BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
2. Jujur
dan pekerjaan.
3. Toleransi atau sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain walaupun orang tersebut berbeda dari dirinya.
4. Disiplin atau tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan
5. Kerja keras adalah perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
6. Kreatif atau berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri atau sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8. Demokratis atau cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9. Rasa ingin tahu atau sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10. Semangat kebangsaan atau cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
11. Cinta tanah air atau cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
12. Menghargai prestasi atau sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/komunikatif adalah tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
14. Cinta damai adalah sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
15. Gemar membaca atau kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
16. Peduli lingkungan atau sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17. Peduli sosial atau sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18. Tanggung jawab atau sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa (Kemendiknas, 2011:9-10)
Dalam hal ini pendidikan karakter yang berbasis kelas dapat dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan terintegrasi dalam semua mata pelajaran. Pendidikan karakter menjadi bagian dari sebuah integral dalam kegiatan mata pelajaran sehingga memiliki dampak pengiring bagi berkembangnya karakter dalam diri siswa. Maka dari itu seorang guru harus mampu mengintegrasikan nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter ke dalam kurikulum, silabus dan RPP.
2.2.2 Novel
Salah satu bentuk karya sastra adalah novel. Novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang disekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelakunya (Depdiknas, 2008:969).
Novel termasuk karya sastra fiksi, sehingga menawarkan sebuah dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan, dunia imajinatif, yang dibangun melalui berbagai unsur intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, (dan penokohan), latar, sudut pandang, dan lain-lain yang kesemuanya tentu saja juga bersifat imajinatif (Nurgiyantoro, 2007:4).
Novel masuk ke Indonesia berasal dari bahasa itali novella (yang dalam bahasa Jerman: novelle). Istilah novella atau novelle mengandung pengertian yang sama dengan istilah Indonesia yakni novelet (Inggris: novelette) yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cukupan, tidak terlalu panjang namun juga tidak terlalu pendek (Nurgiyantoro, 2007:9-10)
2.2.3 Unsur-unsur Sastra
Karya sastra adalah salah satu kekayaan di bidang seni yang dimiliki oleh setiap negara. Setiap negara memiliki karya sastra yang beranekaragam. Termasuk di Indonesia, karya sastra digemari oleh banyak orang. Prosa, merupakan salah satu genre dalam bidang sastra yang sangat digemari khususnya anak muda.
Karya sastra yang bersifat fiksi merupakan karya yang menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia dalam berbagai interaksinya dengan lingkungan dan sesama interaksinya dengan diri sendiri, serta interaksinya dengan Tuhan. Khayalan penulis merupakan suatu penghayatan dan perenungan terhadap hakikat hidup dan kehidupan yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. Karya fiksi dapat memberikan hiburan kepada pembaca dan daya tarik yang mungkin akan memotivasi pembaca untuk belajar, merasakan dan menghayati berbagai permasalahan dalam hidupnya (Nurgiyantoro, 2009: 3).
Unsur pembangun dalam karya fiksi tebagi menjadi dua yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri secara langsung, sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, namun secara tidak langsung
mempengaruhi bangunan atau system organisasi karya sastra (Nurgiyantoro, 2009:23).
Dalam menganalisis nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel Padang Bulan karya Andrea Hirata, tidak semua unsur diperlukan untuk dianalisis. Hal ini dikarenakan tidak semua unsur dapat menghasilkan nilai-nilai karakter yang relevan dengan pembelajaran sastra. Adapun unsur yang diperlukan untuk dianalisis adalah unsur intrinsik dari novel Padang Bulan karya Andrea Hirata yaitu alur, tokoh, penokohan dan tema.
2.2.3.1 Alur
Alur adalah jalan cerita yang disampaikan oleh suatu karya sastra. Alur juga bisa berarti tahapan-tahapan dalam perjalanan sebuah peristiwa yang terjadi. Alur merupakan cerita yang berisi urutan peristiwa, tetapi setiap peristiwa itu dihubungkan secara klausal. Dengan adanya sebuah alur, sebuah karya menjadi jelas tentang kaitannya dari peristiwa satu ke peristiwa lainnya dan memiliki hubungan yang erat antar peristiwa.
Alur sebuah cerita tidak selalu menyajikan urutan peristiwa secara kronologis. Peristiwa awal cerita tidak harus berada di bagian awal melainkan dapat terletak di bagian mana pun. Pengarang memiliki kebebasan kreativitas, ia dapat memanipulasi urutan waktu kejadian sekreatif mungkin, tidak harus bersifat linier kronologis. Dari sinilah kita dapat membedakan alur ke dalam dua kategori yaitu kronologis dan tak kronologis (Nurgiyantoro,2007).
Sudjiman (1992:30) memaparkan alur sebagai berikut: (1) Paparan/ exposition, (2) Rangsangan/ inciting moment, (3) Gawatan/ rising action,
(4) Tikaian/ conflict, (5) Rumitan/ complication, (6) Klimaks/ climax, (7) Leraian/
falling action, (8) Selesaian/ denouement.
Struktur awal yang meliputi paparan, rangsangan dan gawatan. Paparan merupakan fungsi utama sebuah cerita atau keterangan sekadarnya untuk mempermudah pembaca dalam mengikuti kisah selanjutnya. Rangsangan sering ditimbulkan dengan masuknya seorang tokoh baru yang berlaku sebagai katalisator misalnya dengan datangnya berita yang merusak keadaan yang semula selaras. Gawatan lebih merujuk pada tegangan yang dapat menyebabkan pembaca terpancing rasa keingintahuannya dengan kelanjutan cerita dan penyelesaian masalah yang dihadapi oleh tokoh tersebut.
Struktur tengah meliputi tikaian, rumitan, klimaks. Tikaian adalah perselisihan yang timbul sebagai akibat dari sebuah pertentangan yang terjadi. Tikaian merupakan pertentangan antara dirinya dengan kekuatan alam, dengan masyarakat atau tokoh lain. Rumitan mempersiapkan pembaca untuk menerima seluruh dampak dari klimaks. Klimaks adalah muslihat berwujud orang atau barang yang muncul tiba-tiba dan memberikan pemecahan atau jalan keluar atas semua kesulitan atau permasalahan.
Struktur akhir meliputi leraian dan selesaian. Leraian adalah peristiwa yang menunjukan perkembangan kearah selesaian. Sedangkan selesaian adalah bagian akhir dari penutup sebuah cerita. Dalam selesaian mengandung
penyelesaian masalah yang melegakan dan juga mengandung penyelesaian masalah yang menyedihkan.
2.2.3.2 Tokoh
Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan di dalam berbagai peristiwa dalam cerita. Individu rekaan itu dapat berupa manusia atau binatang (Sudjiman, 1990:79). Menurut Abrams (1981:20) tokoh adalah orang (-orang) yang ditampilkan dalam sebuah karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.
Dari segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah cerita, tokoh dibedakan menjadi tokoh utama (sentral) dan tokoh tambahan (periferal) (Nurgiyantoro, 2007:176).
a. Tokoh Utama (sentral)
Tokoh yang diutamakan dalam pencitraannya atau tokoh yang paling banyak di ceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Selain itu juga selalu berhubungan dengan tokoh lain, ia selalu hadir sebagai pelaku atau yang dikenai kejadian dan konflik.
b. Tokoh Tambahan (periferal)
Tokoh yang kemunculan dalam suatu cerita lebih sedikit, tidak dipentingkan dan kehadirannya hanya keterkaitan dengan tokoh utama secara langsung maupun tidak langsung. Tokoh tambahan dalam suatu cerita sangat diperlukan kehadirannya untuk mendukung tokoh utama.
Adapun teknik yang digunakan pengarang untuk menggambarkan sifat pada tokoh. Altenbernd & Lewis (Burhan, 2009:194) menyebutnya dengan teknik ekspositori dan teknik dramatik.
a. Teknik Ekspositori
Teknik ekspositori biasa juga disebut dengan teknik analitik adalah pelukisan tokoh cerita yang dilakukan dengan memberikan deskripsi, uraian, atau penjelasan secara langsung. Pengarang menghadirkan tokoh secara langsung atau tidak berbelit-belit dengan disertai deskripsi berupa sikap, sifat, watak, tingkah laku atau bahkan ciri-ciri fisiknya (Burhan, 2009:194).
b. Teknik Dramatik
Teknik dramatik ini dalam penggamabaran tokohnya, pengarang tidak mendeskripsikan secara eksplisit sifat dan sikap serta tingkah laku tokoh. Akan tetapi pengarang membiarkan para tokoh cerita menunjukan kediriannya sendiri melalui aktivitas-aktivitas yang dilakukan baik secara verbal atau kata-kata maupun non verbal.atau tindakan dan tingkah laku (Burhan, 2009:198).
2.2.3.3 Penokohan
Sudjiman (1992:23) penokohan merupakan penyajian watak tokoh dan penciptaan cerita tokoh. Jones dalam Nurgiyantoro (2007:165) mengemukakan penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Waluyo (1994: 164-165) mengemukakan penokohan dan perwatakan mempunyai hubungan yang erat. Penokohan berhubungan dengan cara pengarang memilih dan menentukan tokok-tokohnya, perawatakan berhubungan dengan karakteristik/ watak dari tokoh-tokohnya dalam cerita.
Istilah penokohan lebih luas pengertiannya dari tokoh dan perwatakan sebab ia sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca (Nurgiyantoro, 2007:166).
Ada beberapa metode penokohan. Pertama menurut Hudson dalam Sugihastuti dan Suharto (2010:50), yaitu metode analitik atau metode langsung. Pengarang melalui narator memaparkan sifat-sifat, hasrat, pikiran dan perasaan tokoh. Kedua menurut Panuti Sudjiman dalam Sugihastuti dan Suharto (2010:51), yaitu metode tidak langsung yang disebut juga metode ragaan atau metode dramatik. Watak tokoh dapat disimpulkan pembaca dari pikiran, cakapan dan lakuan tokoh yang disajikan pengarang narator. Ketiga menurut Kenney dalam Sugihastuti dan Suharto (2010:51), yaitu metode konstektual. Melalui
metode ini watak tokoh dapat disimpulkan dari bahasa yang digunakan narator mengacu pada tokoh cerita.
2.2.3.4 Tema
Tema adalah dasar atau gagasan umum dalam sebuah novel. Gagasan dasar umum yang ditentukan sebelumnnya oleh pengarang yang dipergunakan pengarang untuk mengembangkan sebuah cerita. Dengan kata lain cerita akan
“setia” mengikuti gagasan umum yang telah diterapkan sebelumnya sehingga
berbagai peristiwa, konflik, pelataran, dan penyudutpandangan diusahakan mencerminkan gagasan dasar umum tersebut (Nurgiyantoro, 2009:70).
2.3 Pembelajaran Sastra di SMA
Pembelajaran sastra merupakan salah satu media yang baik dalam membentuk karakter siswa yang berbudaya. Dunia pendidikan juga tidak lepas dari pembelajaran sastra. Secara umum sastra adalah sebuah karya lisan atau tertulis yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinilan, keartistikan, dan keindahan dalam isi serta ungkapan (Sudjiman, 1990:71). Selain itu, Rahmanto (2005:27 – 28) mengklasifikasikan tiga aspek penting dalam memilih pengajaran sastra, yaitu: pertama dari segi bahasa, kedua dari segi kematangan jiwa (psikologi), dan ketiga dari segi latar belakang kebudayaan para siswa. a. Bahasa
Bahasa merupakan aspek yang paling penting dalam berkomunikasi, begitu pula dalam pembelajaran sastra. Tingkat penguasaan kosa kata anak SD dan SMA akan berbeda. Oleh karena itu, guru harus memperhatikan faktor-faktor seperti: cara penulisan yang dipakai pengarang, ciri-ciri karya sastra pada waktu
penulisan karya itu, dan kelompok pembaca yang ingin dijangkau pengarang. Selain itu, perlu juga diperhatikan cara penulis menuangkan ide-idenya dan hubungan antar kalimat dalam wacana itu sehingga peserta didik dapat memahami bahasa atau kata-kata kiasan yang digunakan.
b. Kematangan Jiwa
Setiap orang pasti mengalami perkembangan psikologi. Hal ini juga harus diperhatikan karena akan berpengaruh pada kemampuan berpikirnya, kesiapan bekerja sama, dan kemungkinan dalam memecahkan suatu masalah. Rahmanto (2005: 30) menyajikan tahap perkembangan psikologi anak untuk membantu guru lebih memahami tingkatan perkembangan psikologi anak-anak SD dan anak-anak SMA.
1. Tahap pengkhayal (8 – 9 tahun)
Pada tahap ini imajinasi anak belum banyak diisi hal-hal nyata tetapi masih penuh dengan berbagai macam fantasi kekanakan.
2. Tahap romantik (10 – 12 tahun)
Pada tahap ini anak mulai meninggalkan fantasi-fantasi dan mengarah ke realitas. Anak mulai menyukai cerita kepahlawanan, petualangan, dan bahkan kejahatan.
3. Tahap realistik (13 – 16 tahun)
Pada tahap ini anak benar-benar terlepas dari dunia fantasi. Mereka terus berusaha mengetahui dan mengikuti dengan teliti fakta-fakta untuk memahami masalah-masalah dalam kehidupan yang nyata.
Pada tahap ini anak sudah tidak lagi berminat pada hal-hal praktis saja tetapi juga berminat untuk menemukan konsep-konsep abstrak dengan menganalisis suatu fenomena.
c.Latar Belakang Budaya
Latar belakang budaya juga harus diperhatikan. Secara tidak langsung, peserta didik akan lebih tertarik dengan karya-karya sastra yang mempunyai hubungan erat dengan latar belakang kehidupan mereka. Dengan demikian, guru juga harus bisa memahami apa yang diminati oleh para peserta didik sehingga dapat menyajikan suatu karya sastra yang tidak terlalu menuntut gambaran di luar jangkauan kemampuan pembayangan yang dimiliki oleh para peserta didiknya. Perlu kita ketahui bahwa pengajaran sastra dapat membantu meningkatkan keterampilan bahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, serta membantu pembentukan watak peserta didik.
2.4 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2.4.1 Kurikulum
Pembelajaran sastra pada penelitian ini akan diwujudkan dalam bentuk silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang relevan dengan hasil analisis novel Padang Bulan karya Andrea Hirata dan didasarkan pada kurikulum yang berlaku. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu (BSNP, 2006). Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 yang membahas mengenai
Standar Nasional Pendidikan Bab I Pasal 1 Ayat (15) Kurikulum tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) adalah “kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan”.
KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan satuan silabus. Kurikulum KTSP merupakan penyempurnaan kurikulum 2004 (KBK) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan atau sekolah (Muslich, 2009:17).
Pengembangan budaya dan karakter bangsa pada prisnsipnya tidak dimasukkan sebagai pokok bahasan dalam mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya sekolah. Maka dari itu seorang guru harus bisa mengintegrasikan nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Silabus, dan Rencana Program Pembelajaran (RPP) yang ada (Kemendiknas 2011:11).
2.4.2 Silabus
Silabus merupakan penjabaran standar konpetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/ pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian BSNP. Silabus adalah sebuah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/ pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/ alat/ bahan belajar.
2.5.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP )
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan telah dijabarkan dalam silabus. Rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu, yang di dalamnya terdapat standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Lingkup Rencana Pembelajaran paling luas mencakup 1 (satu) kompetensi dasar yang terdiri atas 1 (satu) atau beberapa indikator untuk 1 (satu) kali pertemuan atau lebih.
29 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian yang digunakan merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Data-data untuk penelitian ini bersumber dari artikel, ensiklopedia, jurnal dan lain-lain. Buku pokok yang digunakan dalam penelitian ini adalah novel Padang Bulan karya Andrea Hirata, untuk sumber lainnya adalah tulisan-tulisan yang membahas mengenai pendidikan karakter dan berbagai novel karya Andrea Hirata. Penelitian ini juga menggunakan metode analisis isi (content analysis). Metode ini lebih berpusat pada kedalaman makna isi teks bacaan khususnya teks sastra yang bersangkutan dengan novel. Penelitian ini tidak menguji hipotesis tertentu tetapi hanya menganalisis aspek pendidikan karakter sebuah karya sastra dalam novel Padang Bulan karya Andrea Hirata dan relevansinya dalam pembelajaran di SMA kelas XI.
Metodologi penelitian ini akan dipaparkan menjadi beberapa bagian yaitu : (1) Subjek penelitian, (2) Sumber data dan data, (3) Teknik pengumpulan data, (4) instrumen penelitian, (5) Teknik analisis data.
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif karena dianggap cocok untuk menggambarkan aspek pendidikan karakter yang terjadi dalam karya sastra khususnya novel. Menurut Bogdan dan Taylor (via Moleong, 2008:4), penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Penelitian
ini juga menggunakan penelitian deskriptif. Deskriptif merupakan sebuah penggambaran yang apa adanya mengenai suatu variabel, gejala atau suatu keadaan yang terjadi.
3.2 Sumber Data
Suharsimi Arikunto (2002:107) menyatakan bahwa sumber data dalam penelitian adalah subjek darimana data diperoleh. Sumber data utama dalam penelitian kualitatif menurut Lofland and Lofland (via Moleong, 2007:157) ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain- lain.
Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Padang Bulan karya Andrea Hirata. Novel ini diterbitkan tahun 2010. Panjang novel ini terdapat 253 halaman. Data yang diambil adalah nilai-nilai pendidikan karakter.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik untuk memperoleh data yang diperlukan atau proses pengadaan data untuk keperluan penelitian (Nazir, 1988:221). Proses pengumpulan data dilakukan peneliti dengan menggunakan kartu data adalah sebagai berikut.
1. Peneliti membaca novel Padang Bulan karya Andrea Hirata.
2. Peneliti mencatat data berupa kalimat atau percakapan yang menunjukkan nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam novel.
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian. Menurut Moleong (2007:168) bahwa dalam penelitian kualitatif, peneliti berperan sebagai alat pengumpul data utama. Peneliti merupakan perencana, pelaksana, pengumpul data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya peniliti menjadi si pelapor hasil penelitiannya. Pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah dengan melakukan observasi (pengamatan secara langsung). Oleh sebab itu, peran manusia dalam penelitian ini sangatlah penting.
3.5 Teknik Analisis Data
Langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Peneliti mencatat alur, tokoh, penokohan, dan tema dalam novel.
2. Peneliti mendeskripsikan alur, tokoh, penokohan, dan tema dalam novel. 3. Peneliti mengidentifikasi kalimat dengan menggaris bawahi kalimat atau
paragraf yang mengandung nilai pendidikan karakter dalam novel.
4. Data-data yang diperoleh dari proses identifikasi kemudian diklasifikasikan sesuai klasifikasi yang ditentukan dalam nilai-nilai pendidikan karakter.
5. Setelah proses klasifikasi, data kemudian dideskripsikan pada kartu data. 6. Peneliti menghubungkan novel Padang Bulan karya Andrea Hirata ke
32 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data
Pada bagian ini peneliti memaparkan data yang berupa kalimat-kalimat yang menunjukkan alur, tokoh dan penokohan, dalam novel Padang Bulan karya Andrea Hirata. Peneliti memilih tiga dari enam unsur intrinsik yang ada karena tiga unsur bisa membantu dalam menemukan nilai pendidikan karakter. Dipaparkan data berupa kalimat yang menunjukkan nlai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam novel Padang Bulan karya Andrea Hirata.
Peneliti menganalisis pendidikan karakter di dalam novel tersebut. Dari 18 nilai pendidikan karakter peneliti menemukan 16 nilai pendidikan karakter. Hasil penelitian ini akan direlevansikan dalam pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester II.
Pada penelitian ini peneliti menganalisis unsur instrinsik antara lain (1) Alur terdiri dari struktur awal (paparan, rangsangan, gawatan), struktur tengah (tikaian, rumitan, klimaks) dan struktur akhir (leraian, selesaian). (2) Tokoh dan penokohan yang terdiri dari tokoh utama dan tokoh tambahan. Kemudian menganalisis nilai pendidikan karakter dan secara keseluruhan peneliti menemukan 69 kalimat dengan 16 macam nilai pendidikan karakter di antaranya religius (6), jujur terdapat (2), toleransi (4), kerja keras (8), kreatif (4), mandiri (4), demokratis (2), nasionalisme (2), cinta tanah air (4), menghargai prestasi (2),
tanggung jawab (3), gemar membaca (3), rasa ingin tahu (6), komunikatif (6), disiplin (5), dan peduli sosial (8).
4.2 Analisis Data. 4.2.1 Analisis Alur
Panuti Sudjiman (1992: 30) mengatakan bahwa di dalam alur terdapat tiga analisis struktur. Struktur awal yang terdiri atas paparan, rangsangan, dan
gawatan. Struktur tengah meliputi tikaian, rumitan, dan klimaks. Struktur akhir meliputi leraian dan selesaian.
1. Paparan
Novel Padang Bulan ini berkisah tentang kehidupan seorang perempuan bernama Enong atau Maryamah yang berasal dari keluarga yang sederhana. Ia gadis kecil yang cerdas dan pantang menyerah. Di sisi lain novel ini juga meceritakan tokoh Aku (Ikal), seorang anak yang sangat menyayangi dan bangga akan pekerjaan ayahnya. Hal tersebut tampak pada kutipan berikut.
(1) Enong adalah panggilan sayang untuk anak perempuan. Begitulah cara Zamzami memanggil anak tertuanya (Andrea, 2010: 10)
(2) Enong duduk di kelas enam SD dan merupakan siswa yang cerdas. Pelajaran favoritnya bahasa Inggris dan cita-citanya ingin menjadi guru seperti Bu Nizam (Andrea, 2010: 7)
(3) Aku senang melihat ayah melompat ke dalam bak truk itu. Ia, pria gagah itu, penguasa sembilan kunci inggris anak- beranak itu, adalah ayahku,