak di bidang pembuatan alat rumah tangga dari bahan dasar alumunium. Amsar adalah salah satu supir pengangkut barang jadi dari PT. Bina Karya yang akan dikirimkan ke seluruh wilayah pulau Jawa dan sekitarnya. Ketika masih bujangan Amsar hanya bekerja serabutan, tetapi sejak sudah menikah ia memutuskan mencari pekerjaan yang berpenghasilan tetap setiap bulannya demi menghidupi keluarga. Amsar baru memiliki satu putra yang masih duduk dibangku SD.

Setiap hari ia berangkat bekerja pada pukul 08.00 WIB, sampai dengan pukul 17.00 WIB. Mengenai kegigihannya dalam bekerja ia sering mengambil jam lembur, bagi Amsar bekerja dengan baik dan selalu berusaha tepat waktu merupakan cara kerja yang positif. Di dalam setiap pekerjaan pasti Amsar tak luput dari yang namanya masalah, seperti pada suatu hari ia pernah terlambat berangkat untuk pengiriman ke luar kota yang harusnya sudah jalan pada pukul 12

malam dan ia baru berangkat jam 3 dini hari. “Sebenernya hal-hal

kayak itu gak boleh terjadi, tapi ya namanya kita manusia ada aja

9

Bekerja di Perusahaan Kopkar Persat Unit Pondok Cabe Golf, sebagai caddy.

10

khilafnya. Segala lupa pasang alarm dan kebutulan lupa minta ingetin istri. Jadi dah kebablasan tidur...”.11

Sedangkan hubungannya dengan sesama pekerja yang satu profesi Amsar mengaku baik-baik saja karena berfikir sama-sama mencari nafkah dan tak ingin cari masalah dengan orang lain. Sampai saat ini ia sangat menikmati pekerjaan yang dijalaninya dan akan tetap berusaha mencari nafkah demi keluarga.

Dengan berbekal pendidikan yang hanya tamatan SD ia sudah merasa bersyukur mendapatkan pekerjaan yang layak untuk menghidupi keluarga kecilnya. Meskipun tidak memiliki tabungan di bank, setidaknya ia mampu memenuhi pendidikan putranya dan sudah bisa membantu keluarga (kakak) dalam membiayai sekolah keponakannya. Penghasilan Amsar dalam sebulan mencapai Rp. 2.000.000 per-bulan, yang dibayarkan setiap minggunya sebesar Rp. 500.000. Tetapi jika ada lemburan, dalam sebulan Amsar bisa menerima Rp. 3.200.000. Saat sakit, Amsar biasa memeriksakan kesehatannya ke klinik dekat rumah menggunakan jaminan kesehatan (jamkes) dari tempat ia bekerja. Amsar memang masih tinggal bersama mertua, tetapi ia sudah bisa mendirikan warung sembako kecil untuk tambahan penghasilan sehari-sehari, warung tersebut dijaga oleh sang istri yang hanya sebagai ibu rumah tangga. “Alhamdulillah fasilitas kebutuhan mah hampir lengkap ya semua ada tuh TV, kulkas, mesin cuci, motor, palingan mobil doang yang belom punya. Pengennya mah punya rumah sendiri dulu dah. Aamiin...”.12

Kedua, Armah ialah salah satu wanita di Pondok Cabe Udik RT 003 yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga (PRT) di 3 pintu rumah sekaligus. Armah sejak lahir sudah tinggal dan menjadi masyarakat Betawi asli Pondok Cabe Udik. Latar belakang Armah

11

Wawancara pribadi dengan bapak Amsar, pada tanggal 25 Agustus 2014

12

55

bekerja karena ia pribadi merasa bosan jika hanya dirumah, dan untuk mengisi waktu luangnya ia memilih bekerja sebagai pembantu rumah tangga di perumahan sekitar tempat tinggalnya. Setiap hari ia berangkat pada pukul 06.30 WIB. Armah hanya bekerja 3 jam pada setiap pintu rumah, jadi ia memakan waktu 9 jam untuk pekerjaannya menjadi pembantu rumah tangga di 3 pintu. Yang dikerjakan antara lain, menyuci, menggosok, dan mengepel lantai. Rajin bekerja dan kejujuran merupakan cara yang ia selalu terapkan mengenai kegigihannya dalam menjalankan pekerjaan. “Kalo gak sakit banget yang sampe gak bisa bangun saya mah tetep be kerja, abisan kalo di rumah doang juga malahan bosen gitu bengong aja”.13

Armah jujur membutuhkan kesabaran ekstra di dalam pekerjaannya ini, masalah yang ia dapatkan memang tidak besar tetapi butuh kesabaran jika mendapatkan majikan yang banyak bicara, atau majikan yang kurang menghargai hasil pekerjaannya. Walaupun di daerah Pondok Cabe Udik ini pembantu rumah tangga tidak sedikit Armah mengaku menjalin hubungan baik dengan sesama pekerja yang satu profesi. Dan ia juga sangat menikmati pekerjaannya. Bekerja pada 3 pintu rumah merupakan cara ia untuk meningkatkan penghasilan, “Ya awalnya saya kan cuma megang 1 pintu aja, tapi masih sanggup dan waktu nganggur di rumah doangnya kebanyakan. Jadi aja udah

megang 3 pintu sekarang”.14

Dari tiap pintu Armah memperoleh gaji sebesar Rp. 700.000 per-bulan. Hasilnya sangat lumayan untuk membantu memenuhi kebutuhan hidup sehari-sehari dan dapat memenuhi pendidikan kedua anaknya, karena suami Armah hanya bekerja serabutan. Jika di total ia memperoleh Rp. 2.100.000 per-bulan dari 3 pintu rumah. Armah tidak memiliki pekerjaan sampingan kecuali pembantu rumah tangga yang

13

Wawancara pribadi dengan ibu Armah, pada tanggal 25 Agustus 2014

14

merangkap ibu rumah tangga. Dengan bekerja sebagai pembantu rumah tangga Armah mengaku kebutuhan pokoknya terpenuhi jika ditambah dengan pendapatan suaminya yang memang tak menentu. Saat ini ia tinggal di rumah sendiri dan terdapat fasilitas seperti TV, kulkas, kipas angin, motor. Jika sakit Armah biasa memeriksakan kesehatannya ke puskesmas terdekat. Armah mengaku pernah sesekali membantu keluarga atau orang lain yang sedang membutuhkan pertolongan dengan menyumbang sedikit dari penghasilannya setiap bulan.

Ketiga, Ahmad Alfian merupakan seorang anggota kepolisian Republik Indonesia. Bapak satu anak ini berlatar belakang pendidikan pada bidang penerbangan. Tetapi karena kegigihannya untuk mensejahterakan keluarga beliau mengikuti tes menjadi anggota kepolisian, saat lolos ia pun menerima pendidikan militer selama 3 bulan. Sejak kecil Alfian sudah tinggal di Pondok Cabe Udik bersama dengan orang tuanya yang memang masyarakat Betawi asli. Sebelum memutuskan untuk mengikuti tes menjadi anggota kepolisian Alfian bekerja sebagai kurir yang membawa uang untuk pengisian ATM.

Yang melatarbelakangi Alfian bekerja sebagai anggota kepolisian adalah untuk menatap masa depan, karena baginya menjadi anggota kepolisian dapat menjamin kehidupan pribadi dan keluarganya. Sebagai seorang anggota kepolisian ia bekerja tak kenal waktu, bahkan di jadwal libur saja masih harus tetap dalam keadaan siaga jika ada panggilan darurat. Ditambah lagi jika libur karena ada hari besar justru ia harus masuk, contoh pada hari raya idul fitri, dan lain-lain. Kegigihan Alfian dalam menjalankan pekerjaannya yaitu dengan menunjukkan dedikasi yang tinggi, selalu semangat, pantang lelah, dan siap dalam menjalankan segala tugasnya. Masalah pada pekerjaannya hanya terdapat pada pengaturan waktu dengan keluarga, dan Alfian dapat mengendalikan masalah tersebut dengan

57

memanfaatkan waktu sebaik mungkin dengan keluarga terutama anak jika ada jadwal libur, dengan mengajak anak bermain seharian di rumah atau jalan-jalan ke luar rumah untuk refreshing.

Alfian mengungkapkan sangat menikmati pekerjaan ini, ia merasa bangga dan puas dengan apa yang ia miliki saat ini. Pekerjaan yang penuh tanggung jawab, keluarga yang selalu mendukung dengan semangat dan doa. Semua ia dapatkan berkat kerja keras dan usaha yang dijalaninya sebelum menjadi seperti sekarang. Dan ia mengaku semuanya bukanlah hal yang mudah. Cara yang dilakukan Alfian dalam meningkatkan penghasilan dari pekerjaan yang dijalaninya ialah membantu tetangga-tetangga sekitar atau orang yang membutuhkan bantuan dalam mengurus surat-surat yang berkaitan dengan kepolisian, contoh: perpanjang stnk. “Setidaknya untuk perpanjang stnk bisa 5 menit jadi dengan bantuan saya, tetap sesuai prosedur tetapi bedanya tidak mengantri karena kan itungannya lewat orang dalam. Untuk pembayarannya memang sedikit berbeda dengan harga aslinya karena lebih cepat. Saling menguntungkan lah prinsipnya”.15

Selain itu juga ia menerima bila ada masyarakat yang ingin dikawal dalam acara-acara tertentu. Itu yang menjadi penghasilan tambahan untuk Alfian. Dari hasil usahanya ia mengaku dipergunakan untuk kebutuhan sehari-hari dan tak lupa untuk menabung di bank. Pengasilan Alfian mencapai Rp. 2.500.000 per-bulan belum termasuk tunjangan yang ia terima. Ia fokus pada pekerjaan ini dan tidak memiliki pekerjaan sampingan lainnya. Dengan penghasilan tersebut Alfian mengaku bisa memenuhi kebutuhan pokoknya.

Ia memiliki satu orang putri yang masih menerima pendidikan pada taman kanak-kanak (TK). Saat ini ia menempati rumah milik sendiri, dan terdapat fasilitas yang lumayan memadai seperti TV,

15

kulkas, mesin cuci, dan lain-lain. Ia memiliki dua buah kendaraan bermotor di rumah, satu untuk ia pakai bekerja sehari-hari, dan satunya lagi untuk istri yang mengantar jemput anaknya sekolah. Untuk masalah kesehatan Alfian dan keluarga biasa memeriksakan diri ke klinik atau rumah sakit terdekat jika sakitnya ringan saja, tetapi jika sakitnya memerlukan biaya yang tinggi atau parah ia ke RS Polri untuk mendapatkan perawatan intensif secara gratis. Sejauh ini Alfian suka membantu saudara atau orang lain yang memang sedang membutuhkan baik dalam bentuk materi atau non materi, dan masih suka memberi orang tuanya dalam bentuk materi walaupun tak seberapa jumlahnya.

Keempat, Yunih ibu dari dua anak ini memang sejak lahir tinggal di Pondok Cabe Udik. Yunih adalah single parents karena suaminya pergi meninggalkan ia sejak anak-anaknya masih kecil. Sebelum menjalani pekerjaannya yang sekarang yaitu pedagang makanan, Yunih bekerja sebagai pembantu rumah tangga (PRT). Karena kekurangan dalam faktor ekonomi dari pekerjaannya terdahulunya sebagai PRT maka ia lebih memilih membuka gubuk di halaman rumahnya untuk menjadi pedagang makanan. Setiap hari ia mulai berjualan sejak pukul 06.00 WIB sampai pukul 19.00 WIB. Pada pagi hari ia menjual makanan seperti nasi uduk, dan lontong sayur yang akan habis sampai pukul 09.00 WIB setelah itu dilanjutkan dengan menjual gado-gado sampai ia menutup warungnya.

Menurut Yunih dalam menjalankan pekerjaannya tersebut harus dengan niat yang kuat, pantang menyerah, dan selalu berusaha bekerja dengan jujur. Dengan segala bentuk kegigihan yang ia terapkan tak terlepas dari permasalahan yang dihadapi dalam menjalankan pekerjaan ini, salah satunya adalah pendapatan yang ia terima perharinya tak selalu seimbang. “tergantung cuaca juga sih, kalo lagi ujan-ujan mah kadang jarang yang beli. Orang pada larinya

59

ke makanan yang seger kayak bakso gitu dah. Jadi ya palingan masalahnya cuma kalo lagi kurang laris aja gitu”.16

Yunih mengaku berhubungan baik dengan sesama pedagang makanan di daerah Pondok Cabe Udik ini, seperti pemilik warung sunda (WarSun), warung tegal (WarTeg), dan berbagai macam makanan lainnya. Jika dibandingkan dengan pekerjaan sebelumnya yaitu menjadi PRT, ia merasa lebih menikmati yang sekarang. Karena sesuai dengan kemampuan dan hobinya yaitu memasak. Baginya bekerja harus sesuai dengan keahlian dan sesuai dengan keinginan hati, jika tidak maka pekerjaan yang dijalani tidak akan memuaskan. Untuk meningkatkan penghasilan dari pekerjaan yang dijalaninya ia menambah dagangannya, yang tadinya hanya nasi uduk, lontong sayur, dan gado-gado sekarang ia memiliki warung sembako kecil-kecilan yang menjual kebutuhan sehari-hari dalam jumlah sedikit dan jajanan anak-anak. Sedangkan dari hasil yang didapat oleh Yunih biasanya digunakan untuk keperluan sehari-hari dan sebagiannya lagi untuk membeli bahan dagangan serta ikut arisan. Ia terbiasa menabung tetapi tidak di bank.

Penghasilan Yunih per-bulan bisa mencapai Rp 3.000.000. Ia fokus menekuni pekerjaan ini setiap harinya tanpa memiliki pekerjaan sampingan. Kebutuhan pokoknya pun bisa terpenuhi dengan baik dari hasil pendapatannya setiap hari. Untuk kebutuhan pendidikan anaknya pun terpenuhi, anak yang pertama hanya sampai SMP dan tidak mau melanjutkan lagi. Sedangkan anaknya yang kedua lulus sampai SMK lalu langsung melanjutkan bekerja. Bagi ibu dua orang anak ini pendidikan memang sangat penting, tetapi ia pun tidak bisa memaksa kedua anaknya untuk tetap sekolah jika tidak ada kemauan dari diri anak itu sendiri.

16

Saat ini, Yunih menempati rumah milik sendiri, dengan fasilitas kebutuhan yang lumayan memadai. Ia memiliki TV, kulkas, motor, dan mesin cuci. Memang tidak semua barang didapatkan dengan cara membeli cash tetapi setidaknya ada hasil yang ia miliki dari pekerjaannya berjualan makanan. Jika sakit, Yunih dan kedua anaknya biasa memeriksakan diri ke puskesmas terdekat, selain karena harganya lebih terjangkau dan Alhamdulillah tidak pernah terserang penyakit yang begitu parah. Yunih mengaku suka membantu sesama atau tetangga sekitar, tetapi sesuai dengan kemampuan yang ia miliki.

“tapi ya namanya kita juga pas-pasan hidupnya, kadang ngebantunya

bukan materi aja tapi non materi gitu. Kayak nyumbang tenaga”.17

Kelima, Babas merupakan salah satu warga RT 003/RW 003 di Pondok Cabe Udik yang memiliki keahlian dalam pengobatan alternatif. Ia sejak kecil memang tinggal dan tumbuh besar di Pondok Cabe Udik menjadi warga Betawi asli, tetapi ia sempat pindah ke Radio Dalam setelah menikah sebelum akhirnya kembali lagi ke Pondok Cabe Udik dan akan terus tinggal di daerah ini. Sebelum bekerja seperti sekarang ia mencari nafkah dengan menarik bajaj pribadi miliknya. Tetapi karena tuntutan ekonomi ia memutuskan untuk bekerja sesuai dengan keahlian yang ia terima sejak kecil turunan dari kakeknya yaitu menjadi ahli pijat pengobatan alternatif. Setiap hari Babas memulai buka praktek di rumahnya pada pukul 07.00 WIB sampai dengan 22.00 WIB. Dengan jadwal libur setiap hari Jum’at.

Menurutnya bekerja haruslah dengan sungguh-sungguh, sesuai panggilan hati, selalu bersemangat dan ikhlas dalam menyembuhkan orang yang sakit. Sejauh ini, ia mengaku tidak ada masalah dalam pekerjaannya. Hubungannya dengan pekerja yang sama profesinya di dalam satu daerah ini pun terbilang baik, saling menghargai satu sama

17

61

lain. Walaupun sama-sama bisa membantu menyembuhkan orang yang sakit, tetapi keahliannya berbeda. Babas menikmati pekerjaan yang ia jalani karena memang merasa keahliannya pada bidang ini dan bekerja berdasarkan panggilan hati. Untuk meningkatkan penghasilannya ia rajin memberi info kepada orang-orang yang memang membutuhkan bantuan darinya. Dari yang awalnya terima panggilan ke rumah-rumah orang, sekarang ia mengaku hanya praktek di rumah saja karena keterbatasan waktu tak seimbang dengan banyaknya pasien. Pasien yang datang sudah dari berbagai daerah, seperti Cibubur, Cilacap, Bogor, Bandung, dan lain-lain. Dari hasil pekerjaanya ini Babas memilih untuk ditabung dan sebagian lagi untung keperluan sehari-hari.

Penghasilan yang didapatkan Babas mencapai Rp 10.000.000 sampai Rp 15.000.000 per-bulan, tergantung dengan keikhlasan pasien yang diobatinya. Ia mengaku paling kecil menerima dari satu orang sebesar Rp 200.000. “saya tidak pernah mematok harga harus ngasih berapa, semua seikhlas pasien aja tapi memang rata-rata paling kecil ngasih Rp 200.000, itu tergantung rasa bersyukur pasien. Orang yang baik hati, dan rasa bersyukurnya tinggi karena bisa sembuh biasanya memberi saya uang lebih besar sebagai ucapan terimakasih”.18

Tidak ada pekerjaan lain yang ia jalani sekarang karena memang hanya ingin fokus pada pekerjaan ini. Babas sangat bersyukur bisa memenuhi kebutuhan pokoknya setiap hari, dan pendidikan keempat anaknya pun terpenuhi. Dua orang anaknya lulus SMA, satu orang saat ini masih kuliah semester tiga, dan satu lagi masih SD. Rumah yang ia tempati sekarang merupakan milik sendiri peninggalan warisan dari orang tuanya. Di dalam rumah tersebut terdapat fasilitas yang memadai, seperti TV, AC, kulkas, mesin cuci, motor, dan mobil. Untuk urusan kesehatan, jika sakitnya masih bisa diobati sendiri

18

dengan alternatif pijat ia dan keluarganya tidak ke dokter, tetapi jika sakitnya bervirus dan membutuhkan penanganan medis serta obat-obatan maka ia ke rumah sakit. Dalam kehidupannya ia jelas sering membantu ketika keluarga atau orang lain yang membutuhkan pertolongan. Sebagai contoh, jika ada warga sekitar yang kurang mampu sakit dan membutuhkan bantuannya maka ia dengan ikhlas membantu tanpa mengharapkan imbalan atau bayaran seperserpun.

Keenam, Dalih merupakan warga Betawi asli Pondok Cabe Udik yang tinggal di daerah ini sejak lahir. Saat ini ia bekerja sebagai karyawan swasta pada perusahaan Kopkar Persat Unit Pondok Cabe Golf di bidang jasa yang melayani pelanggannya dalam bermain olahraga golf, biasa disebut dengan caddy. Yang melandasi Dalih dalam pekerjaan ini ialah ia merasa nyaman menjalaninya, sesuai dengan salah satu hobinya yaitu bermain golf.

Baginya dalam bekerja dibutuhkan kenyamanan dari dalam diri agar bisa totalitas. Waktu bekerjanya seminggu hanya 3 hari, tetapi jika ia ingin mendapatkan penghasilan lebih ia bisa datang lebih dari 3 hari atau sesuai dengan kemauan pelanggannya. Ia mulai bekerja sejak pukul 07.00 WIB sampai dengan jam 18.00 WIB. Menurutnya bekerja dengan sungguh-sungguh dan tak kenal lelah itu sudah menjadi kewajiban, melayani pelanggan dengan sepenuh hati merupakan kegigihan yang ia selalu terapkan. Setiap pekerjaan memiliki masalah, tetapi ia memiliki cara untuk menanggulangi masalah tersebut agar

terselesaikan dengan baik. “masalahnya mah ga jauh-jauh dari teguran

pelanggan atau ketidakpuasan pelanggan terhadap kerja kita, tetapi itu semua bisa diatasi dengan baik. Saya harus banyak-banyak sabar dan mengerti bahwa pelanggan pasti menginginkan yang terbaik atas pelayanan kita”.19

19

63

Kepada sesama pekerja yang satu profesi Dalih mengaku baik hubungannya, saling menghargai, dan tidak pernah merasa tersaingi. Ia juga merasa sangat menikmati pekerjaan ini karena bisa sekalian menyalurkan hobinya. Jika ingin meningkatkan penghasilan yang lebih tinggi ia mengaku harus giat dalam menjalani pekerjaannya. Karena dengan giat dan tak kenal lelah penghasilan bisa terus bertambah. Dari hasil usahanya ia gunakan untuk kebutuhan sehari-hari rumah tangga. Ada sebagian ditabung tetapi bukan di bank.

Penghasilan Dalih per-bulan mencapai Rp 3.200.000 dengan rincian sehari ia bisa mendapatkan Rp 300.000. Terkadang jika sedang libur ia juga menarik ojek untuk tambahan penghasilan. Sejauh ini, kebutuhan pokok Dalih terpenuhi dengan baik. Ia juga sanggup memenuhi pendidikan kedua anaknya yang masih duduk dibangku SD dan SMP. Ia sudah menempati rumah milik sendiri, dengan fasilitas yang cukup memadai seperti ada TV, kulkas, kipas angin, mesin cuci, dan motor. Jika sakit Dalih dan keluarga biasa memeriksakan kesehatannya ke klinik terdekat. Dan ia mengaku pernah membantu ketika saudara atau orang lain yang membutuhkan pertolongan dalam bentuk materi.

Ketujuh, Ina Rosita wanita kelahiran 1991 ini sejak lahir memang tinggal di Pondok Cabe Udik. Orang tuanya merupakan asli Betawi yang menetap di daerah ini puluhan tahun. Ina hanya tamatan SD dan setelah lulus SD ia memang terbiasa bekerja untuk membantu perekenomian keluarganya, Ina merupakan anak ke dua dari enam

Dokumen terkait