BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Perencanaan jembatan Secang ini mempunyai panjang bentang 5.8 m dan lebar 7.2 m, merupakan jembatan beton bertulang dengan klasifikasi jalan III C. Tampak jembatan Secang dapat dipahami seperti gambar dibawah ini.
Gambar 10. Potongan Memanjang Jembatan Secang
Data Jembatan
1. Tipe jembatan = Beton bertulang 2. Klasifikasi jalan = Kelas III C 3. Panjang jembatan = 5,8 m 4. Lebar jembatan = 7,2 m 5. Tinggi jembatan = 1,25 m 6. Lebar jalur kendaraan = 5 m 7. Tebal plat lantai = 0,20 m 8. Tebal perkerasan = 0,05 m
9. Tiang sandaran = 0,3 x 0,3 x 1,4 m 10. Trotoar + Plat siku L60.60.6 = 0,2 x 0,7 m (2 sisi) 11. Jumlah gelagar utama = 0,25 x 0,5 m (3 gelagar) 12. Jarak antar gelagar utama = 1,58 m
13. Jumlah diafragma = 0,15 m x 0,2 m (6 diafragma) 14. Jarak antar diafragma = 2,5 m
B. Analisis Data
1. Konstruksi Bangunan Atas
Bangunan atas jembatan atau struktur atas jembatan adalah bagian jembatan yang menerima langsung beban dari berat sendiri dan beban lalu lintas berupa kendaraan atau orang yang akan melewatinya. Perhitungan
pembebanan dari bangunan atas ini terdiri dari beban mati, beban hidup, dan beban kejut yang akan dihitung sesuai dengan Pedoman Perencanaan Pembebanan Jembatan Jalan Raya 1987 berikut ini.
a. Perhitungan Beban Mati
Perhitungan beban mati berdasarkan PPPJJR 1987, beban yang dihitung adalah sebagai berikut ini.
1) Berat Plat Lantai Jembatan
Konstruksi jembatan Secang mengenai detail perencanaan dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 12. Plat Lantai Jembatan Berat bagian-bagian plat injak yaitu:
P1 = 0,2 m x 1,575 m x 5,8 m x 2,5 t/m³ x 2 = 9,14 t
P2 = 0,5 x 0,1 m x 1,575 m x 5,8 m x 2,5 t/m³ x 2 = 2,28 t
P3 = 0,2 m x 1,65 m x 5,8 m x 2,5 t/m³ x 2 = 9,57 t
Maka berat plat lantai jembatan adalah
Bplj = P1 + P2 + P3 = 9,14 t + 2,28 t + 9,57 t = 20,99 t
2) Perkerasan Aspal
Perkerasan aspal di atas jalur kendaraan pada jembatan Secang, didesain dengan data sebagai berikut:
berat jenis aspal = 2,2 t/m³ (PPPJJR: 1987, 4) lebar = 5 m = 500 cm
tebal = 0,05 m = 5 cm panjang = 5,8 m = 580 cm Maka berat lapisan aspal adalah
Bas = 0,05 m x 5m x 5,8m x 2,2 t/m³ = 3,19 t
3) Berat Trotoar dan Profil siku L60.60.6
Gambar 13. Trotoar
Trotoar di rencanakan dari beton tombuk dengan data sebagai berikut: berat jenis= 2,2 t/m³ (PPPJJR, 1987:4)
lebar = 0,7 m = 70 cm tebal = 0,2 m = 20 cm panjang = 5,8 m = 580 cm kemiringan = 1%
Berat trotoar adalah:
Btr = P x L x T x Berat Jenis Beton x 2 sisi
Gambar 14. Detail Expantion Joint
Dari tabel profil baja (Standard Sectional Dimension of Equal
Angle Steel and Its) dalam skripsi Khairul Maulana Rachmayani tahun
2012, di dapat berat baja profil siku L 60.60.6 adalah sebesar = 0,0054 t/m. Perhitungan berat profil siku adalah sebagai berikut.
Bps = L.60.60.6 x L x 4 sisi
= 0,0054 t/m x 7 m x 4 sisi = 0,1512 t
Maka berat trotoar dan profil siku L60.60.6 adalah
Btrps = Btr + Bps
= 3,57 t + 0,1512 t = 3,724 t 4) Berat Sandaran
Data- data perencanaan sandaran dapat dipahami sebagai berikut ini. panjang = 0,3 m = 30 cm
panjang = 5,2 m = 520 cm berat jenis beton = 2,5 t/m³
lebar = 0,3 m = 30 cm tinggi a = 1,4 m = 140 cm
tinggi b = 1,2 m = 120 cm Berat sandaran yaitu:
Bs a = P x L x T x Berat Jenis Beton x jumlah tiang sandaran
= 0,3 m x 0,3 m x 1,4 m x 2,5 t/m³ x 4 = 1,3 t
Bs b = P x L x T x Berat Jenis Beton x 2 sisi
= 5,2 m x 0,3 m x 1,2 m x 2,5 t/m³ x 2 = 9,4 t
Data-data mengenai rooster di rencanakan sebagai berikut panjang = 0,2 m = 20 cm
berat jenis beton = 2,2 t/m³ lebar = 0,3 m = 30 cm tinggi = 0,58 m = 58 cm Berat rooster dihitung sebagai berikut:
Br = P x L x T x Berat jenis Beton x jumlah rooster
= 0,3 m x 0,2 m x 0,6 m x 2,2 t/m³ x 12 = 0,92 t Maka berat sandaran adalah
Bts = Bs a + Bs b – Br = 1,26 t + 9,36 t – 0,92 t = 9,7013 t
5) Berat Gelagar Memanjang
Data perencanaan gelagar yaitu: berat jenis beton = 2,5 t/m³ panjang = 5,4 m lebar = 0,25 m tebal = 0,50 m Berat Gelagar Memanjang
Bgr = P x L x T x berat jenis beton x 3 sisi
= 5,4 m x 0,25 m x 0,5 m x 2,5 t/m³ x 3 = 5,0625 t 6) Berat Gelagar Melintang (Diafragma)
Gambar 16
Denah Diafragma dan Potongan Melintang Diafragma
Perencanaan diafragma menggunakan data sebagai berikut: berat jenis beton = 2,5 t/m³
panjang = 1,58 m tinggi = 0,20 m
lebar = 0,15 m
Bdf = P x L x T x Berat jenis Beton x jumlah diafragma
= 0,15 m x 1,58 m x 0,20 m x 2,5 t/m³ x 6 = 0,71 t 7) Berat Plat Injak
Gambar 17
Potongan Memanjang Plat Injak
Perencanaan plat injak ini terdiri dari data-data berikut ini. berat jenis beton = 2,5 t/m³
panjang = 7,2 m
lebar = 1,5 m
tebal = 0,2 m
Berat bagian-bagian plat injak:
Bpi 1 = P x L x T x Berat jenis Beton
= 1,5 m x 7,2 m x 0,2 m x 2,5 t/m³ = 5,40 t
Bpi 2 = P x L x T x Berat jenis Beton
= 0,20 m x 7,2 m x 0,2 m x 2,5 t/m³ = 0,72 t
Bpi 3 = ½ alas x T x Lx Berat jenis Beton
= 0,5 x 0,2 m x 0,1 m x 7,2 m x 2,5 t/m³ = 0,18 t Maka berat seluruh bagian plat injak yaitu:
= [(5,40 t + 0,72 t + 0,18 t) x 2] = 12,6 t
8) Berat Air Hujan
Pembebanan yang berasal dari berat air hujan dihitung berdasarkan data-data sebagai berikut:
ketinggian air = 0,03 m berat jenis air hujan = 1 t/m³ lebar jalan = 5 m panjang bentang = 5,8 m Beban air hujan:
Bah = tinggi genangan x lebar jalan x panjang bentang jembatan x
berat jenis air hujan = 0,03 m x 5 m x 5,8 m x 1 t/m³ = 0,87 t
Total beban mati pada konstruksi bangunan atas dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9
Total Beban Mati Konstruksi Bangunan Atas
No Muatan-muatan Beban (t)
1. Plat lantai 20,99
2. Aspal 3,19
3. Trotoar + Besi siku L60.60.6 3,724
4. Sandaran 9,7013 5. Balok 5,0625 6. Diafragma 0,711 7. Plat Injak 12,6 8. Air hujan 0,87 P(total) 56,85
b. Perhitungan Beban Hidup
Beban hidup adalah semua beban bergerak yang berasal dari lalu lintas seperti berat kendaraan-kendaraan dan berat orang yang melaluinya. Perhitungan beban hidup yaitu terdiri dari beban muatan “D”.
Berdasarkan PPPJJR 1987, beban muatan “D” terdiri dari beban “q” dan “P”. Pada jembatan L < 30 m ditetapkan q = 2,2 t/m dan P = 12 t. Untuk jembatan dengan lebar kurang dari sampai dengan 5,50 m, beban muatan “D” sepenuhnya atau 100% dibebankan pada seluruh lebar jembatan, dengan demikian untuk perhitungannya yaitu:
= 2,2 t/m x 1 x 7,2 m = 5,76 t/m 2,75 m
= 12 t x 1 x 7,2 m = 31,418 t 2,75 m
2. Konstruksi Bangunan Bawah
Bangunan bawah jembatan merupakan bagian konstruksi jembatan yang menahan atau memikul beban dari berat mati dan beban hidup konstruksi bangunan di atasnya. Kemudian menyalurkan beban-beban tersebut ke dasar tanah.
a. Berat Akibat Beban Mati Bangunan Atas (Wa)
= 56,85 t x 2 = 56,85 t 2,00
Lengan gaya terhadap titik O = 2,70 m Mwa = 56,85 x 2,48 = 140,98 Tm
b. Berat Akibat Beban Hidup Bangunan Atas (H)
Habutmen = q’ + P’ = 5,76 t/m + 31,418 = 37,178 t
Lengan gaya terhadap titik O = 2,48 m MH = 37,18 t x 2,48 m = 92,202 Tm c. Berat Akibat dari Beban Kejut (K)
Perhitungan pengaruh getaran-getaran dan pengaruh dinamis lainnya maka tegangan akibat beban garis "P" harus dikalikan dengan koefisien kejut yang akan memberikan hasil maksimum. Koefisien kejut dapat diperoleh melalui persamaan berikut:
k = 1 + 20 = 1 + 20 = 1,36
50 + L 50 + 5,8
Maka besarnya beban kejut (K) adalah: =1,36 x 31,42 t = 42,68 t lengan gaya terhadap titik O = 2,48 m MK = 42,68 x 2,48 = 105,84 tm d. Beban Angin (A)
Pengaruh beban angin yang ditetapkan sebesar 150 kg/m² ddalam arah horisontal terbagi rata pada bidang vertikal setinggi 2 meter menerus diatas lantai kendaraan dan tegak lurus sumbu memanjang. Maka besarnya beban angin dapat dihitung sebagai berikut ini.
Beban angin untuk luas bidang beban mati (A1):
= 7,2 m x 2 m x 0,15 t/m2 x 150% = 3,24 t Beban angin untuk luas bidang beban hidup (A2):
A2 = lebar kendaraan x 2 m x 0,15 t/m2 x 100%
= 2,75 m x 2 m x 0,15 t/m2 x 100% = 0,825 t
Atotal = A1 + A2
= 3,2 T + 0,825 T = 4, 065 T
Tinggi lantai kendaraan = 0,05 m Tinggi pengaruh beban angin = 2,00 m Tinggi abutmen = 4,60 m Lengan beban terhadap titik O = 6,65 m MA = 4,07 t x 6,65 = 27,03 tm
e. Gaya Rem dan Traksi (Rm)
Menurut PPPJJR 1987, besarnya beban rem diperhitungkan 5 % dari beban muatan “D” tanpa menghtung koefisien kejut. Beban rem dianggap bekerja horizontal arah sumbu jembatan dengan titik tangkap 1,8 m dari atas permukaan lantai. Untuk lebih jelasnya dapat dipahami melalui perhitungan berikut ini.
Beban muatan “D”
D = q’ + P’ = 5,76 + 31,418 = 37,178 t
Maka gaya rem dan traksi adalah
Rm = 5% x D = 5% x 37,178 = 1,86 t
tinggi pengaruh beban angin = 1,80 m tinggi abutmen = 4,60 m lengan gaya terhadap titik O = 6,45 m MRm = 1,86 t x 6,45 m = 11,99 tm
f. Gaya Geser/ Gesek
Gaya geser terjadi pada bangunan atas jembatan, koefisien beban geser (Fs) antara karet dengan beton menurut PPPJJR berkisar antara 0,15-0,18. Pada perencanaan koefisien beban geser di ambil sebesar Fs = 0,17.
Gg = Fs x Beban mati (M abutmen)
= 0,17 x 56,847 t = 9,664 t
Lengan gaya terhadap titik O = 4,15 m MGg = 9,664 t x 4,15 m = 40,106 tm g. Gaya Gempa (Gh)
Modulus elastisitas beton, Ec = 4700 x √fc’ = 4700 x √33 = 26999,44 m Tinggi breast wall, Lb = 4,2 m
Lebar breast wall, b = By = 7,0 m
h = 1 m
Inersia penampang breast wall,
x 7 x 1 x 1 x 1 = 0,5833 m4 Nilai kekakuan,
Waktu getar alami struktur,
√[
( )] √[
( )] Untuk menentukan koefisien geser dasar gempa berdasrkan lokasinya, Desa Secang yang terletak di Kabupaten Purworejo berada di wilayah gempa 3, maka digunakan Grafik Koefisien Gempa seperti Gambar 16.
Gambar 18. Grafik Koefisien Geser Dasar Gempa
Klasifikasi jenis tanah pada daerah ini termasuk jenis tanah sedang, sehingga dengan nilat T = 1,29843 detik maka didapatkan besarnya koefisien gempa (C) sebesar 0,10. Untuk struktur dapat berperilaku daktail dan mengalami simpangan yang cukup besar sehingga mampu menyerap energi gempa yang besar, nilai faktor tipe struktur (S) sebagai berikut:
S =1 x F
n = jumlah sendi plastis yang menahan deformasi arah lateral gempa (2)
F = 1,25 – (0,025 x 2) = 1,20
S =1 x F =1 x 1,20 = 1,20
Untuk menentukan besarnya gaya gempa, dihitung terlebih dahulu besarnya koefisien beban gempa horizontal yaitu sebesar:
Kh = C x S = 0,1 x 1,225 = 0,12
Dengan faktor kepentingan (I) yaitu pengaruh dari seluruh jembatan permanen lainnya dimana rute alternatif tersedia, tidak termasuk jembatan yang direncanakan untuk mengurangi pembebanan lalu lintas, maka diambil sebesar 1,0 sehingga diperoleh gaya gempa sebesar:
Beban gempa yang bekerja adalah:
Gh = Kh x I x Wtp = 0,12 x 1 x 56,848 = 6,8217 t
Lengan gaya terhadap titik O = 4,15 m MGh = 6,8217 x 4,15 = 28,31 tm h. Gaya Akibat Tekanan Tanah
Menurut PPPJJR 1987, beban diatas abutmen akibat muatan lalu lintas diperhitungkan sebagai beban merata “q” dengan tekanan tanah setinggi h = 60 cm, dengan data tanah sebagai berikut:
tinggi abutmen (H) = 4,6 m lebar abutmen (b) = 7,0 m
berat jenis tanah timbunan = 1,64 t/m3 sudut geser tanah timbunan ϕ = 25,6 °
kohesi (c) = 0,18 kg/cm2
Koefisien tekanan tanah
( ) ( ) ( ) ( ) Beban merata “q”
q = γ x h
= 1,64 t/m3 x 0,6 m = 0,98 t/m2 Tekanan tanah aktif:
Pa q = Ka x q x H x b
= 0,375 x 0,98 t/m2 x 4,6 m x 7 m = 11,91 t
Pa γ = ½ Ka x γ x H² x b
= 0,187 x 1,64 t/m3 x 4,6 m x 4,6 m x 7 m = 45,6385 t Tekanan tanah pasif
Pp γ = ½ Kp x γ x H2
x b = ½ 2,52 x 1,64 t/m3 x 0 m x 0 m x 7 m = 0 t Tekanan hidrostatis
Pw γ = ½ H2
x γw = ½ x 1,4 2 x 1 = 0,98 t Maka tekanan tanah (Ta) adalah:
Ta = Pa q + Pa γ - Pp γ – Pw γ
Mta = 57,04 x ((2,3 +1,53+0+0+0,47)/5) = 48,645 tm i. Gaya Tekanan Tanah Akibat Gempa (Tag)
Untuk menghitung gaya tekanan tanah akibat gempa (Tag) maka perlu diketahui nilai koefisien gempa bumi (E) dan hasil perhitungan gaya akibat tekanan tanah (Ta). Dari data tersebut maka dapat kita masukkan ke persamaan berikut untuk penyelesaiannya.
Gaya tekanan tanah akibat gempa (Tag) adalah
Tag = E x Ta = 0,12 x 56,564 t = 6,7877 t
M Tag = 6,7877 t x ((2,3 + 1,53 + 0 + 0 + 0,47)/5) = 5,8374 tm j. Berat Abutmen dan Tanah Timbunan
Tabel 10
Hitungan Titik Berat Abutment
Pias Luas (m²) Lengan dari O Mx My
X (m) Y (m) (Ac.x) (Ac.y) 1 0,5 x 0,3 = 0,15 2,98 4,45 0,447 0,6675 2 1 x 0,3 = 0,3 3,23 4,15 0,969 1,245 3 0,6 x 0,5 = 0,3 3,48 3,7 1,044 1,11 4 0,5 x 0,5 / 2 = 0,125 3,4 3,24 0,425 0,405 5 1 x 3,6 = 3,6 2,73 2,2 9,828 7,92 6 4,23 x 0,4 = 1,692 2,08 0,2 3,519 0,3384 7 0,5 x 0,3 = 0,15 -2,98 4,45 -0,447 0,6675 8 1 x 0,3 = 0,3 -3,23 4,15 -0,969 1,245 9 0,6 x 0,5 = 0,3 -3,48 3,7 -1,044 1,11 10 0,5 x 0,5 / 2 = 0,125 -3,4 3,24 -0,425 0,405 11 1 x 3,6 = 3,6 -2,73 2,2 -9,828 7,92 12 4,23 x 0,4 = 1,69 -2,08 0,2 -3,519 0,3384 Σ 12,034 0 23,372
(Sumber: Hasil Perhitungan)
Jarak titik O terhadap pusat berat adalah
Xc = Σ Mx = 0 = 0 m
Σ Ac 12,034
Yc = Σ My = 23,372 = 1,94 m
Σ Ac 12,034
Berat abutmen adalah
Wc = Σac x L x Bj. Beton
= 12,03 m2 x 7,00 m x 2,5 t/m3= 210,595 t
Tabel 11
Hitungan Titik Berat Tanah Timbunan
Pias Luas (m²) Lengan dari O Mx My X (m) Y (m) (At.x) (At.y) P1 1,00 x 3,9 = 3,9 3,98 2,35 15,522 9,165 P2 0,5 x 0,5 / 2 = 0,125 3,56 3,07 0,445 0,3838 P3 2,5 x 0,5 = 1,25 3,48 1,65 4,35 2,0625 P4 1,00 x 3,9 = 3,9 -3,98 2,35 -15,52 9,165 P5 0,5 x 0,5 /2 =0,125 -3,56 3,07 -0,445 0,3838 P6 2,5 x 0,5 = 1,25 -3,48 1,65 -4,35 2,0625 Σ 10,55 0 23,223
(Sumber: Hasil Perhitungan) Jarak titik O terhadap pusat geometri
Xt = Σ Mx = 0 = 0 m
Σ At 10,55
Yc = Σ My = 23,223 = 2,2 m
Σ At 10,55
Berat tanah timbunan adalah
Wt = Σ At x L x Berat jenis tanah timbunan
= 10,55 m2 x 7 m x 1,64 t/m3 = 121,188 t M Wt = 121,188 t x 0 = 0 tm
3. Kombinasi Pembebanan
Kestabilan konstruksi harus ditinjau berdasarkan kombinasi pembebanan dan gaya yang mungkin akan bekerja.
Tabel 12
Kombinasi Pembebanan 1
Beban Gaya (T) Momen (Tm)
Jenis Bagian V H Mx My M Wa 56,85 - 140,982 - Wc 210,595 - 0 - Wt 121,188 - 0 - H+K 79,8572 - 198,046 Ta - 56,56 - 48,645 Tu - - - - Total 468,49 56,56 339,03 48,645 (Sumber: Hasil Perhitungan)
Tabel 13
Kombinasi Pembebanan 2
Beban Gaya (T) Momen (Tm)
Jenis Bagian V H Mx My M Wa 56,85 - 140,98 - Wc 210,60 - 0,00 - Wt 121,19 - 0,00 - Ta - 56,56 - 48,65 Ah - - - - Gg - 9,66 - 40,11 A - 4,07 - 27,03 SR - - - - Tu - - - - Total 388,63 66,23 140,98 88,75 (Sumber: Hasil Perhitungan)
Tabel 14
Kombinasi Pembebanan 3
Beban Gaya (T) Momen (Tm)
Jenis V H Mx My Kom1 468,49 56,56 339,03 48,65 Rm - 1,86 - 19,91 Gg - 9,66 - 40,11 A - 4,07 - 27,03 SR - - - - Tm - - - - S - - - - Total 468,49 72,15 339,03 135,69 (Sumber: Hasil Perhitungan)
Tabel 15
Kombinasi Pembebanan 4
Beban Gaya (T) Momen (Tm)
Jenis Bagian V H Mx My M Wa 56,85 - 140,98 - Wc 210,60 - 0,00 - Wt 121,19 - 0,00 - Gh - 6,8217 - 27,996 Tag - 6,7877 - 5,3574 Gg - 9,66 - 38,85 Tu - - - - Total 388,63 23,27 140,98 74,25 (Sumber: Hasil Perhitungan)
Tegangan atau gaya yang digunakan dalam pemeriksaan kekuatan konstruksi yang bersangkutan dikalikan terhadap tegangan ijin atau tegangan batas yang telah ditentukan dalam persen seperti pada Tabel 16.
Tabel 16 Beban yang Diizinkan Kombinasi Beban yang Bekerja (T) Persentase Tegangan yang Diizinkan (%) Beban yang Diizinkan (T) 1 525,82 100 525,05 2 454,86 125 568,57 3 540,64 140 756,90 4 411,90 150 617,86
(Sumber: Hasil Perhitungan)
Berdasarkan perhitungan kombinasi di atas maka diambil beban yang terbesar untuk beban pada perencanaan fondasi, yaitu:
Kombinasi = 3
Beban = 756,90 T 4. Daya Dukung Tanah Fondasi
Berdasarkan data tanah pengujian sondir titik 2 pada proyek Penggantian Jembatan Secang Kecil yang menyebutkan bahwa:
Sudut geser (ϕ) = 25,6° Kohesi (c) = 0,18 kg/cm2 = 1,8 t/m2 25,1 + x = 37,2 25,6 30 x = 37,2 x 25,6 - 25,1 30 x = 6,64 Nc = 25,1 + 6,64 = 31,7
12,7 + x = 22,5 25,6 30 x = 22,5 x 25,6 - 12,7 30,0 x = 6,5 Nq = 12,7 + 6,5 = 19,2 9,7 + x = 19,7 25,6 30 x = 19,7 x 25,6 - 9,7 30 x = 7,11 Nγ = 9,7 + 7,11 = 16,8
Sehingga berdasarkan perhitungan interpolasi daftar nilai koefisien daya dukung tanah menurut terzaghi, diperoleh:
Nc = 31,7 Nq = 19,2 Nγ = 16,8 Data fondasi:
Jenis fondasi = telapak gabungan Kedalaman fondasi (Df) = 4,6 m
Maka σult = 1,3.c.Nc + q.Nq + 0,4B.γ.Nγ = (1,3 x 1,8 t/m2 x 31,7) + (7,55 t/m2 x 19,2) + (0,4 x 1,641 t/m3 x 7 m x 16,81) = 296,456 t/m2 = 296,456t/m² = 98,819 t/m² 3 5. Stabilitas Internal
Dalam perencanaan abutmen ini digunakan mutu beton yaitu K. 400.
Gambar 20. Tinjauan Terhadap Beberapa Potongan Ditinjau potongan A-A’
Dicari besarnya gaya dan momen aktif Tekanan tanah aktif:
= 0,376 x 0,98 x 1,7 x 7 = 4,4 kN = ½ x 1,72
x 16,4 x 0,38 x 7 = 62,3 kN = 4,40 x ½ x 1,7 = 3,74 kNm
= 62,3 x 1/3 x 1,7 = 35,3 kNm ∑ 3,74 + 35,322 = 39,06 kNm
Tabel 17
Besarnya Gaya Vertikal dan Momen Pasif
No Gaya Vertikal kN Lengan terhadap titik A (m) Momen terhadap titik A (kNm) 1 0,5 x 0,3 x 7,0 x 25= 26,25 0,75 19,69 2 1 x 0,3 x 7,0 x 25 = 52,5 1,00 52,50 3 0,5 x 0,6 x 7,0 x 25 = 52,5 1,25 65,63 4 0,5 x 0,5 x 0,5 x 7,0 x 25 =21,9 1,17 25,52 5 1 x 1,1 x 7,0 x 25 = 192,5 0,50 96,25 6 468,49 0,25 117,12 814,11 376,71
(Sumber: Hasil Perhitungan)
∑ = 376,71– 39,06
= 0,4147 m 814,1127
= 0,4147 – ½ = -0,085 < 0,1667 maka seluruh tampang menderita desak
Terhadap desak (Peraturan Beton Bertulang Indonesia, 1971: 105) = 1/6 x 1 x 12 = 0,1667 m3
Dengan W = tahanan momen tampang A-A’
∑
= 814,4 + 376,71 = 3074,3 kN/m² 1 x 1 0,1667
= 30,743 kg/cm2 = kekuatan tekan beton karakteristik = 400 kg/cm2
= tegangan ijin bahan = = 132 kg/cm2 30,743 kg/cm2 < 132 kg/cm2 AMAN Terhadap Tarik ∑ = 814,4 - 376,78 = -1446 kN/m² 1 x 1 0,1667 = -14,46 kg/cm2 = tegangan ijin bahan = = 144 kg/cm2 14,46 kg/cm2 < 144 kg/cm2 AMAN Terhadap Geser ( ) = 66,7 kN = 3 x 66,73222 = 58,881 kN/m² 2 1 x 1,7 = 0,5888 kg/cm² = tegangan ijin bahan = = 172 kg/cm2
0,5888 kg/cm2 < 172 kg/cm2 AMAN Ditinjau potongan B-B’
Dicari besarnya gaya dan momen aktif Tekanan tanah aktif:
= ½ x 4,22 x 16,4 x 0,38 x 7 = 380,5 kN = 10,87 x ½ x 4,2 = 22,828 kNm = 380,5 x 1/3 x 4,2 = 532,65 kNm ∑ 22,828 + 532,65 = 555,48 kNm Tabel 18
Besarnya Gaya Vertikal dan Momen Pasif
No Gaya Vertikal (kN) Lengan terhadap titik B (m) Momen terhadap titik B (kNm) 1 0,5 x 0,3 x 7,0 x 25= 26,25 0,75 19,69 2 1 x 0,3 x 7,0 x 25 = 52,5 1,00 52,50 3 0,5 x 0,6 x 7,0 x 25 = 52,5 1,25 65,63 4 0,5 x 0,5 x 0,5 x 7,0 x 25 =21,9 1,17 25,52 5 1 x 3,6 x 7,0 x 25 = 630 0,50 315,00 6 468,49 0,25 117,12 1251,61 595,46
(Sumber: Hasil Perhitungan)
∑
= 595,46 – 555,48 = 0,0319 m 1251,61
= 0,0319 – ½ = -0,468 < 0,1667 maka seluruh tampang menderita desak
Terhadap desak (Peraturan Beton Bertulang Indonesia, 1971: 105) = 1/6 x 1 x 12 = 0,1667 m3
Dengan W = tahanan momen tampang B-B’
∑
= 1251,6 + 595,46 = 4824,3 kN/m² 1 x 1 0,1667
= 48,243 kg/cm2 = kekuatan tekan beton karakteristik = 400 kg/cm2
= tegangan ijin bahan = = 132 kg/cm2 48,243 kg/cm2 < 132 kg/cm2 AMAN Terhadap Tarik ∑ = 1251,6 - 595,46 = -2321 kN/m² 1 x 1 0,1667 = -23,21 kg/cm2 = tegangan ijin bahan = = 144,00 kg/cm2 23,21 kg/cm2 < 144,00 kg/cm2 AMAN Terhadap Geser ( ) = 391,33 kN = 3 x 391,33 = 139,76 kN/m² 2 1 x 4,2 = 1,3976 kg/cm² = tegangan ijin bahan = = 172 kg/cm2
1,3976 kg/cm2 < 172 kg/cm2 AMAN
Tinjauan terhadap potongan B’-B’’’
Gambar 21
Gaya-gaya yang bekerja pada tampang B-B’’ dan B’- B’’’
( ) = 1251,61 x (1 + 6 x 0,468 ) 1 x 1 1 = 4766,6 kN/m² = 47,666 kg/cm² ( ) = 1251,61 x (1 - 6 x 0,468 ) 1 x 1 1 = -2263 kN/m² = -22,63 kg/cm² = 1251,61 = 1251,61 kN/m² = 12,516 kg/cm² 1 x 1 = 4766,6 - 0,4 x 25 = 4756,6 kN/m2 = 1251,6 – 0,4 x 25 = 1241,6 kN/m2 = 1251,6 – 0,4 x 25 – 4,2 x 16,4 = 1172,7 kN/m2 = 2263,4 – 0,4 x 25 – 4,2 x 16,4 = 2184,4 kN/m2
Gaya lintang yang terjadi pada tampang B-B’’
( ) = ½ x (4756,6 – 1241,6) x 1 = 1757,49 kN Momen yang terjadi pada tampang B-B’’
( )
= 1241,6 x 1 x ½ + ½ x 1 x (4756,6 – 1241,6)= 2378,3 kNm Tegangan yang terjadi,
= 2378,3 = 14270 kN/m² = 142,7 kg/cm² 0,1667 142,7 kg/cm2 < 144 kg/cm2 AMAN = 2 x 1757,49 = 2929,1 kN/m² = 29,291 kg/cm² 3 1 x 0,4 29,291 kg/cm2 < 172 kg/cm2
Gaya Lintang yang terjadi pada tampang B’-B’’’
( ) = ½ x (1172,7– 2184,4) x 1 = -505,9 kN Momen yang terjadi pada tampang B’- B’’’
( )
= 1172,7 x 1 x ½ + ½ x 1 x (1172,7 – 2184,4) = 80,47 kNm Tegangan yang terjadi,
= 80 = 482,83 kN/m² = 4,82 kg/cm² 0,1667 4,82 kg/cm2 < 90,00 kg/cm2 = 2 x -505,87 = -843,1 kN/m² = 8,4312 kg/cm² 3 1 x 0,4 8,43 kg/cm2 < 172 kg/cm2 6. Stabilitas Terhadap Dasar Fondasi
Tabel19
Kombinasi Pembebanan Terbesar Beban Gaya (T) Momen (Tm)
Jenis V H Mx My Kom1 468,49 56,56 339,03 48,65 Rm - 1,86 - 19,91 Gg - 9,66 - 40,11 A - 4,07 - 27,03 SR - - - - Tm - - - - S - - - - Total 468,49 72,15 339,03 135,69 (Sumber: Hasil Perhitungan)
a. Stabilitas Terhadap Geser Dasar Fondasi Σ V = gaya vertikal = 468,49 t Σ H = gaya horizontal = 72,15 t SF = ΣV. tan 2/3 ϕ + c. B Σ H = 468,49 t x tan 2/3 x 25,6 + 1,8 t/m² x 7,0 m 72,152
= 2,25
≥ 2 AMAN!!!
b. Stabilitas terhadap Guling Dasar Fondasi ΣMx = momen penahan
ΣMy = momen guling
SF = ΣMx = 339,03 tm ΣMy 135,69 tm = 2,498 ≥ 2 AMAN!!! c. Stabilitas terhadap eksentrisitas (Suryolelono, 1994:105)
e = ΣMx - ΣMy _ B < B AMAN!!! ΣV. 2 6 = 339 tm – 135,69 tm - 7 < 7,0 468,488 2 6 = -3,07 < 1,17 AMAN!!!
d. Kontrol Tegangan Tanah pada Dasar Abutmen ∑ ( ) ( ) σ max = 7,911 t/m2 x 1,63 = 12, 879 t/m2 σ min = 7,911 t.m2 x 3,63 = 28,701 t/m2 σ max dan σ min ≤ σ max = 98,819 t/m2 e. Kontrol Daya Dukung berdasarkan uji sondir
Data tanah diperoleh berdasarkan uji sondir pada titik 2, Resulante gaya-gaya yang bekerja
Beban Vertikal = 468,49 T
Beban Horizontal = 72,15 T
Letak Garis Kerja (R)
= 234,24 x 5,46 = 2,73 468,49
r1 = 2,73 m
Gambar 22. Bentuk Fondasi Telapak Gabungan Segi Empat
Untuk menentukan panjang fondasi segi empat, dan tekanan yang merata di bawah tanah dasar dasar fondasi sehingga diperoleh ukuran fondasi paling menguntungkan maka diusulkan letak R berimpit dengan pusat berat alas fondasi. Jadi:
maka l = (1,5 + 2,73) x 2 = 8,46 m
q plat = 1 m x 2,5 T/m³ = 2,5 T/m²
= 0,25 kg/cm² Daya Dukung Tanah Ultimate (σ) = 10 kg/cm² Kedalaman Tanah (m) = 1,6 m
Kapasitas Dukung Izin (σizin) = σ : SF = 10: 3 = 3,33kg/cm² Kapasitas Dukung Netto (σnetral) = σ izin - q plat
= 3,33 kg/cm² - 0,25 kg/cm² = 3,08 kg/cm² = 30,833T/m² Ukuran Fondasi yang Diperlukan (A) = R / σ netto = 468,49 / 30,83
= 15,194 m²
= Diambil 59,22 m²
Karena segiempat, lebar fondasi = =
59,22
= 7 m 8,46
Kontrol terhadap ukuran yang digunakan = 7 m
= 5,46/2 = 2,73 m
Jadi, bentuk fondasi telapak segi empat dapat digunakan
( ) ( ) ∑ = 474,72 = 1,0133 < (1,41) 468,49 σ maksimum = 468,49 x ( 1 + 6 x 1,01 ) + 2,5 = 16,096 T/m² 59,22 8,46
Jika σ maksimum < σ ijin maka AMAN